1. Definisi
Karsinoma ialah keganasan pada tumor epitel yang disebabkan oleh neoplasma. Neoplasma
merupakan kelainan pertumbuhan sel didalam tubuh yang ditandai dengan
perkembangbiakan sel baru abnormal bersifat merusak atau karsinogen. Neoplasma
disebabkan oleh transformasi atau mutasi sel akibat kerusakan gen yang mengatur
pertumbuhan dan diferensiasi sel. (American Cancer Society, 2015)
Penyakit kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks uterus,
suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang
terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). (Purwoastuti, dkk, 2015).
2. Patofisiologi
Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus
mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi). Pada zona
transformasi serviks memperlihatkan tidak normalnya sel progresif yang akhirnya berakhir
sebagai karsinoma servikal invasif. Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi
epitelium masuk ke dalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung ke
dalam jaringan para servikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat
dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal invasif dapat
menginvasi atau meluas ke dinding vagina, ligamentum kardinale dan rongga endometrium,
invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastase ke bagian
tubuh yang jauh (Price &Wilson, 2012).
Tidak ada tanda atau gejala yang spesifik untuk kanker serviks. Karsinoma servikal invasif
tidak memilki gejala, namun karsinoma invasif dini dapat menyebabkan sekret vagina atau
perdarahan vagina. Walaupun perdarahan adalah gejala yang signifikan, perdarahan tidak
selalu muncul pada saat awal, sehingga kanker dapat sudah dalam keadaan lanjut pada saat
didiagnosis. Jenis perdarahan vagina yang paling sering adalah pasca coitus atau bercak
antara menstruasi. Bersamaan dengan tumbuhnya tumor, gejala yang muncul kemudian
adalah nyeri punggung bagian bawah atau nyeri tungkai akibat penekanan saraf
lumbosakralis, frekuensi berkemih yang sering dan mendesak, hematuri atau perdarahan
rektum (Price & Wilson, 2012).
Pengobatan kanker serviks sendiri akan mengalami beberapa efek samping antara lain mual,
muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan terjadi diare, gastritis, sulit membuka mulut,
sariawan, penurunan nafsu makan (biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping
tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah
keperawatan resiko tinggi kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi
tubuh yang menyebabkan kelemahan atau keletihan sehingga daya tahan tubuh berkurang dan
resiko injury pun akan muncul.Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker
serviks ini merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan
mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan dengan
kematian (Aspiani, 2017).
5. Patway
HPV Merokok Ganti-ganti pasangan Hubungan sex usia 16 th jumlah
kehamilan
Infeksi HPV
Proses metaplasy
Meraplasia
CA SERVIKS
Resiko infeksi
4. Kalsifikasi
Stadium II : Tumor telah menginvasi diluar uterus, tetapi belum mengenai dinding panggul
atau sepertiga distal/bawah vagina.
II A : Tanpa invasi ke parametrium
II B : Sudah menginvasi parametrium
Stadium IIIA : Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/atau mengenai sepertiga bawah
vagina dan/atau menyebabkan hidronefrosis atau tidak berfungsinya ginjal
III A : Tumor telah meluas kesepertiga bawah vagina dan tidak invasi keperimetrium
tidak sampai ke dinding panggul
III B : Tumor telah meluas ke dinding panggul dan/atau menyebabkan hidronefrosis
atau tidak berfungsinya ginjal
5. Etiologi
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi HPV pada serviks.
8. Pemakaian Pil KB
.
9. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamidia menahun.
Tanda-tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala. Akan tetapi dalam
perjalanannya akan menimbulkan gejala seperti: Keputihan yang makin lama makin berbau
akibat infeksi dan nekrosis jaringan, perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan
III), perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%), perdarahan spontan saat
defekasi, dan perdarahan spontan pervaginam (Nurarif dan Kusuma, 2016).
Pada tahap lanjut keluhan berupa (Sarwono) : Cairan pervaginam yang berbau busuk, nyeri
(panggul, pinggang, atau pinggul), sering berkemih, buang air kecil atau air besar yang sakit,
gejala penyakit yang redidif (nyeri pinggang, edema kaki unilateral, dan obstruksi
ureter), anemi akibat perdarahan berulang, rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut
saraf (Nurarif dan Kusuma, 2016).
7. Penatalaksanaan
Terapi kanker serviks dilakukan bila diagnosis telah dipastikan secara histologik dan sesudah
dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melakukan rehabilitasi dan
pengamatan lanjutan (tim onkoligi).
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wijaya (2010) ada berbagai tindakan klinis yang bisa dipilih untuk mengobati
kanker serviks sesuai dengan tahap perkembangannya masing-masing, yaitu:
a. Stadium 0 (Carsinoma in Situ) Pilihan metode pengobatan kanker serviks untuk stadium 0
antara lain:
1) Loop Electrosurgical Excision Procedure (LEEP),
2) Pembedahan Laser,
3) Konisasi,
4) Cryosurgery,
5) Total histerektomi ( untuk wanita yang tidak bisa atau tidak menginginkan anak lagi),
6) Radiasi internal (untuk wanita yang tidak bisa dengan pembedahan).
b. Stadium I A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IA meliputi:
1) Total histerektomi dengan atau tanpa bilateral salpingoophorectomy,
2) Konisasi,
3) Histerektomi radikal yang dimodifikasi dan penghilangan kelenjar getah bening,
4) Terapi radiasi internal.
c. Stadium I B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IB meliputi:
1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal,
2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening diikuti terapi radiasi dan
kemoterapi,
4) Terapi radiasi dan kemoterapi
d. Stadium II
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II meliputi:
1) Kombinasi terapi radiasi internal dan eksternal serta kemoterapi,
2) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening,
3) Radikal histerektomi dan pengangkatan kelenjar getah bening
4) diikuti terapi radiasi dan kemoterap
Stadium II B
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium II B meliputi terapi radiasi internal dan eksternal
yang diikuti dengan kemoterapi.
f. Stadium III A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IIIA meliputi terapi radiasi internal dan eksternal
yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
g. Stadium IV A
Alternatif pengobatan kanker serviks stadium IV A meliputi terapi radiasi internal dan eksternal
yang dikombinasikan dengan kemoterapi.
h. Stadium IV B
1) Terapi radiasi sebagai terapi paliatif untuk mengatasi gejalagejala yang disebabkan oleh
kanker dan untuk meningkatkan kualitas hidup,
2) Kemoterapi,
3) Tindakan klinis dengan obat-obatan anti kanker baru atau obat kombinasi.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker serviks meliputi pemberian edukasi
dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan klien dan mengurangi kecemasan serta
ketakutan klien. Perawat mendukung kemampuan klien dalam perawatan diri untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah komplikasi (Reeder dkk, 2013).
Deteksi Kanker Servik Pada tahap awal, kanker dapat terdeteksi selama prosedur
skrining, namun sebagian besar perempuan memiliki kesadaran yang rendah untuk
melakukan pemeriksaan baik melalui test paps smear maupun inspeksi visual dengan
asam asetat (IVA). Hasil penelitian, bahwa dari 171 perempuan yang mengetahui
tentang kanker serviks, hanya 24,5 % (42 perempuan) yang melakukan prosedur
skrining (Wuriningsih, 2016).
1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) Sesuai dengan namanya, IVA merupakan
pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata
telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila
setelah pulasan terjadi perubahan warna asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka
kemungkinan ada kelainan tahap prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna,
maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Wijaya, 2010).
Proses skrining dengan IVA merupakan pemeriksaan yang paling disarankan oleh
Departemen Kesehatan. Salah satu pertimbangannya karena biayanya yang sangat
murah. Namun perlu diingat, pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika
terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus
segera dilakukan (Wijaya, 2010).
Laporan hasil konsultasi WHO menyebutkan bahwa IVA dapat mendeteksi lesi tingkat
atas prakanker (High-Grade Precancerous Lesions) dengan sensitivitas sekitar 66-96%
dan spesifitas 64-98%. Sedangkan nilai prediksi positif (positive predictive value) dan
nilai prediksi negatif (negative predictive value) masing-masing antara 10-20% dan 92-
97% (Wijaya, 2010).
Keunggulan secara skrinning ini ialah cukup sederhana, murah, cepat, hasil segera
diketahui, dan pelatihan kepada tenaga kesehatan lebih mudah dilakukan. Oleh karena
itu, diperlukan 18 inovasi-inovasi tertentu agar hasil skrining memiliki spesifitas lebih
baik, misalnya menggunakan informasi penapis (filter) yang akan menambah spesifitas
hasil tersebut (Wijaya, 2010).
2. Tes Pap Smear Tes Pap Smear merupakan cara atau metode untuk mendeteksi sejak
dini munculnya lesi prakanker serviks. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cepat, tidak
sakit, dan dengan biaya yang relatif terjangkau serta hasil yang akurat (Wijaya, 2010).
Pemeriksaan pap smear dilakukan ketika wanita tidak sedang masa menstruasi. Waktu
yang terbaik untuk skrining adalah antara 10 dan 20 hari setelah hari pertama masa
menstruasi. Selama kira-kira dua hari sebelum pemeriksaan, seorang wanita sebaiknya
menghindari douching atau penggunaan pembersih vagina, karena bahan-bahan ini
dapat menghilangkan atau menyembunyikan sel-sel abnormal (Wijaya, 2010).
Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada klien/pasien di berbagai tatanan pelayanan
kesehatan. Proses keperawatan terdiri atas lima tahap yaitu pengkajian, diagnosis,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Setiap tahap dari proses keperawatan saling
terkait dan ketergantungan satu sama lain (Budiono, 2015).
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terdiri dari pengumpulan informasi subjektif dan objektif (misalnya, tanda-
tanda vital, wawancara klien/keluarga, pemeriksaan fisik) dan peninjauan informasi
riwayat pasien dan rekam medik. Perawat juga mengumpulkan kekuatan (untuk
mengidentifikasi peluang promosi kesehatan) dan resiko (area yang merawat dapat
mencegah atau potensi masalah yang dapat ditunda) (NANDA Internasional, 2015).
a) Data dasar Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara
anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang (hasil laboratorium).
1) Identitas pasien Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur, jenis kelamin,
agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa, 20 tanggal masuk rumah sakit,
no medical record (MR), nama orang tua, dan pekerjaan orang tua.
2) Identitas penanggung jawab Meliputi nama, umur, pekerjaan dan hubungan dengan
pasien.
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama Biasanya pasien datang kerumah sakit dengan keluhan seperti
pendarahan intra servikal dan disertai keputihan yang menyerupai air dan berbau
(Padila, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya datang dengan
keluhan mual muntah yang berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
b. Riwayat kesehatan sekarang Menurut Diananda (2008) biasanya pasien pada stadium
awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium
3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang berbau busuk, perdarahan setelah
melakukan hubungan seksual, rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada
pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
c. Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pada pasien kanker serviks memiliki riwayat
kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS 21
(Ariani, 2015). Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya ada riwayat
penyakit keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS.
d. Riwayat kesehatan keluarga Biasanya riwayat keluarga adalah salah satu faktor yang
paling mempengaruhi karena kanker bisa dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga
yang memiliki riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena kanker
dari pada keluraga yang tidak ada riwayat didalam keluarganya (Diananda, 2008).
5. Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien dengan kanker
serviks yang perlu diketahui adalah:
a. Keluhan haid Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir, sebab kanker serviks
tidak pernah ditemukan sebelumnya menarche dan mengalami atropi pada masa
menopose. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus
haid adalah salah tanda gejala kanker serviks.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan Jumlah kehamilan dan anak yang hidup karna
kanker serviks terbanyak pada wanita yang sering partus, semakin sering partus semakin
besar kemungkinan resiko mendapatkan karsinoma serviks (Aspiani, 2017).
Pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan cemas dan
ketakutan. . Riwayat kebiasaan sehari-hari Biasanya meliputi pemenuhan kebutuhan
nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur
(Padila, 2015).
Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak nafsu
makan, kelehan, gangguan pola tidur.
a. Keadaan umum: Pasien kanker serviks post kemoterapi sadar, lemah dan tanda-tanda
vital normal (120/80 mmHg).
b. Kepala: Pemeriksaan kepala meliputi bentuk kepala, kebersihan kepala, apakah ada
benjolan atau lesi, dan biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi terdapat rambut
rontok
c. Mata: Pemeriksaan mata meliputi kesimetrisan dan kelengkapan mata, kelopak mata,
konjungtiva anemis atau tidak, ketajaman penglihatan. Biasanya ada keadaan dimana
konjungtiva anemis dan skelera ikterik karena mengalami proses perdarahan. 23
d. Hidung : Pemeriksaan hidung meliputi tulang hidung dan posisi septum nasi, kondisi
lubang hidung, apakah ada sekret, perdarahan atau tidak, serta sumbatan jalan yang
mengganggu pernafasan.
f. Leher: Pemeriksaan leher meliputi kelenjar tiroid, vena jugularis apakah ada
pembesaran atau tidak, biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi terdapat
pembesaran kelenjar getah bening pada stadium lanjut
h. Abdomen: Biasanya pada pasien kanker serviks terdapat adanya nyeri abdomen atau
nyeri pada punggung bawah akibat tumor menekan saraf lumbosakralis (Padila, 2015). 2
i. Genetalia: Pemeriksaan genetalia untuk melihat apakah terdapat hematoma, oedema,
tanda-tanda infeksi, pemeriksaan pada lokhea meliputi warna, bau, jumlah, dan
konsistensinya. Biasanya pada pasien kanker serviks mengalami sekret berlebihan,
keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi (Brunner & suddarth, 2013). Pada pasien
kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami perdarahan pervaginam.
Selain itu bisa juga dilakukan pemeriksaan hematologi karna biasanya pada pasien
kanker serviks post kemoterapi mengalami anemia karna penurunan hemaglobin. Nilai
normalnya hemoglobin wanita 12-16 gr/dl (Brunner, 2013). 25
2. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada klien kanker serviks menurut SDKI
tahun 2017, adalah sebagai berikut :
Kategori : Psikologis
Kode : D.0077 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (neoplasma)
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Kode : D.0019 Defisit nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat
adanya mual muntah
Kategori : Psikologis
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Aktivitas/Istirahat
Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi/Cairan
Kategori : Lingkungan
T : Time (punya batasan waktu yang jelas). cedera fisiologis (neoplasma) (D.0077)
NOC : Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam pasien mampu untuk
4. Pelaksanaan Keperawatan
b. Fase kerja Fase kerja merupakan inti dari fase komunikasi terapeutik, dimana perawat
mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan, maka dari itu perawat
diharapakan mempunyai pengetahuan yang lebih mendalam tentang pasien dan masalah
kesehatanya.
c. Fase terminasi Pada fase terminasi adalah fase yang terakhir, dimana perawat
meninggalkan pesan yang dapat diterima oleh pasien dengan tujuan, ketika dievaluasi
nantinya pasien sudah mampu mengikuti saran perawat yang diberikan, maka dikatakan
berhasil dengan baik komunikasi terapeutik perawat-pasien apabila ada umpan balik dari
seorang pasien yang telah diberikan tindakan atau asuhan keperawatan yang sudah
direncanakan.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai hasil akhir dari semua tindakan keperawatan yang telah diberikan. Tujuan
evaluasi adalah untuk melihat kemampuan pasien dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan mengadakan hubungan dengan pasien.
a. Evaluasi Formatif Hasil observasi dan analisa perawat terhadap respon pasien segera
pada saat setelah dilakukan tindakan keperawatan. Ditulis pada catatan perawat.
b. Evaluasi Sumatif Rekapitulasi dan kesimpulan dari observasi dan analisa status
kesehatan sesuai waktu pada tujuan. Ditulis pada catatan perkembangan.
S: Data subjektif, yaitu data yang diutarakan klien dan pandangannya terhadap data
tersebut.
O: Data objektif, yaitu data yang didapat dari hasil observasi perawat, termasuk tanda-
tanda klinik dan fakta yang berhubungan dengan penyakit pasien (meliputi data
fisiologis, dan informasi dan pemeriksaan tenaga kesehatan).
A: Analisis, yaitu analisa ataupun kesimpulan dari data subjektif dan data objektif.
P: Perencanaan, yaitu pengembangan rencana segera atau yang akan datang untuk
mencapai status kesehatan klien yang optimal (Hutahaen, 2010) Adapun ukuran
pencapaian tujuan tahap evaluasi dalam keperawatan meliputi:
1. Masalah teratasi, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
2. Masalah teratasi sebagian, jika klien menunjukkan perubahan sebagian dari kriteria
hasil yang telah ditetapkan.
3. Masalah tidak teratasi, jika klien tidak menunjukkan perubahan dan kemajuan sama
sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau
bahkan timbul masalah/diagnosa keperawatan baru.
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PERTAMEDIKA
(STIKes PERTAMEDIKA)
Jl. Bintaro Raya No.10, Tanah Kusir, Kebayoran Lama Utara – Jakarta Selatan 12240
Telp. 7234122, 7207181 , Fax.7234126
Website: http://www.stikes-pertamedika.ac.id Email: stikespertamedika@gmail.com
A. PENGKAJIAN
Tanggal/ jam masuk : 31 Diagnosa Medis: Ca
Oktober 2022 RS Servik StIIIB
: RSUP A Ruang / Kamar : B3
Tanggal Pengkajian : 1 Ginekolog
November 2022
Jam : 11.00
1. Identitas Pasien
Nama Pasien : Ny E Nama
Suami : Tn T Umur : 40 Th
: 45 tahun
Pendidikan : SMA
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : Swasta
Suku bangsa : Sunda
Bangsa : Betawi Agama: islam
Agama :islam
Alamat :
Kawin : 2 kali
2. Riwayat Keperawatan
a. Keluhan Utama ( saat ini )
1). Nutrisi/Cairan
a) Nutrisi
Frekuensi makan :3 x/hari
Makanan pantang/alergi/yang tidak disukai : tidak ada
BB sebelum sakit :49,5 kg, TB :152 cm
Keluhan/ lain-lain : mual muntah jadi tidak nafsu makan
b) Cairan
Jumlah cairan yang diminum :1500 sd 2000 cc/hari
2). Eliminasi
a) BAB b) BAK
Frekuensi : 1 x/hari Frekuensi :5-7 x/hari
Konsistensi : lembek
Warna : jernih
Warna : kecoklatan
Bau : tidak
Keluhan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
3) Personal Hygiene
a) Mandi : Frekuensi : 1-2 x/hari
b) Oral hygiene : Frekuensi : 1-2 x/ hari
c) Genitalia : kebersihan : ya
3. Pemeriksaan Fisik
a. Pemeriksaan Umum
1) Keadaan umum : CM
2) Sistem Penglihatan
Posisi : √ simetris asimetris
Kelopak mata : √ normal ptosis
Pergerakan bola mata : √ normal abnormal
Konjungtiva : √ normal/merah muda anemis
sangat merah
Kornea : normal keruh/berkabut
terdapat perdarahan
Sklera : √ikterik anikterik
Lain-lain :
3) Sistem Pendengaran
Fungsi pendengaran :√ normal kurang tuli
Lain-lain :
4) Sistem Wicara
Kesulitan/gangguan wicara : ya √ tidak
5) Sistem Pernafasan
Jalan nafas : √ bersih, ada sumbatan : sputum lendir
ludah darah
Pernafasan : RR :20 x/menit, irama : √ teratur tidak teratur
Kedalaman : √ dalam dangkal sesak
Dengan aktifitas √ tanpa aktifitas tidak sesak
Batuk : ya √ tidak
Produktif tidak produktif
Suara nafas : √ normal ronchi wheezing
Rales
Lain-lain :
6) Sistem Kardiovaskuler
a) Sirkulasi perifer
Nadi :88 x/hari Irama : √ teratur tidak teratur
Denyut : lemah kuat
Tekanan darah :100/70 mmHg
Distensi vena jugularis : Kanan : ya √ tidak
Kiri : ya tidak
Warna kulit : pucat sianosis kemerahan
Edema : ya √ tidak
Area edema : tidak ada
b) Sirkulasi Jantung
Irama : teratur tidak teratur
Kelainan bunyi jantung : murmur gallop
Sakit dada : ya tidak
Timbulnya : saat beraktifitas tanpa aktifitas
Karakteristik : seperti ditusuk-tusuk
seperti terbakar
seperti tertimpa benda berat
c) Lain-lain :
7) Sistem Pencernaan
Keadaan mulut & gigi
Gigi : caries √ tidak
Stomatitis : ya √ tidak
Lidah : kotor tidak
Memakai gigi palsu : ya tidak
Nafsu makan : baik √ kurang meningkat
Kesulitan menelan : ya tidak
Mual : √ ya tidak
Muntah : √ ya tidak
Isi : makanan √ cairan darah
Warna : sesuai warna makanan coklat kuning
kehijauan kehitaman
Nyeri perut :√ ya tidak
Rasa penuh di perut : √ ya tidak
Karakteristik nyeri abdomen seperti ditusuk-tusuk panas/ seperti
:
: terbakar
melilit kram lain-lain :
Bising usus : 10 x/hari
Konstipasi : ya, lamanya :
tidak
Diare :
ya, lamanya : , frekuensi : _ x/hari
Tidak
Lain-lain :
8) Sistem Syaraf Pusat
Tingkat kesadaran : √ compos mentis apatis somnolen
sopor/coma
9) Sistem Perkemihan
Perubahan pola kemih : retensi nokturia
lain-lain : Jumlah urine : 1600
cc/24 jam. Warna : jernih
Distensi kandung kemih : ya √ tidak
Keluhan lain :
10) Sistem Integumen
Turgor kulit : baik sedang buruk
Warna kulit : pucat sianosis kemerahan
Keadaan kulit : baik terdapat lesi ulkus bercak
kemerahan dekubitus lain-lain :
Keadaan rambut : tekstur : baik tidak baik
Kebersihan : √ ya tidak
11) Sistem Muskuloskeletal
Kesulitan dalam pergerakan :
ya, yaitu : tidak
Sakit pada tulang, sendi, kulit
ya, yaitu : tidak
:
Lain-lain :
12) Sistem Kekebalan Tubuh
Suhu :36 0
C
BB sebelum sakit :49,5 kg; BB setelah sakit : 49 kg
Keluhan lain : tidak ada
b. Pemeriksaan Payudara dan Axila
Buah dada : bentuk : √ simetris asimetris
Konsistensi :√ lembek keras
Kelenjar buah dada : tampak menonjol tidak menonjol
Massa : ada benjolan tidak ada
Lokasi : Ukuran :
Konsistensi : lembek keras
Tanda peradangan : ada √tidak
ada Putting susu : lecet/lesi retraksi
Pengeluaran : darah pus lain-lain
Kelenjar pada daerah axilla : membesar tidak membesar
Keluhan/ lain-lain :
Pengetahuan tentang pemeriksaan payudara sendiri : tahu tidak
c. Pemeriksaan Abdomen
Abdomen : membesar √ tidak membesar
Massa : ada tumor tidak ada Besarnya :
Permukaan : Pergerakan :
Konsistensi : lunak keras
Nyeri tekan : ada tidak ada
Keluhan lain :
d. Pemeriksaan Genitalia Eksterna dan Inguinal
1) Vulva
Keadaan : √ bersih kotor
Rambut pubis : normal tidak terdapat ulkus
nyeri pembengkakan posisi :
Pengeluaran /cairan : pus darah campuran
Kelenjar Bartolini : membesar tidak nyeri
tidak nyeri
Massa : tidak Konsistensi : lunak keras
Besar/ukuran : Bentuk :
Tanda infeksi : ada tidak
Lain-lain :
2) Inguinal
Pembesaran kelenjar : ada √ tidak ada
Konsistensi : lunak keras Ukuran :
Nyeri/tidak nyeri Mobilitas :
Lain-lain :
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Diagnostik
b. Pemeriksaan Pelvik
c. Pemeriksaan Laboratorium Hb 11,8 gr %,Ht 34,30%, Erektrosit 4,36 jutah, leukosit 4,10
ribu/mmk, thombosit 200 rb/mmk
5. Penatalaksanaan
6. Resume
Pasien masuk kerumah sakit dengan keluhan mual, muntah tidak ada nafsu makan ,pasien
sudah menjalankan terapi sinar sebanyak 22 kali dan kemoterapi sebanyak 5 kali, pasien di
diagnosa Ca servik stadium IIIB.pasien sering menanyakan apakah setelah terapi sinar selesai
dia bisa sembuh dan apakah kangker bisa tumbuh lagi,pasien juga mengeluh gatal di daerah
vegina dan sekitar anus selama di rawat telah di lakukan pemeriksaan lab : Hb 11,8 gr %,Ht
34,30%, Erektrosit 4,36 jutah, leukosit 4,10 ribu/mmk, thombosit 200 rb/mmk dan
mendapatkan terapi
1. Metroclorpramid 3x1 tab
2. SF/BC/C 2 x 1 tab
3. Vitamin A 1x 50.000
4. Antasid syrup 3x1 sendok makan
5. Parasetamol extra
9. Data Fokus
- Terapi :
Metroclorpramid 3x1 tab
SF/BC/C 2 x 1 tab
Vitamin A 1x 50.000
Antasid syrup 3x1 sendok makan
Paracetamol extra
10. Analisa Data
DO:
- pasien tanpak
meringis
- Pasien sering
memegangi perutnya
- Sekali-sekali pasien
menagis
- Obs TTV TD :100/70
mmhg,HR 88
x/mnt,RR 2
- Parasetamol extra
DO :
- Pasietampak lemas
- Pasien muntah lebih
kurang 3-5 x
- Muntah cairan
berwarna kuning
- Sekali muntah lebih
kurang 100-200 cc
- Pasien males makan
- Makanan yang di
berikan hanya habis 3
sendok.
- Hasil lab Hb 11,8 gr
%,Ht 34,30%,
Erektrosit 4,36 jutah,
leukosit 4,10
ribu/mmk, thombosit
200 rb/mmk
- Terpasang IVL dengan
. RL 20 tetes / menit
- Metroclorpramid 3x1
tab
- SF/BC/C 2 x 1 tab
- Vitamin A 1x 50.000
- Antasid syrup 3x1
sendok makan
- BB 49,5 Kg
DO :
- Pasien tanpak gelisa
- Pasien sering bertanya
pertanyaan yang sama
- Pasien tanpak murung
A. DIAGNOSA KEPERAWATAN (Sesuai Prioritas)
NOC : NIC :
3. Ansietas berhubungan dengan Setelah dilakukan asuhan 3.1 Kaji tingkat kecemasan pasien
status kesehatan menurun keperawatan selama 3x24 jam 3.2 Gunakan pendekatan yang
(D.0080) pasien terhindar dari adanya menenangkan
kecemasan dengan Kriteria 3.3 Nyatakan dengan jelas harapan
Hasil : terhadap pelaku pasien 3.4 Jelaskan
1. Klien mampu semua prosedur dan apa yang
mengidentifikasi dan dirasakan selama prosedur
mengungkapkan gejala 3.5 Temani pasien untuk
cemas. memberikan keamanan dan
2. Mengidentifikasi, mengurangi takut
mengungkapkan dan 3.6 Dengarkan dengan penuh
menunjukkan tehnik untuk perhatian
mengontol cemas. 3.7 Identifikasi tingkat kecemasan
3. Vital sign dalam batas 3.8 Bantu pasien mengenal situasi
normal. yang menimbulkan kecemasan Dengan mengetahui tingkat
4. Postur tubuh, ekspresi 3.9 Dorong pasien untuk kecemasan pasien kita bisa
wajah, bahasa tubuh dan mengungkapkan perasaan, memberikan penkes sesuai
tingkat aktivfitas ketakutan, persepsi yang dapat mengurangin
menunjukkan berkurangnya 3.10 Instruksikan pasien tingkat kecemasan pasien
kecemasan. menggunakan teknik relaksasi
- Mengidentifikasi lokasi,
16.00 karakteristik,durasi ,frekuensi,kualitas dan intensitas
nyeri hasil pasien masih merasa nyeri bagian perut
kanan bawah,nyeri hilang timbul,rasanya seperti di
tusuk-tusuk.
112
2-11-22
15.00
3-11-22
- Melakukan timbang terima dengan shiff pagi
15.00
- Mendampingi pasien, mendengarkan keluhan
pasien dan memberikan dukungan hasil pasien
mengelu sakit perut kanan bawah berkurang,mual juga
udah berkurang tapi pasien merasa khawatir apakah
penyakitnya ini bias sembuh dan apakah sel
kangkernya masih bias tumbuh lagi dan pasien merasa
takut karena banyak pasien kanker tidak bias di tolong.
114
-
115
M. E V A L U A S I ( CATATAN PERKEMBANGAN )
P : lanjut intervensi
Ajarkan teknik relaksasi,kompres hangat dan
kolaborasi dengan tim medis
116
2-11-22
1. S : Pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah
berkurang
P : Perdarahan
Q : terasa seperti di tusuk-tusuk
R : Tidak menyebar perut kanan bawah
S : 5/10
T : hiang timbul
P : lanjut intervensi
Ajarkan teknik relaksasi,kompres hangat dan
kolaborasi dengan tim medis
P : lanjut intervensi
Anjurkan makan sedikit tapi sering,lakukan oral
hygiene sebelum makan, dan kolaborasi dengan tim
medis
P : lanjut intervensi
Anjkurkan pasien untuk relaksasi, beri penkes
tentang penyakit
117
3-11-22
1. S : Pasien mengatakan nyeri perut kanan bawah
berkurang
P : Perdarahan
Q : terasa seperti di tusuk-tusuk
R : Tidak menyebar perut kanan bawah
S : 4/10
T : hiang timbul
P : lanjut perawatan
P : lanjut intervensi
Anjurkan makan sedikit tapi sering,lakukan oral
hygiene sebelum makan, dan kolaborasi dengan tim
medis
A ; Masalah teratasi
P : Hentikan intervensi
118
119
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, and H. K. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis & NANDA. Edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: MediAction
Kemenkes. (2018). Data dan Informasi :Profil Kesehatan Indonesia 2017. Padila. (2015).
NANDA. (2015). Diagnosis Keperawatan : Definisi & Klasifikasi Edisi 10. Jakarta: EGC.
Prawirohardjo, S. (2011). Ilmu Kandungan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Price, and W. (2012). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, Edisi 6. Jakarta:
EGC.
S. Ariani. (2015). Stop! Kanker. Yogyakarta: Istana Medika.
Wijaya, D. (2010). Pembunuh Ganas Itu Bernama Kanker Serviks. Yogyakarta: Sinar Kejora.
120