Anda di halaman 1dari 3

BAB I PENDAHULUAN

Penyakit jantung coroner (PJK) atau coronary artery disease (CAD) merupakan salah satu
penyebab utama kematian dan kecatatan di dunia. Pada tahun 2015 diperkirakan dari 17,7 juta
orang meninggal dikarenakan penyakit kardiovaskuler, 7,4 juta orang meninggal dikarenakan
penyakit jantung koroner (WHO, 2017). Berdasarkan data dari American Heart Association,
penyakit jantung koroner menjadi penyebab utama (45,1%) kematian yang kemudian diikuti oleh
stroke (16,5%), gagal jantung (8,5%0, hipertensi (9,1%), penyakit pembuluh arteri (3,2%) dan
penyakit kardiovaskular lainnya (American Heart Association, 25 Januari 2017).

Di Indonesia sendiri pun, penyakit jantung koroner menjadi salah satu 4 besar penyakit tidak
menular yang diderita oleh orang Indonesia. Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan
didiagnosis dokter di Indonesia sebesar 0,5 persen atau sekitar 883.447 orang, dan berdasarkan
diagnosis dokter atau gejala sebesar 1,5 persen atau sekitar 2.650.340 orang pada tahun 2013.
Berdasarkan estimasi, jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di Provinsi
Jawa Barat sebanyak 160.812 orang (0,5%) (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
2013; Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2014). Hal ini sesuai dengan data yang
berhasil didapat dari ruang CICU RSUP dr Hasan Sadikin, diketahui bahwa penyakit jantung
koroner menempati urutan pertama pasien yang sering dirawat setiap tahunnya dibandingkan
dengan penyakit kardiovaskular lainnya dan diketahui pada tahun 2016 ada sebanyak 399 orang
pasien yang dirawat karena penyakit jantung koroner.

Salah satu tindakan yang sering dilakukan untuk pengobatan PJK adalah coronary artery bypass
grafting (CABG). Di RSUP dr Hasan Sadikin yang saat ini telah mengembangkan pelayanan
jantung terpadu, angka prevalensi tindakan coronary artery bypass graft (CABG) sudah banyak
dilakukan, berdasarkan data diketahui bahwa ada sebanyak 87 pasien yang dilakukan tindakan
CABG pada tahun 2016 dan sudah ada 56 pasien yang dilakukan tindakan CABG dari 1 Januari-
13 September 2017 dan kemungkinan akan selalu ada penjadwalan pasien yang akan dilakukan
CABG setiap minggunya.

Tindakan CABG adalah prosedure operasi untuk mengobati penyakit jantung coroner yang
dilakukan pada pembuluh darah yang mengalami penyumbatan atau penyempitan arteri yang
serius dengan membuka rongga dada. Walaupun CABG merupakan metode yang efektif dalam
mengurangi angina dan kematian pada pasien CAD, namun CABG merupakan tindakan intervensi
terakhir yang dilakukan kepada pasien-pasien CAD. Hal ini dikarenakan tindakan CABG
merupakan tindakan yang kompleks dan memiliki potensi komplikasi berat yang salah satunya
adalah nyeri yang dirasakan akibat adanya insisi sternal. Berdasarkan penelitian diketahui 50-60%
pasien post CABG mengalami nyeri sedang-berat yang dirasakan imperceptible, sharp dan
exhausting (Pogatzki, Zahn, & Brennan, 2007). Nyeri sternal yang muncul bisa terjadi karena
perubahan posisi, batuk, nafas dalam, penggunaan spirometry dan bergerak di tempat tidur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien post CABG di ruangan CICU COT lt2, nyeri sternal
yang dirasakan ketika pemberian obat analgetik sudah diturunkan adalah nyeri pada saat batuk dan
nafas dalam. Sehingga ketidaknyaman ini membuat obat analgetik klien tetap dipertahankan
hingga klien dapat mentoleransinya nyerinya. Padahal efek penggunaan obat analgetik yang lama
pun tidak baik untuk pasien.

Saat ini banyak penelitian yang dilakukan untuk menemukan metode mengurangi nyeri sternal
yang dirasakan pasien post CABG baik yang bersifat farmakologi maupun non farmakologi. Salah
satu metode non farmakologi yang sedang dilakukan penelitian untuk mengurangi nyeri post
CABG adalah pemberian cold therapy. Pemberian cold therapy yang dilakukan menggunakan
prinsip mengurangi efek trauma sehingga menurunkan proses inflamasi. Namun saat ini pemberian
cold therapy pada pasien post CABG terutama di ruang CICU COT lt2 belum dilaksanakan. Oleh
karena itu pada saat ini kami akan mencoba menganalisa jurnal-jurnal (literature review) terkait
pemberian cold therapy pada pasien post CABG. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
pemberian cold therapy benar-benar efektif mengurangi nyeri terutama nyeri sternal pada pasien
post CABG berdasarkan jurnal-jurnal yang kami review. Sehingga bila cold therapy ini efektif
dalam mengurangi nyeri sternal pada pasien post CABG dapat menjadi acuan atau dapat
diterapkan di ruang perawatan jantung terutama di CICU COT lt 2.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. (25 Januari 2017). Heart Disease and Stroke Statistic 2017 At-a-
Glance. America: the American Heart Associattion Statistics Commitee and Stroke
Statistics Subcommitte. doi:10.1161/CIR.0000000000000485
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan;Kementerian Kesehatan.
Pogatzki, Z. E., Zahn, P., & Brennan, T. (2007). Postoperative pain clinical implications of basic
research. Best practice & research clinical anasthesiology, 21(1), 3-13.
Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. (2014). Situasi Kesehatan Jantung. Jakarta:
Kementerian Kesehatan.
WHO. (2017, Mei). Cardiovascular Disease (CVD). Retrieved from World Health International:
www.who.int

Anda mungkin juga menyukai