DISUSUN OLEH :
19061067
KELAS :
DOSEN PENGAJAR:
FAKULTAS KEPERAWATAN
2020
KANKER SERVIKS
1) Definisi
Kanker adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi
setiap bagian tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan neoplasma. Kanker
adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan
yang kemudian dapat menyebar bagian seluruh tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini
disebut metastase. Metastase merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.
Kanker serviks adalah keganasan yang bermula pada sel-sel serviks (leher rahim) dan
dimuali pada lapisan serviks.Terjadi kanker serviks sangat perlahan, pertama beberapa sel
normal berubah menjadi sel prakanker, kemudian berubah menjadi sel kanker. Perubahan ini di
sebut dysplasia dan biasanya terdeteksi dengan tes pap smear.
2) Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi
terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata) yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
b) Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi HPV pada serviks.
h) Pemakaian Pil KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang yaitu lebih dari lima tahun dapat
meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian
kontrasepsi oral sebesar 1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian
k) Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear secara rutin dan
pendidikan yang rendah.
3) Klasifikasi Penyakit
Stadium klinis menurut FIGO membutuhkan pemeriksaan pelvic, jaringan serviks (biopsi
konisasi untuk stadium IA dan biopsi jaringan serviks untuk stadium kliniknya), foto paru-paru,
pielografi, intravena, (dapat digantikan dengan foto CT-scan). Untuk kasus stadium lanjut
diperlukan pemeriksaan sistoskopi, protoskopi dan barium enema.
4) Patofisologi
Puncak insedensi karsinoma insitu adalah usia 20 hingga usia 30 tahun. Faktor resiko mayor
untuk kanker serviks adalah infeksi Human Paipilloma Virus (HPV) yang ditularkan secara
seksual. Faktor resiko lain perkembangan kanker serviks adalah aktivitas seksual pada usia
muda, paritas tinggi, jumlah pasangan seksual yang meningkat, status sosial ekonomi yang
rendah dan merokok.
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus
mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona tranformasi). Pada zona
transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang berakhir sebagai
karsinoma servikal invasif. Displasia servikal dan karsinoma in situ atau High - Grade Squamous
Intraepithelial Lesion (HSIL) mendahului karsinoma invasif.
Karsinoma serviks terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk ke dalam stroma serviks.
Kanker servikal menyebar luas secara langsung kedalam jaringan para servikal. Pertumbuhan
yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada
jaringan servikal.
Karsinoma servikal invasif dapat menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum
kardinale dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah
mengakibatkan metastase ke bagian tubuh yang jauh
5) Manifestasi Klinis
Lesi prakanker atau kanker stadium dini biasanya asimtomatik dan hanya terdeteksi dengan
pemeriksaan sitologi. Gejala atau ciri-cirinya akan terlihat jika kanker sudah berkembang dan
berpengaruh terhadap organ-organ disekitarnya, hal ini berarti bahwa kanker sudah mencapai
stadium lanjut. Manifestasi awal kanker serviks yaitu:
Perdarahan biasa terjadi setelah melakukan hubungan seksual atau di luar masa haid. Selain
itu, perdarahan bisa terjadi saat seseorang mengedan terlalu kuat pada saat buang air besar,
sehingga darah segar akan bercampur dengan keputihan.
Perdarahan lain yang dapat menjadi tanda gejala kanker serviks ialah perdarahan setelah
menopause, biasanya jumlah perdarahnnya tidak banyak dan seringkali diabaikan karena tidak
disertai dengan gejala sakit pada perut dan pinggang.
b) Keputihan Berulang
Keputihan merupakan keluarnya cairan encer yang berlebihan dari vagina. Tidak semua
keputihan berbahaya, ada dua jenis keputihan yaitu yang bersifat fisiologis (normal) dan
keputihan patologis (abnormal). Keputihan fisiologis terjadi sebelum dan sesudah menstruasi.
Keputihan terlihat bening, tidak gatal, dan tidak berbau.
Keputihan dapat menghilang jika mendapatkan penanganan yang tepat. Namun, keputihan
yang disebabkan oleh kanker biasanya tidak menunjukkan kesembuhan meskipun sudah
ditangani dengan baik dan benar. Keputihan patologis yang dirasakan biasanya berbau, gatal dan
panas karena sudah terjadi infeksi.
Adapun gejalan lanjutan kanker serviks yaitu keluarnya cairan vagina berbau tidak sedap,
nyeri pada bagian panggul, pinggang, dan tungkai, gangguan saat berkemih dan kesulitan buang
air kecil karena adanya sumbatan pada saluran kemih, nyeri di daerah kandung kemih dan anus,
penurunan berat badan, dan mudah merasa lelah.
6) Komplikasi
Komplikasi bisa muncul akibat pengobatan, atau karena kanker serviks yang sudah
memasuki tahap akhir. Beberapa komplikasi yang mungkin muncul akibat pengobatan kanker
serviks yaitu :
a) Menopause Dini
Vagina kering
Kehilangan kemampuan menahan urine, sehingga bisa menyebabkan buang air kecil tanpa
disengaja saat batuk atau bersin; kondisi ini dikenal sebagai inkontinensia urine
b) Penyempitan Vagina
Pengobatan dengan radioterapi pada kanker serviks dapat menyebabkan penyempitan vagina.
Hubungan seks bisa terasa sangat menyakitkan. Terdapat dua pilihan pengobatan untuk kondisi
ini.
Cara pertama yaitu dengan mengoleskan krim hormon pada vagina, untuk meningkatkan
kelembapan pada vagina, agar hubungan seks menjadi lebih mudah.
Limfedema adalah pembengkakan yang umumnya muncul pada tangan atau kaki, karena
sistem limfatik yang terhalang. Sistem limfatik adalah bagian penting dari sistem kekebalan dan
sistem sirkulasi tubuh, yang berfungsi membuang cairan berlebih dari dalam jaringan tubuh.
Sistem limfatik mungkin tidak berfungsi normal jika nodus limfa diangkat dari panggul.
Gangguan pada sistem ini bisa menyebabkan penimbunan cairan pada organ tubuh. Penimbunan
inilah yang menyebabkan pembengkakan.
Pada penderita kanker serviks, limfedema biasanya terjadi di bagian kaki. Untuk mengurangi
pembengkakan yang terjadi, pasien bisa melakukan latihan dan teknik pemijatan khusus. Perban
atau kain pembalut khusus juga bisa membantu untuk mengatasi kondisi ini.
Rasa sakit yang parah akan muncul ketika kanker sudah menyebar ke saraf, tulang, atau otot.
Kondisi tersebut biasanya diatasi dengan pemberian obat pereda nyeri. Obat-obatan yang
digunakan mulai dari paracetamol, obat antiinflamasi non-steroid (OAINS) hingga morfin,
tergantung pada tingkat rasa sakit yang dirasakan.
e) Perdarahan Berlebih
Kanker serviks yang menyebar hingga ke vagina, usus, atau kandung kemih, dapat
menyebabkan perdarahan bisa muncul di rektum atau di vagina. Perdarahan juga bisa terjadi saat
buang air kecil. Kondisi ini dapat ditangani dengan kombinasi obat-obatan untuk menurunkan
tekanan darah.
Perdarahan ringan dapat ditangani dengan obat golongan asam traneksamat. Obat ini akan
memicu penggumpalan darah menggumpal, sehingga dapat menghentikan pendarahan yang
terjadi. Radioterapi juga efektif dalam menghentikan perdarahan akibat kanker.
Munculnya tumor yang besar bisa menekan pembuluh darah pada panggul. Kondisi inilah
yang memperlambat aliran darah, dan mengakibatkan penggumpalan di kaki. Gejala terjadinya
penggumpalan darah pada kaki antara lain :
Rasa sakit dan pembengkakan di salah satu bagian kaki, biasanya pada betis
g) Gagal ginjal
Ginjal berfungsi membuang limbah dari dalam tubuh. Limbah ini dibuang melalui urine
melewati saluran yang disebut ureter. Tes darah sederhana bisa dilakukan untuk mengawasi
kinerja ginjal. Tes darah ini biasanya disebut sebagai tingkat serum kreatinin.
Pada beberapa kasus kanker serviks stadium lanjut, kanker bisa menekan ureter. Kondisi ini
dapat menyebabkan terhalangnya urine untuk keluar dari ginjal. Terkumpulnya urine di ginjal,
atau dikenal dengan istilah hidronefrosis bisa menyebabkan ginjal membengkak dan meregang.
Hidronefrosis parah bisa merusak ginjal sehingga kehilangan seluruh fungsinya.
Pengobatan untuk gagal ginjal yaitu dengan mengeluarkan semua urine yang terkumpul di
ginjal. Pipa akan dimasukkan melalui kulit dan ke dalam tiap ginjal, dikenal sebagai
nefrostomi perkutan. Pilihan pengobatan lain adalah memperlebar kedua saluran ureter. Ini
dilakukan dengan cara memasukkan pipa besi kecil atau stent ke dalam ureter.
Sesak napas
Kelelahan
Mual
Cairan vagina bisa berbau aneh dan tidak sedap bila kanker serviks memasuki stadium lanjut.
Cairan yang keluar bisa muncul karena beberapa alasan yaitu:
Kerusakan pada kandung kemih atau usus sehingga terjadi kebocoran isi organ-organ
tersebut yang keluar melalui vagina
i) Fistula
Fistula adalah terbentuknya sambungan atau saluran abnormal antara dua bagian dari tubuh.
Pada kasus kanker serviks, fistula bisa terbentuk antara kandung kemih dan vagina. Kondisi ini
bisa mengakibatkan pengeluaran cairan tanpa henti dari vagina. Kadang, fistula bisa terjadi
antara vagina dan rektum. Fistula termasuk komplikasi yang jarang, bahkan hanya terjadi pada 2
persen kasus kanker serviks stadium lanjut.
Untuk memperbaiki fistula perlu dilakukan prosedur operasi. Akan tetapi operasi umumnya
tidak mungkin dilakukan pada wanita dengan kanker serviks stadium lanjut akibat kondisi yang
sudah sangat lemah. Bila operasi tidak memungkinkan, krim dan pelembap bisa digunakan untuk
mengurangi pengeluaran cairan. Langkah tersebut juga bertujuan melindungi vagina dan jaringan
di sekitarnya agar tidak rusak dan mengalami iritasi.
7) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Menurut Wijaya (2010) ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih untuk mengobati
kanker serviks sesuai dengan tahap perkembangannya masing-masing, yaitu:
Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP) yaitu presedur eksisi dengan menggunakan
arus listrik bertegangan rendah untuk menghilangkan jaringan abnormal serviks
Pembedahan Laser
Konisasi yaitu mengangkat jaringan yang mengandung selaput lendir serviks dan epitel serta
kelenjarnya
Cryosurgery yaitu penggunaan suhu ekstrem (sangat dingin) untuk menghancurkan sel
abnormal atau mengalami kelainan
Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak menginginkan anak lagi )
Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan pembedahan).
b) Stadium I A
c) Stadium I B
d) Stadium II
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II antara lain :
Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi
Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi radiasi dan
kemoterapi,
e) Stadium II B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B yaitu terapi radiasi internal dan eksternal
yang diikuti dengan kemoterapi.
f) Stadium III
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium III yaitu terapi radiasi internal dan eksternal
yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
g) Stadium IV A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A yaitu terapi radiasi internal dan eksternal
yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
h) Stadium IV B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IVB antara lain :
Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejalagejala yang disebabkan oleh
kanker dan untuk meningkatkan kualitas hidup
Kemoterapi
Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat kombinasi
Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi pemberian edukasi dan
informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta ketakutan
klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk meningkatkan
kesehatan dan mencegah komplikasi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1) Identitas Pasien
Meliputi nama pasien, tempat tanggal lahir, usia, status perkawinan, pekerjaan, jumlah anak,
agama, alamat, jenis kelamin, pendidikan terakhir, asal suku bangsa, tanggal masuk rumah sakit,
nomor rekam medik, nama orangtua dan pekerjaan orangtua.
2) Identitas Penanggung Jawab
3) Riwayat Kesehatan
a) Keluhan Utama
Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti pendarahan intra servikal dan
disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi
biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium awal tidak merasakan keluhan yang
mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan
yang berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina,
nyeri pada panggul.
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat
penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS .
Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker
bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluarga yang memiliki riwayat kanker didalam
keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker dari pada keluarga yang tidak ada riwayat di
dalam keluarganya.
4) Keadaan Psikososial
5) Data Khusus
a) Riwayat Obstetri dan Ginekologi
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker serviks yang perlu diketahui
yaitu :
Keluhan Haid
Kaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks tidak pernah
ditemukan sebelum menarche dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus menstruasi
yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid adalah salah satu tanda gejala
kanker serviks.
Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang
sering partus, semakin sering partus semakin besar resiko mendapatkan karsinoma serviks.
c) Integritas Ego
Gejalanya yaitu :
Faktor stress
Menolak diri atau menunda mencari pengobatan
Keyakinan religious atau spiritual
Masalah tentang lesi cacat
Pembedaha
Menyangkal atau tidak mempercayai diagnosis dan perasaan putus asa
d) Eliminasi
Kebiasaan diet yang buruk, misalnya rendah serat, tinggi lemak, adiktif, bahan pengawet.
f) Neurosensori
Gejalanya yaitu pusing, sinkope
g) Nyeri dan Kenyamanan
Gejalanya yaitu adanya nyeri dengan derajat bervariasi, misalnya ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri hebat sesuai dengan proses penyakit
h) Keamanan
Gejalanya yaitu pemajanan zat kimia toksik, karsinogen
Tandanya adalah demam, ruam kulit, ulserasi.
i) Seksualitas
Perubahan pola seksual, keputihan (jumlah, karakteristik, bau), perdarahan sehabis senggama
j) Integritas Sosial
k) Pemeriksaan Penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan pap smear, koloskopi, servikografi, pemeriksaan visual
langsung, gineskopi. Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi karna biasanya pada
pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai
normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl
l) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami rambut rontok dan mudah
tercabut
b) Wajah
Konjungtiva anemis akibat perdarahan.
c) Leher
Adanya pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut.
d) Abdomen
Adanya nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah akibat tumor menekan saraf
lumbosakralis
e) Ekstermitas
f) Genitalia
Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan, keputihan, peradangan,
pendarahan dan lesi. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul menurut SDKI, kemungkinan masalah yang
muncul adalah sebagai berikut :
1) Nyeri kronis b.d penekanan saraf
2) Defisit nutrisi b.d ketidakmampuan menelan makanan
3) Perfusi perifer tidak efektif b.d penurunan konsentrasi hemoglobin
4) Disfungsi seksual b.d perubahan struktur tubuh
5) Difisit pengetahuan b.d kekurangan informasi
6) Harga diri rendah b.d perubahan pada citra tubuh
7) Resiko perdarahan b.d gangguan koagulasi (trombositopenia)
8) Resiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder (imunosupresi)
C. Rencana Keperawatan
Penyusunan rencana keperawatan diawali dengan melakukan pembuatan tujuan dari asuhan
keperawatan. Tujuan yang dibuat dari tujuan jangka panjang dan jangka pendek. Perencanaan
juga memuat kriteria hasil. Pedoman dalam penulisan tujuan kriteria hasil keperawatan
berdasarkan SMART, yaitu :
D. Intervensi Keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
http://repository.unimus.ac.id/1966/4/BAB%20II.pdf
https://dspace.umkt.ac.id/bitstream/handle/463.2017/1080/NOPI%20NUR%20CAHYANTI
%20KTI.pdf?sequence=1&isAllowed=y
http://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/316/1/1%20halaman%20sampul%20depan%20tbx
%20%2816%20files%20merged%29.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68214/Chapter%20II.pdf?
sequence=4&isAllowed=y
https://www.alodokter.com/kanker-serviks/komplikasi