Anda di halaman 1dari 20

A.

KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Pengertian
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada
leher rahim, sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan
fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan tersebut biasanya disertai dengan
adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang abnormal,
penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang. Kanker serviks dimulai dengan
adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal menjadi sel
abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim
yang abnormal ini dapat berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi
dapat bersifat jinak ataupun ganas yang akan mengarah ke kanker dan
dapat menyebar (Darmawati, 2015).

2. Klasifikasi
Stadium kanker adalah cara bagi paramedis untuk merangkum
seberapa jauh kanker telah menyebar. Salah satu cara yang digunakan
pada umumnya untuk memetakan stadium kanker serviks yaitu sistem
FIGO (Federasi Internasional Ginekologi dan Obstetri). Berdasarkan
Federation of International Gynecology and Obsetrics (FIGO) tahun
2009 stadium klinis karsinoma serviks terbagi atas:

Stadium Deskripsi
Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intra-ephitelial. Tumor masih
dangkal, hanya tumbuh di lapisan sel serviks
Stadium I Kanker telah tumbuh dalam serviks.
IA Kanker invasive ditemukan hanya secara mikroskopik.
Kedalamannya 5 mm dan besarnya kurang dari 7 mm
IA 1 Invasi stromal sedalam <3 mm dan lebar <7 mm
IA 2 Invasi ke stroma sedalam 3-5 mm dengan lebar <7 mm
IB Lesi klinis masih pada serviks atau lesi mikroskopik lebih besar
dari lesi stadium IA
IB 1 Kanker serviks dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran tidak
lebih dari 4 cm
IB 2 Kanker serviks dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran lebih
besar dari 4 cm
Stadium II Kanker telah menginvasi melewati serviks namun tidak sampai
pada dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina
IIA Kanker meluas sampai 2/3 atas vagina, tanpa invasi parametrial
IIA 1 Tumor yang terlihat secara klinis <4 cm. Meluas hingga 2/3 bagian
atas vagina
IIA 2 Tumor yang terlihat secara klinis >4 cm namun tidak sampai
masuk dinding pelvis.
IIB Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks,
namun belum sampai ke dinding panggul
Stadium III Kanker meluas sampai ke dinding pelvis dan/atau mencapai 1/3
bawah dinding vagina dana tau menyebabkan hidronefrosis atau
penurunan fungsi ginjal
III A Tumor meluas sampai 1/3 bawah vagina namun tanpa ekstensi ke
dinding pelvis
IIIB Meluas sampai dinding pelvis atau menyebabkan obstruksi uropati.
Stadium IV Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke pelvis, kandung kemih,
atau rectum.
IVA Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih
dan rectum
IVB Metastase ke organ yang lebih jauh.

3. Etiologi
Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut
(Darmawati, 2015) beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain
yaitu:
1) HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil
genetalia (kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe
16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99% jenis kanker serviks disebabkan
oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui hubungan seksual dan
bisa hadir dalam berbagai variasi.
2) Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh
dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV
pada leher rahim.
3) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin
muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, maka
semakin besar risiko untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan
penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks
pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3 kali lebih besar
daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun, selain itu
sperma yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi
dengan DNA sel leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat
menimbulkan hiperplasia dan neoplasia sel leher rahim.
4) Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan
penularan penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi
10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang
atau lebih.
5) Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan
meningkatkan insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker
serviks) meskipun tidak langsung. Diduga mempercepat
perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian pil KB lebih dari 6
tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks. Penjelasan
yang rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral
menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga meningkatkan atipia
pada wanita, menurunkan kadar asam folat darah sehingga terjadi
perubahan megaloblastik sel epitel leher rahim dan dapat
meningkatkan efek ekspresi onkoprotein virus.
6) Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi
kanker serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan
dengan wanita kulit putih lainnya. Mereka menyangka bahwa
persetubuhan dengan laki-laki yang tidak disirkumsisi lebih banyak
menyebabkan Kanker serviks karena hygiene penis tidak terawat,
di mana terdapat kumpulan-kumpulan smegma.

4. Manifestasi Klinis
Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala
akan muncul saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan di
sekitarnya. Berikut beberapa gejala yang mungkin muncul (Tim Cancer
Helps, 2010):
a. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal
b. Perdarahan yang biasanya terjadi
c. Perdarahan setelah bersenggama
d. Perdarahan setelah menopause
e. Perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi
f. Periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya
g. Perdarahan setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul
merupakan gejala umum kanker serviks, tetapi bukan prekanker.
h. Keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu keputihan dengan
lender kental, bewarna kuning atau kecoklatan. Berbau busuk dan
gatal.
i. Rasa sakit saat bersenggama

5. Patofisiologi

Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka


regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi
karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu
yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20
tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali
adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif.
Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang
meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus
atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7
– 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif
berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks.
Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan
akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus
DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona
transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan
gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan
kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi
keganasan (Brunner & Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo -
columnar junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi
ektoserviks (porsio) dan endoserviks kanalis serviks, dimana secara
histologik terjadi perubahan dari epitel ektoserviks yaitu epitel skuamosa
berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel kuboid atau kolumnar
pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia, aktivitas
seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri
eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di
dalam kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang
berada di luar ostium uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar
berupa mutagen yang akan displasia dari SCJ tersebut. Pada wanita
dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium eksternum karena
trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.

Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada


epitel serviks, epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa
yang diduga berasal dari cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian
epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa disebut proses metaplasia dan
terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah. Aktivitas metaplasia
yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses
metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli
dan SCJ baru yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa
baru dengan epitel kolumnar. Daerah di antara kedua SCJ ini disebut
daerah transformasi.

Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah


satu factor penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses
karsinogenesis asam nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen
dan DNA sel tuan rumah sehingga menyebabkan terjadinya mutasi sel,
sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel
displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai
dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan karsinoma in-
situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
(Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo,2010)
6. Pathway

7. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi selama tindakan operasi bedah
kanker serviks (Cervical Center , 2017):
a. Kerusakan pembuluh darah utama akibat tindakan operasi yang
menyebabkan perdarahan masif. Kondisi ini bisa mengancam
keselamatan jiwa pasien.
b. Kerusakan pada kandung kemih, rektum, ureter (saluran dari ginjal
ke kandung kemih), dan saraf. Pasien mungkin harus menjalani
tindakan operasi lagi bila diperlukan.

Potensi efek samping yang merugikan pasca operasi (Cervical Center ,


2017):

a. Sulit untuk buang air kecil


b. Edema (retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada
daerah yang terkena dampaknya) pada tungkai bagian bawah, mati
rasa ringan di bagian paha
c. Getah bening terakumulasi di dalam rongga panggul sehingga
menyebabkan limfosel (massa kistik berukuran besar yang berisi
cairan limfatik) dan infeksi
d. Perdarahan atau hematosel (pengumpulan darah) di vagina, infeksi
luka
e. Tidak bisa hamil

8. Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Novelia, 2017) pemeriksaan diagnostic untuk
menentukan kanker serviks sebagai berikut :
a. Schillentest :Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen
karena tidakmengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka
epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat tua, sedang yang
terkena karsinomatidak berwarna.
b. Koloskopi :Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat
serviks denganlampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehinggamudah untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja
yaituporsio, sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan
intraservikal tidak terlihat.
c. Kolpomikroskopi : Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan
pembesaran sampai 200kali
d. Biopsi : Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis
karsinomanya
e. Konisasi :Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput
lendir serviksdan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan
bila hasilsitologi meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-
kelainanyang jelas.
f. Pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,golongan
darah, masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi
terhadap obat

9. Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan medis yang dapat di lakukan adalah (Novelia, 2017) :
1. Pembedahan atau operasi
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker
serviks stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar
getahbening di panggul.Pilihan ini dilakukan untuk
perempuandengan tumor kecil yang ingin mencoba untuk hamil
dikemudian hari.
b. Histerektomi total :Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal :Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan
di sekitar leherrahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium :Mengangkat kedua saluran tuba dan
ovarium. Pembedahan inidisebut salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening :Mengambil kelenjar getah bening dekat
tumor untuk melihatapakah mengandung leher rahim. Jika sel
kanker telah histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar
getah bening,itu berarti penyakit ini mungkin telah menyebar ke
bagian laindari tubuh.
2. Radioterapi
Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan
sel-sel kanker apa pun yang masih di daerahtersebut. Perempuan
dengan kanker yang menyerang bagianbagianselain kenker serviks
mungkin perlu diterapi radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi
menggunakan sinar berenergi tinggiuntuk membunuh sel-sel
kanker.Terapi ini mempengaruhi sel-seldi daerah yang diobati. Ada
dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggulatau
jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatanbiasanya
di berikan di rumah sakit.Penderita mungkinmenerima radiasi
eksternal 5 hari seminggu selama beberapaminggu.Setiap
pengobatan hanya memakan waktu beberapamenit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina.Suatuzat
radioaktif di masukkan ke dalam tabung
tersebut.Penderitamungkin harus tinggal di rumah sakit sementara
sumberradioaktif masih berada di tempatnya (sampai 3 hari).

Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi


diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perutdan
panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah
eliminasi.Penderita mungkin kehilangan rambut di
daerahgenital.Selain itu, kulit penderita di daerah yang dirawat
menjadimerah, kering, dan tender.
3. Kemoterapi
Diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang
akan di operasi atau sesudah operasi untukmembersihkan sisa-sisa sel
kanker, kadang dikombinasikan denganterapi radiasi tapi kadang juga
tidak. Kemoterapi ini biasanyadiberikan dalam tablet/pil, suntikan,
atau infus.Jadwal pemberianada yang setiap hari, sekali seminggu atau
bahkan sekali sebulan.Efek samping yang terjadi terutama tergantung
pada jenis obatobatan yang diberikan dan seberapa banyak.kemoterapi
membunuhsel-sel kanker yang tumbuh cepat, terapi juga
dapatmembahayakan sel-sel normal yang membelah dengan cepat,
yaitu:
a. Sel darah :Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah
yang sehat,penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah
memar atauberdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut :Kemoterapi dapat menyebabkan rambut
rontok. Rambutpenderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi
kemungkinanmengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan :Kemoterapi menurunkan
nafsu makan, mual-mual dan muntah,diare, atau infeksi pada mulut
dan bibir.

Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati


rasa di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan
keseimbangan, nyeri sendi, atau kaki bengkak.

B. Penatalaksanaan Keperawatan (Novelia, 2017)


1. Pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan
pasien dan mengurangi kecemasan sertaketakutan pasien.
2. Perawat mendukung kemampuan pasien dalamperawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipaksi.
3. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien danpasangannya
memandang kemampuan reproduksi wanita danmemaknai setiap hal
yang berhubungan dengan kemampuanreproduksinya. Bagi
sebagian wanita, masalah harga diri dan citratubuh yang berat dapat
muncul saat mereka tidak dapat lagimempunyai anak. Pasangan
mereka sering sekali menunjukkan sikap yang sama, yang
merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan keturunan.
4. Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita
merasahidupnya lebih terancam dan perasan ini jauh lebih
pentingdibandingkan kehilangan kemampuan reprpduksi.
Intervensikeperawatan kemudian difokuskan untuk membantu
pasien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan
yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual,
meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan
menemukankekuatan diri untuk menghadapi masalah.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Anamnesis
1. Data Dasar : pengumpulan data pada pasien dan keluarga di
lakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui
pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium)
2. Identitas pasien : Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir,
umur, jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan,
asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit, no medical
record (MR), nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
3. Identitas penanggung jawab : meliputi nama, umur, pekerjaan,
dan hubungan dengan pasien
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama : Biasaya pasien datang kerumah sakit
dengan keluhan seperti pendarahan intra servikal dan
disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau. Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang
dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu
makan, anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pasien pada stadium
awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru
pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan
seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina,
nyeri pada panggul. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya pada pasien kanker
serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat
penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani,
2015). Pada pasien kanker servik post kemoterapi biasanya
ada riwayat penyakit keputihan dan riwayat penyakit
HIV/AIDS.
d. Riwayat kesehatan keluarga :Biasanya riwayat keluarga
adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena
kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga
yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih
berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluraga yang
tidak ada riwayat didalam keluarganya.
5. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obsttetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu di ketahui adalah :
a. Keluhan Haid : Dikaji tentang riwayat menarche dan haid
terakhir, sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan
sebelumnya menarche dan mengalami atropi pada masa
menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi
pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda
gejala kanker serviks.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan : Jumlah kehamilan dan
anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada
wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin
besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks.
6. Riwayat Psikososial : Biasanya tentang penerimaan pasien
terhadap penyakitnya serta harapan terhadap pengobatan yang
akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap
pasien dari sumber keuangan. Konsep diri pasien meliputi
gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi wajah
pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang
merasa tidak berguna atau menyusahkan orang lain. Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan cemas dan ketakutan.
7. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari : Biasanya meliputi pemenuhan
kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari,
pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur. Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak
nafsu makan, kelehan, gangguan pola tidur.
8. Pemeriksaan fisik, meliputi :
 Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post
kemoterapi sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal
(120/80 mmHg).
 Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
 Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi mengalami konjungtiva anemis dan skelera
ikterik.
 Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi tidak ada kelainan
 Thoraks:
Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi tidak ada kelainan
Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi tidak ada kelainan
 Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post
kemoterapi tidak ada kelainan
 Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks
mengalamisekret berlebihan, keputihan, peradangan,
pendarahan dan lesi. Pada pasien kanker serviks
postkemoterapi biasanya mengalami perdarahan
pervaginam.
 Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang
stadiumlanjut mengalami edema dan nyeri.
9. Pemeriksaan Penunjang
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai
normalnya Haemoglobin wanita (12-16 gr/dl).

2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic

c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh


berhubungan dengan mual dan muntah akibat dari efek samping
kemoradiasi

d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive

e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam gaya


hidup dan penampilan akibat efek samping kemoterapi

3. Intervensi Keperawatan

1.  Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis

Tujuan: menghilangkan/mengurangi nyeri yang dirasakan klien dalam 3x24 jam


Kriteria hasil:

- Nyeri hilang/berkurang
- TTV dalam batas normal

Intervensi Rasional

Manajemen Nyeri

Tanyakan pasien tentang nyeri, Membantu dalam evaluasi gejala nyeri


tentukan karaktersitik nyeri kanker yang dapat melibatkan visera,
saraf atau jaringan tulang 

Kaji  pernyataan verbal dan non verbal Ketidaksesuaian antara verbal dan non
nyeri pasien. verbal menunjukan.derajat nyeri 

Ajarkan pasien teknik non Membantu pasien mengurangi rasa


farmakologis seperti teknik relaksasi nyeri 
atau napas dalam, distraksi, serta
kompres hangat atau dingin

KOLABORASI:  

Berikan analgesik rutin s/d indikasi. Mempertahankan kadar obat,


menghindari puncak periode nyeri 

Evaluasi keefektifan pemberian obat Memberikan obat berdasarkan aturan. 

Berikan lingkungan tenang. Penurunan stress, menghemat energy 

Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui perkembangan


tanda-tanda vital pasien

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomik


Tujuan: ganguan eliminasi urin bekurang atau hilang dalam 5x24 jam
Kriteria hasil:

- Kandung kemih kosong secara penuh


- Intake cairan dalam batas normal
- Bebas dari ISK
- Balance cairan seimbang

Intervensi Rasional

Urinary Retention Care

Lakukan penilaian kemih yang Pengkajian yang komprehensif dapat


komprehensif berfokus pada membantu dalam penatalaksanaan
inkontinensia (misal : output urin, pola yang tepat 
berkemih, fungsi kognitif)

Memantau balance cairan Balance cairan dapat dijadikan sebagai


indikasi terganggunya eliminasi urin
klien 

Pemasangan selang kateter sesuai Untuk memudahkan klien saat


indikasi mengalami gangguan eliminasi urin
namun harus disesuaikan dengan
indikasi 

KOLABORASI:  

Pemberian medikasi untuk mengontrol Membantu menurunkan gangguan


urin eliminasi urine 

Observasi tanda-tanda vital Untuk mengetahui pekembangan


tanda-tanda vital klien
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah akibat dari efek samping kemoradiasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam nutrisi klien


terpenuhi

Kriteria hasil:

- Adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan


- BB ideal sesuai TB
- Tdak ada tanda-tanda malnutrisi

Intervensi Rasional

Manajemen Nutrisi

Kaji adanya alergi makanan Menghindari penurunan kondisi tubuh


klien akibat alergi

KOLABORASI : Membantu menentukan intake nutrisi


secara tepat
Dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutisi yang
dibutuhkan pasien

Anjurkan pasien untuk meningkatkan Meningkatkan nutrisi dalam tubuh


intake Fe, protein dan Vit.C

Monitor jumlah nutrisi dan kandungan Mengobservasi balance nutrisi


kalori

Berikan informasi tentang kebutuhan Membantu klien menjaga nutrisi


nutrisi secara mandiri

Monitor BB, turgor kulit, mual Data melihat perkembangan nutrisi


muntah, kadar albumin, konjungtiva
dan TTV dan tanda-tanda vital klien

4. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 5x24 jam tidak terjadi infeksi
pada klien

Kriteria hasil:

- Klien bebas dai tanda dan gejala infeksi


- Menunjukkan kemampuan untuk mencegah infeksi
- Jumlah leukosit dalam batas normal

Intervensi Rasional

Kontrol Infeksi

Jaga kebersihan area sekitar kalien Menghindari terjadinya infeksi pada


klien

Cuci tangan setiap sebelum dan Menghindai infeksi pada klien


sesudah tindakan keperawatan

Tingkatkan intake nutrisi Nutrisi yang adekuat membuat sistem


imunitas klien stabil

Berikan terapi antibiotik bila peli Untuk menghindari munculnya infeksi


infection protection

Monitor TTV Sebagai data pekembangan tanda-


tanda vital klien

5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup


dan penampilan akibat efek samping kemoterapi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam klien dapat
menerima kondisi tubuh

Kriteria hasil:

- Body image positive


- Mempertahankan interaksi sosial

Intervensi Rasional

Peningkatan Citra Tubuh

Kaji secara verbal dan nonverbal Melihat respon klien terhadap citra
respon klien terhadap tubuh tubuhnya

Jelaskan kembali tentang penyakit dan Membantu meningkatkan pengetahuan


pengobatan klien

Dorong klien mengungkapkan Mengetahui perasaan klien tentang


perasaan citra tubuhnya

Fasilitasi kontak dengan individu lain Akan meningkatkan motivasi klien


dalam kelompok kecil dalam proses penerimaan citra diri

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis.

Yogyakarta : Mediaction.

Cervical Center . (2017). Kanker Serviks.

Darmawati. (2015). Cervical Cancer in Productive Women. Idea Nursing Journal


Vol 1 No 1 , 9-10.

Novelia, D. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Serviks


Post Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP
Dr. M. Djamil Padang. KARYA TULIS ILMIAH .

Tim Cancer Helps. (2010). Stop Kanker. Jakarta Selatan : PT. AgroMedika
Pusaka.

Anda mungkin juga menyukai