Anda di halaman 1dari 47

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

KOMPLEMENTER PADA PASIEN NY. S DENGAN KASUS CA SERVIK


DI KLINIK HOLISTIC NURSING THERAPY DRINGU

Disusun Oleh:

Weni widiawati

14901.06.19051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

STIKES HASHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN

PAJARAKAN – PROBOLINGGO

2019 – 2020
BAB l
LAPORAN PENDAHULUAN

Anatomi Dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim
adalah sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks
memanjang hingga ke bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi
pembukaan disebut lubang serviks, rahim berbentuk silinder jaringan yang
menghubungkan vaginadan uterus. Serviks terbuat dari tulang rawan yang
ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1 inci. Ada dua
bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan
ginekologi di kenal sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks,
dikenal sebagai os eksternal, membuka untuk memisahkan bagian antara
uterys dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks, adala sebuah
terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks
(Langhorne, Fulton, dan Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih antara
endosrviks dan ektoserviks di sebut zona transformasi. Serviks menghasilkan
lendir serviks yang konsistensi atau kekentalannya berubah selama siklus
menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel
epitel kolumnar digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat
rentan terhadap perubahan prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang
tinggi dan tingkat pematangan sel rendah (Rahayu, 2015).

Definisi
Kanker rahim adalah penyakit kanker yang menyerang rahim dengan
pembelahan sel yang tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut untuk
menyerang jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel
ketempat yang jauh (metastasis) (Wuto, 2008 dalam Padila, 2012).
Kanker leher rahim sering juga disebut kanker mulut rahim, merupakan
salah satu penyakit kanker yang paling banyak terjadi pada wanita (Edianto,
2006 dalam Padila, 2012).
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut
rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol
dan merusak jaringan normal disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam
Padila, 2012).
Etiologi
Penyebab kanker serviks ialah Infeksi virus papiloma (HPV). Tipe HPV ada
sekitar 130 tipe HPV dan empat diantaranya paling sering menginfeksi
manusia, yaitu tipe 6, 11, 16, dan tipe 18. Kanker serviks atau leher Rahim
adalah jenis kanker yang disebabkan oleh HPV tipe 16 dan 18. Di Indonesia,
diperkirakan lebih dari satu wanita meninggal dunia karena kanker serviks
setiap jamnya.
Ada beberapa faktor resiko dan predisposisi terjadinya Ca Serviks, antara
lain:
Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan
hubungan seksusal semakin besar, mendapat kanker serviks. Kawin pada
usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda.
Jumlah Kehamilan dan Partus

Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus.


Semakin sering partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.

Jumlah Perkawinan

Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan bergant-ganti


pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks
ini.

Soal Ekonomi

Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah


mungkin faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya
kuantitas dan kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas
tubuh.

Hygiene dan Sirkumsisi


Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kanker serviks pada wanita
yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non
sirkum hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan
smegma.

Merokok dan AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)

Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian


AKDR akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi
serviks yang kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus
menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks
(Padila, 2012).
Radioterapi dan Pap Smear

Karsinoma sel skuamosa adalah salah satu akibat tidak efektifnya


radioterapi sebagai pengobatan utama dalam kasus adenocarcinoma.
Meningkatnya penggunaan tes Pap untuk deteksi dini penyakit ini tapi
masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas kanker terkait di
negara-negara berkembang karena kurangnya program skrining (Rubina
Mukhtar, 2015).
Obesitas
Obesitas dianggap sebagai penyebab penting dari beberapa keganasan dan
hubungannya dengan kadar hormon endogen meningkatkan kekhawatiran
tentang perannya dalam hormon tergantung karsinoma. Obesitas dapat
meningkatkan risiko karsinoma serviks dan mungkin sangat penting untuk
adenokarsinoma serviks yang telah dikaitkan dengan faktor risiko
hormonal dan telah dilaporkan meningkat dalam insiden di recent years
(James V, Lacey Jr Christine, dkk. 2003)

Klasifikasi
Mikroskopis

Displasia
Displasia ringan terjadi pada sepertiga bagian basal epidermis. Displasia
berat terjadi pada dua pertiga epidermi hampir tidak dapat dibedakan
dengan karsinoma insitu.

Stadium Karsinoma Insitu

Pada karsinoma insitu perubahan sel epitel terjadi pada seluruh lapisan
epidermis menjadi karsinoma sel skuamosa. Karsinoma insitu yang
tumbuh di daerah ektoserviks, peralihan sel skuamosa kolumnar dan sel
cadangan endoserviks.

Stadium Karsinoma Mikroinvasif

Pada karsinoma mikroinvasif, disamping perubahan derajat pertumbuhan sel


meningkat juga sel tumor menembus membrana basalis dan invasi pada stoma
sejauh tidak lebih 5mm dari membrana basalis, biasanya tumor ini asimtomatik
dan hanya ditemukan pada skrining kanker.

Stadium Karsinoma Invasif

Pada karsinoma invasif perubahan derajat pertumbuhan sel menonjol besar


dan bentuk sel bervariasi. Pertumbuhan invasif muncul diarea bibir
posterior atau anterior serviks dan meluas ketiga jurusan yaitu jurusan
formiks posterior atau anterior, jurusan parametrium dan korpus uteri.

Bentuk Kelainan Dalam Pertumbuhan Karsinoma Serviks

Pertumbuhan eksofilik, berbentuk bunga kool, tunbuh kearah vagina dan


dapat mengisi setengah dari vagina tanpa infiltrasi kedalam vagina, bentuk
pertumbuhan ini mudah nekrosis dan perdarahan.

Pertumbuhan endofilik, biasanya dijumpai pada endoserviks yang lambat


laun lesi berubah bentuk menjadi ulkus (Padila, 2012).

Makroskopik
Stadium preklinis
Tidak dapat dibedakan dengan servitis kronik biasa
Stadium permulaan
Sering tampak sebagian lesi sekitar osteum externum
Stadium setengah lanjut
Tengah mengalami sebagian besar atau seluruh bibir porsio
Stadium lanjut
Terjadi pengrusakan dari jaringan serviks, sehingga tampaknya seperti
ulkus dengan jaringan yang rapuh dan mudah berdarah (Padila, 2012).

Klasifikasi Ca Serviks berdasarkan Tingkat Keparahannya

Stage 0: Ca. Pre invasive


Stage 1: Ca. Terdapat pada serviks
Stage Ia: disertai inbasi dari stroma yang hanya diketahui secara hispatologi
Stage Ib: semua kasus lainnya dari stage I
Stage II: sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai kepanggul telah
mengenai dinding vagina. Tapi tidak melebihi dua pertiga bagian
proksimal
Stage III: sudah sampai dinding panggula dan sepertiga bagian bawah vagina
Stage IIIb: sudah mengenai organ-organ lain (Padila, 2012).

Patofisiologi
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi
yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu
(KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari
karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia
ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya
akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan
tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma
serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat
menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke
kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks,
parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria.
Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat
serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner &
Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio)
dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan
dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel
endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak
SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita
muda SCJ berada di luar ostium uteri eksternum, sedangkan pada wanita
berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam kanalis serviks, Oleh karena itu
pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan
terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut.
Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum
karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel
serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga
berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar
menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan terjadi akibat
pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia yang tinggi sering
dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses metaplasia ini maka secara
morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru yang menjadi
tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu
factor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses
karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan
DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang
mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga
terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan,
displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-situ dan kemudian
berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma in-
situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. (Sjamsuhidajat,1997 dalam
Prawirohardjo, 2010).
PATHWAY
Manifestasi Klinis
1. Perdarahan
Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang perdarahan
baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan terjadi
lambat.Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan.
Pada stadium lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi sehingga
cairan yang keluar berbau (Padila, 2012).
2. Tanda dan Gejala kanker servik menurut Dedeh Sri Rahayu tahun 2015:
3. Keputihan, makin lama makin berbau busuk dan tidak sembuh-sembuh. Terkadang
bercampur darah.
4. Perdarahan kontak setelah senggama merupakan gejala servik 70-85%.
5. Perdarahan spontan: perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah dan
semakin lam semakin sering terjadi.
6. Perdarahan pada wanita menopause Anemia
7. Gagal ginjal sebagai efek dari infiltrasi sel tumor ke ureter yang menyebabkan
obstruksi total
8. Nyeri
Rasa nyeri saat berhubungan seksual, kesulitan atau nyeri dalam berkemih,
nyeri di daerah di sekitar panggul. Bila kanker sudah mencapai stadium III ke atas,
maka akan terjadi pembengkakan di berbagai anggota tubuh seperti betis, paha, dan
sebagainya. Menurut Ricci (2009), tersangka kanker serviks stadium lanjut antara lain
Nyeri panggul, Nyeri pinggul, Nyeri kaki, Penurunan berat badan, Anoreksia,
Kelemahan dan kelelahan (Dedeh Sri Rahayu, 2015).

Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca. Serviks
adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause, menstruasi tidak
teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan
abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair,
bernanah, atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum
terjadi dalam kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco penyakit regional
invasif atau dari penyakit radang panggul hidup berdampingan.
Pemeriksaan Penunjang
1. Sitologi/Pap Smear
Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang tidakterlihat. Kelemahan, tidak
dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
2. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat mengikal yodium.
Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua,
sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
3. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat saja yaitu porsio, sedang
kelainan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak terlihat.
4. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai 200 kali.
5. Biopsi
Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
6. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan pada serviks
tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).
Penatalaksanaan
Irradiasi
Dapat dipakai untuk semua stadium
Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
1. Dosis
Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks
2. Komplikasi irradiasi
Kerentanan kandungan kencing
Diarrhea
Perdarahan rectal
Fistula vesico atau rectovaginasis
3. Operasi
Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal
4. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan
Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi menyebabkan bertambahnya
vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi berikutnya dapat mengalami kesukaran
dansering menyebabkan fistula, disamping itu juga menambah penyebaran kesistem limfe
dan peredaran darah.
5. Cytostatik
Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari karsinoma
serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post
terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).

Pencegahan
Vaksinasi
Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan kesehatan perempuan
dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina Mukhtar, 2015).
Vaksin untuk mencegah infeksi HPV yang berisiko menyebabkan kanker sudah tersedia.
Vaksinasi HPV yang saat ini ada adalah vaksin bivalen untuk HPV 16 dan 18; vaksin
kuadrivalen untuk HPV 6, 11, 16 dan 18; atau vaksin nonavalen untuk 9 jenis HPV yaitu 4
jenis ditambah 31,33, 45, 52, dan 58.
Vaksin sudah bisa diberikan kepada anak sejak berusia 10 tahun. Usia anak atau remaja
dinilai paling efektif mendapat vaksin HPV untuk mendapat perlindungan seumur hidup dari
ancaman kanker serviks, kanker anal, hingga kutil kelamin. Jika sudah melewati usia anak,
tak perlu khawatir. Menurut Samsuridjal, sebuah studi mengungkap vaksin HPV masih bisa
diberikan sampai usia 55 tahun. Akan tetapi, bagi yang sudah menikah atau aktif
berhubungan seksual, harus deteksi dini kanker serviks dengan IVA, pap smear, atau tes
DNA HPV. Idealnya dilakukan setelah tiga tahun menikah. Jika ditemukan lesi pra kanker
pada serviks, tidak diperlukan operasi besar.

Komplikasi
1. Komplikasinya mencakup infark miokardium, hemoragi, sepsis, obstruksi
perkemihan, pielonefritis, CVA, pembentukan fistula (Sylvia Anderson Price,
2005).
2. Nyeri pinggang mungkin merupakan gejala dari hidronefrosis, sering dipersulit
oleh pielonefritis. Nyeri siatik, kaki edema, dan hidronefrosis hampir selalu
dikaitkan dengan keterlibatan dinding panggul luas oleh tumor. Pasien dengan
tumor yang sangat canggih mungkin memiliki heamaturia atau inkontinensia dari
fistula vesikovaginal yang disebabkan oleh perluasan langsung dari tumor kandung
kemih. Kompresi eksternal dari rektum oleh tumor primer besar dapat
menyebabkan sembelit (Rubina Mukhtar, 2015).
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

Pengkajian
1. Anamnesis
Pada anamnesis, bagian yang dikaji adalah keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
dan riwayat penyakit terdahulu.
2. Keluhan Utama
Perdarahan dan keputihan.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang dengan keluhan perdarahan pasca coitus dan terdapat keputihan yang
berbau tetapi tidak gatal. Perlu ditanyakan pada pasien atau keluarga tentang tindakan
yang dilakukan untuk mengurangi gejala dan hal yang dapat memperberat, misalnya
keterlambatan keluarga untuk memberi perawatan atau membawa ke rumah sakit dengan
segera, serta kurangnya pengetahuan keluarga.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah mengalami hal yang
demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien pernah menderita penyakit infeksi.
5. Riwayat Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit seperti ini atau
penyakit menular lain.
6. Psikososial
Dalam pemeliharaan kesehatan dikaji tentang pemeliharaan gizi di rumah dan bagaimana
pengetahuan keluarga tentang penyakit kanker serviks.
7. Pemeriksaan Fisik Fokus
Kepala
Rambut : bersih, tidak ada ketombe, dan tidak rontok
Wajah : tidak ada oedema, Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis), Raut wajah
pucat.
Mata : konjunctiva anemis
Hidung : simetris, tidak ada sputum
Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
Mulut : bibir tidak kering, tidak sianosis, mukosa bibir kering, tidak terdapat lesi
Leher : tidak ada pembesaran kelenjer tiroid dan tidak ada pembesaran kelenjer getah
bening
Dada
Inspeksi : simetris
Perkusi : sonor seluruh lap paru
Palpasi : vocal fremitus simetri kana dan kiri
Auskultasi : vesikuler, perubahan tekanan darah
Cardiac
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba, v Perubahan denyut nadi
Perkusi : pekak
Auskultasi : tidak ada bising
Abdomen
Inspeksi : simetris, tidak ascites, posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen.
Palapasi : ada nyeri tekan
Perkusi : tympani
Auskultasi : bising usus normal
Genetalia
Inspeksi
Ada lesi.
Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk.
Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar.
Urine bercampur darah (hematuria).
Palpasi
Pembengkakan di daerah uterus yang abnormal
Ekstremitas dan Kulit
Tidak oedema, Kelemahan pada pasien, Keringat dingin.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan pertumbuhan jaringan abnormal.
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan paska anastesi.
3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan port de entrée bakteri.
4. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan fistula pada vagina.
5. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.
6. Harga diri rendah berhubungan dengan timbulnya keputihan dan bau.
7. Risiko syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan.

INTERVENSI KEPERAWATAN

NO SLKI SIKI

1 Setelah di lakukan tindakan Identifikasi klien dalam membantu


keperawatan dalam kurun waktu menghilangkan rasa nyerinya
1X20 menit diharapkan masalah
Berikan informasi tentang penyebab
nyeri akut berkurang dengan
dan cara mengatasinya
kriteria hasil :
Tindakan penghilangan rasa nyeri
1. menyatakan nyeri berkurang
noninvasif dan nonfarmakologis
2. terapi non farmakologi (posisi, balutan (24-48 jam),
distraksi dan relaksasi
3. skala nyeri
Lakukan terapi akupuntur sesuai
4. Indikator nyeri verbal dan noverbal
titik yang di butuhkan.
(tidak menyeringai)
KONSEP AKUPUNTUR

Definisi

Kata akupunktur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan
punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan kata
asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa
Indonesia menjadi akupunktur atau tusuk jarum. Sebagai suatu sistem pengobatan,
akupunktur dapat didefenisikan sebagai suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara
menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah agar pasien
sehat kembali.

Saputra (2015) mendefinisikan akupunktur sebagai suatu cara pengobatan yang


memanfaatkan rangsangan pada titik akupunktur untuk memengaruhi aliran bio energi tubuh
berdasar pada filosofi keseimbangan hubungan antara permukaan tubuh dan organ melalui
sistem meridian yang spesifik. Dalam satu meridian terdapat beberapa titik akupunktur yang
dimanfaatkan sebagai pintu masuk rangsangan ke dalam meridian.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa akupunktur


merupakan suatu pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik
tertentu pada tubuh melalui sistem meridian yang spesifik yang bertujuan untuk
mengembalikan sistem keseimbangan tubuh sehingga tubuh sehat kembali.

Sejarah Akupunktur

Perkembangan Akupunktur di Luar Negeri

Ilmu akupunktur merupakan ilmu pengobatan yang berasal dari negara Cina dan telah
dikenal sejak 4000-5000 tahun yang lalu. Menurut buku Huang Ti Nei Ching (The Yellow
Emperror’s Classic of Internal Medicine) ilmu akupunktur sudah mulai dikenal sejak zaman
batu, di mana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit.

Perkembangan ilmu akupunktur di Cina dimulai pada zaman Cun Ciu Can Kuo (770-
221 SM). Pada zaman ini ilmu akupunktur berkembang dengan menggunakan bahan dari batu
berubah ke bambu, dari bambu ke tulang, dan kemudian perunggu.
Baru pada masa pertengahan abad XX, ilmu akupunktur bangkit dengan mengadakan
penyesuain terhadap tuntutan zaman serta perkembangan ilmiah zaman modern. Di negara
Cina, praktik akupunktur tidak saja dilakukan oleh akupunkturis (pengobatan Cina) saja akan
tetapi dokter-dokter lulusan Fakultas Kedokteran Cina juga melakukan praktik serupa.
Bahkan, ilmu akupunktur merupakan sebuah mata pelajaran dalam perguruan tinggi
kedokteran di negara tersebut. Sejak tahun 1958 mulai diintensifkan riset dalam bidang ilmu
pengobatan akupunktur. Pada tahun 1968 mulai diadakan riset penggunaan ilmu akupunktur
dalam pembedahan sebagai anestesi.

Di negara Korea, ilmu akupunktur diperkirakan masuk sejak 2000 tahun yang lampau.
Dan pada tahun 1963, ilmuwan dari negeri tersebut yang bernama Prof. Kim Bong Han, ahli
Biologi dari Universitas Pyong Yang telah meneliti dan mendemonstrasikan secara histologis
dan elektrobiologis tentang meridian dan titik akupunktur dalam teori yang disebut teori
sistem Kyung Rak.

Di negara Belanda, akupunkturis Wilhelem ten Rhyne, seorang dokter VOC


mengungkapkan pengobatan rematik dengan akupunktur di dalam bukunya dan diterbitkan
pada tahun 1683 di London. Di negara Perancis, pada tahun 1863, Louise Berlioz
mengungkapkan secara jelas dalam bukunya tentang ilmu akupunktur. Bahkan sebelum itu
tahun 1816 Louise mempelajari penggunaan elektropuncture dan pada tahun 1825
electropuncture mulai digunakan untuk pengobatan gout, rematik, dan lain-lain.

Di Amerika Serikat, ilmu akupunktur telah berkembang lama dalam lingkungan Cina
Town di Kota San Francisco dan New York. Di Elstein Hospital dan Massachuset Hospital
telah dilakukan penyelidikan mengenai anestesi dengan akupunktur. Demikian pula para
dokter di Michigan’s State Hospital telah berhasil menggunakan akupunktur sebagai anestesi
pada beberapa pembedahan antara lain pencangkokan kulit, eksisi tumor, operasi hernia,
pencabutan gigi yang dilaporkan memuaskan

Perkembangan Akupunktur di Indonesia


Perkembangan akupunktur di Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara lain
tidaklah tertinggal. Hidupnya cara pengobatan akupunktur di Indonesia seumur dengan
adanya perantau Cina yang masuk ke negara Indonesia. Mereka membawa kebudayannya
termasuk pengobatan akupunktur ke Indonesia. Hanya saja pada saat itu akupunktur masih
berkembang di lingkungan mereka dan sekitarnya. Selanjutnya sejak tahun 1963, Departemen
Kesehatan dalam rangka melakukan penelitian dan pengembangan cara pengobatan timur
termasuk akupunktur, atas instruksi Menteri Kesehatan waktu itu (Prof. Dr. Satrio), telah
membentuk tim riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka sejak saat itu praktik
akupunktur diadakan secara resmi di RS Cipto Mangunkusumo.

Dalam perkembangannya, tuntutan masyarakat terhadap pelayanan akupunktur semakin


meningkat, sehingga saat ini telah terbentuk pendidikan akupunktur untuk jenjang Diploma
III (Ahli Madya Akupunktur) berdasar Kepmenkes RI No. 1277.Menkes/SK/VIII/2003

Konsep Dasar Akupunktur


Ribuan tahun yang lalu, manusia memilki rasa keakraban bahkan menyatu dengan
lingkungannya. Manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungannya, baik secara fisik, perilaku,
maupun pola pikirnya. Pemikiran para ahli pada saat itu tidak terlepas dari pola pikir tertentu,
yaitu proses melahirkan kreasi-kreasi yang dipengaruhi oleh keadaan dan kaidah-kaidah alam
sekitarnya, seperti matahari, bulan, bumi (tanah), pohon (kayu), api, air, angin, panas, dan
dingin. Sehingga dasar pemikiran ilmu akupunktur juga bersumber dari interrelasi dari
berbagai karakter benda alam.

Aspek yin-yang di dalam tubuh

Teori yin-yang mengemukakan bahwa segala sesuatu di bumi ini terdiri atas dua hal
yang berlawanan, yaitu yin dan yang. Yin-yang mempunyai pengertian alamiah bahwa
sesuatu di alam semesta berdasarkan dua sifat, yaitu saling berlawanan, saling seimbang,
saling menghidupkan dan tidak mutlak Dalam yin terdapat yang (gelap-terang). Dalam yang
terdapat yin (terang-gelap). Selama tercapai keseimbangan (homeostasis) antara yin dan yang
maka tubuh manusia dalam kondisi sehat.

Menurut Dharmojono (2010), dalam ilmu akupunktur dikenal 12 organ. Enam organ
berkarakter yin dan enam organ lainnya berkarakter yang. Organ berkarakter yin dikenal
sebagai organ chang, sedangkan organ berkarakter yang disebut fu. Kedua organ dalam
tersebut, dinamakan chang fu. Yang termasuk organ chang fu sebagai berikut: Organ chang :
Paru-paru (Lung= LU), Jantung (Hearth= HT), Hearth capsule (HC), Limpa (Spleen = SP),
Hati (Liver = LR), Ginjal (Kidney = KI), Perikardium (PC). Organ fu: Usus besar (large
intestine = LI), Usus kecil (small intestine = SI), Sanciao (three energizer = TE), Lambung
(stomach = ST), Kantung empedu (gall blader = GB), Kandung kemih (bladder = BL).

Hukum lima unsur dalam Akupunktur

Salah satu teori pengobatan dalam akupunktur adalah hukum lima unsur, karena kondisi
seimbang maupun sakit tidak bersifat linear, tetapi mempunyai kompleksitas secara dinamis.
Teori lima unsur dalam pengobatan tradisional dapat diartikan sebagai fenomena fisiologis
maupun patofisiologis dalam kedokteran modern. Energi dalam teori lima unsur, yaitu: Kayu-
Api- Tanah- Logam- Air yang bersirkulasi saling menghidupi, membatasi, penindasan, dan
penghinaan. Di mana semua unsur tersebut saling berinteraksi dan berusaha menimbulkan
suatu harmoni dalam tubuh untuk menjaga keseimbangan energi untuk mencapai kondisi
sehat.

Dharmojono (2010) mengungkapkan terdapat lima unsur pokok yang mutlak


dibutuhkan makhluk hidup yang terdiri dari: bahan makanan, energi, tempat dan lingkungan
hidup, atmosfer atau udara, dan air. Dengan pergerakan lima unsur merupakan salah satu
komponen dalam sistem homeostasis di dalam tubuh.

Jenis Akupunktur dan Alat yang Digunakan dalam Akupunktur


Pada awalnya, alat-alat yang digunakan untuk merangsang titik-titik akupunktur secara
tradisional adalah benda-benda tajam (jarum metal). Saat ini, alat-alat ynag digunakan telah
berkembang pesat sesuai dengan inovasi baru dari perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi modern, yaitu dengan penggunaan rangsangan panas (moksa, TDP, sinar merah).
Rangsangan yang menggunakan aliran gelombang listrik adalah elektro akupunktur (electro
acupuncture), elektro stimulator (electro stimulation), dan elektru punktur (electro puncture).
Rangsangan lain yang digunakan adalah rangsangan dengan sinar laser, gelombang
ultrasonik, dan magnet. Rangsangan dengan menggunakan cairan, larutan kimiawi atau obat
disebut juga akuapunktur (aquapuncture).
Meridian dan Titik−titik Akupuntur

Meridian adalah suatu sistem lintasan abstrak yang membentuk jala-jala tempat qi
mengalir secara teratur, berkala, berirama dan membentuk aliran siklus yang tertutup.
Diketahui bahwa qi adalah penggerak dan tanda kehidupan maka seseorang yang dikatakan
sehat apabila qi mengalir di dalam meridian secara teratur, berirama, dan membentuk siklus
tertutup (Dharmojono, 2010).

Dharmojono (2010) menyebutkan pembagian meridian dan titik-titik akupunktur.


Terdapat 12 meridian organ dan 2 meridian istimewa unilateral, sebagai berikut:

1. Meridian Paru-paru (Lung - LU). Meridian LU terdiri dari 11 meridian yang titik-titiknya
tersebar mulai dari dada, tulang rusuk, tulang selangka, otot-otot biseps pada sisi radial,
lipatan siku, pergelangan tangan, telapak tangan, sampai ibu jari.
2. Meridian Usus Besar (Large Intestine - LI). Terdiri dari 20 titik tersebar mulai dari sisi
radial jari telunjuk, punggung tangan, sisi radial pergelangan tangan, lipatan siku, otot
humeri dan deltoideus, tulang bahu, tulang belikat, cuping hidung, sampai nasolabialis.
3. Meridian Lambung (Stomach - ST). Terbagi menjadi 45 titik yang mengalir dari tepi
bawah mata, sudut mulut, sudut rahang, dahi, tulang klavikula bagian dada, tulang rusuk,
sisi luar garis perut, lipatan paha, lutut, lipatan kaki, sampai jari kaki.
4. Meridian Limpa (Spleen - SP). Terdiri dari 21 titik yang mengalir mulai dari ibu jari kaki,
mata kaki, di bawah condylus tibiae, di atas patela, antara symfisis pubis dan patela, sisi
luar pembuluh darah paha, garis sisi luar perut III, garis sisi luar dada III, titik tengah
penghubung antara lekukan dalam ketiak dan ujung rusuk ke-12 serta antara rusuk ke-.
5. Meridian Jantung (Heart - HT). Memiliki 9 titik meliputi tepi bawah otot pektoralis, atas
lipatan siku, atas lipatan pergelangan tangan, telapak tangan, dan sisi ulnar jari ke-5
6. Meridian Usus Kecil (Small Intestine – SI). Terdiri dari 19 titik akupunktur yang berada
pada alur meridian SI meliputi: sisi ulnar jari ke-5, metacarpal, lipatan pergelangan
tangan, lekukan ulnaris, belakang sendi bahu, otot-otot sekitar bahu, antara lain;
supraspinatus, sternocleidomastoideus, scapulae.
7. Meridian Kandung Kemih (Bladder - BL). Terdiri dari 67 titik yang mengalir mulai dari
pangkal hidung, alis mata, tepat diatas pupil mata dalam keadaan tertutup, dua jari dari sisi
luar tulang belakang punggung, bagian tengah lipatan bokong-paha, pertengahan paha
bagian belakang, lipatan lutut, mata kaki, telapak kaki, jari kelingking kaki
8. Meridian Ginjal (Kidney - KI). Terdiri dari 27 titik yang mengalir mulai dari telapak kaki,
mata kaki, di depan perlekatan tendon achiles, bagian luar meridian CV.
9. Meridian Perikardium (Pericard - PC). Meridian PC terdiri dari 9 titik yang mengalir
mulai dari bagian luar garis dada II, lipatan ketiak, lipatan siku, pergelangan tangan,
telapak tangan, bagian belakang radial basis kuku.
10. Meridian Sanciao (Triple Energizer – TE). Terdiri dari 23 titik yang mengalir mulai dari
ujung jari manis tangan, jari kelingking tangan, punggung tangan, pergelangan tangan,
lipatan siku, di daerah lekukan telinga, di atas apex telinga, ujung alis mata.
11. Meridian Kandung Empedu (Gallblader - GB). Terdiri dari 44 titik yang mengalir melalui
bagian bawah mandibula, di atas otot pipi, sisi luar kepala, apex telinga, di belakang
telinga, daerah dahi, batas bawah ujung tulang rusuk ke-12, sisi luar sendi lutut, tulang
mata kaki, telapak kaki.
12. Meridian Hati (Liver – LV). Terdiri dari 14 titik yang terdapat pada ibu jari kaki, mata
kaki bagian depan, sisi bagian dalam arteri femoralis. Di bawah sisi luar tulang kemaluan,
di bawah ujung rusuk ke-11, di bawah puting susu. Meridian Istimewa Unilateral:
13. Meridian TU (Governing Vessel - GV). Terdiri dari 28 titik meridian yang mengalir mulai
dari pertengahan antara tulang ekor dan anus, di bawah proc. Spinosus lumbal ke-2, di
bawah proc.spinalis lumbar ke-1, titik tengah lekukan leher bagian belakang, lekukan
antara otot trapezius, di atas foramen magnum, garis tengah sagital kepala, dahi, ujung
hidung, di tenganh ujung bibir atas, di antara gusi atas dan ginggiva bibir atas.
14. Meridian REN (Conception Vessel – CV). Terdiri dari 24 titik meridian yang tersebar
mulai dari di antara anus dan scrotum pada pria atau dengan labium majus pada wanita,
pertengahan batas atas simfisis pubis, di sekitar pusat, ujung proc.xypoideus, antara 2
puting susu, daerah lekukan batas atas manubrium sterni, daerah lekukan adam’s apple.

Indikasi dan Kontra-indikasi Penggunaan Akupunktur


Nomenklatur tentang indikasi dan kontra-indikasi penggunaan akupunktur berdasarkan
standarisasi WHO yang disebut sebagai ”Proposed Standart International Acupuncture
Nomenclature”. Pada dokumen tersebut tercantum hal-hal sebagai berikut:

Indikasi pengobatan akupunktur:

1. Saluran nafas : berbagai radang yang ditujukan untuk mengatasi kondisi alergi dan
meningkatkan daya tahan tubuh.
2. Mata : kelainan mata yang bersifat radang dan fungsional otot serta refraksi.
3. Mulut : untuk penanggulangan nyeri dalam pencabutan dan peradangan kronis.
4. Saluran makanan dan lambung
5. Syaraf, otot, dan tulang : yaitu problem nyeri, kelemahan dan kelumpuhan serta
peradangan persendian
Kontra-indikasi pengobatan akupunktur:
1. Penderita dalam keadaan hamil
2. Penderita yang memakai pacu jantung
3. Menusuk dekat daerah tumor ganas
4. Menusuk pada kulit yang sedang meradang (Saputra, 2015).
KONSEP BEKAM

PENGERTIAN BEKAM

Bekam atau hijamah berarti torehan darah. Bekam hanya boleh dilakukan pada
pembekuan / penyumbatan pembuluh darah, karena fumgsi bekam yang sesungguhnya adalah
untuk mengeluarkan darah kotor dari dalam tubuh (Ridwan, 2010).

Bekam merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah kotor dari dalam
tubuh melalui permukaan kulit. Bekam adalah pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun
sebelum masehi nama lainya adalah canduk, canthuk, kop mambakan, di Eropa dikenal dengan
istilah “Cupping Therapiotic Method”. Dalam bahasa mandarin disebut Pa Hou Kuan (Darwis,
2015).

JENIS-JENIS BEKAM

Jenis bekam diantaranya adalah:

Bekam kering atau bekam angina, yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat
sekitarnya tanpa mengeluarkan darah kotor. Bekam kering ini berkhasiat untuk pengobatan
secara darurat atau digunakan untuk meringankan nyeri punggung karena rheumatic, juga
penyakit – penyakit nyeri punggung. Kulit yang dibekam akan tampak merah kehitam-hitaman
selama 3 hari.

Bekam luncur, dilakukan dengan cara mengkop pada bagian tubuh ttertentu dan
meluncurkan ke bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasa dilakukan untuk pemanasan
pasien yang berfungsi untuk melancarkan peredaran darah, pelemasan otot, dan menyehatkan
kulit.

Bekam tarik, dilakukan seperti ditarik-tarik. Dibekam hanya beberapa detik kemudian
ditarik dan ditempelkan lagi hingga kulit menjadi merah.

Bekam basah, yaitu mengeluarkan darah kotor setelah bekam kering dengan melukai
permukaan kulit dengan menggunakan jarum (lancet), lalu di sekitarnya dihisap dengan alat
cupping set dan hand pump. Lamanya setiap hisapan 3 sampai 5 menit, dan maksimal 9 menit,
lalu darah kotor dibuang. Penghisapan tidak lebih dari tujuh kali isapan. Darah kotor berupa
darah merah pekat dan berbuih.

CARA KERJA BEKAM MENURUT MEDIS

Cara kerja bekam dilihat dari sisi menis merupakan kedokteran tradisional, dibawah kulit,
otot, maupun fascia terdapat suatu poin atau titik yang mempunyai sifat istimewa. Antara poin
satu dengan poin lainnya saling berhubungan membujur dan melintang membentuk jarring-jaring
atau jala, dengan adanya jala ini, maka terdapat hubungan yang erat antara bagian dalam dengan
bagian luar, antara bagian kiri tubuh dan bagian kanan tubuh, antara organ – organ tubuh dan
jaringan bawah kulit, antara organ dengan tangan dan kaki, antara organ padat dengan organ
berongga, dan lain sebagainya, sehingga membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan dan
dapat bereaksi secara serentak.

Kelainan yang terjadi pada satu poin ini dapat ditularkan dan mempengaruhi poin
lainnya. Juga sebaliknya pengobatan pada satu poin akan menyembuhkan poin lainnya. Teori ini
dapat menjelaskan bahwa seseorang yang sakit matanya tidak perlu dibekam pada matanya
namun dapat dibekan di sekitar kepala dan tengkuknya.

Penelitian terbaru di dunia kedokteran modern ternyata menemukan bahwa poin-poin itu
adalah merupakan poin istimewa “motor points” pada perlekatan neuromuscular yang
mengandung banyak mitokondria, mengandung tinggi myoglobin, sebagaian besar selnya
menggunakan metabolism oksidatif, dan lebih banyak mengandung cell mast, kelenjar limfe,
kapiler, venula, bundle, dan pleksus saraf, serta ujung saraf akhir, disbanding dengan daerah
yang bukan poin istimewa.

Para peneliti membuktikan bahwa apabila dilakuakan pada satu pon, maka kulit (kutis),
jaringan bawah kulit (sub kutis), fascia dan ototnya akan terjadi kerusakan dari mas cell dan lain-
lain. Akibat kerusakan ini akan dilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine, bradikinin,
slow reacting substance (SRS), serta zat-zat lain yang belum diketahui. Zat-zat inilah yang
menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler dan arteriol, serta flare reaction pada daerah yang
dibekam. Dilatasi kapiler juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman.
Reaksi-reaksi itu menyebabkan terjadi perbaikan mikrosirkulasi pembuluh darah yang
memicu timbulnya efek relaksasi (pelemasan) otot – otot yang kaku serta akibat vasodilatasi
umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil. Fakta terpenting dari proses pembekaman
pada poin istimewa – poin istimewa adalah dilepaskannya corticotrophin releasing factor (CRF),
serta releasing factor lainnya oleh adenohipofise. CRF selanjutnya akan menyebabkan
terbentuknya ACTH, corticotrophin, dan corticosteroid. Corticosteroid ini mempunyai efek
menyembuhkan peradangan serta menstabilkan permeabilitas sel (Darwis, 2015).

Pada proses pembekaman pada poin istimewa pun didapati munculnya golongan
histamine. Golongan histamine mempunyai manfaat dalam proses reparasi (perbaikan) sel
jaringan yang rusak, serta memacu pembentukan reticulo enthelial cell, yang kan meningkatkan
daya resistensi (daya tahan) dan imunitas (kekebalan) tubuh.

PRINSIP TERAPI BEKAM

Manfaat bekam dapat menyembuhkan penyakit karena pada dasarnya pada terapi bekam
terjadi 3 hal prinsip penyembuhan, yaitu:

1. Pengeluaran toksik dan darah kotor, dengan dikeluarkan toksik dan darah kotor yang
rusak atau tidak dapat bekerja dalam tubuh maka tubuh akan lebih segar dan sehat.

2. Perbaikan fungsi organ tubuh. Organ tubuh yang terganggu fungsinya akan disembuhkan
dengan cara perbaikan jaringan dan sel yang ada padanya sehingga bisa berfungsi sehat
kembali.

3. Penambahan antibody tubuh. Organ tubuh yang terinfeksi kuman penyakit dapat sembuh
secara alami karena tubuh memproduksi zat antibody yang bisa membunuh kuman
penyakit yang merugikan bagi tubuh. Jika organ tubuh sudah bebas dari infeksi penyakit
maka tubuh akan sehat kembali

Darah bekam yang keluar melalui proses bekam dilihat dari hasil penelitian laboratorium
dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Bahwa darah bekam mengandung sepersepuluh kadar sel darah putih (leukosit) yang ada
dalam darah. Hal tersebut terlihat dalam kasus yang diteliti tanpa ada pengecualian sehingga ini
menunjukkan bahwa terapi bekam tetap melindungi dan sekaligus mengeluarkan unsur-unsur
sistem kekebalan.

Adapun eritrosit (sel darah merah), semua sel darah merah memiliki bentuk yang tidak
normal, artinya sel-sel tersebut tidak mampu melakukan fungsinya, disamping itu juga
menghambat sel-sel lain yang masih aktif. Hal tersebut mengindikasikan bawasannya proses
bekam membuang sel-sel darah merah yang rusak dan darah yang tidak dibutuhkan lagi dengan
tetap mempertahankan sel-sel darah putih didalam tubuh.

Kapasitas ikatan zat besi dalam darah bekam tinggi sekali (550-1100), satu hal yang
menunjukkan bahwa bekam mempertahankan zat besi yang ada didalam tubuh tidak ikut keluar
bersama darah yang dikeluarkan dengan bekam sebagai awal penggunaan zat besi tersebut dalam
pembentukan sel-sel baru

WAKTU EFEKTIF BERBEKAM

Pemilihan waktu bekam adalah sebagai tindakan preventif terhadap penyakit. Terapi
bekam untuk pengobatan penyakit harus dilakukan kapanpun pada saat dibutuhkan. Menurut
Ridwan, sebaiknya bekam tidak dilakukan saat perut kosong ataupun terlalu kenyang, sebaiknya
dilakukan kurang lebih satu jam setelah makan.

LARANGAN BEKAM

Terapi bekam ini dilarang digunakan pada penderita tekanan darah rendah, penderita
sakit kudis, wanita hamil, dan wanita yang sedang haid. Orang-orang yang sedang minum obat
pengencer darah, penderita leukemia, trombosit, alergi kulit yang serius, orang yang sangat letih,
kelaparan, kekenyangan, kehausan dan orang yang sedang gugup. Adapun anggota tubuh yang
tidak boleh dibekam yaitu mata, telinga, hidung, mulut, putting susu, alat kelamin, dubur, area
tubuh yang banyak simpul limfa, area tubuh yang dekat pembuluh besar, area tubuh yang ada
farises, tumor, retak tulang, jaringan luka dan anjurkan untuk tidak makan selama 1 jam
sebelumnya dan tidak mandi 5 jam setelahnya.
PERAN PERAWAT DALAM TERAPI BEKAM

Peran perawat dalam pelaksanaan bekam diantranya adalah sebagai: caregiver, advoctet,
educator dan researcher.

1. Caregiver

Sebagai caregiver perawat dalam melaksanakan praktek bekam dapat melakukan


langsung proses pembekaman dengan menggunakan pendekatan langkah-langkah proses
keperawatan yaitu: pengkajian terlebih dahulu kepada pasien yang meliputi: pemeriksaan
fisik, pemeriksaan TTV, sehingga hasil dari itu dapat dilakukan pembekaman pada titik
yang tepat sesuai dengan masalah kesehatan yang dialami pasien. Perawat dapat juga
melakukan pembekaman dengan memperhatikan prinsip septik, antiseptic, sehingga tidak
terjadi cross infection antara pasien atau antara pasien dan perawat.

2. Advocate

Sebagai advocate, peran perawat diantaranya dengan menyeleksi pasien yang memungkin
untuk dilakukan pembekaman sehingga meminimalkan resiko komplikasi penyakit
khususnya pada pasien yang mengalami gangguan pada sistem hematologi seperti
gangguan pembekuan darah, anemia berat dan pasien dengan kondisi fisik yang sangat
lemah

3. Educator

Sebagai educator, perawat dapat memberikan pendidkan kesehatan sesuai dengan


masalah kesehatan pasien sehingga menunjang terjadinya perubahan perilaku yang pada
akhirnya dapat menyembuhkan penyakit. Perawat juga dapat mengajarkan pada pasien
untuk dapat melakukan pembekaman secara mandiri dirumah jika memungkinkan.

4. Researcher

Peran sebagai researcher, dalam hal ini perawat sangat memiliki peluang yang luas untuk
melakukan penelitian, karena penelitian-penelitian tentang bekam belum banyak dilakukan.
Dengan banyaknya bukti-bukti ilmiah yang nantinya diharapkan pengobatan dengan teknik
akan menjadi salah satu trends di masyarakat khusunya untuk Indonesia. Sehingga bekam
selain digunakan sebagai salah satu cara pengobatan penyakit, juga sekaligus dijadikan
sebagai sarana untuk pencegahan penyakit dan relaksasi.
STIKES Hafshawaty Pesantren Nama Mahasiswa : Weni widiawati

Zainul Hasan Probolinggo NIM : 14901.06.19051

Ruangan : Holistic Care Nursing

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN

KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny. S

Umur : 45 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku / Bangsa : Jawa, Indonesia

Agama/Pekerjaan : Islam, tidak bekerja

Pendidikan : SD

Alamat : Jorongan

No. Register : 135121067

Tanggal MRS : 05 Mei 2020

Diagnosa Medis : Ca cervik


Tanggal Pengkajian : 29 April 2020 Jam : 16.20 WIB

Sumber Informasi : Pasien

Penanggung : Askes / Astek / Jamsostek / JPS / Sendiri

KELUHAN UTAMA

Pasien mengatakan nyeri di bawah perut dan punggung.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengatakan nyeri di bawah perut dan pinggang,Sejak 1 hari yang lalu pasien merasa
tidak nyaman dengan kondisinya. Kemudian pasien kontrol ke klinik (HCN Dringu). Saat
pengkajian pasien mengeluh nyeri di bawah perut dan pinggang dan dengan skala 5, nyeri
cekot−cekot dan hilang timbul.

RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT DAHULU

Penyakit yang pernah diderita : Ca cervik

Obat-obatan yang biasa dikonsumsi : obat−obatan dari klinik

Kebiasaan berobat: ke klinik HCN Dringu

Alergi : tidak ada

Kebiasaan merokok / alcohol : tidak pernah

RIWAYAT KESEHATAN / PENYAKIT KELUARGA

Dari bapak klien sebelumnya ada riwayat darah tinggi.

Genogram :
POLA FUNGSI KESEHATAN

Pola Personal Higiene ( Mandi, Sikat gigi, Cuci rambut )

Sebelum sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari, keramas 1x tiap
2 hari.

Saat Sakit : pasien mengatakan mandi 2x sehari, sikat gigi 2x sehari, keramas 1x tiap 2
hari.

Masalah Keperawatan : tidak ada

Pola Nutrisi :

Sebelum sakit : pasien makan 2x sehari dengan nasi putih dan tahu tempe goreng, sayur
sop.

Saat Sakit : pasien makan 2x sehari dengan nasi putih dan tahu tempe goreng, sayur sop.
Nafsu makan berkurang, pasien makan sedikit tapi sering.

Masalah Keperawatan : tidak ada


Pola Cairan :

Sebelum sakit : pasien minum +/− 4 gelas/ hari karena puasa, dengan kopi dan air putih.

Saat Sakit : pasien minum +/− 4 gelas/ hari karena puasa dengan air putih, dan teh
hangat.

Masalah Keperawatan : tidak ada

Pola Aktivitas

Sebelum sakit : pasien hanya memasak nyapu nyuci

Saat Sakit : pasien lemah hanya istirahat

Masalah Keperawatan : Resiko jatuh

Pola Eliminasi

Sebelum sakit: pasien BAK 6x /hari dengan konsistensi cair warna putih kekuningan.

Saat Sakit : pasien BAK 6x perhari dengan konsistensi cair warna putih kekuningan.

Masalah Keperawatan : tidak ada

Pola Tidur dan Istirahat

Sebelum sakit : pasien tidak ada keluhan pada istirahat pasien.

Saat Sakit : pasien tidak ada keluhan pada istirahat pasien.

Masalah Keperawatan : tidak ada

Pola Kognitif

Sebelum sakit : pasien sebelumnya tidak tau apa yang diderita pasien.
Saat Sakit : pasien telah mengetahui penyakit yang diderita.

Masalah Keperawatan : defisit pengetahuan

Pola Hubungan Psikososial ( Konsep Diri )

Sebelum sakit : pasien menerima penyakit yang menyertai pasien.

Saat Sakit : pasien melakukan terapi untuk mempercepat kesembuhan pasien.

Masalah Keperawatan : tidak ada

Pola Reproduksi dan Seksual

Sebelum sakit : pasien sebelumnya melalukan

Saat Sakit : pasien tidak melakukan

Masalah Keperawatan : tidak ada

Pola Penanggulangan Stress ( Koping )

Sebelum sakit : pasien biasanya wiridan setelah sholat.

Saat sakit : pasien biasanya sholawatan setiap saat waktu senggang.

Masalah Keperawatan : tidak ada.

Pola Persepsi Spiritual

Sebelum sakit : pasien mengatakan dengan ibadah pasien merasa lebih tenang.

Saat Sakit : pasien mengatakan dengan ibadah mendekatkan diri untuk mendapatkan
kesehatan.

Masalah Keperawatan : tidak ada.


PEMERIKSAAN FISIK

Status Kesehatan Umum

Keadaan Penyakit : akut.

Kesadaran : Komposmetis

Suara bicara : jelas

Pernafasan : Frekuensi 20 x/menit Irama : regular

Tipe Pernafasan : normal Kedalaman : normal

Suhu tubuh : 36,5 C

Nadi : Frekuensi 104 x/menit Iramanya reguler

Kualitas nadi lemah

Tekanan Darah : 130/90 mmHg

Kepala

Inspeksi: bentuk normo chepalik, kepala simetris, tidak ada penonjolan, tidak ada trauma
kepala.

Palpasi: tidak ada nyeri kepala

Muka

Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada tics, otot rahang kuat.

1. Mata

Bentuk simetris, konjungtiva anemis, tidak ada perdarahan, tidak odema pada palpebra,
sklera tidak ikterik, ada reflek cahaya pada pupil.

2. Telinga
Bentuk simetris, tidak ada sekret yang tampak, penengaran baik orientasi pendengaran
masih baik.

3. Hidung

Lubang hidung simetris, tidak ada polip hidung, tidak ada deformitas, tidak ada obstruksi
pada hidung.

4. Mulut dan faring

Permukaan bibir kering, ada karies gigi, tidak ada perdarahan pada gigi/ gusi, tidak ada
pembesaran pada tonsil.

5. Leher

Tidak ada deviasi trakea, tidak kaku kuduk, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, distensi
vena jugularis.

6. Thorak

Bentuk normal schest, payudara simetris, tidak ada lesi pada permukaan dada.

7. Paru

Inspeksi : bentuk simetris, tidak ada pernapasan retraksi dada, tidak ada bantuan otot
napas.

Palpasi : pergerakan simetris, fremitus dada simetris, tidak ada nyeri tekan.

Perkusi: suara sonor.

Auskultasi :suara nafas vesikuler, tidak ada suara tambahan.

8. Jantung

Inspeksi :iktus kordis tak tampak, pulsasi jantung tak tampak

Palpasi: iktus kordis teraba

Perkusi : Batasan kanan: +/− 3cm lateral sternum


Batasan kiri : anterior mid axila line ics 5

Auskultasi :suara S1 dan S2 tunggal.

9. Abdomen

Inspeksi: bentuk datar, tidak tampak peristaltic, umbilicus masuk kedalam.

Palpasi turgor normal

Auskultasi peristaltic usus normal

Perkusi : timpani

10. Inguinal, genital dan anus

Tidak ada hernia, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, anus normal

11. Ektermitas dan Nuerologis

Deformitas tidak ada, ada nyeri sendi, tidak ada edema, gaya berjalan gair, gerak jalan
terbatas.

Reflek

5 5

Dextra Sinistra
Biccep
Tricep
5 5

5 5
Dextra Sinistra
Knee

Achiles 5 5

Keterangan: Normal

Tulang belakang: Normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium : tidak ada

2. Pemeriksaan radiology : tidak ada

3. pemeriksaan lain – lain

TTV: TD 130/90 mmHg

N 104 x/menit

RR 20 x/menit

S 36,5 C

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan


ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah Keperawatan

DS: pasien mengatakan agen pencedera fisiologis Nyeri akut


kakinya nyeri.

Kerusakan vaskuler
Do: TTV:

TD: 160/100 mmhg


Penyumbatan pembuluh
N: 104 x/menit

S: 36,5 C
vasokontriksi
RR: 20 x/menit

Gejala mayor: wajah tampak


Gangguan sirkulasi
meringis

Gejala minor: tekanan darah


meningkat Nyeri akut

P: nyeri

Q:cekot cekot

R: Bawah perut dan


pinggang

S: 5

T: sering timbul
DS: pasien mengatakan berat Riwayat jatuh Risiko Infeksi
untuk be

Perubahan situasi
Do: TTV:

TD: 160/100 mmhg


Penurunan kondisi
N: 104 x/menit

S: 36,5 C
Resiko jatuh
RR: 20 x/menit

Gaya berjalan: gait

Rentang gerak terbatas

DAFTAR DIAGNOSA PRIORITAS

1. Nyeri aku berhubungan dengan agen pencedera fisiologis.

2. Risiko infeksi berhubungan


INTERVENSI KEPERAWATAN

Tanggal/
Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan
Nomer

1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Kriteria hasil SA ST


dengan agen pencedera tindakan keperawatan
05/ 05/ Keluhan Nyeri 2 4
fisiologis 20 menit diharapkan
2020
nyeri menurun Ketegangan otot 3 4

Tekanan darah 2 4

Perasaan takut
mengalami cidera 3 4
berulang

Intervensi:

Terapi Akupuntur I.06210

Observasi:

Periksa riwayat kesehatan dan


pengkajian fisik, sesuai
kebutuhan.
Periksa adanya resiko akupuntur.
Terapeutik:

Bersifat terapi nonfarmakologi untuk


mengurangi rasa nyeri.
Fasilitas istirahat dan tidur.
Edukasi :

Jelaskan penyebab, periode dan


pemicu nyeri.
Jelaskan strategi meredakan nyeri.
Ajarkan teknik nonfarmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri.

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

Diagnosa TTD
No Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat

1 Nyeri akut Observasi: S: pasien menyatakan


berhubungan masih nyeri di bawah
1. memeriksa riwayat kesehatan dan
dengan agen abdomen dan
pengkajian fisik, sesuai kebutuhan.
pencedera pinggang.
fisiologis 2. memeriksa adanya resiko akupuntur.
O: Keluhan utama:
Terapeutik: cukup kesadaran :
komposmentis
1. memberikan terapi nonfarmakologi TD: 130/100 mmhg
untuk mengurangi rasa nyeri.
N: 104 x/menit
2. menfasilitas istirahat dan tidur.
S: 36,5 C
Edukasi :
RR: 20 x/menit
1. menjelaskan penyebab, periode dan Skala nyeri : 5
pemicu nyeri. Wajah meringis
A: masalah belum
2. menjelaskan strategi meredakan
teratasi.
nyeri.
P : lanjutkan intervensi
3. mengajarkan teknik nonfarmakologi
terapeutik 1,2
untuk mengurangi rasa nyeri.

DOKUMENTAS

Anda mungkin juga menyukai