Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

DI PUSKESMAS PAMOTAN
CA CERVIKS

Disusun untuk memenuhi tugas Profesi Ners


Departemen Maternitas

Oleh :

PURJIATI YULIASTUTIK

NIM : 2233016

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KEPANJEN


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
MALANG
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan tentang Ca Cerviks diPuskesmas pamotan, yang disampaikan oleh :

Nama : Purjiati Yuliastutik

NIM : 2233016

Prodi : Pendidikan Profesi Ners

Sebagai salah satu syarat dalam pemenuhan tugas praktik Program Pendidikan Profesi
NERS Departemen Maternitas, yang dilaksanakan pada tanggal 21 November 2022 sd 26
November 2022, yang telah disetujui dan disahkan pada:

Hari : Sabtu

Tanggal : 26 November 2022

Malang, 26 November 2022

Mengetahui,

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(Masita Widiyani, S. Kep. Ns, M. Kep) (Siswoko, S.Kep,Ners)


Tujuan Laporan Pendahuluan Penyakit Ca Cerviks :
1. Mengetahui dan memahami definisi Ca Cerviks
2. Mengetahui dan memahami etiologi Ca Cerviks
3. Mengetahui dan memahami klasifikasi Ca Cerviks
4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis Ca Cerviks
5. Mengatahui dan memahami patofisiologi Ca Cerviks
6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Ca Cerviks
7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis penyakit Ca Cerviks
8. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan pada pasien Ca Cerviks
LAPORAN PENDAHULUAN

CA SERVIKS

A. DEFINISI
Kanker serviks adalah suatu proses keganasan yang terjadi pada leher rahim, sehingga
jaringan di sekitarnya tidak dapat melaksanakan fungsi sebagaimana mestinya. Keadaan
tersebut biasanya disertai dengan adanya perdarahan dan pengeluaran cairan vagina yang
abnormal, penyakit ini dapat terjadi berulang-ulang. Kanker serviks dimulai dengan
adanya suatu perubahan dari sel leher rahim normal menjadi sel abnormal yang
kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sel leher rahim yang abnormal ini dapat
berkumpul menjadi tumor. Tumor yang terjadi dapat bersifat jinak ataupun ganas yang
akan mengarah ke kanker dan dapat menyebar (Darmawati, 2015).

B. ETIOLOGI
Penyebab Kanker serviks tidak diketahui secara pasti. Menurut (Darmawati, 2015)
beberapa faktor predisposisi kanker serviks antara lain yaitu:
1. HPV (Human Papilloma Virus) adalah virus penyebab kutil genetalia
(kondiloma akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian
yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45 dan 56. Sekitar 90-99%
jenis kanker serviks disebabkan oleh HPV. Virus ini bisa ditransfer melalui
hubungan seksual dan bisa hadir dalam berbagai variasi.
2. Tembakau dalam rokok bisa menurunkan system kekebalan tubuh dan
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi HPV pada leher
rahim.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini. Semakin muda seorang
perempuan melakukan hubungan seks, maka semakin besar risiko untuk
terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang
melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai risiko 3
kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun, selain itu
sperma yang mengandung komplemen histone dapat bereaksi dengan DNA sel
leher rahim. Sperma yang bersifat alkalis dapat menimbulkan hiperplasia dan
neoplasia sel leher rahim.
4. Perilaku seksual berganti pasangan seks akan meningkatkan penularan
penyakit kelamin. Risiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada
wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih.
5. Pemakaian pil KB. Penggunaan kontrasepsi oral dilaporkan meningkatkan
insiden NIS (Neoplasia Intraepitelial Kanker serviks) meskipun tidak
langsung. Diduga mempercepat perkembangan progresivitas lesi. Pemakaian
pil KB lebih dari 6 tahun meningkatkan risiko terjadinya Kanker serviks.
Penjelasan yang rasional atas fenomena ini adalah karena kontrasepsi oral
menginduksi eversi epitel kolumnar sehingga meningkatkan atipia pada
wanita, menurunkan kadar asam folat darah sehingga terjadi perubahan
megaloblastik sel epitel leher rahim dan dapat meningkatkan efek ekspresi
onkoprotein virus.
6. Suami yang tidak disirkumsisi. Telah diketahui bahwa frekuensi kanker
serviks pada wanita Yahudi jauh lebih rendah dibandingkan dengan wanita
kulit putih lainnya. Mereka menyangka bahwa persetubuhan dengan laki-laki
yang tidak disirkumsisi lebih banyak menyebabkan Kanker serviks karena
hygiene penis tidak terawat, di mana terdapat kumpulan-kumpulan smegma.

C. KLASIFIKASI
Stadium kanker adalah cara bagi paramedis untuk merangkum seberapa jauh kanker
telah menyebar. Salah satu cara yang digunakan pada umumnya untuk memetakan
stadium kanker serviks yaitu sistem FIGO (Federasi Internasional Ginekologi dan
Obstetri). Berdasarkan Federation of International Gynecology and Obsetrics (FIGO)
tahun 2009 stadium klinis karsinoma serviks terbagi atas:

Stadium Deskripsi

Stadium 0 Karsinoma insitu, karsinoma intra-ephitelial. Tumor masih dangkal,


hanya tumbuh di lapisan sel serviks

Stadium I Kanker telah tumbuh dalam serviks.

IA Kanker invasive ditemukan hanya secara mikroskopik. Kedalamannya 5


mm dan besarnya kurang dari 7 mm

IA 1 Invasi stromal sedalam <3 mm dan lebar <7 mm

IA 2 Invasi ke stroma sedalam 3-5 mm dengan lebar <7 mm


IB Lesi klinis masih pada serviks atau lesi mikroskopik lebih besar dari lesi
stadium IA

IB 1 Kanker serviks dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran tidak lebih
dari 4 cm

IB 2 Kanker serviks dapat dilihat dengan mata telanjang. Ukuran lebih besar
dari 4 cm

Stadium II Kanker telah menginvasi melewati serviks namun tidak sampai pada
dinding pelvis atau 1/3 bawah vagina

IIA Kanker meluas sampai 2/3 atas vagina, tanpa invasi parametrial

IIA 1 Tumor yang terlihat secara klinis <4 cm. Meluas hingga 2/3 bagian atas
vagina

IIA 2 Tumor yang terlihat secara klinis >4 cm namun tidak sampai masuk
dinding pelvis.

IIB Kanker telah menyebar ke jaringan sekitar vagina dan serviks, namun
belum sampai ke dinding panggul

Stadium III Kanker meluas sampai ke dinding pelvis dan/atau mencapai 1/3 bawah
dinding vagina dana tau menyebabkan hidronefrosis atau penurunan
fungsi ginjal

III A Tumor meluas sampai 1/3 bawah vagina namun tanpa ekstensi ke dinding
pelvis

IIIB Meluas sampai dinding pelvis atau menyebabkan obstruksi uropati.

Stadium IV Pada stadium ini, kanker telah menyebar ke pelvis, kandung kemih, atau
rectum.

IVA Kanker telah menyebar ke organ terdekat, seperti kandung kemih dan
rectum

IVB Metastase ke organ yang lebih jauh.

D. Manifestasi Klinis
Kanker serviks pada stadium awal tidak menimbulkan gejala. Gejala akan muncul
saat sel kanker serviks sudah menginvasi jaringan di sekitarnya. Berikut beberapa
gejala yang mungkin muncul (Tim Cancer Helps, 2010):
1. Perdarahan vagina yang bersifat abnormal
2. Perdarahan yang biasanya terjadi
3. Perdarahan setelah bersenggama
4. Perdarahan setelah menopause
5. Perdarahan dan bercak darah antara periode menstruasi
6. Periode menstruasi yang lebih lama atau lebih berat dari biasanya
7. Perdarahan setelah douching atau setelah pemeriksaan panggul merupakan
gejala umum kanker serviks, tetapi bukan prekanker.
8. Keputihan yang tidak normal. Ciri-cirinya yaitu keputihan dengan lender
kental, bewarna kuning atau kecoklatan.
9. Berbau busuk dan gatal.
10. Rasa sakit saat bersenggama

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Menurut (Novelia, 2017) pemeriksaan diagnostic untuk menentukan kanker


serviks sebagai berikut :
a. Schillentest :Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena
tidakmengikat yodium. Kalau porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang
normal akan berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinomatidak
berwarna.
b. Koloskopi :Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks
denganlampu dan dibesarkan 10-40 kali.
Keuntungan ; dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan sehinggamudah
untuk melakukan biopsy.
Kelemahan ; hanya dapat memeiksa daerah yang terlihat saja yaituporsio,
sedang kelianan pada skuamosa columnar junction dan intraservikal tidak
terlihat.
c. Kolpomikroskopi : Melihat hapusan vagina (Pap Smear) dengan pembesaran
sampai 200kali
d. Biopsi : Dengan biopsi dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya
e. Konisasi :Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lendir
serviksdan epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasilsitologi
meragukan dan pada serviks tidak tampak kelainan-kelainanyang jelas.
f. Pemeriksaan lainnya.
a. Pemeriksaan hematology (Hb, Ht, lekosit, trombosit, LED,golongan darah,
masa peredaran dan masa pembekuan)
b. Pemeriksaan biokimia darah meliputi SGOt dan SGPT.
c. Pemeriksaan kardiovaskular, antara lain EKG.
d. Pemeriksaan system respiratorius dan urologi serta tes alergi terhadap obat

F. PENATALAKSANAAN

A. Penatalaksanaan medis yang dapat di lakukan adalah (Novelia, 2017) :


1. Pembedahan atau operasi
Pembedahan merupakan pilihan untuk perempuan dengan kanker serviks
stadium I dan II.
a. Trakelektomi radikal (Radical Trachelectomy)
Mengambil leher rahim, bagian dari vagina, dan kelenjar getahbening di
panggul.Pilihan ini dilakukan untuk perempuandengan tumor kecil yang
ingin mencoba untuk hamil dikemudian hari.
b. Histerektomi total :Mengangakat leher rahim dan rahim.
c. Histerektomi radikal :Mengangkat leher rahim, beberapa jaringan di
sekitar leherrahim, rahim, dan bagian dari vagina.
d. Saluran telur dan ovarium :Mengangkat kedua saluran tuba dan ovarium.
Pembedahan inidisebut salpingo-ooforektomi.
e. Kelenjar getah bening :Mengambil kelenjar getah bening dekat tumor
untuk melihatapakah mengandung leher rahim. Jika sel kanker telah
histerektomy total dan radikal mencapai kelenjar getah bening,itu berarti
penyakit ini mungkin telah menyebar ke bagian laindari tubuh.
2. Radioterapi
Hal ini juga dapat digunakan setelah operasi untuk menghancurkan sel-sel
kanker apa pun yang masih di daerahtersebut. Perempuan dengan kanker
yang menyerang bagianbagianselain kenker serviks mungkin perlu diterapi
radiasi dan kemoterapi.Terapi radiasi menggunakan sinar berenergi
tinggiuntuk membunuh sel-sel kanker.Terapi ini mempengaruhi sel-seldi
daerah yang diobati. Ada dua jenis terapi ini :
a. Terapi radiasi eksternal
Sebuah mesin besar akan mengarahkan radiasi pada panggulatau
jaringan lain di mana kanker telah menyebar. Pengobatanbiasanya di
berikan di rumah sakit.Penderita mungkinmenerima radiasi eksternal 5
hari seminggu selama beberapaminggu.Setiap pengobatan hanya
memakan waktu beberapamenit.
b. Terapi radiasi internal
Sebuah tabung tipis yang ditempatkan di dalam vagina.Suatuzat
radioaktif di masukkan ke dalam tabung tersebut.Penderitamungkin
harus tinggal di rumah sakit sementara sumberradioaktif masih berada di
tempatnya (sampai 3 hari).
Efek samping tergantung terutama pada seberapa banyak radiasi
diberikan dan tubuh bagian mana yang di terapi.radiasi pada perutdan
panggul dapat menyebabkan mual, muntah, diare, atau masalah
eliminasi.Penderita mungkin kehilangan rambut di daerahgenital.Selain
itu, kulit penderita di daerah yang dirawat menjadimerah, kering, dan
tender.
3. Kemoterapi
Diberikan sebelum operasi untuk memperkecil ukuran kanker yang akan di
operasi atau sesudah operasi untukmembersihkan sisa-sisa sel kanker, kadang
dikombinasikan denganterapi radiasi tapi kadang juga tidak. Kemoterapi ini
biasanyadiberikan dalam tablet/pil, suntikan, atau infus.Jadwal pemberianada
yang setiap hari, sekali seminggu atau bahkan sekali sebulan.Efek samping
yang terjadi terutama tergantung pada jenis obatobatan yang diberikan dan
seberapa banyak.kemoterapi membunuhsel-sel kanker yang tumbuh cepat,
terapi juga dapatmembahayakan sel-sel normal yang membelah dengan
cepat, yaitu:
a. Sel darah :Bila kemoterapi menurunkan kadar sel darah merah yang
sehat,penderita akan lebih mudah terkena infeksi, mudah memar
atauberdarah, dan merasa sangat lemah dan lelah.
b. Sel-sel pada akar rambut :Kemoterapi dapat menyebabkan rambut
rontok. Rambutpenderita yang hilang akan tumbuh lagi, tetapi
kemungkinanmengalami perubahan warna dan tekstur.
c. Sel yang melapisi saluran pencernaan :Kemoterapi menurunkan nafsu
makan, mual-mual dan muntah,diare, atau infeksi pada mulut dan bibir.
Efek samping lainnya termasuk ruam kulit, kesemutan atau mati rasa
di tangan dan kaki, masalah pendengaran, kehilangan keseimbangan,
nyeri sendi, atau kaki bengkak.

B. Penatalaksanaan Keperawatan (Novelia, 2017)


1. Pemberian edukasi dan informasi untuk meningkatkan pengetahuan pasien dan
mengurangi kecemasan sertaketakutan pasien.
2. Perawat mendukung kemampuan pasien dalamperawatan diri untuk
meningkatkan kesetahan dan mencegah komlipaksi.
3. Perawat perlu mengidentifikasi bagaimana pasien danpasangannya memandang
kemampuan reproduksi wanita danmemaknai setiap hal yang berhubungan
dengan kemampuanreproduksinya. Bagi sebagian wanita, masalah harga diri
dan citratubuh yang berat dapat muncul saat mereka tidak dapat
lagimempunyai anak. Pasangan mereka sering sekali menunjukkan sikap yang
sama, yang merendahkan wanita yang tidak dapat memberikan keturunan.
4. Apabila terdiagnosis menderita kanker, banyak wanita merasahidupnya lebih
terancam dan perasan ini jauh lebih pentingdibandingkan kehilangan
kemampuan reprpduksi. Intervensikeperawatan kemudian difokuskan untuk
membantu pasien mengekspresikan rasa takut, membuat parameter harapan
yang realistis, memperjelas nilai dan dukungan spiritual, meningkatkan kualitas
sumber daya keluarga dan komunitas, dan menemukankekuatan diri untuk
menghadapi masalah.

G. PATOFISIOLOGI
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang
tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar
antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi
invasif adalah 3 – 20 tahun.
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat
muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma
mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan
hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk
preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses
keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang
eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks,
jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau
vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal
zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada
molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol
pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan (Brunner & Sudart, 2010)
Kanker serviks biasa timbul di daerah yang disebut squamo - columnar
junction (SCJ), yaitu batas antara epitel yang melapisi ektoserviks (porsio) dan
endoserviks kanalis serviks, dimana secara histologik terjadi perubahan dari epitel
ektoserviks yaitu epitel skuamosa berlapis dengan epitel endoserviks yaitu epitel
kuboid atau kolumnar pendek selapis bersilia. Letak SCJ dipengaruhi oleh faktor usia,
aktivitas seksual dan paritas. Pada wanita muda SCJ berada di luar ostium uteri
eksternum, sedangkan pada wanita berusia di atas 35 tahun SCJ berada di dalam
kanalis serviks, Oleh karena itu pada wanita muda, SCJ yang berada di luar ostium
uteri eksternum ini rentan terhadap faktor luar berupa mutagen yang akan displasia
dari SCJ tersebut. Pada wanita dengan aktivitas seksual tinggi, SCJ terletak di ostium
eksternum karena trauma atau retraksi otot oleh prostaglandin.
Pada masa kehidupan wanita terjadi perubahan fisiologis pada epitel serviks,
epitel kolumnar akan digantikan oleh epitel skuamosa yang diduga berasal dari
cadangan epitel kolumnar. Proses pergantian epitel kolumnar menjadi epitel skuamosa
disebut proses metaplasia dan terjadi akibat pengaruh pH vagina yang rendah.
Aktivitas metaplasia yang tinggi sering dijumpai pada masa pubertas. Akibat proses
metaplasia ini maka secara morfogenetik terdapat 2 SCJ, yaitu SCJ asli dan SCJ baru
yang menjadi tempat pertemuan antara epitel skuamosa baru dengan epitel kolumnar.
Daerah di antara kedua SCJ ini disebut daerah transformasi.
Penelitian akhir-akhir ini lebih memfokuskan virus sebagai salah satu factor
penyebab yang penting, terutama virus DNA. Pada proses karsinogenesis asam
nukleat virus tersebut dapat bersatu ke dalam gen dan DNA sel tuan rumah sehingga
menyebabkan terjadinya mutasi sel, sel yang mengalami mutasi tersebut dapat
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut
displasia. Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat dan
karsinoma in-situ dan kemudian berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan karsinoma in-situ dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker.
(Sjamsuhidajat,1997 dalam Prawirohardjo(,2010)

H. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Anamnesis
1. Data Dasar : pengumpulan data pada pasien dan keluarga di lakukan
dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan
penunjang (hasil laboratorium)
2. Identitas pasien : Meliputi nama lengkap, tempat/tanggal lahir, umur,
jenis kelamin, agama, alamat, pendidikan, pekerjaan, asal suku bangsa,
tanggal masuk rumah sakit, no medical record (MR), nama orang tua,
dan pekerjaan orang tua.
3. Identitas penanggung jawab : meliputi nama, umur, pekerjaan, dan
hubungan dengan pasien
4. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama : Biasaya pasien datang kerumah sakit dengan
keluhan seperti pendarahan intra servikal dan disertai keputihan
yang menyerupai air dan berbau. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya datang dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan, tidak nafsu makan, anemia.
2. Riwayat kesehatan sekarang : biasanya pasien pada stadium awal
tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium
akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti keputihan yang
berbau busuk, perdarahan setelah melakukan hubungan seksual,
rasa nyeri disekitar vagina, nyeri pada panggul. Pada pasien kanker
serviks post kemoterapi biasanya mengalami keluhan mual muntah
yang berlebihan, tidak nafsu makan, dan anemia.
3. Riwayat kesehatan terdahulu : Biasanya pada pasien kanker
serviks memiliki riwayat kesehatan dahulu seperti riwayat penyakit
keputihan, riwayat penyakit HIV/AIDS (Ariani, 2015). Pada
pasien kanker servik post kemoterapi biasanya ada riwayat
penyakit keputihan dan riwayat penyakit HIV/AIDS.
4. Riwayat kesehatan keluarga :Biasanya riwayat keluarga adalah
salah satu faktor yang paling mempengaruhi karena kanker bisa
dipengaruhi oleh kelainan genetika. Keluraga yang memiliki
riwayat kanker didalam keluarganya lebih berisiko tinggi terkena
kanker dari pada keluraga yang tidak ada riwayat didalam
keluarganya.

5. Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obsttetri pada pasien dengan kanker serviks
yang perlu di ketahui adalah :
a. Keluhan Haid : Dikaji tentang riwayat menarche dan haid terakhir,
sebab kanker serviks tidak pernah ditemukan sebelumnya
menarche dan mengalami atropi pada masa menopose. Siklus
menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara
siklus haid adalah salah satu tanda gejala kanker serviks.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan : Jumlah kehamilan dan anak
yang hidup karna kanker serviks terbanyak pada wanita yang
sering partus, semakin sering partus semakin besar kemungkinan
resiko mendapatkan karsinoma serviks.
6. Riwayat Psikososial : Biasanya tentang penerimaan pasien terhadap
penyakitnya serta harapan terhadap pengobatan yang akan dijalani,
hubungan dengan suami/keluarga terhadap pasien dari sumber
keuangan. Konsep diri pasien meliputi gambaran diri peran dan
identitas. Kaji juga ekspresi wajah pasien yang murung atau sedih serta
keluhan pasien yang merasa tidak berguna atau menyusahkan orang
lain. Pada pasien kanker serviks post kemoterapi biasanya mengalami
keluhan cemas dan ketakutan.
7. Riwayat Kebiasaan Sehari-hari : Biasanya meliputi pemenuhan
kebutuhan nutrisi, elimenasi, aktivitas pasien sehari-hari, pemenuhan
kebutuhan istirahat dan tidur. Pada pasien kanker serviks post
kemoterapi biasanya mengalami keluhan tidak nafsu makan, kelehan,
gangguan pola tidur.
8. Pemeriksaan fisik, meliputi :
 Keadaan umum: biasanya pasien kanker serviks post kemoterapi
sadar,lemah dan tanda-tanda vital normal (120/80 mmHg).
 Kepala : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami rambut rontok, mudah tercabut.
 Mata : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
mengalami konjungtiva anemis dan skelera ikterik.
 Leher : Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan
 Thoraks:
Dada : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi tidak
ada kelainan
Jantung : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
 Abdomen : biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi
tidak ada kelainan
 Genetalia : Biasanya pada pasien kanker serviks mengalamisekret
berlebihan, keputihan, peradangan, pendarahan dan lesi. Pada
pasien kanker serviks postkemoterapi biasanya mengalami
perdarahan pervaginam.
 Ekstermitas : Biasanya pada pasien kanker serviks yang
stadiumlanjut mengalami edema dan nyeri.
9. Pemeriksaan Penunjang
Biasanya pada pasien kanker serviks post kemoterapi mengalami
anemia karna penurunan Haemoglobin. Nilai normalnya Haemoglobin
wanita (12-16 gr/dl).

2. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan obstruksi anatomic
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah akibat dari efek samping kemoradiasi
d. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasive
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam gaya hidup
dan penampilan akibat efek samping kemoterapi

3. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana Keperawatan untuk ibu hamil dengan preeklampsia dapat diberikan
apabila kemampuan merawat diri pada klien berkurang dari yang dibutuhkan
untuk memenuhi self care sehingga dapat mengurangi Keluhan preeklampsia
pada ibu hamil. Intervensi Keperawatan dilakukan berdasarakan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018) dengan
kriteria hasil berdasarkan Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim Pokja
SLKI DPP PPNI,2019):

Diagnose Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


Keperawatan
Nyeri akut b.d agen Tujuan : Manajemen nyeri
cidera biologis Setelah dilakukan tindakan (I.08238)
keperawatan diharapkan Observasi :
tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun (L.08066) karakteristik, durasi,
Kriteria hasil : frekuensi, intensitas
1. Keluhan nyeri menurun nyeri.
2. Meringis menurun 2. Identifikasi skala nyeri
3. Sikap protektif menurun 3. Identifikasi faktor yang
4. Gelisah menurun memperberat dan
5. Kesulitan tidur menurun meringankan nyeri.
6. Menarik diri menurun 4. dentifikasi
7. Berfokus pada diri pengetahuan dan
sendiri menurun keyakinan tentang
8. Diaforesis menurun nyeri
9. Perasaan takut 5. Identifikasi pengaruh
mengalami cedera nyeri pada kualitas
berulang menurun hidup.
10. Anoreksia menurun
11. Uterus teraba membulat Terapiutik :
menurun 1. Berikan teknik
12. Ketegangan otot nonfarmakologis
menurun untuk mengurangi rasa
13. Mual muntah menurun nyeri (mis. TENS,
hipnosis, akupressur,
terapi pijat, teknik
realaksasi napas
dalam, kompres
hangat)
2. Kontrol lingkungan
yang memperbersat
rasa nyeri (mis. suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan.
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri.

Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. jelaskan strategi
mengatasi nyeri.
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
nyeri.

Kolaborasi :
Kolaborasi pemberian
analgetik

I. IMPLEMENTASI
Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status
kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter
& Perry, 2011). Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi pengumpulan data
berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksaan tindakan,
serta menilai data yang baru.

J. EVALUASI
Evaluasi keperawatan merupakan catatan paling atas tentang indikasi kemajuan
pasien terhadap tujuan yang dicapai, evaluasi bertujuan untuk menilai keefektifan
perawat dan untuk mengomunikasin status pasien dari hasil tindakan keperawatan
(Basri Burhanuddin,2020).

DAFTAR PUSTAKA
Nurarif, Amin Huda, Hardi Kusuma. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis.

Yogyakarta : Mediaction.

SDKI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta Selatan: DPP PPNI.
SLKI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Defenisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
SIKI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Defenisi dan Tindakan
Keperawatan. Jakarta: DPP PPNI.
Cervical Center . (2017). Kanker Serviks.

Darmawati. (2015). Cervical Cancer in Productive Women. Idea Nursing Journal Vol 1 No
1 , 9-10.

Novelia, D. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Kanker Serviks Post
Kemoterapi di Ruang Gynekologi-Onkologi Irna Kebidanan RSUP Dr. M. Djamil
Padang. KARYA TULIS ILMIAH .

Tim Cancer Helps. (2010). Stop Kanker. Jakarta Selatan : PT. AgroMedika Pusaka.

RESUME KEPERAWATAN
Nama Mahasiswa : Purjiati yuliastutik

NIM : 2233016

Tanggal Praktik : 21-11-2022

Ruangan Praktik : Poli KIA Puskesmas Pamotan

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. A
Umur : 19 Tahun
No.Reg : 124xxx
Diagnosa Medis : G1P000AB000

2. ASUHAN KEPERAWATAN

S O A P I E TTD
Pasien 1. TTV : Hypovolemi Tujuan: 1. memonitor S :pasien
mengatakan TD : 90/70 a (D.0023) Setelah diberikan intake dan mengatakan
mual mulai mMhg b.d Asuhan output Mual dan
awal N : 72x/mnt kehilangan keperawatan 1x20 cairan muntah
kehamilan S: 37.5 °C cairan aktif menit diharapkan 2. memberik berkurang
dan muntah RR : 20x/mnt d.d turgor status cairan an asupan O : TTV :
lebih dari 8x 2. Turgor kulit kulit (L.03028) cairan oral TD : 100/70
menurun menurun, membaik dengan 3. menganjur mMhg
3. Membrane membrane kriteria hasil : kan N : 78x/mnt
mukosa mukosa 1. Intake cairan memperba S: 37.3 °C
kering kering, suhu membaik dari nyak RR :
4. Klien tubuh level 1 ke cairan oral 20x/mnt
tampak mual meningkat, level 5 4. melalukan A: masalah
dan muntah tekanan 2. Tekanan darah observasi teratasi
5. Klien darah membaik dari tanda dan sebagian
tampak menurun level 2 ke gejala P : anjurkan
lemas level 5 hypovole control
3. Turgor kulit mia kembali jika
meningkat 5. menganjur keluhan
dari level 1 ke kan klien semakin
level 5 untuk bertambah
4. Membrane menghind
mukosa ari
membaik dari perubahan
level 1 ke posisi
level 5 secara
5. Suhu tubuh mendadak
membaik dari
level 3 ke
level 5

SIKI :
Managemen
hypovolemia
1.1 monitor
intake dan
output cairan
1.2 berikan
asupan cairan
oral
1.3 anjurkan
memperbanya
k cairan oral
3-6 Periksa tanda
dan gejala
hypovolemia
(nadi, tekanan
darah, membrane
mukosa kering,
turgor kulit
menurun)
3.1 anjurkan
menghindari
perubahan posisi
secara mendadak

RESUME KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Purjiati yuliastutik


NIM : 2233016

Tanggal Praktik : 22-11-2022

Ruangan Praktik : Poli KIA Puskesmas Pamotan

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. I
Umur : 23 Tahun
No.Reg : 124xxx
Diagnosa Medis : G1P000AB000

2. ASUHAN KEPERAWATAN

S O A P I E TTD
Pasien TTV : Hiperter Tujuan: 1. Mengidentifikas S: pasien
mengatakan TD: mi Setelah diberikan i penyebab mengatakan
demam 3 hari 90/60mMhg (D.01130 asuhan hipertermi demam, pusing
disertai N: 78x/mnt ) keperawatan 1x 2. Melakukan dan mual
pusing dan S:39.2°C b.d 15 menit monitor suhu berkurang.
mual, demam RR: 22x/mnt proses diharapkan tubuh
semakin Klien tampak penyakit termoregulasi 3. Memonitor O : TTV :
bertambah lemas dan pucat d.d suhu (L.14134) haluaran urin TD:
ketika malam Klien tampak tubuh membaik dengan 4. Memonitor 100/80mMhg
hari mengigil diatas kriteria hasil : komplikasi N:80x/mnt
Klien tampak normal 1. Menggigil akibat S.38.3°C
mual menurun dari hipertermi RR:20x/mnt
level 1 ke 5. Menyediakan
level 5 lingkungan yang A: masalah
2. Pucat dingin teratasi
menurun dari 6. Melonggarkan sebagian
level 1 ke pakaian
level 5 7. Membasahi P: anjurkan
3. Suhu tubuh permukaan segera
membaik dari kepukesmas
level 1 ke tubuh jika ada tanda
level 5 8. Menganjurkan persalinan.
4. Tekanan darah tirah baring
membaik dari
level 1 ke
level 5
SIKI
Managemen
hipertermi
(i.15506)
1&2.1 Identifikasi
penyebab
hipertermi
1.1 Sediakan
lingkungan
yang dingin
1.2 Longgarkan/
lepaskan
pakaian
1.3 Berikan cairan
oral
3. Monitor suhu
tubuh
4.1 Anjurkan
tirah baring

RESUME KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Purjiati yuliastutik

NIM : 2233016
Tanggal Praktik : 23-11-2022

Ruangan Praktik : Poli KIA Puskesmas Pamotan

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn.A
Umur : 18 Tahun
No.Reg : 124xxx
Diagnosa Medis : fluor albus

2. ASUHAN KEPERAWATAN

S O A P I E TTD
Pasien TTV : Risiko Tujuan: 1. mengidentifi S: pasien
mengatakan TD: kerusakan Setelah diberikan kasi megatakan
keputihan, 100/70mMhg integritas asuhan keperawatan gangguan gatal
dan gatal N: 78x/mnt kulit selama 1x15 menit integritas berkurang
pada daerah S:36.2°C (D.0139) b.d integritas kulit kulit
vagina RR: 22x/mnt kelembapan (L.14125) 2. menganjurk O: TTV
Area kulit d.d kulit area diharapkan an TD:
lembab vagina meningkat dengan menghindari 105/70mMh
Terdapat kemerahan, kriteria hasil : produk g
ruam dan terdapat 1. Kerusakan berbahan N: 82x/mnt
Kulit area ruam, gatal lapisan kulit alcohol S:36.5°C
vagina menurun dari 3. menganjurk RR:
kemerahan level 2 ke level 5 an 22x/mnt
2. Kemerahan meningkatka
menurun dari n asupan A: masalah
level 1 ke level 5 nutrisi teratasi
3. Sensasi membaik 4. memonitor sebagaian
dari level 2 ke tanda-tanda
level 5 infeksi P: anjurkan
5. memberikan kontrol
SIKI : salep yang kembali jika
Perawatan sesuai ke keluhan
integritas kulit. kulit/lesi tetap/bertam
1.1 identfikasi 6. menjelaskan bah
gangguan tanda dan
integritas kulit gejala
2.1 hindari produk infeksi
berbahan dasar 7. menganjurk
alcohol an
3.1 anjurkan mengonsum
meningkatkan si makanan
asupan nutrisi tinggi kalori
3.2 anjurkan minum dan protein.
air yang cukup
SIKI :
Perawatan luka
2.1 monitor tanda-
tanda infeksi
2.2 berikan salep
yang sesuai ke
kulit/lesi
2.3 jelaskan tanda
dan gejala
infeksi
2.4 anjurkan
mengkonsumsi
makanan tinggi
kalori dan protein

RESUME KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Purjiati yuliastutik

NIM : 2233016
Tanggal Praktik : 24-11-2022

Ruangan Praktik : Poli KIA Puskesmas Pamotan

1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. K
Umur : 19 Tahun
No.Reg : 124xxx
Diagnosa Medis : G1P000AB000

2. ASUHAN KEPERAWATAN

S O A P I E TTD
Pasien TTV : Ansietas Tujuan: 1. Memonitor S:pasien
mengataka TD: (D.0080) Setelah diberikan tanda-tanda mengatakan
n 110/80mMhg b.d kurang asuhan ansietas kekhawatiran
memeriks N: 82 x/mnt terpapar keperawatan 1x 15 2. Mengidentifi berkurang dan
akan S: 36.7 °C informasi menit secara kasi saat sudah mulai
kehamilan RR: 20x/mnt d.d klien komprehensif tingkat tenang
rutin, dan tampak tingkat ansietas ansietas
pasien Klien tampak gelisah, (L.09093) berubah O: TTV :
merasa pucat sulit diharapkan 3. Menemani TD:
khawatir Klien tampak berkonsent meningkat dengan pasien untuk 120/80mMhg
dengan gelisah rasi, kriteria hasil : mengurangi N: 80 x/mnt
proses SC Klien banyak tampak 1. Perilaku gelisah kecemasan S: 36.3 °C
nanti bertanya tegang menurun dari 4. Mendengark RR: 22x/mnt
Klien tidak level 1 ke level an klien Pasien terlihat
konsentrasi 5 dengan rasa kecemasan
dalam 2. Konsentrasi penuh dan khawatir
menjawab membaik dari perhatian berkurang
pertanyaan level 1 ke level 5. Mengidentifi
Tidak ada 5 kasi A: masalah
riwayat sc 3. Perilaku tegang kemampuan teratasi
sebelumnya menurun de mengambil sebagian
level 5ari level keputusan P: anjurkan
u.k 26-27 1 6. Menciptakan kontrol kembali
minggu suasana jika mengalami
SIKI: terapeutik keluhan
Reduksi Ansietas untuk
(i.09314) menumbuhk
1.1 Monitor tanda- an
tanda ansietas kepercayaan
1.2 Identifikasi saat 7. Menemani
tingkat ansietas pasien untuk
berubah (missal: mengurangi
kondisi, waktu kecemasan
dan stressor) 8. Memaham
1.3 Temani pasien situasi yang
untuk membuat
mengurangi ansietas
kecemasan 9. Mendiskusik
1.4 Pahami situasi an
yang membuat perencanaan
anxietas realistis
1.5 Dengarkan tentang
dengan penuh peristiwa
perhatian yang akan
1.6 Gunakan datang
pendekatan 10. Menjelaskan
tenang dan procedure,
meyakinkan termasuk
2.1 Identifikasi sensasi yang
kemampuan mungkin
mengambil terjadi
keputusan 11. Melatih
1.1 Ciptakan teknik
suasana relaksasi
terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
1.2 Diskusikan
perencanaan
realistis tentang
peristiwa yang
akan datang.
1.3 Jelaskan
procedure,
termasuk
sensasi yang
mungkin terjadi
3.1 Latih teknik
relaksasi

RESUME KEPERAWATAN

Nama Mahasiswa : Purjiati yuliastutik

NIM : 2233016

Tanggal Praktik : 25-11-2022

Ruangan Praktik : Poli KIA Puskesmas Pamotan


1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 26 Tahun
No.Reg : 124xxx
Diagnosa Medis : G1P000AB000

2. ASUHAN KEPERAWATAN

S O A P I E TTD
Klien TTV: Nausea Tujuan: 1. Mengidenti S: klien
mengatakan TD: (D.0076) Setelah diberikan fikasi mengatakan
pusing, 90/60mMhg b.d asuhan pengalaman mual berkurang
mual setiap N: 77x/mnt kehamilan keperawatan 1 x mual O: TTV:
pagi. S:37.3°C d.d 15 menit 2. mengidentif TD:100/70mMh
RR: 22 mengeluh diharapkan ikasi factor g
x/mnt mual tingkat Nausea penyebab N: 80x/mnt
(l.08065) mual S:36.7°C
Klien menurun dengan 3. menganjurk RR: 20 x/mnt
tampak kriteria hasil : an istirahat A:masalah
lemas 1. Keluhan mual dan tidur teratasi sebagian
dan perasaan yang cukup P:anjurkan
ingin muntah 4. memonitor control kembali
menurun dari tingkat jika keluhan
level 1 ke level keparahan masih tetap
5 mual
SIKI: 5. berkolabora
Manajemen si
mual (I.03117) pemberian
1.1 Identifikasi anti emetic
pengalaman 6. menganjurk
mual an makan
1.2 Identifikasi dalam
factor jumlah
penyebab mual kecil dan
(missal menarik
pengobatan
dan procedur)
1.3 Anjurkan
istirahat dan
tidur yang
cukup
1.4 Monitor mual
(frekuensi,dura
si,tingkat
keparahan
1.5 Kola borasi
pemberian
antiemetik
1.6 kendalikan
factor
lingkungan
penyebab mual
1.7 Berikan
makanan dalam
jumlah kecil dan
menarik

Anda mungkin juga menyukai