Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN ONKOLOGI (CA SERVIKS)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Keperawatan Maternitas pada Program
Profesi Ners

Disusun Oleh:
Syifa Nashuha
220112160141

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2016
A. DEFINISI
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan
normal di sekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker Serviks adalah pertumbuhan sel-sel mulut rahim/serviks yang abnormal
dimana sel-sel ini mengalami perubahan kearah displasia atau mengarah keganasan.
Kanker ini hanya menyerang wanita yang pernah atau sekarang dalam status sexually
active. Tidak pernah ditemukan wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual
pernah menderita kanker ini. Biasanya kanker ini menyerang wanita yang telah berumur,
terutama paling banyak pada wanita yang berusia 35-55 tahun. Akan tetapi, tidak
mustahil wanita yang mudapun dapat menderita penyakit ini, asalkan memiliki faktor
risikonya.

B. ETIOLOGI
Penyebab kanker serviks belum jelas diketahui namun ada beberapa faktor resiko
dan predisposisi yang menonjol, antara lain :
1. Umur pertama kali melakukan hubungan seksual
Kanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang sering partus. Semakin sering
partus semakin besar kemungkinan resiko mendapat karsinoma serviks.
2. Jumlah kehamilan dan partus
Penelitian menunjukkan bahwa semakin muda wanita melakukan hubungan seksual
semakin besar mendapat kanker serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih
terlalu muda.
3. Jumlah perkawinan
Wanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan
mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.
4. Infeksi virus
Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus kondiloma
akuminata diduga sebagai factor penyebab kanker serviks.
5. Sosial Ekonomi
Karsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi rendah mungkin
faktor sosial ekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan kebersihan
perseorangan. Pada golongan sosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan kualitas
makanan kurang hal ini mempengaruhi imunitas tubuh.
6. Hygiene dan sirkumsisi
Diduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada wanita yang
pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum hygiene penis
tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.
7. Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)
Merokok akan merangsang terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR
akan berpengaruh terhadap serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang
kemudian menjadi infeksi yang berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat
sebagai pencetus terbentuknya kanker serviks.

C. PATOFISIOLOGI
Karsinoma serviks adalah penyakit yang progresif, mulai dengan intraepitel,
berubah menjadi neoplastik, dan akhirnya menjadi kanker serviks setelah 10 tahun atau
lebih. Secara histopatologi lesi pre invasif biasanya berkembang melalui beberapa
stadium displasia (ringan, sedang dan berat) menjadi karsinoma insitu dan akhirnya
invasif. Berdasarkan karsinogenesis umum, proses perubahan menjadi kanker diakibatkan
oleh adanya mutasi gen pengendali siklus sel. Gen pengendali tersebut adalah onkogen,
tumor supresor gene, dan repair genes. Onkogen dan tumor supresor gen mempunyai efek
yang berlawanan dalam karsinogenesis, dimana onkogen memperantarai timbulnya
transformasi maligna, sedangkan tumor supresor gen akan menghambat perkembangan
tumor yang diatur oleh gen yang terlibat dalam pertumbuhan sel. Meskipun kanker
invasive berkembang melalui perubahan intraepitel, tidak semua perubahan ini progres
menjadi invasif. Lesi preinvasif akan mengalami regresi secara spontan sebanyak 3 -35%.
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 20 tahun (TIM FKUI, 1992). Proses perkembangan kanker serviks
berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi
progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat
misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan
keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 10 tahun perkembangan tersebut
menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan
adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka,
pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas
ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum
dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel
basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen
pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta
kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998;
Debbie, 1998).

D. KLASIFIKASI KANKER SERVIKS


Klasifikasi Kanker Serviks menurut FIGO 1978

Tingkat Kriteria

0 KarsinomaInSitu(KIS),membranbasalisutuh

Prosesterbataspadaservkswalaupunadaperluasanke
I
korpusuteri

Karsinomamikroinvasif,bilamembranbasalissudah
rusakdanseltumorsudahstromatidak>3mm,dansel
Ia
tumortidaktedapatdidalampembuluhlimfeatau
pembuluhdarah.

Secaraklinistumorbelumtampaksebagaikarsinoma,
Ib tetapipadapemeriksaanhistologiternyataseltumor
telahmengadakaninvasistromamelebihiIa
Proseskeganasantelahkeluardariserviksdanmenjalar
II 2/3bagianatasvaginadanparametrium,tetapitidak
sampaidindingpanggul

Penyebaranhanyakevagina,parametriummasihbebas
IIa
dariinfitrattumor

IIb Penyebarankeparametrum,uniataubilateral,tetapi
belumsampaidindingpanggul
Penyebaransampai12bagiandistalvagina,sedang
IIIa parametriumtidakdipersoalkanasaltidaksampai
dindingpanggul.
Penyebaransudahsampaidindingpanggul,tidak
IIIb ditemukandaerahinfiltratantaratumordengandinding
panggul.

Proseskeganasantelahkeluardaripanggulkecildan
melibatkanmokusarektumdanatauvesikaurinaria
IV
atautelahbermetastasikeluarpanggulketempatyang
jauh

Prosessudahsampaimukosarektumdanatauvesika
IVa urinariaatausudahkeluardaripangulkecil,metastasi
jauhbelumterjadi
IVb Telahterjadimetastasijauh.

E. MANIFESTASI KLINIS
1. Keputihan
Menurut Dalimartha (2004), gejala kanker serviks pada kondisi pra- kanker
ditandai dengan Fluor albus (keputihan) merupakan gejala yang sering ditemukan
getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi
dan nekrosis jaringan. Dalam hal demikian, pertumbuhan tumor menjadi ulseratif.
2. Perdarahan
Perdarahan yang dialami segera setelah bersenggama (disebut sebagai perdarahan
kontak) merupakan gejala karsinoma serviks (75 -80%). Pada tahap awal,
terjadinya kanker serviks tidak ada gejala-gejala khusus. Biasanya timbul gejala
berupa ketidak teraturannya siklus haid, amenorhea, hipermenorhea, dan
penyaluran sekret vagina yang sering atau perdarahan intermenstrual, post koitus
serta latihan berat. Perdarahan yang khas terjadi pada penyakit ini yaitu darah
yang keluar berbentuk mukoid. Menurut Baird (1991) tidak ada tanda-tanda
khusus yang terjadi pada klien kanker serviks. Perdarahan setelah koitus atau
pemeriksaan dalam (vaginal toussea) merupakan gejala yang sering terjadi.
Karakteristik darah yang keluar berwarna merah terang dapat bervariasi dari yang
cair sampai menggumpal. Perdarahan rektum dapat terjadi karena penyebaran sel
kanker yang juga merupakan gejala penyakit lanjut.
3. Nyeri
Dirasakan dapat menjalar ke ekstermitas bagian bawah dari daerah lumbal. Pada
tahap lanjut, gejala yang mungkin dan biasa timbul lebih bervariasi, sekret dari
vagina berwarna kuning, berbau dan terjadinya iritasi vagina serta mukosa vulva.
Perdarahan pervagina akan makin sering terjadi dan nyeri makin progresif. Gejala
lebih lanjut meliputi nyeri yang menjalar sampai kaki, hematuria dan gagal ginjal
dapat terjadi karena obstruksi ureter.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Sitologi/pap smear
Keuntungan: murah, dapat memeriksa bagian-bagian yang tidak terlihat.
Kelemahan: tidak dapat menentukan lokasi.
b. Schillentest
Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glikogen karena tidak mengikat yodium.
Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan berwarna coklat
tua, sedang yang terkena kaersinoma tidak berwarna.
c. Koloskopi
Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu dan
dibesarkan 10-40x.Keuntungan: dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehingga
mudah untuk melakukan biopsi.Kelemahan: hanya dapat memeriksa daerah yang terlihat
saja yaitu porsio, sedangkan kelainan pada skuamosa kolumnar junction dan intraservikal
tidak terlihat.
d. Kolpomikroskopi
Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran sampai 200x.
e. Biopsi
Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
f. Konisasi
Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir serviks dan epitel
gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas.

PENATALAKSANAAN
1. Irradiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi
d. Dosis: penyinaran ditujukan pada jaringan karsinoma yang terletak di serviks
e. Komplikasi irradiasi: kerentanan kandungan kencing, diarrhea, perdarahan rectal,
fistula vesico atau recto vaginalis
2. Operasi
a. Operasi limfadektomi untuk stadium 1 dan 2
b. Operasi histerektomi vagina yang radikal
3. Kombinasi
a. Irradiasi dan pembedahanTidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab radiasi
menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, oedema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dan sering menyebabkan fistula, disamping itu
menambah penyebaran ke sistem limfe dan peredaran darah.
4. Cytostatika
a. Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari ca.serviks
adalah resisten terhadap radio terapi, dianggap resisten bila 8-10 minggu post terapi
kedaan masih tetap sama.
Pembagian kanker seviks berdasarkan FIGO dengan berbagai modalitas terapi. Terapi
kanker serviks uteri berdasar stadiumnya adalah sebagai berikut :
- Stadium IA1
Histerektomi ekstrafasial. Bila fertilitas masih diperlukan
dilakuan konisasi dilanjutkan pengamatan lanjut.
- Stadium IA2
Histerektomi radikal atau modifikasi (tipe 2) dan limfadenektomi pelvis.
Histerektomi ekstrafasial dan limfadenektomi pelvis bila tidak ada invasi limfo
vaskular3. Konisasi luas atau trakhelektomi radikal dengan limfadenektomi
laparoskopi, kalau fertilitas masih dibutuhkan. Radioterapi: radiasi luar dan
brakiterapi (dosis di titik A 75-80 Gy)
- Stadium IBI/IIA
Hindari gabungan operasi dengan radiasi untuk mengurangi morbiditas.
Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis, sampel kgb para-aorta2. Pada
usia muda, ovarium dapat dikonservasi. Terapi adjuvan kemoradiasi pasca bedah
(dengan cisplatin 5-FU) bila ada faktor risiko kgb (+), parametrium (+), tepi
sayatan (+)
Radioterapi: radiasi luar dan brakiterapi (dosis di titik A 80-85 Gy)
- Stadium IB2/IIA > 4 cm
Kemoradiasi : Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian selama
radiasi luar. Kalau kgb iliaka kommunis atau para aorta (+) lapangan
radiasi diperluas
Operasi : Histerektomi radikal dan limfadenektomi pelvis
Neoadjuvan kemoterapi : (cisplatin 3 seri) diikuti histerektomi
- Stadium IIB, III, IVA
Kemoradiasi : Radiasi luar dan brakiterapi serta pemberian selama radiasi luar. Kalau kgb
iliaka kommunis atau para aorta (+) lapangan radiasi diperluas
Eksenterasi : Dapat dipertimbangkan pada IVA bila tidak meluas sampai dinding
panggul, terutama bila ada fistel rektovaginal dan vesikovaginal
- Stadium IVB atau residif
Residif lokal sesudah operasi1
Radiasi + kemoterapi (cisplatin 5-FU). 50 Gy bila lesi kalau proses
tidak sampai dinding panggul.
PROGNOSA
Karsinoma serviks yang tidak dapat diobati atau tidak memberikan respons terhadap
pengobatan 95% akan mengalami kematian dalam 2 tahun setelah timbul gejala. Pasien
yang menjalani histerektomi dan memiliki rasio tinggi terjadinya rekurensi harus terus
diawasi karena lewat deteksi dini dapat diobati dengan radioterapi. Setelah histerektomi
radikal, terjadinya 80% rekurensi dalam 2 tahun.

Page 14
DAFTAR PUSTAKA
Rasjidi, Imam. 2010. Epidemiologi Kanker pada Wanita. Jakarta : Sagung Seto
Rasjidi, Imam. 2007. Panduan Penatalaksanaan Kanker Ginekologi. Jakarta : EGC
Wilkinson, M Judith. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 7. Jakarta : EGC
(Anonim) http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/08/askep-ca-serviks/. Diakses pada
tanggal 29 September 2011 pukul 07.02 WIB
(Anonim) http://cattycha.wordpress.com/2009/03/12/asuhan-keperawatan-kanker-
cerviks/ . Diakses pada tanggal 29 September 2011 pukul 07.10 WIB
(Anonim) http://nata03111990.blogspot.com/2011/01/askep-kanker-serviks.html. Diakses
pada tanggal 30 September 2011 pukul 18.20 WIB

Anda mungkin juga menyukai