Anda di halaman 1dari 9

KEPERAWATAN MATERNITAS

LAPORAN PENDAHULUAN

CA.CERVIX

Disusun Oleh :

PRATIWI OKTAFIA AHMAD, S.Kep

G1B218018

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2019
Laporan Pendahuluan Ca.Cervix

1. Definisi

Kanker Cerviks merupakan pertumbuhan dari Human Papilloma Virus


(Kline, 2007). Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah
mulut rahim sebagai akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak
terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. (FKUI, 1990; FKKP, 1997).
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim, yaitu
daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk kearah rahim,
letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina) (Wijaya,
2010).

2. Etiologi/Penyebab
Menurut Wijaya (2010), ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan
peluang seorang wanita untuk terkena kanker serviks. Faktor-faktor tersebut
adalah :
a. Infeksi Virus Human Papilloma (HVP)
Faktor resiko dari infeksi HPV adalah factor yang terpenting dalam timbulnya
penyakit kanker serviks ini. Organ reproduksi wanita pada usia remaja (12-20
tahun) sedang aktif berkembang. Bila terjadi rangsangan oleh penis/sperma dapat
memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal, apalagi bila terjadi luka saat
berhubungan seksual dan kemudian terjadi infeksi virus HPV.
b. Pasangan Seksual yang Berganti-ganti
Resiko kanker serviks lebih dari 10 kali bila berhubungan dengan 6 atau lebih
mitra seks.
c. Usia Pertama Melakukan Hubungan Seks
Wanita yang melakukan hubungan seks pertama sekali pada umur dibawah 17
tahun hampir selalu 3x ;lebih mungkin terkena kanker serviks di usia tuanya.
Semakin muda seorang wanita melakukan hubungan seks maka semakin besar
resiko terkena kanker serviks. Hal ini disebabkan karena alat reproduksi wanita
pada usia ini belum matang dan sangat sensitif.
d. Merokok
Tembakau atau rokok mengandung bahan-bahan karsinogenik baik yang dikunyah
atau dihisap sebagai rokok atau sigaret. Penelitian menunjukkan lendir serviks
pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya terdapat di dalam
rokok.
e. Jumlah Anak
Wanita yang sering melahirkan mempunyai resiko 3-5 x lebih besar terkena
kanker leher rahim. Terjadinya trauma pada bagian leher rahim yang tipis dapat
merupakan penyebab timbulnya suatu peradangan dan selanjutnya berubah
menjadi kanker. Menurut berapa pakar, jumlah kelahiran yang lebih dari 3 akan
meningkatkan resiko wanita terkena kanker serviks.
f. Kontrasepsi
Pil KB yang dipakai dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan resiko terkena
kanker serviks.
g. Riwayat Keluarga
Sama seperti jenis kanker lainnya, maka pada kanker leher rahim juga akan
meningkatkan resiko lebih besar terkena pada wanita yang mempunyai keluarga
(ibu atau kakak perempuan) terkena kanker leher rahim.
h. Kekebalan Tubuh
Penurunan kekebalan tubuh dapat juga mempercepat pertumbuhan sel kanker dari
noninvasive menjadi invasif.

3. Patofisiologi
Serviks mempunyai dua jenis sel epitel yang melapisi nektoserviks dan
endoserviks, yaitu sel epitel kolumner dan sel epitel squamosa yang disatukan
oleh Sambungan Squamosa Kolumner (SSK).Proses metaplasia adalah proses
pergantian epitel kolumner dan squamosa. Epitel kolumner akan digantikan oleh
squamosa baru sehingga SSK akan berubah menjadi Sambunga
SquamosaSquamosa (SSS)/ squamosa berlapis.
Pada awalnya metaplasia berlangsung fisiologis Namun dengan adanya
mutagen dari agen yang ditularkan melalui hubungan seksual seperti sperma, virus
herpes simplek tipe II, maka yang semula fisiologis berubah menjadi displasia.
Displasia merupakan karakteristik konstitusional sel seperti potensi untuk menjadi
ganas. Hampir semua ca. serviks didahului dengan derajat pertumbuhan prakanker
yaitu displasia dan karsinoma insitu. Proses perubahan yang terjadi dimulai di
daerah SquamosaColumner Junction (SCJ) atau SSK dari selaput lendir portio.
Pada awal perkembangannya, ca. serviks tidak memberikan tanda-tanda dan
keluhan. Pada pemeriksaan speculum, tampak sebagai portio yang erosive
(metaplasia squamosa) yang fisiologik atau patologik.

4. Manifestasi Klinis
Menurut Sukaca (2009), gejala penderita kanker serviks diklasifikasikan
menjadi dua yaitu gejala pra kanker serviks dan gejala kanker serviks.
Gejala pra kanker serviks ditandai dengan gejala :
a. Keluar cairan encer dari vagina(keputihan)
b.Pendarahan setelah sanggama yang kemudian dapat berlanjut menjadi
pendarahan yang abnormal.
c. Pada fase invasive dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau
dan dapat bercampur dengan darah.
d. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi pendarahan kronis
e.Timbul nyeri panggul(pelvis) atau diperut bagian bawah bila ada radang panggul
Bila sel-sel tidak normal ini berkembang menjadi kanker serviks, maka
muncul gejala-gejala sebagai berikut :
a. Pendarahan pada vagina yang tidak normal.
Ditandai dengan pendarahan diantara periode menstruasi yang regular, periode
menstruasi yang lebih lama dan lebih banyak dari biasanya, pendarahan setelah
hubungan seksual.
b. Rasa sakit saat berhubungan seksual.
c. Bila kanker telah berkembang makin lanjut maka dapat timbul gejala-gejala
seperti penurunan berat badan, nyeri panggul, kelelehan, berkurangnya nafsu
makan, keluar tinja dari vagina, dll.
5. Klasifikasi
Menurut FIGO (Federation Internationale de Gynecologic et Obstetrigue),
1988 :
a. Tingkat Kriteria
1. Karsinoma Pra invasive
Stadium 0 : Karsinoma in situ atau karsinoma intra epitel. 2. Karsinoma Invasif
a. Stadium I : Proses terbatas pada serviks (perluasan ke korpus uteri tidak
dinilai).
- Stadium I a : Karsinoma serviks preklinis hanya dapat didiagnostik secara
mikroskopis, lesi tidak lebih dari 3 mm atau secara mikroskopik
kedalamannya > 3-5 mm dari epitel basal dan memanjang tidak lebih dari 7 mm.
- Stadium I b : Lesi invasif > 5, dibagi atas lesi < 4 Cm dan > 4 Cm.
b. Stadium II : Proses keganasan telah keluar dari serviks dan menjalar ke 2/3
bagian atas vagina dan atau ke parametrium tetapi tidak sampai dinding panggul.
- Stadium II a : Penyebaran hanya ke vagina, parametrium masih bebas dari
infiltrat tumor.
- Stadium II b : Penyebaran ke parametrium, uni atau bilateral tetapi belum
sampai dinding panggul.
c. Stadium III : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina atau ke parametrium sampai
dinding panggul.
- Stadium III a : Penyebaran sampai 1/3 distal vagina namun tidak sampai ke
dinding panggul.
- Stadium III b : Penyebaran sampai dinding panggul, tidak ditemukan daerah
bebas infiltrasi antara tumor dengan dinding panggul atau proses pada tingkat I
atau II tetapi sudah ada gangguan faal ginjal/hidronefrosis.
d. Stadium IV : Proses keganasan telah keluar dari panggul kecil dan melibatkan
mukosa rektum dan atau vesika urinaria (dibuktikan secara histologi) atau telah
bermetastasis keluar panggul atau ketempat yang jauh.
- Stadium IV a : Telah bermetastasis ke organ sekitar.
- Stadium IV b : Telah bermetastasis jauh.
6. Penatalaksanaan
1. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling
luar), seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah
ataupun melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi.
Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Histerektomi
adalah suatu tindakan pembedahan yang bertujuan untuk mengangkat uterus dan
serviks (total) ataupun salah satunya (subtotal). Biasanya dilakukan pada stadium
klinik IA sampai IIA (klasifikasi FIGO).
2. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta
mematikan parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B,
III, IV sebaiknya diobati dengan radiasi.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui
infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk
membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan
menggunakan kemoterapi tergantung jenis kanker dan fase saat diagnosis.
Kemoterapi disebut sebagai pengobatan adjuvant ketika kemoterapi digunakan
untuk mencegah kanker kambuh. Kemoterapi sebagai pengobatan paliatif ketika
kanker sudah menyebar luas dan dalam fase akhir, sehingga dapat memberikan
kualitas hidup yang baik. (Galle, 2000).
Asuhan Keperawatan pada Ca.Cervix

A. Pengkajian
1. Data Subjektif
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa,
pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
a. Data pasien : Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak,
agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
b. Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan
disertai keputihan
c. Riwayat penyakit sekarang : Biasanya klien pada stadium awal tidak merasakan
keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul
keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
d. Riwayat penyakit sebelumnya :
1) Data yang perlu dikaji adalah : Riwayat abortus, infeksi pasca abortus,
infeksi masa nifas, riwayat operasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat
keluarga yang menderita kanker.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :
Perdarahan, keputihan.
2) Palpasi
Nyeri abdomen, nyeri pada punggung bawah.
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan pap smear
Dilakukan untuk mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yg tidak
memberikan keluhan. Sel kanker dapat diketahui pada secret yg diambil dari posio
serviks. Pemeriksaan ini harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau
ketika telah melakukan aktivitas seksual sebelum itu. Setelah 3x hasil
pemeriksaan pap smear setiap 3 tahun sekali sampai usia 65 tahun.
2. Pemeriksaan DNA HPV
Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan pap’s smear
untuk wanita diatas 30 tahun. Deteksi DNA HPV yang positif yang ditemukan
kemudian dianggap sebagai HPV yg persisten. Apabila hal ini dialami pada
wanita dengan usia yg lebih tua maka akan terjadi peningkatan resiko kanker
serviks.
3. Biopsy
Biopsy dilakukan jika pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan atau luka
pada serviks atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu
abnormalitas atau kanker.
4. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yg terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear karena
kolposkopi memerlukan ketrampilan & kemampuan kolpokospi dalam mengetes
darah yang abnormal.
5. Tes schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan iodium. Pada serviks yang
normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena
adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker
akan menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada glikogen.
6. Radiologi
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih &
rectum yg meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium, &
sigmoidoskopi. Magnetic resonance imaging (MRI) atau CT scan abdomen/pelvis
digunakan untuk menilai penyebaran local tumor &/atau terkenanya nodus limpa
regional.
7. Pelvic limphangiografi dapat menunjukkan adanya gangguan pada saluran
pelvic atau peroartik limfe.

Diagnosa Keperawatan :
1. Nyeri berhubungan dengan penekanan sel kanker pada syaraf dan
kematian sel.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
mual dan muntah.
Rencana Keperawatan

DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA


INTERVENSI
KEPERAWATAN HASIL

Nyeri Akut Setelah dilakukan intervensi 1. Lakukan pengkajian nyeri secara


selama 3x24 jam masalah komprehensif.
2. Gunakan teknik komunikasi
klien dapat teratasi sebagian
terapeutik.
dengan kriteria hasil :
3. Observasi reaksi nonverbal dari
a. Klien mampu mengontrol ketidaknyamanan.
4. Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri
b. Klien menyatakan nyeri mempengaruhi nyeri seperti
berkurang cahaya, kebisingan.
c. Klien menyatakan rasa 5. Ajarkan teknik non farmakologi
nyaman setelah nyeri (teknik nafas dalam).
6. Kolaborasi pemberian analgetik.
berkurang 7. Evaluasi pengalaman nyeri
pasien.
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan intervensi 1. Kaji kemampuan klien untuk
Nutrisi kurang dari selama 2x24 jam masalah mendapatkan nutrisi.
2. Monitor jumlah nutrisi dan
kebutuhan tubuh klien dapat teratasi dengan
kandungan kalori.
kriteria hasil :
3. Monitor adanya penurunan berat
a. Tidak terjadi penurunan badan.
4. Ajarkan pasien membuat catatan
berat badan.
b. Mual dan muntah teratasi. makanan harian.
5. Anjurkan pasien meningkankan
protein dan Fe.
6. Berikan pada klien informasi
kebutuhan nutrisi.

Anda mungkin juga menyukai