Anda di halaman 1dari 24

“ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN KANKER SERVIKS”

DISUSUN OLEH :

ENDANG EKAYANTI PASULU

19061067

KELAS :

DOSEN PENGAJAR:

Filia Veronica Tiwatu, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE

2020
KANKER SERVIKS

1) Definisi

Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi
setiap bagian tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Kanker
adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan
yang kemudian dapat menyebar bagian seluruh tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini
disebut metastase. Metastase merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.

Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks (leher rahim) dan
dimuali pada lapisan serviks.Terjadi kanker serviks sangat perlahan, pertama beberapa sel
normal berubah menjadi sel prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker. Perubahan ini di
sebut dysplasia dan biasanya terdeteksi dengan tes pap smear.

2) Etiologi

Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:

a) HPV (Human papilloma virus)

HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata) yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.

b) Merokok

Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi HPV pada serviks.

c) Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.

d) Berganti-ganti pasangan seksual.


e) Suami/pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama pada usia di bawah 18
tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah dengan wanita yang menderita
kanker serviks.

f) Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah keguguran

g) Gangguan sistem kekebalan

h) Pemakaian Pil KB

Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian
kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian

i) Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.

j) Golongan ekonomi lemah

k) Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan
pendidikan yang rendah.

3) Klasifikasi Penyakit

Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan serviks (biopsi
konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk stadium kliniknya), foto paru-paru,
pielografi, intravena, (dapat digantikan dengan foto CT-scan). Untuk kasus stadium lanjut
diperlukan pemeriksaan sistoskopi, protoskopi dan barium enema.

Stadium kanker serviks menurut FIGO 2000 yaitu :

No. Stadium Deskripsi


1. Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intraepitel
Karsinoma masih terbatas pada daerah serviks (penyebaran ke korpus uteri
2. Stadium I
diabaikan)
Invasi kanker ke stroma hanya dapat didiagnosis secara mikroskopik. Lesi
3. Stadium I A yang dapat dilihat secara makroskopik walau dengan invasi yang
superficial dikelompokkan pada stadium IB
4. Stadium I A1 Invasi ke stroma dengan kedalaman tidak lebih 3 mm dan lebar horizontal
tidak lebih 7 mm
Invasi ke stroma lebih dari 3 mm tapi kurang dari 5 mm dan perluasan
5. Stadium I A2
horizontal tidak lebih 7 mm.
Lesi yang tampak terbatas pada serviks atau secara mikroskopik lesi lebih
6. Stadium I B
dari stadium I A2
7. Stadium I B1 Lesi yang tampak tidak lebih dari 4 cm dari dimensi terbesar.
8. Stadium I B2 Lesi yang tampak lebih dari 4 cm dari diameter terbesar
Tumor telah menginvasi di luar uterus, tetapi belum mengenai dinding
9. Stadium II
panggul atau sepertiga distal/ bawah vagina
10. Stadium II A Tanpa invasi ke parametrium
11. Stadium II B Sudah menginvasi ke parametrium
Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau mengenai sepertiga
12. Stadium III bawah vagina dan/ atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya
ginjal
Tumor telah meluas ke sepertiga bagian bawah vagina dan tidak
13. Stadium III A
menginvasi ke parametrium tidak sampai dinding panggul
Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/ atau menyebabkan
14. Stadium III B
hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
15. Stadium IV Tumor telah meluas ke luar organ reproduksi
Tumor menginvasi ke mukosa kandung kemih atau rectum dan/ atau keluar
16. Stadium IV A
rongga panggul minor
Metastasis jauh penyakit mikroinvasif : invasi stroma dengan kedalaman 3
17. Stadium IV B
mm atau kurang darah/ limfe atau melekat dengan lesi kanker serviks

4) Patofisologi

Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun. Faktor resiko mayor
untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma Virus (HPV) yang ditularkan secara
seksual. Faktor resiko lain perkembangan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia
muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status sosial ekonomi yang
rendah dan merokok.

Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus
mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona tranformasi). Pada zona
transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang berakhir sebagai
karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ atau High - Grade Squamous
Intraepithelial Lesion (HSIL) mendahului karsinoma invasif.

Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks.
Kanker servikal menyebar luas secara langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan
yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal.

Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum
kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah
mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh

5) Manifestasi Klinis

Lesi prakanker atau kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya terdeteksi dengan
pemeriksaan sitologi. Gejala atau ciri-cirinya akan terlihat jika kanker sudah berkembang dan
berpengaruh terhadap organ-organ disekitarnya, hal ini berarti bahwa kanker sudah mencapai
stadium lanjut. Manifestasi awal kanker serviks yaitu:

a) Perdarahan Per Vagina

Perdarahan biasa terjadi setelah melakukan hubungan seksual atau di luar masa haid. Selain
itu, perdarahan bisa terjadi saat seseorang mengedan terlalu kuat pada saat buang air besar,
sehingga darah segar akan bercampur dengan keputihan.

Perdarahan lain yang dapat menjadi tanda gejala kanker serviks ialah perdarahan setelah
menopause, biasanya jumlah perdarahnnya tidak banyak dan seringkali diabaikan karena tidak
disertai dengan gejala sakit pada perut dan pinggang.
b) Keputihan Berulang

Keputihan merupakan keluarnya cairan encer yang berlebihan dari vagina. Tidak semua
keputihan berbahaya, ada dua jenis keputihan yaitu yang bersifat fisiologis (normal) dan
keputihan patologis (abnormal). Keputihan fisiologis terjadi sebelum dan sesudah menstruasi.
Keputihan terlihat bening, tidak gatal, dan tidak berbau.

Keputihan dapat menghilang jika mendapatkan penanganan yang tepat. Namun, keputihan
yang disebabkan oleh kanker biasanya tidak menunjukkan kesembuhan meskipun sudah
ditangani dengan baik dan benar. Keputihan patologis yang dirasakan biasanya berbau, gatal dan
panas karena sudah terjadi infeksi.

Adapun gejalan lanjutan kanker serviks yaitu keluarnya cairan vagina berbau tidak sedap,
nyeri pada bagian panggul, pinggang, dan tungkai, gangguan saat berkemih dan kesulitan buang
air kecil karena adanya sumbatan pada saluran kemih, nyeri di daerah kandung kemih dan anus,
penurunan berat badan, dan mudah merasa lelah.

6) Komplikasi

Komplikasi bisa muncul akibat pengobatan, atau karena kanker serviks yang sudah
memasuki tahap akhir. Beberapa komplikasi yang mungkin muncul akibat pengobatan kanker
serviks yaitu :

a) Menopause Dini

Menopause adalah kondisi ketika ovarium berhenti memproduksi hormon estrogen dan


progesteron, yang biasanya terjadi pada wanita sekitar usia 50 tahun. Menopause dini dapat
terjadi, bila ovarium diangkat melalui operasi, atau bisa juga karena ovarium rusak akibat efek
samping radioterapi. Beberapa gejala yang muncul pada kondisi ini yaitu :

 Vagina kering

 Menstruasi berhenti atau tidak teratur

 Kehilangan selera seksual


 Sensasi rasa panas dan berkeringat (hot flushes)

 Berkeringat berlebihan, meski di malam hari

 Kehilangan kemampuan menahan urine, sehingga bisa menyebabkan buang air kecil tanpa
disengaja saat batuk atau bersin; kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia urine

 Penipisan tulang yang bisa menyebabkan osteoporosis atau tulang rapuh.

Beberapa obat-obatan yang merangsang produksi estrogen dan progesteron, dapat mengatasi


gejala di atas. Pengobatan ini disebut sebagai terapi penggantian hormon.

b) Penyempitan Vagina

Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks dapat menyebabkan penyempitan vagina.
Hubungan seks bisa terasa sangat menyakitkan. Terdapat dua pilihan pengobatan untuk kondisi
ini.

Cara pertama yaitu dengan mengoleskan krim hormon pada vagina, untuk meningkatkan
kelembapan pada vagina, agar hubungan seks menjadi lebih mudah.

Cara kedua yaitu dengan memakai vaginal dilator yang berfungsi mengembalikan


fleksibilitas vagina. Vaginal dilator bisa terbuat dari plastik, karet, atau kaca yang halus. Alat ini
berbentuk seperti tabung, dengan ukuran dan berat yang bervariasi. Vaginal dilator bertujuan
membuat jaringan vagina menjadi elastis, sehingga hubungan seks akan terasa lebih nyaman.
Disarankan memakai vaginal dilator selama 5 sampai 10 menit secara teratur, selama enam bulan
sampai satu tahun.

c) Limfedema / Penumpukan Cairan Tubuh

Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan atau kaki, karena
sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik adalah bagian penting dari sistem kekebalan dan
sistem sirkulasi tubuh, yang berfungsi membuang cairan berlebih dari dalam jaringan tubuh.
Sistem limfatik mungkin tidak berfungsi normal jika nodus limfa diangkat dari panggul.
Gangguan pada sistem ini bisa menyebabkan penimbunan cairan pada organ tubuh. Penimbunan
inilah yang menyebabkan pembengkakan.

Pada penderita kanker serviks, limfedema biasanya terjadi di bagian kaki. Untuk mengurangi
pembengkakan yang terjadi, pasien bisa melakukan latihan dan teknik pemijatan khusus. Perban
atau kain pembalut khusus juga bisa membantu untuk mengatasi kondisi ini.

d) Rasa Sakit Akibat Penyebaran Kanker

Rasa sakit yang parah akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke saraf, tulang, atau otot.
Kondisi tersebut biasanya diatasi dengan pemberian obat pereda nyeri. Obat-obatan yang
digunakan mulai dari paracetamol, obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) hingga morfin,
tergantung pada tingkat rasa sakit yang dirasakan.

e) Perdarahan Berlebih

Kanker serviks yang menyebar hingga ke vagina, usus, atau kandung kemih, dapat
menyebabkan perdarahan bisa muncul di rektum atau di vagina. Perdarahan juga bisa terjadi saat
buang air kecil. Kondisi ini dapat ditangani dengan kombinasi obat-obatan untuk menurunkan
tekanan darah.

Perdarahan ringan dapat ditangani dengan obat golongan asam traneksamat. Obat ini akan
memicu penggumpalan darah menggumpal, sehingga dapat menghentikan pendarahan yang
terjadi. Radioterapi juga efektif dalam menghentikan perdarahan akibat kanker.

f) Penggumpalan Darah Setelah Pengobatan


Seperti jenis kanker lainnya, kanker serviks membuat darah menjadi lebih lengket’ atau
kental, dan cenderung membentuk gumpalan. Risiko penggumpalan darah meningkat setelah
menjalani kemoterapi, dan istirahat pascaoperasi.

Munculnya tumor yang besar bisa menekan pembuluh darah pada panggul. Kondisi inilah
yang memperlambat aliran darah, dan mengakibatkan penggumpalan di kaki. Gejala terjadinya
penggumpalan darah pada kaki antara lain :

 Sakit yang terasa sangat dalam di area kaki yang terdampak

 Rasa sakit dan pembengkakan di salah satu bagian kaki, biasanya pada betis

 Kulit memerah, terutama pada bagian belakang kaki di bawah lutut

 Pada bagian yang terjadi penggumpalan, kulit akan terasa hangat.

g) Gagal ginjal

Ginjal berfungsi membuang limbah dari dalam tubuh. Limbah ini dibuang melalui urine
melewati saluran yang disebut ureter. Tes darah sederhana bisa dilakukan untuk mengawasi
kinerja ginjal. Tes darah ini biasanya disebut sebagai tingkat serum kreatinin.

Pada beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, kanker bisa menekan ureter. Kondisi ini
dapat menyebabkan terhalangnya urine untuk keluar dari ginjal. Terkumpulnya urine di ginjal,
atau dikenal dengan istilah hidronefrosis bisa menyebabkan ginjal membengkak dan meregang.
Hidronefrosis parah bisa merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya.

Pengobatan untuk gagal ginjal yaitu dengan mengeluarkan semua urine yang terkumpul di
ginjal. Pipa akan dimasukkan melalui kulit dan ke dalam tiap ginjal, dikenal sebagai
nefrostomi perkutan. Pilihan pengobatan lain adalah memperlebar kedua saluran ureter. Ini
dilakukan dengan cara memasukkan pipa besi kecil atau stent ke dalam ureter.

Beberapa gejala yang muncul akibat gagal ginjal meliputi:

 Sesak napas

 Kelelahan
 Mual

 Pembengkakan pada pergelangan, tangan atau kaki karena penimbunan cairan

 Darah dalam urine

h) Produksi Cairan Vagina Yang Tidak Normal

Cairan vagina bisa berbau aneh dan tidak sedap bila kanker serviks memasuki stadium lanjut.
Cairan yang keluar bisa muncul karena beberapa alasan yaitu:

 Kerusakan pada jaringan sel – sel

 Kerusakan pada kandung kemih atau usus sehingga terjadi kebocoran isi organ-organ
tersebut yang keluar melalui vagina

 Karena infeksi bakteri pada organ vagina

Pengobatan untuk kelainan cairan vagina menggunakan gel antibakteri yang


mengandung metronidazole. Bisa juga dengan cara memakai baju yang mengandung zat arang
(karbon). Karbon adalah senyawa kimia yang sangat efektif untuk menyerap bau yang tidak
sedap.

i) Fistula

Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara dua bagian dari tubuh.
Pada kasus kanker serviks, fistula bisa terbentuk antara kandung kemih dan vagina. Kondisi ini
bisa mengakibatkan pengeluaran cairan tanpa henti dari vagina. Kadang, fistula bisa terjadi
antara vagina dan rektum. Fistula termasuk komplikasi yang jarang, bahkan hanya terjadi pada 2
persen kasus kanker serviks stadium lanjut.

Untuk memperbaiki fistula perlu dilakukan prosedur operasi. Akan tetapi operasi umumnya
tidak mungkin dilakukan pada wanita dengan kanker serviks stadium lanjut akibat kondisi yang
sudah sangat lemah. Bila operasi tidak memungkinkan, krim dan pelembap bisa digunakan untuk
mengurangi pengeluaran cairan. Langkah tersebut juga bertujuan melindungi vagina dan jaringan
di sekitarnya agar tidak rusak dan mengalami iritasi.
7) Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Medis

Menurut Wijaya (2010) ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih untuk mengobati
kanker serviks sesuai dengan tahap perkembangannya masing-masing, yaitu:

a) Stadium 0 (Carsinoma in Situ)

Pilihan metode pengobatan kanker serviks untuk stadium 0 antara lain :

 Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) yaitu presedur eksisi dengan menggunakan
arus listrik bertegangan rendah untuk menghilangkan jaringan abnormal serviks
 Pembedahan Laser
 Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks dan epitel serta
kelenjarnya
 Cryosurgery yaitu penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk menghancurkan sel
abnormal atau mengalami kelainan
 Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak menginginkan anak lagi )
 Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan pembedahan).
b) Stadium I A

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IA antara lain :

 Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingoophorectomy


 Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks dan epitel serta
kelenjarnya
 Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar getah bening
 Terapi radiasi internal.

c) Stadium I B

Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IB antara lain :


 Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal
 Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
 Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi radiasi dan
kemoterapi
 Terapi radiasi dan kemoterapi

d) Stadium II
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II antara lain :
 Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi
 Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
 Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi radiasi dan
kemoterapi,

e) Stadium II B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B yaitu terapi radiasi internal dan eksternal
yang diikuti dengan kemoterapi.

f) Stadium III
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III yaitu terapi radiasi internal dan eksternal
yang dikombinasikan dengan kemoterapi.

g) Stadium IV A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A yaitu terapi radiasi internal dan eksternal
yang dikombinasikan dengan kemoterapi.

h) Stadium IV B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB antara lain :
 Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejalagejala yang disebabkan oleh
kanker dan untuk meningkatkan kualitas hidup
 Kemoterapi
 Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat kombinasi

Penatalaksanaan Keperawatan

Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi pemberian edukasi dan
informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah komplikasi.

Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana klien dan pasangannya memandang kemampuan


reproduksi wanita dan memaknai setiap hal yang berhubungan dengan kemampuan
reproduksinya. Apabila terdiagnosis kanker, banyak wanita merasa hidupnya lebih terancam.
Perasaan ini jauh lebih penting dibandingkan kehilangan kemampuan reproduksi.

Intervensi keperawatan kemudian difokuskan untuk membantu klien mengekspresikan rasa


takut, membuat parameter harapan yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual,
meningkatkan kualitas sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukan kekuatan diri
untuk menghadapi masalah.

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1) Identitas Pasien

Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak,
agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit,
nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.
2) Identitas Penanggung Jawab

Meliputi nama, umur, alamat, pekerjaan, hubungan dengan pasien.

3) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama

Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan intra servikal dan
disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.

b) Riwayat Kesehatan Sekarang

Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan
yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina,
nyeri pada panggul.

Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.

c) Riwayat Kesehatan Dahulu

Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat
penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS .

d) Riwayat Kesehatan Keluarga

Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker
bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang tidak ada riwayat di
dalam keluarganya.

4) Keadaan Psikososial

Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap penyakitnya serta harapan terhadap


pengobatan yang akan dijalani, hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber
keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan identitas. Kaji juga ekspresi
wajah pasien yang murung atau sedih serta keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau
menyusahkan orang lain.

5) Data Khusus
a) Riwayat Obstetri dan Ginekologi

Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu diketahui
yaitu :

 Keluhan Haid

Kaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks tidak pernah
ditemukan sebelum menarche dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi
yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala
kanker serviks.

 Riwayat Kehamilan dan Persalinan

Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang
sering partus, semakin sering partus semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks.

b) Aktivitas dan Istirahat


Gejalanya yaitu :

 Kelemahan atau keletihan akibat anemia


 Perubahan pada pola istirahat dan kebiasaan tidur pada malam hari
 Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri, ansietas dan keringat malam
 Pekerjaan atau profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan dan tingkat stress yang
tinggi

c) Integritas Ego

Gejalanya yaitu :

 Faktor stress
 Menolak diri atau menunda mencari pengobatan
 Keyakinan religious atau spiritual
 Masalah tentang lesi cacat
 Pembedaha
 Menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis dan perasaan putus asa

d) Eliminasi

Perubahan pada pola defekasi, perubahan eliminasi, urinalis, misalnya nyeri.

e) Makan dan Minum

Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet.

f) Neurosensori
Gejalanya yaitu pusing, sinkope
g) Nyeri dan Kenyamanan

Gejalanya yaitu adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri hebat sesuai dengan proses penyakit

h) Keamanan
 Gejalanya yaitu pemajanan zat kimia toksik, karsinogen
 Tandanya adalah demam, ruam kulit, ulserasi.

i) Seksualitas

Perubahan pola seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama

j) Integritas Sosial

Ketidaknyamanan dalam bersosialisasi, perasaan malu dengan lingkungan, perasaan acuh

k) Pemeriksaan Penunjang

Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi, servikografi, pemeriksaan visual
langsung, gineskopi. Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi karna biasanya pada
pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai
normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl

l) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala

Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami rambut rontok dan mudah
tercabut
b) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.

c) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.

d) Abdomen

Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat tumor menekan saraf
lumbosakralis

e) Ekstermitas

Nyeri dan terjadi pembengkakan pada anggota gerak (kaki)

f) Genitalia

Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan, keputihan, peradangan,
pendarahan dan lesi. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI, kemungkinan masalah yang
muncul adalah sebagai berikut :
1) Nyeri kronis b.d penekanan saraf
2) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
3) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
4) Disfungsi seksual b.d perubahan struktur tubuh
5) Difisit pengetahuan b.d kekurangan informasi
6) Harga diri rendah b.d perubahan pada citra tubuh
7) Resiko perdarahan b.d gangguan koagulasi (trombositopenia)
8) Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (imunosupresi)

C. Rencana Keperawatan

Penyusunan rencana keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan
keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan
juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan kriteria hasil keperawatan
berdasarkan SMART, yaitu :

S : Spesific (tidak menimbulkan arti ganda)

M : Measurable (dapat diukur, dilihat, didengar, diraba, dirasakan ataupun dibau)

A : Achievable (dapat dicapai)

R : Reasonable (dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah)

T : Time (punya batasan waktu yang jelas).

Karakteristik rencana asuhan keperawatan yaitu :

1) Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah (rasional)


2) Berdasarkan kondisi klien
3) Digunakan untuk menciptakan situasi yang aman dan terapeutik
4) Menciptakan situasi pengajaran
5) Menggunakan sarana prasarana yang sesuai

D. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


SIKI : Manajemen Nyeri
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respons nyeri non - verbal
1. Nyeri kronis b.d penekanan saraf 4) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5) Fasilitasi istirahat dan tidur
6) Jelaskan penyebab, periode, pemicu nyeri
7) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi nyeri
8) Kolaborasi pemberian analgetik
SIKI : Manajemen Nutrisi
1) Identifikasi status nutrisi
Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan 2) Identifikasi adanya alergi atau adanya intoleransi
2.
menelan makanan makanan
3) Monitor asupan makanan
4) Monitor berat badan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
5) Monitor hasil dari pemeriksaan laboratorium
6) Berikan makanan tinggi protein dan tinggi kalori
7) Anjurkan pasien makan sedikit tapi sering
8) Anjurkan posisi duduk saat makan, jika mampu
9) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
SIKI : Perawatan Sirkulasi
1) Periksa sirkulasi perifer
2) Identifikasi faktor resiko gangguan pada sirkulasi
3) Monitor adanya panas, kemerahan nyeri atau
Perfusi perifer tidak efektif b.d bengkak ekstermitas
3.
penurunan konsentrasi hemoglobin 4) Catat hasil lab Hb dan Ht
5) Lakukan hidrasi
6) Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang
tindakan pemberian tranfusi darah
7) Kolaborasi pemberian tranfusi darah
SIKI : Konseling Seksualitas
1) Identifikasi tingkat pengetahuan, masalah sistem
reproduksi, masalah seksualitas, dan penyakit
Disfungsi seksual b.d perubahan menular seksual
4. struktur tubuh 2) Identifikasi waktu disfungsi seksual dan
kemungkinan penyebab
3) Monitor stress, kecemasan, depresi, dan penyebab
disfungsi seksual
4) Fasilitasi komunikasi antara pasien dan pasangan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
5) Berikan kesempatan kepada pasangan untuk
menceritakan permasalahan seksual
6) Berikan pujian terhadap perilaku yang benar
7) Berikan saran yang sesuai kebutuhan pasangan
dengan menggunakan bahasa yang mudah
diterima, dipahami dan tidak menghakimi
8) Jelaskan efek pengobatan, kesehatan, dan
penyakit terhadap disfungsi seksual
9) Informasikan pentingnya modifikasi pada
aktivitas seksual
10) Jika perlu kolaborasi dengan spesialis seksologi
SIKI : Edukasi Proses Penyakit
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima
informasi
2) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
3) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
4) Beri kesempatan untuk bertanya
Difisit pengetahuan b.d kekurangan 5) Jelaskan penyebab dan faktor risiko penyakit
5.
informasi 6) Jelaskan proses patofisiologi munculnya penyakit
7) Jelaskan tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh
penyakit
8) Jelaskan kemungkinan terjadinya komplikasi
9) Ajarkan cara meredakan atau mengatasi gejala
yang dirasakan
10) Ajarkan cara meminimalkan efek samping dari
intervensi atau pengobatan
No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan
11) Informasikan kondisi pasien saat ini
12) Anjurkan melapor jika merasakan tanda dan
gejala memberat atau tidak biasai
6. Harga diri rendah b.d perubahan SIKI : Promosi Koping
pada citra tubuh 1) Identifikasi kemampuan yang dimiliki
2) Identifikasi pemahaman proses penyakit
3) Identifikasi dampak situasi terhadap peran dan
hubungan
4) Identifikasi metode penyelesaian masalah
5) Identifikasi kebutuhan dan keinginan terhadap
dukungan sosial
6) Diskusikan perubahan peran yang dialami
7) Gunakan pendekatan yang tenang dan
meyakinkan
8) Diskusikan alasan mengkritik diri sendiri
9) Diskusikan konsekuensintid ak menggunakan
rasa bersalah dan asa malu
10) Fasilitasi dalam memperoleh informasi yang
dibutuhkan
11) Motivasi untuk menentukan harapan yang
realistis
12) Dampingi saat beduka
13) Anjurkan penggunaan sistem spiritual, jika perlu
14) Ajarkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
15) Anjurkan keluarga terlibat
16) Ajarkan cara memecahkan masalah secara
konstruktif
17) Latih penggunaan teknik elaksasi

No. Diagnosa Keperawatan Intervensi Keperawatan


SIKI : Pencegahan Perdaahan
1) Monitor tanda dan gejala perdaahan
2) Monitor nilai hematokrit/ hemoglobin sebelum
dan setelah kehilangan darah
3) Monitor tandatanda vital ortostatik
4) Monitor koagulasi
5) Pertahankan bedest selama perdarahan
Resiko perdarahan b.d gangguan
6) Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
7. koagulasi (trombositopenia)
7) Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
8) Anjurkan meningkatkan asupan makanan dan
vitamin K
9) Anjurkan segera melapor dokter jika terjadi
perdarahan
10) Kolaborasi pemberian obat dan pengontrol
perdarahan
11) Kolaborasi pemberian produk darah
SIKI : Pencegahan Infeksi
1) Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan
sistemik
Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan
2) Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pertahanan tubuh sekunder
8. pasien dan lingkungan pasien
(imunosupresi)
3) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
4) Jelaskan cara mencuci tangan dengan benar
5) Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
6) Kolaborasi pemberian antibiotik

DAFTAR PUSTAKA

http://repository.unimus.ac.id/1966/4/BAB%20II.pdf

https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/1080/NOPI%20NUR%20CAHYANTI
%20KTI.pdf?sequence=1&isAllowed=y

http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/316/1/1%20halaman%20sampul%20depan%20tbx
%20%2816%20files%20merged%29.pdf

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68214/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
https://www.alodokter.com/kanker-serviks/komplikasi

Anda mungkin juga menyukai