Anda di halaman 1dari 55

Cervical Cancer

Kelompok 2 :
Nurbaiti
Rifka Uljannah

1211011004
1211011007

Sylvi Istiqhamah 1211011013


Arief Chandra Abbas

1211012006

Naura Prima Vidian

1211013025

Apa itu kanker Serviks?


Kanker Serviks merupakan pertumbuhan sel abnormal
yang terjadi pada bagian leher rahim atau bagian bawah
rahim.
9 dari 10 kasus terjadi pada sel squamosa, yang disebut
Squamous cell carcinomas yang sering terjadi pada
daerah transformasi dimana ada penggabungan exocervix
dan endocervix. Cervical adenocarcinoma berasal dari
kelenjar penghasil mucus dari endoserviks dan
adenosquamous carcinomas atau carcinoma campuran.

Jenis Kanker

Squamous cell
carcinomas

Cervical
adenocarcinoma

adenosquamous
carcinomas

ETIOLOGY
Infeksi
HPV
Diet buah
dan
sayuran

Over
weight
Penggunaa
n pil
kotrasepsi

ETIOLOGY

Infeksi
chlamydi
a
Mempercepat
kehamilan

Imunosupres
i
merokok

Penyebab utama adalah Human


Papilloma Virus (HPV)
Virus HPV (Human Papilloma Virus) onkogenik yang
menyerang leher rahim.
Virus HPV memiliki lebih dari 100 tipe, di mana
sebagian besar di antaranya tidak berbahaya dan
akan lenyap dengan sendirinya.
Jenis virus HPV yang menyebabkan kanker serviks
dan paling fatal akibatnya adalah virus HPV tipe 16
dan 18.
Kanker serviks atau kanker leher rahim bisa terjadi
jika terjadi infeksi yang tidak sembuh-sembuh untuk
waktu lama. Sebaliknya, kebanyakan infeksi HPV
akan hilang sendiri, teratasi oleh sistem kekebalan
tubuh.

Faktor resiko lain

Genetik
Berhubungan dengan kemampuannya untuk melawan virus HPV

Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun
mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20
tahun. Wanita yang hamil pertama pada usia dibawah 17 tahun hampir selalu 2x lebih
mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya, daripada wanita yang menunda
kehamilan hingga usia 25 tahun atau lebih tua

Berganti-ganti pasangan seksual


Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai
partner seksual 6 orang atau lebih

Merokok
Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan
zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya
tahan serviks di samping merupakan ko-karsinogen infeksi virus.

Defisiensi zat gizi


Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan
risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya
kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).

Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun

Infeksi HIV
Memiliki HIV membuat sistem kekebalan tubuh seorang wanita kurang dapat memerangi infeksi
HPV maupun kanker-kanker pada stadium awal

Diet
Diet rendah sayuran dan buah-buahan dapat dikaitkan dengan meningkatnya resiko kanker
seviks. Juga, wanita yang obesitas/gemuk berada pada tingkat resiko lebih tinggi.

Pil KB
Riset menemukan bahwa resiko kanker serviks meningkat sejalan dengan semakin lama wanita
tersebut menggunakan pil kontrasepsi

DES (diethylstilbestrol)
DES adalah obat hormon yang pernah digunakan antara tahun 1940-1971 untuk beberapa wanita
yang berada dalam bahaya keguguran. Anak-anak wanita dari para wanita yang menggunakan
obat ini, ketika mereka hamil berada dalam resiko terkena kanker serviks dan vagina sedikit lebih
tinggi

GEJALA

Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas

Kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :


1.Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
2.Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan
yang abnormal.
3.Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
4.Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
5.Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6.Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang
panggul
7.Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema
kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
(rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.

EPIDEMIOLOGY

Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker
pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara.

Setiap tahunnya, terdapat kurang lebih 500 ribu kasus baru kanker leher
rahim (cervical cancer), sebanyak 80 persen terjadi pada wanita yang hidup
di negara berkembang.

Sedikitnya 231.000 wanita di seluruh dunia meninggal akibat kanker leher


rahim. Dari jumlah itu, 50% kematian terjadi di negara-negara berkembang.
Hal itu terjadi karena pasien datang dalam stadium lanjut.

Berdasarkan hasil survey kesehatan oleh Word Health Organitation (WHO),


(2010) dilaporkan kejadian kanker serviks sebesar 500.000 kasus baru di
Dunia. Kejadian kanker servik di Indonesia, dilaporkan sebesar 20-24 kasus
kanker serviks baru setiap harinya.

PATOLOGI

Inveksi HPV

Onkoprotein virus gen E6 (dapat mengatur


protein sel host)

Degradasi tumor
supresor p53

Onkoprotein virus gen E7 (dapat


mengatur protein sel host)

Inaktivasi protein
retinoblastoma
(pRB) yang
terhipofosforilasi

Unregulasi P16INK4a pada lesi serviks

Kontrol feedback negative terhadap pRB dan


meningkatkan kadar P16INK4a ( berfungsi sbg down
regulator proliferasi sel)

Memblok pelepasan elongation 2 factor (E2f) sehingga


P16INK4a tidak dapt menetralkan pelepasanE2F dan terjadi
akumulasi P16INK4a

Gangguan siklus pRb -P16INK4a menyebabkan proliferasi


sel yang tak terbatas dan ganas

KLASIFIKASI
Infeksi HPV dideteksi pada seluruh
lesi
preneoplastik
(cervical
intraepithelial
neoplasia,
CIN)
maupun neoplastik pada serviks
uteri.
Cervical intraepithelial
neoplasia (CIN) adalah spektrum dari
lesi servikal yang mewakili lesi
prekursor
dari
squamous
cell
carcinoma
yang
dikategorikan
menjadi bagan disamping:
Bethesda system
low-grade squamous intraepithelial
lesion (LSIL) yang sebanding dengan mild
dysplasia/CIN1

high-grade squamous intraepithelial lesion


yang sebanding dengan moderate
dysplasia/CIN2

dan severe dysplasia/CIN3

Pembagian stadium kanker serviks berdasarkan FIGO

Stadium 0

:karsinoma insitu, cervical intraepithelial neoplasia 3 ( CIN 3 )

Stadium I :karsinoma hanya terbatas pada serviks


Stadium la
karsinoma preklinik, hanya dapat didiagnosis dengan menggunakan
mikroskop.

Ia1 : Kedalaman invasi stromal < 3,0 mm, perluasan horisontal


melebihi 7,0 mm
Ia2: Kedalaman invasi stromal > 3,0 dan < 5,0 mm, perluasan
horisontal tidakmelebihi 7,0 mm.
Stadium Ib

tidak

Lesi-lesi yang tampak secara klinik terbatas pada serviks atau kanker preklinik
yang lebih besar daripada stadium la+++
Ib1: Lesi < 4 cm
Ib2 : Lesi > 4 cm

Stadium II:
Karsinoma meluas diluar serviks, tetapi belum sampai
dinding pelvis;karsinoma tumbuh ke dalam vagina, tetapi tidak sampai
sepertiga bagian bawah
Stadium Iia : Tidak ada perluasan kedalam parametrium
Stadium Iib : jelas ada perluasan ke parametrium

Stadium III: Karsinoma telah meluas sampai dinding pelvis; tumor tumbuh
sampai sepertiga bagian bawah vagina. Terjadi kerusakan ginjal
Stadium IIIa : Tidak ada perluasan sampai dinding pelvis, tetapi
pertumbuhan tumor sampai sepertiga bagian bawah vagina
Stadium IIIb : Perluasan sampai dinding pelvis atau hidronefrosis atau
ginjal yang tidak berfungsi

Stadium IV: Karsinoma telah meluas sampai diluar pelvis minor atau
secara klinik telah tumbuh ke dalam mukosa kandung kencing atau rektum

Stadium IVa : Pertumbuhan tumor ke dalam organ-organ sekelilingnya

Stadium IVb : Perluasan ke organ-organ jauh

Penyebaran (metastase)
Penyebaran kanker serviks ada tiga macam,
yaitu:
1) Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju
ke kelenjar getah bening lainnya.
2) Melalui pembuluh darah (hematogen)
3) Penyebaran langsung ke parametrium,
korpus uterus, vagina, kandung kencing
dan rectum.

CARA PENDETEKSIAN KANKER

Catatan Medis dan Pemeriksaan Fisik

Colposcopy, yaitu teropong leher rahim

Cone Biopsi, merupakan pengambilan sedikit jaringan


serviks untuk diteliti oleh ahli patologi.

Tes penanda tumor SCC melalui pengambilan sample


darah

Tes Pap smear

Tes IVA

dll

1. Uji Pap Smear

Test Pap Smear: dinamakan sesuai dengan penemunya, Dr. George


Papanicolaou (1883-1962) dari Yunani. Test ini digunakan menyingkapkan
apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal dalam serviks (leher
rahim).

Dasar pemeriksaan ini adalah mempelajari sel-sel yang terlepas dari selaput
lendir leher rahim. Papsmear mudah dilakukan dan tidak menimbulkan rasa
sakit (Smart, 2010). Tingkat Keberhasilan Papsmear dalam mendeteksi dini
kanker rahim yaitu 65-95 %. Pap Smear hanya bisa dilakukan oleh ahli
patologi atau si-toteknisi yang mampu melihat sel-sel kanker lewat
mikroskop setelah objek glass berisi sel- sel epitel leher rehim dikirim ke
laboratorium oleh yang memeriksa baik dokter, bidan maupun tenaga yang
sudah. Hanya boleh diberikan pada wanita yang telah aktif secara seksual.

Test Pap smear dapat dilakukan bila Anda


tidak dalam keadaan haid ataupun hamil.
Untuk hasil terbaik, sebaiknya tidak
berhubungan intim minimal 3 hari sebelum
pemeriksaan.

Gambar 1: dokter memasukkan (alat)


speculum ke dalam liang vagina untuk
menahan dinding vagina tetap terbuka.

Gambar 2: Cairan/lendir rahim diambil dengan


mengusapkan (alat) spatula.

Gambar 3: Usapan tersebut kemudian dioleskan


pada obyek-glass

Gambar 4: sample siap dibawa ke laboratorium


patologi untuk diperiksa.

Penegakan Diagnosis

Colposcopy
Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan hasil pap

smear yang abnormal. Dokter menggunakan colposcope untuk melihat leher rahim. The
colposcope menggabungkan cahaya terang dengan lensa pembesar untuk membuat
jaringan lebih mudah untuk dilihat. Hal ini tidak dimasukkan ke dalam vagina. Sebuah
kolposkopi biasanya dilakukan di kantor dokter atau klinik.

Pemeriksaan dengan

kolposkop, merupakan pemeriksaan dengan pembesaran untuk melihat kelainan epitel


serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat. Pemeriksaan kolposkopi tidak
hanya terbatas pada serviks, tetapi meliputi vulva dan vagina. Prosedurnya sama dengan
pap smear, tenaga medis dapat melihat lebih dekat dengan alat kolposkop sehingga dapat
memberikan saran pengobatan atau terapi atau tindak lanjut apa yang perlu dilakukan.

2. IVA (inspeksi Visual dengan Asam


Asetat)
IVA adalah skrining yang dilakukan dengan memulas serviks
menggunakan asam asetat 3-5% dan kemudian diinspeksi secara kasat mata
oleh tenaga medis yang terlatih. Serviks (epitel) abnormal jika diolesi dengan
asam asetat 3-5 % akan berwarna putih (epitel putih). Dalam waktu 1-2 menit
setelah diolesi asam asetat efek akan menghilang sehingga pada hasil
ditemukan pada serviks normal tidak ada lesi putih.

HASIL TEST IVA

UJI PENYEBARAN KANKER SERVIKS

Cystoscopy
untuk melihat penyebaran kanker seviks ke area uretra.

Proktoskopi
untuk memeriksa penyebaran kanker serviks ke area anus.

Pemeriksaan panggul
untuk mengetahui apakah kanker telah menyebar melampaui daerah
leher rahim.

TERAPI

Terapi

Pencegahan

Pengobatan

Kanker Non-invasif

Kanker invasif

Biopsi Cone

Operasi

Operasi Laser

Terapi Radiasi

Hysterectomy

Loop
electrosurgical
excision
procedure (LEEP)

Cryosurgery

Kemoterapi
Lainnya dengan pemberian sitostatika berupa
kombinasi dari Bleomisin C, Adriamisin,
Vinkristin, Aktinomisin-D atau Cytoxan.

PENCEGAHAN

Terapi pencegahan

menghindari infeksi HPV.

Menghindari hubungan sex pada umur muda.

Memiliki partner seks tunggal

Menghindari merokok

Vaksinasi HPV. Suatu vaksin baru disebut Gardasil memberikan


perlindungan dari tipe HPV yang paling berbahaya

Pemeriksaan Pap smearRutin. Pemeriksaan Pap Smear secara rutin adalah


cara paling efektif untuk mendeteksi kanker serviks pada stadium yang
lebih dini

VAKSIN HPV
Untuk
wanita
umur 9-26
tahun

Mekanisme kerja
Vaksin HPV
proteksi dari :

Virus HPV tipe 6,


11, 16, 18

Virus HPV tipe 16 dan 18 menyebabkan 70% kanker leher rahim dan
HPV tipe 6 dan 11 menyebabkan 90% kutil kelamin.

Efek samping yang paling sering dikeluhkan adalah demam dan


kemerahan, nyeri, dan bengkak serta berdarah dan gatal di tempat
suntikan.

Pemberian vaksin HPV


Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu
pemberian awal, 2, dan 6 bulan berikutnya
Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5
tahun
Belum diketahui keefektifannya pada wanita yang hanya menerima 1
atau 2 dosis saja jadi sangat penting diberikan 3 dosis penuh untuk
para wanita.
Vaksin diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum
wanita terekspos dengan HPV, karena ia tidak bekerja terlalu efektif
pada wanita yang sudah memiliki virus HPV di dalam tubuhnya
sebelum menerima vaksin
Tidak direkomendasikan untuk wanita hamil, namun ibu menyusui
boleh menerima vaksin ini.
dan hanya bersifat melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan
bukan untuk mengobati
Skrining tetap diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena
vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV.

VAKSIN HPV YANG BAIK

Memberikan perlindungan yang adekuat


terhadap infeksi HPV penyebab kanker serviks.

Melawan virus tersering dan agresif


penyebab kanker.

Memberikan perlindungan tambahan dari


tipe virus HPV lain yang juga menyebabkan
kanker.

Respon imun tubuh yang baik akan


menghasilkan neutralizing antibodies yang
tinggi.

Dapat memberikan perlindungan jangka


panjang.

Memberikan perlindungan tinggi hingga ke


lokasi infeksi (serviks).

Profil keamanan yang baik.

Affordable (terjangkau bagi lebih banyak


perempuan).

PENGOBATAN

1. Kanker non invasive


Kanker serviks yang terbatas pada lapisan luar dari serviks, memerlukan
penanganan untuk membuang area abnormal

Biopsi Cone. (operasi) menggunakan scalpel untuk mengambil selembar


jaringan serviks berbentuk cone dimana abnormalitas ditemukan.

Operasi Laser. Operasi ini menggunakan gelombang sempit pada cahaya laser
untuk membunuh sel kanker dan sel pre-kanker.

Loop electrosurgical excision procedure (LEEP). Teknik ini menggunakan


lintasan kabel untuk memberikan arus listrik, yang memotong seperti pisau
bedah , dan mengambil sel dari mulut serviks.

Cryosurgery. Teknik yaitu dengan membekukan dan membunuh sel kanker dan
prekanker..

Hysterectomy. Operasi besar ini termasuk membuang jaringan dari area kanker
dan prekanker, serviks, dan uterus. Hysterectomy biasanya dilakukan pada
kasus yang dipilih dari kasus kanker servikal noninvasif.

LEEP: Dokter menggunakan kabel listrik loop untuk mengiris tipis, potong bulat
jaringan serviks.

endoserviks Kuret: Dokter menggunakan kuret (kecil, berbentuk sendok


instrumen) untuk mengikis sampel kecil jaringan dari leher rahim. Beberapa
dokter mungkin menggunakan tipis, sikat yang halus bukannya kuret.

Conization: Dokter menghilangkan berbentuk kerucut contoh jaringan. Sebuah


conization, atau biopsi kerucut, memungkinkan ahli patologi melihat apakah selsel yang abnormal dalam jaringan di bawah permukaan leher rahim. Dokter
mungkin melakukan tes ini di rumah sakit di bawah anestesi umum.

- Biopsi: Sebagian besar wanita memiliki jaringan yang dikeluarkan di


kantor dokter dengan anestesi lokal. Seorang ahli patologi memeriksa
jaringan di bawah mikroskop untuk sel abnormal

- Punch Biopsi: Dokter menggunakan alat tajam untuk menggentas


sampel kecil jaringan serviks.

2. Kanker invasive

OPERASI

Hysterectomy sederhana yaitu dengan membuang jaringan kanker, serviks, dan


uterus. Hysterectomy biasanya pilihan hanya jika kanker dalam stadium yang dini
(Invasi kurang dari 3 milimeter (mm) ke dalam serviks)

Hysterectomy radikal yaitu membuang serviks, uterus, bagian vagina, dan nodus
limfe pada area tersebut secara operasi standar dimana terdapat invasi lebih besar
dari 3 mm kedalam serviks dan tidak ada bukti adanya tumor pada dinding pelvis.

Hysterectoy dapat mengobati kanker serviks stadium dini dan mencegah kanker
kembali lagi, namun membuang uterus membuat pasien tidak mungkin hamil lagi

Trachelektomi (trachelectomy radikal)


Berupa pengangkatan serviks dan bagian atas vagina dan meletakkannya pada
jahitan berbentuk seperti kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim di
dalam rahim. Kelenjar getah bening di dekatnya juga diangkat. Operasi baik
dilakukan melalui vagina taupun perut.
Memungkinkan wanita muda tertentu dengan kanker stadium awal dapat diobati
dan masih dapat mempunyai anak. Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat
memiliki kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi
caesar.
Dalam sebuah penelitian, tingkat kehamilan setelah 5 tahun lebih dari 50%,
namun risiko keguguran lebih tinggi daripada wanita normal pada umumnya. Risiko
kanker kambuh kembali sesudah pendekatan ini cukup rendah.

Bilateral Salpingo-oophorectomy, yaitu operasi mengangkat kedua ovarium dan tuba


falopi. Jenis operasi ini pada beberapa kasus dikombinasikan dengan hysterectomy.

Terapi Radiasi

Guna:

(1) terapi utama lokal ataupun untuk calon pembedahan kecil


(2) sebagai terapi tambahan lanjutan hysterektomi radikal untuk pasien dengan
satu atau lebih faktor resiko patologik
Dosis

radikal trachelektomi ini tidak boleh dilakukan secara tunggal

Tahap

optimum yang didapatkan berupa penggambaran volume tumor

utamanya dan pengaliran dalam kelenjar limfa


Dilakukan

pad apasien tahap IB2,IIA2 atau tumor tahap lanjut

1.

CT-scan
Penanganan dengan menghalangi konformal dan mempertimbangkan dosimetri
standard untuk gelombang eksternal RT

2.

Brachyterapi
Merupakan terapi tepat untuk pasien kanker serviks yang bukan calon operasi (pasien
dengan serviks utuh) yang biasanya dikombinasikan dengan radiasi gelombang
eksternal .Untuk tumor kecil gelombang yang disarankan setidaknya 80 Gy, sedangkan
tumor yang lebih besar 85 Gy

3.

MRI
Menggambarkan secara cepat brachyterapi mungkin sangat berguna dalam
menggambarkan ukuran tumor. Untuk pasien kanker terlokalisir, penanganan dengan
radiasi inisiasi 40 sampai 45 Gy pada seluruh bagian panggul sering diperlukan untuk
menyusutkan tumor secara optimal

4.

IMR
Untuk pasien kanker serviks yang menerima terapi kombinasi dengan kemoterapi

Efek samping terapi radiasi

Pada RT akan berdampak pada organ sekitarnya, seperti rektum, bladder,


sigmoid, dan tulang.

Efek akut yang timbul seperti diare, iritasi bladder, kelelahan terjadi pada
pasien yang ditangani dengan radiasi sekaligus kemoterapi

Efek jangka panjang dapat membuat luka-luka pada bladder, rektum, dan
kerusakan struktur tulang panggul

Komplikasi : obstruksi, fibrosis/nekrosis dan fistula

Resiko komplikasi berhubungan dengan :

1.

Volume

2.

Dosis total

3.

Dosis per fraksi yang diberikan

4.

Sensitivitasradio intrinsik spesifik dari jaringan normal yang diiradiasi

Kemoterapi
Rekomendasi pertama untuk pasien extrapelvic metastase ataupun
untuk pasien kambuhan yang tidak disarankan operasi exenterative
atau radikal trachelectomy (RT).

Obat - obat yang digunakan


1.

Cisplatin
Agen yang paling efektif untuk kanker servik metastase. Kebanyakan pasien
diberikan cisplatin sebagai terapi primer dan untuk pasien yang sensitif dengan
terapi single platinum.
Merupakan metal inorganic yang mampu membunuh sel pada semua siklus
pertumbuhannya. Mekanisme aksi : menghambat biosintesis DNA dan berikatan
dengan DNA membentuk ikatan silang (crosslink)
Dosis 100 mg/m menunjukkan respon yang lebih besar daripada dosis 50 mg/m
(31% vs 21%)

2. Ifosfamide
Agen alkylating yang mirip dengan cyclophosphamide, telah memberikan respon
total hingga 29% pada pasien kanker serviks. Dosis 1,5 g/m selama 30 menit untuk
5 hari menghasilkan respon 40% dan 20%.
3. Mitomisin
Mekanisme aksi : obat ini akan teraktivasi melalui enzim sitokrom P-450 akan
menghasilkan suatu alkilator yang dapat melakukan ikatan silang dengan DNA.
4. 5 fluourourasil
Antipirimidin yang mengambil tempat pirimidin dalam pembentukan nukleosida dan
dapat tumbuh menjadi 5-flouro-2-deoksi-uridin 5-monofosfat (FdUMP) yang
menghambat timidilat sintetase dengan hambatan sintesis DNA, Flourourasil dapat
juga dirubah menjadi flouridin monofosfat (FUMP) yang langsung mengganggu
sintesis RNA.

Efek samping kemoterapi


Tergantung dari obat yang diberikan, secara umum dapat menyebabkan:

Diare

Lelah

Mual

rambut rontok

Beberapa obat kemoterapi dapat mengakibatkan infertilitas dan menopause


dini pada wanita premenopause.

Kemoradiasi

Kombinasi kemoterapi dan terapi radiasi

Lebih baik dari segi pembunuhan sinergis dibandingkan


tidak dikombinasi

Penggunaan mingguan cisplatin mengurangi resiko progresi


selama 2 tahun sebesar 43% ( harapan hidup 2 tahun = 70%)
untuk stadium II B sampai stadium IV A. cisplatin bekerja
sebagai radiosensitizer.

Sitostatika

Pemberian sitostatika berupa kombinasi dari Bleomisin C, Adriamisin,


Vinkristin, Aktinomisin-D atau Cytoxan biasanya dengan cisplatin.

Vinkristin
berikatan secara spesifik dengan tubulin, komponen protein mikrotubulus,
spindle mitotik, dan memblo polimerasinya. Akibatnya terjadi disolusi
mikrotubulus, sehingga sel terhenti dalam metafase.

Bleomisin
mampu memecah DNA. Menyebabkan akumulasi sel pada fase G2 dan banyak sel
memperlihatkan aberasi kromosom termasuk fragmentasi dan translokasi
kromatid.

Terapi Tambahan

Biasanya setelah dilakukan radikal hysterectomy dengan pembedahan dan


tergantung stage dari kanker.

Untuk pasien dengan stage IA2, IB1, atau IIA1 yang disimpulkan negatif, dan
tidak punya faktor resiko setelah radikal histerectomi. Biasanya terapi ini
diberikan setelah radikal hysterectomi jika ditemukan terjadi resiko
patologi.

Yang menjadi rekomendasi biasanya radiasi pelvis dengan atau tanpa


pemberian kemoterapi cisplatin (kategori 2B kemoterapi) untuk pasien
dengan stage IA2, IB1, atau IIA1 yang kankernya masih tidak ada pada
kelenjer getah bening setelah pembedahan namun tumor primernya besar.

Pengobatan berdasarkan tingkat klinis


Tingkat A ( Dianggap kanker noninvasive)
Kedalaman invasi kurang dari atau hanya 1mm dan tidak meliputi
daerah yang melibatkan pembuluh limfa atau pembuluh darah.
Biasanya dilakukan biopsi cone, operasi lasr, LEEP, dll
Tingkat IB dan IIA
Dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul.
Lalu penyinaran tergantung ada/tidak adanya sel tumor dalam
kelenjar limfa regional yang diangkat.

Tingkat IIB, III dan IV


Tidak dibenarkan melakukan tindakan bedah tahap ini dan
penatalaksanaan primer adalah radioterapi
Tingkat IVA dan IVB
Penyinaran hanya bersifat paliatif. Pemberian kemoterapi dapat
dipertimbangkan

Kemoterapi dan Radioterapi

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai