Anda di halaman 1dari 22

A.

Definisi
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau
serviks yang terdapat pada bagian terendah dari rahim yang menempel pada
puncak vagina. (Arisusilo, 2016).
Kanker serviks merupakan gangguan pertumbuhan seluler dan merupakan
kelompok penyakit yang dimanifestasikan dengan gagalnya untuk mengontrol
proliferasi dan maturasi sel pada jaringan serviks. Kanker serviks biasanya
menyerang wanita berusia 35 - 55 tahun, 90% dari kanker serviks berasal dari
sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju kedalam
rahim. (Fitri Fauziah & Julianty Widuri, 2015).

B. Etiologi
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan membelah
secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka akan
terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat jinak atau
ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti,
tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya
kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human Papiloma Virus) HPV adalah virus penyebab kutil genetalis
(Kandiloma Akuminata) yang ditularkan melalui hubungan seksual.
Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18.
a. Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
b. Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi karsinoma
pada kondilom akuminata.
c. Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
d. DNA HPV sering ditemukan pada Lis (Lesi Intraepitel Serviks)
2. Merokok Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56
kali lebih tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan
tersebut pada serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat
menjadi kokarsinogen infeksi virus.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini (kurang dari 18
tahun). 3. Berganti - ganti pasangan seksual.
4. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.
5. Pemakaian DES (Diethilstilbestrol) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
6. Pemakaian Pil KB. Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang
yaitu lebih dari lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali.
WHO melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar
1,19 kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
7. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun.
8. Golongan ekonomi lemah. Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam
melakukan tes pap smear secara rutin dan pendidikan yang rendah.

C. Manifestasi Klinis
1. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
2. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama ( 75% - 80% ).
3. Perdarahan yang terjadi diluar senggama.
4. Perdarahan spontan saat defekasi.
5. Perdarahan diantara haid.
6. Rasa berat dibawah dan rasa kering divagina.
7. Anemia akibat pendarahan berulang.
8. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut syaraf

D. Klasifikasi
Klasifikasi internasional tentang karsinoma serviks uteri: Tingkat kriteria
1. Tahap O: Kanker insitu, kanker terbatas pada lapisan epitel, tidak terdapat
bukti invasi.
2. Tahap I: Karsinoma yang benar - benar berada dalam serviks. Proses
terbatas pada serviks walaupun ada perluasan ke korpus uteri.
3. Tahap Ia: Karsinoma mikroinvasif, bila membran basalis sudah rusak dan
sel tumor sudah memasuki stoma lebih dari 1 mm, sel tumor tidak terdapat
pada pembuluh limfa atau pembuluh darah.
4. Tahap Ib: Secara klinis sudah diduga adanya tumor yang histologik
menunjukkan invasi serviks uteri.
5. Tahap II: Kanker vagina, lesi telah menyebar diluar serviks hingga
mengenai vagina (bukan sepertiga bagian bawah ) atau area para servikal
pada salah satu sisi atau kedua sisi.
6. Tahap IIa: Penyebarah hanya perluasan vagina, parametrium masih bebas
dari infiltrate tumor.
7. Tahap IIb: Penyebaran keparametrium, uni atau bilateral tetapi belum
sampai pada dinding panggul.
8. Tahap III: Kanker mengenai sepertiga bagian bawah vagina atau telah
meluas kesalah satu atau kedua dinding panggul. Penyakit nodus limfe
yang teraba tidak merata pada dinding panggul. Urogram IV menunjukkan
salah satu atau kedua ureter tersumbat oleh tumor.
9. Tahap IIIa : Penyebaran sampai pada sepertiga bagian distal vagina, sedang
ke parametrium tidak dipersoalkan.
10. Tahap IIIb: Penyebaran sudah sampai pada dinding panggul, tidak
ditemukan daerah bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul
(Frozen pelvic ) atau proses pada tingkatan klinik I dan II, tetapi sudah ada
gangguan faal ginjal.
11. Tahap IV: Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau kandang kemih (dibuktikan secara histologik )
atau telah terjadi metastasis keluar paanggul atau ketempat - tempat yang
jauh.
12. Tahap IVa: Proses sudah keluar dari panggul kecil, atau sudah
menginfiltrasi mukosa rektrum dan atau kandung kemih.
13. Tahap IVb: Telah terjadi penyebaran jauh.
E. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan yang
berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan sehingga
timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa efek
samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran pencernaan
terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan nafsu makan
(Biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi). Efek samping tersebut
menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan kulit merah dan
kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi kerusakan
integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul.
Tidak sedikit pula pasien dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini
merasa cemas akan penyakit yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa
dikarenakan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakit, ancaman status
kesehatan dan mitos dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu
dihubungkan dengan kematian.
F. Pemeriksaan diagnostic
1. Pap Smear
Test Pap smear dapat dilakukan di RS, klinik dokter kandungan ataupun
laboratorium. Prosedurnya cepat (hanya memerlukan waktu beberapa
menit) dan tidak menimbulkan rasa sakit. Test Pap smear dapat dilakukan
bila tidak dalam keadaan haid ataupun hamil. Untuk hasil terbaik,
sebaiknya tidak berhubungan intim minimal 3 hari sebelum pemeriksaan.
Pap smear merupakan salah satu cara deteksi dini kanker leher rahim. Test
ini mendeteksi adanya perubahan-perubahan sel leher rahim yang
abnormal, yaitu suatu pemeriksaan dengan mengambil cairan pada leher
rahim dengan spatula kemudian dilakukan pemeriksaan dengan
mikroskop. Pap smear hanyalah sebatas skrining, bukan diagnosis adanya
kanker serviks. Jika ditemukan hasil pap smear yang abnormal, maka
dilakukan pemeriksaan standar berupa kolposkopi
2. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat)
Untuk deteksi dini kanker serviks, selain test Pap Smear, metoda lain yang
dapat menjadi pilihan adalah IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat).
IVA digunakan untuk mendeteksi abnormalitas sel serviks setelah
mengoleskan larutan asam asetat (asam cuka3-5%) pada leher rahim. Asam
asetat menegaskan dan menandai lesi pra-kanker dengan perubahan warna
agak keputihan (acetowhite change). Hasilnya dapat diketahui saat itu juga
atau dalam waktu 15 menit.
3. Servikografi
Servikografi terdiri dari kamera 35 mm dengan lensa 100 mm dan lensa
ekstensi 50 mm. Servikografi dapat di-gunakan sebagai metoda yang baik
untuk skrining massal, lebih-lebih di daerah di mana tidak ada seorang
spesialis sitologi, maka kombinasi servikogram dan kolposkopi sangat
membantu dalam deteksi kanker serviks.
4. Gineskopi
Gineskopi menggunakan teleskop monokuler, ringan dengan pembesaran
2,5 x dapat digunakan untuk meningkatkan skrining dengan sitologi.
Biopsi atau pemeriksaan kolposkopi dapat segera disarankan bila tampak
daerah berwarna putih dengan pulasan asam asetat. Sensitivitas dan
spesifisitas masing-masing 84% dan 87% dan negatif palsu sebanyak
12,6% dan positif palsu 16%.
5. Pemeriksaan Penanda Tumor (PT)
Penanda tumor adalah suatu suatu substansi yang dapat diukur secara
kuantitatif dalam kondisi prakanker maupun kanker. Salah satu PT yang
dapat digunakan untuk mendeteksi adanya perkembangan kanker serviks
adalah CEA (Carcino Embryonic Antigen) dan HCG (Human Chorionic
Gonadotropin). Kadar CEA abnormal adalah > 5 µL/ml, sedangkan kadar
HCG abnormal adalah > 5ηg/ml. HCG dalam keadaan normal disekresikan
oleh jaringan plasenta dan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan
60 hari. Kedua PT ini dapat dideteksi melalui pemeriksaan darah dan urine.
6. Biopsy Kerucut
Biopsy Kerucut adalah mengambil tonjolan jaringan serviks yang lebih
besar untuk penelitian apakah ada atau tidak kanker invasive.
7. MRI /CT scan abdomen atau pelvis
MRI/CT scan abdomen atau pelvis digunakan untuk menilai penyebaran
lokal dari tumor dan atau terkenanya nodus limfa regional.
8. Tes Schiller
Tes Schiller dilakukan dengan cara serviks diolesi dengan larutan yodium,
sel yang sehat warnanya akan berubah menjadi coklat sedangkan sel yang
abnormal warnanya menjadi putih atau kuning.
9. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi tingkat komplikasi
pendarahan yang terjadi pada penderita kanker serviks dengan mengukur
kadar hemoglobin, hematokrit, trombosit dan kecepatan pembekuan darah
yang berlangsung dalam sel-sel tubuh.

G. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis Pengobatan pada stadium awal, dapat dilakukan
operasi sedangkan stadium lanjut hanya dengan pengobatan dan
penyinaran. Tolak ukur keberhasilan pengobatan yang biasa digunakan
adalah angka harapan hidup 5 tahun. Harapan hidup 5 tahun sangat
tergantung dari stadium atau derajatnya beberapa peneliti menyebutkan
bahwa angka harapan hidup untuk kanker leher rahim akan menurun
dengan stadium yang lebih lanjut. Pada penderita kanker leher rahim ini
juga mendapatkan sitistatika dalam ginekologi. Penggolongan obat
sitostatika antara lain :
a. Golongan yang terdiri atas obat - obatan yang mematikan semua sel
pada siklus termasuk obat - obatan non spesifik.
b. Golongan obat - obatan yang memastikan pada fase tertentu darimana
proliferasi termasuk obat fase spesifik.
c. Golongan obat yang merusak sel akan tetapi pengaruh proliferasi sel
lebih besar, termasuk obat - obatan siklus spesifik.
2. Penatalaksanaan Keperawatan Dalam lingkar perawatan meliputi sebelum
pengobatan terapi radiasi eksternal anatara lain kuatkan penjelasan tentang
perawatan yang digunakan untuk prosedur. Selama terapi yaitu memilih
kulit yang baik dengan menganjurkan menghindari sabun, kosmetik, dan
deodorant. Pertahankan kedekuatan kulit dalam perawatan post
pengobatan antara lain hindari infeksi, laporkan tanda - tanda infeksi,
monitor intake cairan, beri tahu efek radiasi persisten 10 - 14 hari sesudah
pengobatan, dan melakukan perawatan kulit dan mulut.
Dalam terapi radiasi internal yang perlu dipertimbangkan dalam
perawatan umum adalah teknik isolasi dan membatasi aktivitas, sedangkan
dalam perawatan pre insersi antara lain menurunkan kebutuhan untuk
enema atau buang air besar selama beberapa hari, memasang kateter sesuai
indikasi, latihan nafas panjan dan latihan rom dan jelaskan pada keluarga
tentang pembatasan pengunjung. Selama terapi radiasi perawatannya yaitu
monior tanda - tanda vital tiap 4 jam. Memberikan posisi semi fowler,
berikan makanan berserat dan cairan parenteral sampai 300ml dan
memberikan support mental. Perawatan post pengobatan antara lain
menghindari komplikasi post pengobatan ( tromboplebitis, emboli
pulmonal dan pneumonia ), monitor intake dan output cairan.
H. Komplikasi
1. Langsung
Yang berhubungan dengan penyakitnya, dapat berupa :
a Obstruksi ileus (penyumbatan usus)
b Vesikovaginal fistel (lubang di antara saluran kencing dan vagina)
c Obstruksi ureter (penyumbatan pada saluran kencing)
d Hidronefrosis (pembengkakan ginjal)
e Infertil
f Gagal ginjal
g Pembentukan fistula
h Anemia
i Infeksi sistemik
j Trombositopenia
2. Tidak Langsung
Yang berhubungan dengan tindakan dan pengobatan:
a Operasi : perdarahan, infeksi, luka pada saluran kencing, kandung
kemih maupun usus
b Radiasi : berak darah, hematuria (kencing darah), cystitis radiasi (infeksi
saluran kencing karena efek radiasi)
c Kemoterapi : mual muntah, diare, alopesia (kebotakan), BB turun, borok
pada daerah bekas suntikan.

PENGKAJIAN PASIEN
A. Identitas Pasien
Identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal
pengkajian, dan diagnosa medis.
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan Utama
Keluhan yang paling dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian. Pasien
dengan kanker serviks biasanya mengeluh gangguan pada menstruasi,
keputihan dan perdarahan pada vagina di luar masa haid, sakit perdarahan
sewaktu melakukan hubungan seks, dan adanya infeksi pada saluran dan
kandung kemih.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan yang ada pada keluhan
utama dan tindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya?
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Perlu ditanyakan pada pasien dan keluarga, apakah pasien pernah
mengalami hal yang demikian dan perlu ditanyakan juga apakah pasien
pernah menderita penyakit infeksi.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Perlu ditanyakan apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit
seperti ini atau penyakit menular lain.
C. Pola Fungsional Kesehatan Gordon
1. Pemeliharaan dan persepsi kesehatan.
Kemungkinan pasien belum mengetahui penyebab dari keluhan utama yang
dirasakan pasien, belum mengetahui terkait pengobatan dan prosedur
pengobatan. Kanker serviks dapat diakibatkan oleh higiene yang kurang
baik pada daerah kewanitaan. Kebiasaan menggunakan bahan pembersih
vagina yang mengandung zat-zat kimia juga dapat mempengaruhi
terjadinya kanker serviks.
Masalah yang mungkin muncul: Defisiensi Pengetahuan
2. Pola nutrisi dan metabolik
Kaji kebiasan makan, jumlah makanan, tipe dan banyaknya makanan dan
minuman. Faktor-faktor pencernaan seperti nafsu makan, ketidak nyamanan
rasa dan bau, gigi dan bau mukosa mulut,mual atau muntah, pembatasan
makanan dan alergi makanan. Faktor yang berkaitan dengan aktifitas,
penyakit, dan stres. Pada pasien dengan kanker serviks biasanya pasien
mengalami penurunan nafsu makan, ketidaknyamanan bau dan rasa, bau
mukosa mulut, mengalami mual dan muntah akibat efek samping
kemoterapi.
Masalah yang mungkin muncul : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
3. Pola eliminasi
Kaji kebiasan pola buang air besar dan buang air kecil pasien seperti
frekuensi, jumlah, warna, bau, konsistensi dan nyeri. Pada pasien kanker
serviks dapat terjadi inkontinensia urine akibat dari uterus yang menekan
kandung kemih. Dapat pula terjadi disuria serta hematuria. Selain itu bisa
juga terjadi inkontinensia alvi akibat dari peningkatan tekanan otot
abdominal.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kaji apakah penyakit mempengaruhi pola aktivitas dan latihan. Dengan skor
kemampuan perawatan diri (0= mandiri, 1= alat bantu, 2= dibantu orang
lain, 3= dibantu orang lain dan alat, 4= tergantung total). Kaji apakah klien
mengalami sesak napas saat beraktivitas.
5. Pola istirahat dan tidur
Kaji kebiasan tidur pasien sehari-hari seperti jumlah waktu tidur, jam tidur
dan bangun. Penggunaan obat-obatan untuk mempermudah tidur, gejala
dari perubahan pola tidur, faktor-faktor yang mempengaruhi misalnya nyeri.
Kemungkinan pasien dengan kanker serviks mengalami gangguan pada
pola istirahat dan tidur akibat progresivitas dari kanker serviks
6. Pola kognitif – perseptual
Kaji gambaran pengindraan khusus: penglihatan, pendengaran, rasa, sentuh,
dan bau. Penggunaan alat bantu seperti kaca mata dan alat bantu dengar.
Persepsi akan kenyamanan atau nyeri dan kemampuan membuat keputusan.
Pada pasien dengan kanker serviks biasanya pasien akan mengalami nyeri
yang lama lebih dari 6 bulan.
Masalah yang mungkin muncul: Nyeri kronik
7. Pola persepsi dan konsep diri
Pada pasien dengan kanker serviks kadang pasien merasa malu terhadap
orang sekitar karena mempunyai penyakit kanker serviks, akibat dari
persepsi yang salah dari masyarakat. Dimana salah satu etiologi dari kanker
serviks adalah akibat dari sering berganti – ganti pasangan seksual.
Masalah yang mungkin muncul: Gangguan citra tubuh
8. Pola seksualitas dan reproduksi
Kaji apakah terdapat perubahan pola seksulitas dan reproduksi pasien
selama pasien menderita penyakit ini. Pada pola seksualitas pada pasien
kanker serviks biasanya akan terganggu akibat dari rasa nyeri yang selalu
dirasakan pada saat melakukan hubungan seksual (dispareuni) serta adanya
perdarahan setelah berhubungan. Serta keluar cairan encer (keputihan) yang
berbau busuk dari vagina.
Masalah yang mungkin muncul : Resiko perdarahan
9. Pola manajemen koping stress
Kaji bagaimana pasien mengatasi masalah-masalahnya. Bagaimana
manajemen koping pasien. Apakah pasien dapat menerima kondisinya
setelah sakit.
10. Pola peran – hubungan
Bagaimana pola peran hubungan pasien dengan keluarga atau lingkungan
sekitarnya. Apakah penyakit ini dapat mempengaruhi pola peran dan
hubungannya. Pasien dengan kanker serviks harus mendapatkan dukungan
dari suami serta orang – orang terdekatnya karena itu akan mempengaruhi
kondisi kesehatan pasien. Biasanya koping keluarga akan melemah ketika
dalam anggota keluarganya ada yang menderita penyakit kanker serviks.
11. Pola keyakinan dan nilai
Kaji apakah penyakit pasien mempengaruhi pola keyakinan dan nilai yang
diyakini.
12. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Perdarahan vagina
2) Keputihan berwarna putih atau purulen yang berbau dan tidak
gatal
3) Adanya bau busuk yang khas
4) Raut wajah pucat
5) Ekspresi wajah meringis dan posisi tubuh menahan nyeri
6) Tanda-tanda anemia
7) Hematuri
8) Bila tumor tumbuh eksofitik maka terlihat lesi pada porsio atau
sudah sampai vagina
b. Palpasi
1) Nyeri tekan pada abdomen
2) Serviks dapat teraba membesar, ireguler, teraba lunak
3) Nyeri punggung bawah
4) Obstruksi ureter, periksa hidronefrosis dengan tes balotemen
5) Palpasi fundus arteri
6) Perubahan denyut nadi
7) Perubahan tekanan darah
8) Peningkatan suhu tubuh

D. Diagnosa Keperawatan Dan intervensi


1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian
sel
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
muntah karena proses eksternal Radiologi .
3. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan kematian
sel
4. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan pengeluaran pervaginam (
darah, keputihan ).
5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur
pengobatan.
6. Resiko tinggi kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan efek dari
prosedur pengobatan.
7. Resiko injuri berhubungan dengan kelemahan dan kelelehan.
8. Gangguan pola seksual berhubungan dengan metaplasia penyakit.
9. Resti terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan
pervaginam.
E. INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan


Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Nyeri kronis Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri
D.0078 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat nyeri menurun ▪ Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
Pengertian : Kriteria Hasil: kualitas, intensitas nyeri
Pengalaman sensorik atau Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik ▪ Identifikasi skala nyeri
emosional yang berkaitan Memburuk Membaik ▪ Identifikasi respons nyeri non verbal
dengan kerusakan jaringan 1 Frekuensi nadi ▪ Identifikasi faktor yang memperberat dan
aktual atau fungsional, 1 2 3 4 5 memperingan nyeri
dengan onset mendadak 2 Pola nafas ▪ Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
atau lambat dan 1 2 3 4 5 ▪ Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
berintensitas ringan hingga Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun ▪ Monitor efek samping penggunaan analgetic
berat dan konstan, yang Meningkat Menurun
berlangsung lebih dari 3 3 Keluhan nyeri
bulan. Terapeutik:
1 2 3 4 5
▪ Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
4 Meringis
rasa nyeri
1 2 3 4 5
▪ Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
5 Gelisah ▪ Fasilitasi istirahat dan tidur
1 2 3 4 5 ▪ Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
6 Kesulitan tidur pemilihan strategi meredakan nyeri
1 2 3 4 5 Edukasi
▪ Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
▪ Jelaskan strategi meredakan nyeri
▪ Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
▪ Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
D.0019 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam status Observasi:
nutrisi terpenuhi. ▪ Identifikasi status nutrisi
Pengertian : Kriteria Hasil: ▪ Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
Asupan nutrisi tidak Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat ▪ Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastric
cukup untuk Menurun Meningkat ▪ Monitor asupan makanan
memenuhi kebutuhan 1 Porsi makanan yang dihabiskan ▪ Monitor berat badan
metabolisme. Terapeutik:
1 2 3 4 5
▪ Lakukan oral hygiene sebelum makan, Jika perlu
2 Berat Badan atau IMT
▪ Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang
1 2 3 4 5 sesuai
3 Frekuensi makan ▪ Hentikan pemberian makanan melalui selang
1 2 3 4 5 nasogastric jika asupan oral dapat ditoleransi
4 Nafsu makan Edukasi
1 2 3 4 5 ▪ Anjurkan posisi duduk, jika mampu
5 Perasaan cepat kenyang ▪ Ajarkan diet yang diprogramkan
1 2 3 4 5 Kolaborasi
▪ Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan
Promosi Berat Badan
Observasi
▪ Identifikasi kemungkinan penyebab BB kurang
▪ Monitor adanya mual dan muntah
Terapeutik
▪ Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien
▪ Berikan pujian kepada pasien untuk peningkatan yang
dicapai
Edukasi
▪ Jelaskan jenis makanan yg bergizi tinggi, terjangkau
Diagnosa Perencanaan Keperawatan
Keperawatan Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan infeksi
D.0142 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam glukosa Observasi:
derajat infeksi menurun. ▪ Monitor tanda gejala infeksi lokal dan sistemik
Pengertian : Kriteria Hasil: Terapeutik
Berisiko mengalami Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun ▪ Batasi jumlah pengunjung
peningkatan terserang Meningkat Menurun ▪ Berikan perawatan kulit pada daerah edema
oganisme patogenik 1 Demam ▪ Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan
pasien dan lingkungan pasien
1 2 3 4 5
▪ Pertahankan teknik aseptik pada pasien berisiko
2 Kemerahan
tinggi
1 2 3 4 5 Edukasi
3 Nyeri ▪ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1 2 3 4 5 ▪ Ajarkan cara memeriksa luka
4 Bengkak ▪ Anjurkan meningkatkan asupan cairan
1 2 3 4 5 Kolaborasi
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik ▪ Kolaborasi pemberian imunisasi, Jika perlu
Memburuk Membaik
5 Kadar sel darah putih
1 2 3 4 5
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Ansietas Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
D.0080 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan tingkat ansietas menurun ▪ Identifikasi saat tingkat ansietas berubah
Pengertian : Kriteria Hasil: ▪ Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
Kondisi emosi dan Memburuk Cukup Sedang Cukup Menurun ▪ Monitor tanda-tanda ansietas
pengalaman subjektif Memburuk Menurun Terapeutik:
individu terhadap objek 1 Konsentrasi ▪ Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan
yang tidak jelas dan kepercayaan
1 2 3 4 5
spesifik akibat antisipasi ▪ Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
2 Pola tidur
bahaya yang memungkinkan
1 2 3 4 5 ▪ Pahami situasi yang membuat ansietas
memungkinkan individu Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun ▪ Dengarkan dengan penuh perhatian
melakukan tindakan Meningkat Menurun ▪ Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
untuk menghadapi
3 Perilaku gelisah ▪ Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
ancaman
1 2 3 4 5 kecemasan
4 Verbalisasi kebingungan Edukasi
1 2 3 4 5 ▪ Jelaskan prosedur, termasuk sensasi yang mungkin
5 Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi dialami
1 2 3 4 5 ▪ Informasikan secara faktual mengenai diagnosis,
6 Perilaku tegang pengobatan, dan prognosis
1 2 3 4 5 ▪ Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
▪ Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi
ketegangan
▪ Latih teknik relaksasi
Diagnosa Keperawatan Perencanaan Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Risiko Gangguan Integritas Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Luka
Kulit/Jaringan Observasi:
D.0139 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan ▪ Monitor karakteristik luka
integritas kulit dan jaringan meningkat ▪ Monitor tanda-tanda infeksi
Pengertian : Kriteria Hasil: Terapeutik:
Berisiko mengalami Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat ▪ Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
Kerusakan kulit (dermis Menurun Meningkat ▪ Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih
dan/atau epidermis) atau 1 Elastisitas nontoksik
jaringan (membran ▪ Bersihkan jaringan nekrotik
1 2 3 4 5
mukosa, kornea, fasia, otot, ▪ Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
2 Hidrasi
tendon, tulang, kartilago, ▪ Pasang balutan sesuai jenis luka
1 2 3 4 5 ▪ Pertahankan teknik steril saat melakukan perawatan
kapsul sendi dan/atau Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun luka
ligamen) Meningkat Menurun Edukasi
3 Kerusakan lapisan kulit ▪ Jelaskan tanda dan gejala infeksi
1 2 3 4 5 ▪ Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
4 Perdarahan protein
1 2 3 4 5 Kolaborasi
5 Nyeri ▪ Kolaborasi prosedur debridement
1 2 3 4 5 ▪ Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu
6 Hematoma
1 2 3 4 5

Anda mungkin juga menyukai