Anda di halaman 1dari 13

1.

Uraian Tugas
Study kasus 1
Ny A, usia 55 tahun, pekerjaan ibu rumah tangga. Suami berusia 57 tahun pekerjaan suami sebagi
supir sering dinas luar kota. Klien datang ke rumah sakit dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir
berbentuk gumpalan gumpalan darah seperti hati sapi setiap kali buang air kecil sebanyak empat
kali.Saat dikaji klien mengeluh lemas seluruh tubuh dan mual, jumlah makanan yang dimakan
seperempat sampai setengah porsi. Klien menyatakan bahwa sejak setahun lalu klien mengalami
keputihan yang banyak dan berbau busuk, klien juga menyatakan sering mengalami perdarahan
setiap kali hubungan sexual. Riwayat persalinan, klien melahirkan anak empat kali, tidak pernah
keguguran. Alat kontrasepsi yang pernah digunakan adalah kontrasepsi suntik satu bulan selama 22
tahun. Klien menikah pada usia 16 tahun, bagi klien dan suami merupakan pernikahan yang pertama.
a. Menganalisis hal2 yang terkait dalam mekanisme terjadinya gangguan masalah kesehatan
reproduksi perempuan
1). Untuk kasus di atas gangguan yang di alami oleh pasien adalah “Kanker Serviks” sesuai
dengan keluhan dan hasil pemeriksaan yang di dapatkan sbb :
- Keluar darah dari jalan lahir berbentuk gumpalan gumpalan darah seperti hati sapi setiap kali
buang air kecil
- klien mengeluh lemas seluruh tubuh dan mual
- jumlah makanan yang dimakan seperempat sampai setengah porsi
- Klien menyatakan bahwa sejak setahun lalu klien mengalami keputihan yang banyak dan
berbau busuk
- Klien juga menyatakan sering mengalami perdarahan setiap kali hubungan sexual
- TD : 80/60 mmHg N: 95x/I P : 16x/i
- Pemeriksaan laboratorium hemoglobin 7 gr/dl
- pemeriksaan pap smear dengan hasil terdapat lesi. Lesi hingga I/3 vagina
b. Batasan yang di kerjakan : menentukan tindakan yang di butuhkan dalam mekanisme
terjadinya gangguan masalah kesehatan reproduksi perempuan.
1). Penyebeb kasus
 Umur pertama kali melakukan hubungan seksual Penelitian menunjukkan bahwa
semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker
serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda2.
 Umur pertama kali melakukan hubungan seksualPenelitian menunjukkan bahwa
semakin muda wanita melakukan hubungan seksual semakin besar mendapat kanker
serviks. Kawin pada usia 20 tahun dianggap masih terlalu muda2.
 Jumlah kehamilan dan partusKanker serviks terbanyak dijumpai pada wanita yang
sering partus. Semakin sering partussemakin besar kemungkinan resiko mendapat
karsinoma serviks.3.
 Jumlah perkawinanWanita yang sering melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti
pasangan mempunyai faktor resiko yang besar terhadap kankers serviks ini.4.
 Infeksi virus Infeksi virus herpes simpleks (HSV-2) dan virus papiloma atau virus
kondiloma akuminatadiduga sebagai factor penyebab kanker serviks5.
 Sosial EkonomiKarsinoma serviks banyak dijumpai pada golongan sosial ekonomi
rendah mungkin faktor sosialekonomi erat kaitannya dengan gizi, imunitas dan
kebersihan perseorangan. Pada golongansosial ekonomi rendah umumnya kuantitas dan
kualitas makanan kurang hal ini mempengaruhiimunitas tubuh.6.
 Hygiene dan sirkumsisiDiduga adanya pengaruh mudah terjadinya kankers serviks pada
wanita yang pasangannya belum disirkumsisi. Hal ini karena pada pria non sirkum
hygiene penis tidak terawat sehingga banyak kumpulan-kumpulan smegma.7.
 Merokok dan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim)Merokok akan merangsang
terbentuknya sel kanker, sedangkan pemakaian AKDR akan berpengaruh terhadap
serviks yaitu bermula dari adanya erosi diserviks yang kemudian menjadiinfeksi yang
berupa radang yang terus menerus, hal ini dapat sebagai pencetus terbentuknyakanker
serviks.
2). Klasifikasi

0 Karsinoma In Situ ( KIS), membran basalis utuh

l Proses terbatas pada servks walaupun ada perluasan ke korpus uteri

La Karsinoma mikro invasif, bila membran basalis sudah rusak dan sel tumor
sudahstroma tidak > 3 mm, dan sel tumor tidak tedapat didalam pembuluh
limfe atau pembuluh darah

lb Secara klinis tumor belum tampak sebagai karsinoma, tetapi pada


pemeriksaanhistologi ternyata sel tumor telah mengadakan invasi stroma
melebihi Ia

ll Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar 2/3 bagian atas
vaginadan parametrium, tetapi tidak sampai dinding panggul

ll a Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari infitrat tumor


ll b penyebaran ke parametrum, uni atau bilateral, tetapi belum sampai dinding
panggul

lll a Penyebaran sampai ½ bagian distal vagina, sedang parametrium


tidakdipersoalkan asal tidak sampai dinding panggul

lll b Penyebaran sudah sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah


infiltratantara tumor dengan dinding panggul

lV proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan mokusa
rektumdan atau vesika urinaria atau telah bermetastasi keluar panggul
ketempat yang jauh

lV a Proses sudah sampai mukosa rektum dan atau vesika urinaria atau sudah
keluardari pangul kecil, metastasi jauh belum terjad

iV b Telah terjadi metastasi jauh.

3). Patogenesa terjadinya kasus


Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi.
Waktuyang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1– 7 tahun,
sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3– 20 tahun(TIM
FKUI, 1992).Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya
perubahandisplasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada
aktivitasregenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi
virusatau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7– 10 tahun
perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada
stromaserviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan
luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas
keforniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan
atauvesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal
zonatransformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul
vitalyang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel
normalsehingga terjadi keganasan (Suryohudoyo, 1998; Debbie, 1998)
4). Tanda dan Gejala
 Perdarahan
 Keputihan yang berbau dan tidak gatal
 Cepat lelah
 Kehilangan berat badan

5). Pemeriksaan Penunjang


 Sitologi, dengan cara tes papTes Pap : Tes ini merupakan penapisan untuk mendeteksi
infeksi HPV dan prakanker serviks.Ketepatan diagnostik sitologinya 90% pada displasia
keras (karsinoma in situ) dan 76% padadysplasia ringan / sedang. Didapatkan hasil
negatif palsu 5-50% sebagian besar disebabkan pengambilan sediaan yang tidak adekuat.
Sedangkan hasil positif palsu sebesar 3-15%.
 Kolposkopi
 Servikografi
 Pemeriksaan visual langsung
 Gineskopi
 Pap net (Pemeriksaan terkomputerisasi dengan hasil lebih sensitive)

6). Penatalaksanaan medis

Tingkat Penatalaksanaan medis

0 Biopsi kerucut

Ia Histerektomi trasnsvaginal

I b dan II a Biopsi kerucut

II b , III dan IV Histerektomi trasnsvaginal

IV a dan IV b Histerektomi radikal dengan limfa denektomi panggul dan evaluasi


kelenjar limfe paraorta (bila terdapat metastasis dilakukan radiologi
pasca pembedahan) Histerektomi transvaginal Radioterapi Radiasi
paliatif Kemoterap
7). Edukasi
Virus HPV dapat ditularkan melalui aktivitas seksual. Beberapa faktor resiko penyebab
kanker serviks diantaranya melakukan hubungan seksual di usia muda, karakteristik partner
seksual (berulang kali berganti pasangan), merokok, jumlah kelahiran dan faktor resiko lainnya
(7,9). Pencegahan 1) Pencegahan Primer Pencegahan primer dapat dengan melakukan Vaksin
HPV untuk mencegah penyakit akibat virus Papilloma yang akan menginfeksi sel epitel di kulit
dan membran mukosa bagian serviks, dan menyebabkan keganasan atau kanker (10). Selain
itu dengan menunda onset aktivitas seksual dan penggunaan kondom (9). 2) Pencegahan
Sekunder Skrining merupakan upaya pencegahan sekunder yaitu dengan melakukan
pemeriksaan dini atau tes pada orang yang belum menunjukkan gejala penyakit, untuk
mendeteksi adanya perubahan prakanker sebelum menyebabkan kanker (9). Terdapat dua
metode dalam melakukan skrining yaitu pap smear yang merupakan cara pemeriksaan
sitologi untuk mengetahui adanya perubahan pada daerah mulut rahim. Tes pap smear di
negara berkembang kurang praktis dilakukan karena membutuhkan pemeriksaan
laboratorium dan hasilnya cukup lama untuk diketahui. Metode lainnya sebagai pengganti tes
pap smear adalah tes Inspeksi Visual dengan Asam Asetat atau IVA (11). IVA (Inspeksi
Visual Asam Asetat) Inspeksi Visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan leher
Rahim
Bikfokes Volume 1 Edisi 2 Tahun 2021 79 secara visual menggunakan asam cuka dengan
mata telanjang untuk mendeteksi abnormalitas setelah dioleskan asam cuka 3-4 % (8). Bila
daerah tidak normal, maka akan berubah menjadi warna putih yang tegas (acetowhite) yang
dapat menjadi tanda kemungkinan serviks memiliki lesi prakanker (12). Metode IVA
diperkenalkan pada awal tahun 1925 oleh Hinselman, seiring berjalan waktu dikembangkan
oleh WHO sejak tahun 1990 sebagai solusi mengatasi keterbatasan pelaksaan skrining terkait
dengan fasilitas dan sumber daya manusia (11). Akurasi Tes IVA dibeberapa penelitian
terbukti cukup baik, sensitivitas untuk mendeteksi lesi derajat tinggi, pelatihan sumber daya
manusia untuk melakukan tes IVA lebih cepat dan sederhana dibandingkan dengan cara
sitoteknisi. Hasilnya pun lebih cepat untuk diketahui, tidak perlu ada persiapan klien, sehingga
dapat diterapkan pada daerah yang sumber dayanya terbatas (11). Di Indonesia, deteksi dini
kanker serviks menyasar pada perempuan dengan kelompok usia 20 tahun keatas, prioritas usia
30-50 tahun dengan target 50% perempuan sampai tahun 2019. Pada pemeriksaan IVA Indonesia
dilakukan pemeriksaan minimal 3 tahun sekali (13). Dukungan Suami Dukungan merupakan
sebuah kekuatan yang mengatur perilaku untuk mencapai tujuan dari seseorang yang
memiliki hubungan dengan individu (14). Sedangkan dukungan suami merupakan suatu bentuk
perwujudan dari sikap perhatian kepada istri dan memiliki andil yang cukup besar dalam
menentukan status kesehatannya (15). Friedman (1961) dalam Susanti (2002) menyatakan
bahwa sebelum seorang individu mencari pelayanan kesehatan yang professional, biasanya ia
akan mencari nasihat dari keluarga dan teman/kerabatnya (16). Dukungan suami adalah salah
satu faktor penguat yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Aspek- aspek
dukungan dari keluarga dalam hal ini suami diantaranya berupa dukungan emosional,
informasi, instrumental, dan penghargaan
8). Asuhan Keperawatan
ASUHAN KEPERAWATANA.

1. Pengkajian
Identitas Pasien
Nama : Ny A
umur, : 55 tahun
jenis kelamin, : Perempuan

2. Riwayat kesehatan
 Riwayat Kesehatan sekarang
- Keluar darah dari jalan lahir berbentuk gumpalan gumpalan darah seperti hati
sapi setiap kali buang air kecil
- klien mengeluh lemas seluruh tubuh dan mual
- jumlah makanan yang dimakan seperempat sampai setengah porsi
- Klien menyatakan bahwa sejak setahun lalu klien mengalami keputihan yang
banyak dan berbau busuk
- Klien juga menyatakan sering mengalami perdarahan setiap kali hubungan sexual
- TD : 80/60 mmHg N: 95x/I P : 16x/i
- Pemeriksaan laboratorium hemoglobin 7 gr/dl
- pemeriksaan pap smear dengan hasil terdapat lesi. Lesi hingga I/3 vagina
 Riwayat kesehatan dahulu
- Klien menyatakan bahwa sejak setahun lalu klien mengalami keputihan yang banyak
dan berbau busuk,
- klien juga menyatakan sering mengalami perdarahan setiap kali hubungan sexual.
- Riwayat persalinan, klien melahirkan anak empat kali, tidak pernah keguguran. Alat
kontrasepsi yang pernah digunakan adalah kontrasepsi suntik satu bulan selama 22
tahun.
- Klien menikah pada usia 16 tahun, bagi klien dan suami merupakan pernikahan yang
pertama
3. Pemeriksaan Fisik
- Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis,
- tekanan darah 80/60 mmHg,
- Nadi 95 x/mnt,
- respirasi 16 x/mnt
- dan suhu 36,8oC.
- Keadaan umum tampak lemas, konjungtiva pucat,
- wajah dan mukosa bibir pucat.
- Pergerakan dada simetris,
- tidak ada penggunaan otot nafas tambhan,
- tidak ada suara ronchi atupun wheezing,
- abdomen datar tidak ada perdarahan dari jalan lahir.
- Extremitas pucat waktu pengisisan kapiler lebih dari tiga detik. Pemeriksaan
laboratorium hemoglobin 7 gr/dl.
4. Pemeriksaan Penunjang
Klien menjalani serangkaian pemeriksaan penunjang, salah satunya pemeriksaan pap smear
dengan hasil terdapat lesi. Lesi hingga I/3 vagina

5. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Proses infeksi Gangguan perfusi


Klien mengatakana ada Keluar darah jaringan
dari jalan lahir berbentuk gumpalan
gumpalan darah seperti hati sapi
setiap kali buang air kecil
 Klien menyatakan
bahwa sejak setahun
lalu klien mengalami
keputihan yang
banyak dan berbau
busuk
 Klien juga
menyatakan sering
mengalami
perdarahan setiap
kali hubungan sexual

DO:

 TD : 80/60 mmHg N: 95x/I P : 16x/i


 Pemeriksaan laboratorium
hemoglobin 7 gr/dl
 Keadaan umum tampak lemas,
konjungtiva pucat,
 wajah dan mukosa bibir pucat
 pemeriksaan pap smear dengan hasil
terdapat lesi. Lesi hingga I/3 vagina

2 DS : Mual muntah Nutrisi kurang dari


 klien mengeluh lemas seluruh tubuh kebutuhan
dan mual
 jumlah makanan yang dimakan
seperempat sampai setengah porsi

DO :

 Hasil pemeriksaan fisik didapatkan


kesadaran compos mentis,
 tekanan darah 80/60 mmHg,
 Nadi 95 x/mnt,
 respirasi 16 x/mnt
 dan suhu 36,8oC.
 Keadaan umum tampak lemas,
konjungtiva pucat,
 wajah dan mukosa bibir pucat.

3 DO : Perubahan pigmentasi Gangguan integritas


kulit Kulit
 Klien menjalani serangkaian
pemeriksaan penunjang, salah satunya
pemeriksaan pap smear dengan hasil
terdapat lesi. Lesi hingga I/3 vagina

6. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
c. Gangguan Integritas Kulit behubungna dengan Luka/ Lesi/ perubahan pigmentasi

7. Intervensi dan luaran

a. Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intracervikal

Tujuan :

 Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik :

Kriteria hasil :

 Perdarahan intra servikal sudah berkurang


 Konjunctiva tidak pucat
 Mukosa bibir basah dan kemerahan
 Ektremitas hangat
 Hb 11-15 gr
 Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-
 370C, RR : 18 - 24 X/mnt.

Intervensi :

 Observasi tanda-tanda vital


 Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
 Cek Hb
 Cek golongan darah
 Beri O2 jika diperlukan
 Pemasangan vaginal tampon.
 Therapi IV

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan.

Tujuan :

 Setelah dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akanterpenuhi

Kriteria hasil :

 Tidak terjadi penurunan berat badan


 porsi makan yang disediakan habis.
 Keluhan mual dan muntah kurang

Intervensi :

 Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan


 Berika makan TKTP
 Anjurkan makan sedikit tapi sering
 Jaga lingkungan pada saat makan
 Pasang NGT jika perlu
 Beri Nutrisi parenteral jika perlu.

c. Gangguan Integritas Kulit behubungna dengan Luka/ Lesi/ perubahan pigmentasi

Tujuan :

 Integritas kulit/jaringan meningkat berarti meningkatnya keutuhan kulit (dermis dan/atau


epidermis) atau jaringan (membran mukosa, kornea, fasia, otot, tendon, tulang, kartilago, kapsul
sendi, dan/atau ligamen)

Kriteria hasil :

 Kerusakan jaringan menurun


 Kerusakan lapisan kulit menurun

Intervensi :

Observasi
 Monitor karakteristik luka (mis: drainase, warna, ukuran , bau)
 Monitor tanda-tanda infeksi
Terapeutik
 Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
 Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
 Bersihkan dengan cairan NaCl atau pembersih nontoksik, sesuai kebutuhan
 Bersihkan jaringan nekrotik
 Berikan salep yang sesuai ke kulit/lesi, jika perlu
 Pasang balutan sesuai jenis luka
 Pertahankan Teknik steril saat melakukan perawatan luka
 Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
 Jadwalkan perubahan posisi setiap 2 jam atau sesuai kondisi pasien
 Berikan diet dengan kalori 30 – 35 kkal/kgBB/hari dan protein 1,25 – 1,5 g/kgBB/hari
 Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis: vitamin A, vitamin C, Zinc, asam amino), sesuai
indikasi
 Berikan terapi TENS (stimulasi saraf transcutaneous), jika perlu
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Anjurkan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein
 Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
Kolaborasi
 Kolaborasi prosedur debridement (mis: enzimatik, biologis, mekanis, autolitik), jika perlu
 Kolaborasi pemberian antibiotik, jika perlu

c. Metode/cara pengerjaan, acuan yang digunakan : menyediakan kajian literatur2 (jurnal book)
berkaitan dengan kasus

Metode yang di gunakan adalah dalam bentuk makalah dengan literatur yang sesuai dengan kasus di
atas

https://www.academia.edu/5533107/Askep_Ca_Serviks#:~:text=Askep%20Ca%20Serviks%20I.
%20PENDAHULUAN%20A.%20Latar%20Belakang,dapat%20menyebar%20kebagian%20tubuh%20lainnya
%20sehingga%20dapat%20menyebabkankematian.

Dan jurnal nasional dengan judul Pengaruh_Dukungan_Suami_Pada_Perilaku_Deteksi_Dini

https://www.researchgate.net/publication/
350436862_EDUKASI_PENCEGAHAN_KANKER_SERVIKS_SECARA_PRIMER_SEKUNDER_BAGI_DOSEN_FKI
K_UMY

72377864 LP Askep CA SErviksPoliteknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang

https://www.studocu.com/id/document/politeknik-kesehatan-kementerian-kesehatan-padang/s1-
terapan-keperawatan/72377864-lp-askep-ca-serviks/11062254
DAFTAR PUSTAKA

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan, Edisi Kedua. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta : EGC

Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2. Jakarta : EGC

Guyton and Hall. 2005. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC

Sjaifoellah Noer. 1996. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid 2. Jakarta : FKUI

http://id.wikipedia.org/wiki/kanker_serviks (akses : 8 Oktober 2009)

http://healthycaus.blogspot.com/2009/07/askep-ibu-dengan-gangguan-sistem-reproduksi.html (akses :
10 Oktober 2009)

http://infokesehatan2009.html (akses 10 Oktober 2009)

http://www.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=9636 (akses : 11 Oktober 2009)

Wildayanti. Hubungan Dukungan Suami Dengan Keikutsertaan Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam
Asetat (IVA) Pada Pus Di Puskesmas Kotagede 2 Kota Yogyakarta . [Yogyakarta]: Universitas ’Aisyiyah
Yogyakarta; 2018.

Komite Penanggulangan Kanker Nasional. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Kanker Serviks.
Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2017.

Aziz M. Farid Juli 1996, Kemoterapi Pada Ca Cervix Obstetri Ginekologi Vol 2 No. 3

Thambunan W. Ghani 1995, Diagnosa dan Tatalaksanan Sepuluh Jenis Kanker terbanyak di Indonesia.
EGC.

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1
Cetakan III (Revisi). Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: PPNI.

PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1
Cetakan II. Jakarta: PPNI.

Anda mungkin juga menyukai