Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FARMAKOGNOSI
FLAVONOID

DOSEN PEMBIMBING :
Medi Andriani M.pharm., Sci

Disusun Oleh :
Khairinnisa Aladha (1848201030)

STIKes HARAPAN IBU JAMBI


FARMASI
2019 / 2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa, karena telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah yang berjudul “Flavonoid” ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah


berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun
dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Jambi, 22 November 2019

penulis

A. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Flavonoid.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Senyawa Flavanoid.
3. Untuk Mengetahui Sifat Flavanoid..
4. Untuk Mengetahui Senyawa Flavanoid Pada Tumbuhan
5. Untuk Mengetahui Isolasi dan Identifikasi Dari Senyawa
Flavonoid.

PEMBAHASAN

1. Pengertian
Flavonoid adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Banyaknya senyawa flavonoid ini bukan disebabkan karena
banyaknya variasi struktur, akan tetapi lebih disebabkan oleh berbagai tingkat
hidroksilasi, alkoksilasi atau glikoksilasi pada struktur tersebut. Flavonoid di alam
juga sering dijumpai dalam bentuk glikosidanya.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagian
zat warna kuning yang terdapat dalam tanaman. Sebagai pigmen bunga, flavonoid
jelas berperan dalam menarik serangga untuk membantu proses penyerbukan.
Beberapa kemungkinan fungsi flavonoid yang lain bagi tumbuhan adalah sebagai
zat pengatur tumbuh, pengatur proses fotosintesis, zat antimikroba, antivirus dan
antiinsektisida. Beberapa flavonoid sengaja dihasilkan oleh jaringan tumbuhan
sebagai respon terhadap infeksi atau luka yang kemudian berfungsi menghambat
fungsi menyerangnya.
Telah banyak flavonoid yang diketahui memberikan efek fisiologis tertentu.
Oleh karena itu, tumbuhan yang mengandung flavonoid banyak dipakai dalam
pengobatan tradisional. Peneitian masih terus dilakukan untuk mengetahui
berbagai manfaat yang bisa diperoleh dari senyawa flavonoid.
Berdasarkan strukturnya, terdapat beberapa jenis flavonoid yang bergantung
pada tingkat oksidasi rantai propan, yaitu kalkon, flavan, flavanol (katekin),
flavanon, flavanonol, flavon, flavanon, antosianidin, auron. Katekin merupakan
senyawa yang mempunyaibanyak kesamaan dengan proantosianidin. Katekin
mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi.
Proantosianidin, menurut definisi adalah senyawa yang membentuk
antosianidin (jika dipanaskan dengan asam). Jika proantosianidin diperlakukan
dengan asam dingin akan menghasilkan polimer yang menyerupai tanin.
Flavanon (dihidroflavon) dan flavanol (dihidroflavonol) tersebar di alam
dalam jumlah yang terbatas. Keduanya merupakan senyawa yang berwarna atau
sedikit kuning. Flavon dan flavonol merupakan flavonoid utama karena termasuk
jenis flavonoid yang banyak dijumpai di alam.
Antosianidin merupakan flavonoid utama karena termasuk jenis flavonoid
yang banyak dijumpai di alam, terutama dalam bentuk glikosidanya, yang
dinamakan antisianin. Antosianin adalah pigmen daun dan bunga dari yang
berwarna merah hingga biru. Pada pH<2, antosianin berada dalam bentuk kation
(ion flavilium), tetapi pada pH yang sedikit asam, bentuk kuinonoid yang
terbentuk. Bentuk ini dioksidasi dengan cepat oleh udara dan rusak, oleh karena
itu pengerjaan terhadp antosianin aman dilakukan dalam larutan yang asam.

2. Sejarah Senyawa Flavanoid

Ilmu kimia senyawa-senyawa fenol yang ditemukan di alam mengalami


kemajuan yang pesat setelah Kekule berhasil menetapkan struktur cincin
aromatic. Bahkan, struktur dari beberapa senyawa fenol telah dapat ditetapkan
sejak abad ke-19. Oleh karena itu, ilmu kimia senyawa-senyawa fenol kadang-
kadang dianggap sudah usang. Akan tetapi topic-topik yang menarik mengenai
senyawa-senyawa itu terus menerus muncul dengan adanya penemuan-penemuan
baru. Dengan demikian, senyawa-senyawa fenol dapat dianggap sebagai cabang
dari ilmu kimia bahan alam yang terus berkembang.

Sifat-sifat kimia dari senyawa fenol adalah sama, akan tetapi dari segi
biogenetic senyawa-senyawa ini dapat dibedakan atas dua jenis utama, yaitu:

a. Senyawa fenol yang berasal dari asam shikimat atau jalur shikimat.
b. Senyawa fenol yang berasal dari jalur asetat-malonat.
Ada juga senyawa-senyawa fenol yang berasal dari kombinasi antara kedua
jalur biosintesa ini yaitu senyawa-senyawa flanonoida. Tidak ada benda yang
begitu menyolok seperti flavonoida yang memberikan kontribusi keindahan dan
kesemarakan pada bunga dan buah-buahan di alam. Flavin memberikan warna
kuning atau jingga, antodianin memberikan warna merah, ungu atau biru, yaitu
semua warna yang terdapat pada pelangi kecuali warna hijau. Secara biologis
flavonoida memainkan peranan penting dalam kaitan penyerbukan tanaman oleh
serangga. Sejumlah flavonoida mempunyai rasa pahit sehingga dapat bersifat
menolak sejenis ulat tertentu.
Senyawa flavonoid adalah suatu kelompok fenol yang terbesar yang
ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu dan
biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan.
Flavonoid merupakan pigmen tumbuhan dengan warna kuning, kuning jeruk, dan
merah dapat ditemukan pada buah, sayuran, kacang, biji, batang, bunga, herba,
rempah-rempah, serta produk pangan dan obat dari tumbuhan seperti minyak
zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal. Senyawa ini berperan penting
dalam menentukan warna, rasa, bau, serta kualitas nutrisi makanan. Tumbuhan
umumnya hanya menghasilkan senyawa flavonoid tertentu. Keberadaan flavonoid
pada tingkat spesies, genus atau familia menunjukkan proses evolusi yang terjadi
sepanjang sejarah hidupnya. Bagi tumbuhan, senyawa flavonoid berperan dalam
pertahanan diri terhadap hama, penyakit, herbivori, kompetisi, interaksi dengan
mikrobia, dormansi biji, pelindung terhadap radiasi sinar UV, molekul sinyal pada
berbagai jalur transduksi, serta molekul sinyal pada polinasi dan fertilitas jantan.
Senyawa flavonoid untuk obat mula-mula diperkenalkan oleh seorang
Amerika bernama Gyorgy (1936). Secara tidak sengaja Gyorgy memberikan
ekstrak vitamin C (asam askorbat) kepada seorang dokter untuk mengobati
penderita pendarahan kapiler subkutaneus dan ternyata dapat disembuhkan.
Mc.Clure (1986) menemukan pula oleh bahwa senyawa flavonoid yang diekstrak
dari Capsicum anunuum serta Citrus limon juga dapat menyembuhkan
pendarahan kapiler subkutan. Mekanisme aktivitas senyawa tersebut dapat
dipandang sebagai fungsi „alat komunikasi‟ (molecular messenger} dalam proses
interaksi antar sel, yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap proses
metabolisme sel atau mahluk hidup yang bersangkutan, baik bersifat negatif
(menghambat) maupun bersifat positif (menstimulasi).

3. Sifat Flavanoi
Flavonoid merupakan golongan filifenol sehingga memiliki sifat kimia
senyawa fenol,
yaitu.
a. bersifat asam sehingga dapat larut dalam basa.
b. Merupakan senyawa polar karena memiliki sejumlah gugus hidroksil.
c. Sebagai antibakteri karena flavonoid sebagai derivat dari fenol dapat
menyebabkanrusaknya susunan dan perubahan mekanisme
permeabilitas dari dinding sel bakteri.
d. Sebagai antioksidan yaitu kemampuan flavonoid untuk menjalankan
fungsi antioksidan, bergantung pada struktur moleku lnya, posisi gugus
hidroksil memiliki peranan dalam fungsi antioksidan dan aktivitas
menyingkirkan radikal bebas.

4. Senyawa Flavanoid Pada Tumbuhan


Flavonoid sebenarnya terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk
daun, akar, kayu, kulit, tepungsari, nektar, bunga, buah dan biji. Hanya sedikit
catatan yang melaporkan flavonoid pada hewan, misalnya dalam kelenjar bau
berang-berang, propilis (sekresi lebah), sayap kupu-kupu, yang mana dianggap
bukan hasil biosintesis melainkan dari tumbuhan yang menjadi makanan hewan
tersebut, Penyebaran flavonoid terbatas pada golongan tumbuhan dengan tingkat
biovita atau yang lebih tinggi, golongan tumbuhan ini merupakan tumbuhan yang
asal-usulnya lebih baru dibanding golongan tumbuhan yang tidak mengandung
flavonoid (500 - 3000 juta tahun), segi penting dari penyebaran flavonoid ini
adalah adanya kecenderungan kuat bahwa tumbuhan yang secara takson berkaitan
akan menghasilkan jenis flavonoid yang serupa.
Senyawa antosianin sering dihubungkan dengan warna bunga tumbuhan.
Sianidin umumnya terdapat pada suku Gramineae. Senyawa biflavonoid banyak
terdapat pada subdivisi Gymnospernae sedang isoflavonoid pada suku
leguminosae.
Pada tumbuhan yang mempunyai morfologi sederhana seperti lumut, paku, dan
paku ekor kuda mengandung senyawa flavonoid O-GIikosida, flavonol, flavonon,
Khalkon, dihidrokhalkon, C-Gl ikosida. Angiospermae mengandung senyawa
flavonoid kompleks yang lebih banyak.
Berikut beberapa contoh tanaman yang mengandung flavonoid :
a. Kembang Sepatu
a) Nama simplisia          : Hibiscus rosa-sinensidis Folium, Hibiscus
rosa-
sinensidis Radix
b) Nama Tanaman Asal : Hibiscus rosa-sinensis L.
c) Keluarga                    : Malvaceae
d) Zat berkhasiat            : Lendir, flavonoid, dan zat samak
e) Penggunaan               : Akar : Batuk, bronkitis, demam, haid tidak
teratur,  infeksi saluran kemih, keputihan,
pelembut kulit, radang kemih dan saria wan
bisul, radang kulit bernanah, radang 
payudara, anti inflamasi, diuretik,
analgesik, sedatif, dan ekspectoran.

b. Mahoni
a) Nama simplisia          : Swieteniae Radix
b) Nama Tanaman Asal : Swietenia mahaboni Jacq.
c) Keluarga                    : Meliaceae
d) Zat berkhasiat            : Saponin dan flavonoida
e) Penggunaan               : Tekanan darah tinggi (hipertensi), kencing
manis, Kurang nafsu makan, masuk angin,
demam dan rematik.

c. Nangka
a) Nama simplisia          : Artocarpi Lignum
b) Nama Tanaman Asal : Artocarpus integra Merr. Thumb.
c) Keluarga                    : Moraceae
d) Zat berkhasiat            : Morin, flavon, sianomaklurin (zat samak),
dan tanin
e) Penggunaan               : Anti spasmodik dan sedatif
d. Remak Daging
a) Nama simplisia          : Hemigraphis coloratae Folium
b) Nama Tanaman Asal : Hemigraphis colorata Hall.
c) Keluarga                     : Euphorbiaceae
d) Zat berkhasiat             : Flavonoid, natrium, senyawa kalium
e) Penggunaan               : Disentri, wasir, perdarahan sesudah
melahirkan Diuretik dan hemostatik

e. Temu Putih
a) Nama simplisia          : Zedoariae Rhizoma
b) Nama Tanaman Asal : Curcuma zedoaria Berg. Roscoe.
c) Keluarga                    : Zingiberaceae
d) Zat berkhasiat           : Minyak atsiri zingiberin, sineol,
prokurkumenol, kurkumenol,
kurkumol  isofuranolgermakrena,
kukumadeol, hars, zat pati, lendir, minyak
lemak, saponin, polivenol dan flavonoid.
e) Penggunaan               : Kanker rahim, kanker kulit, pencernaan tidak
baik,  nyeri hamil  rahim membesar, sakit
maag, memar (obat luar), pelega perut,
antineoplastik, kholeretik, stomakik,
antiflogostik, dan antipiretik.

f. Kulit kina
a) Nama simplisia           : Cinchonae Cortex
b) Nama Tanaman Asal : Cinchona succirubra
c) Keluarga                     : Rubiaceae
d) Zat berkhasiat           : alkaloida kinina, saponin, flavonoida dan
politenol
e) Penggunaan                : anti malaria
g. Gandarusa
a) Nama simplisia           : Gendarusa Folium ; Gendarusa Radix
b) Nama Tanaman Asal : Justicia gendarussa Burm. F.
c) Keluarga                    : Acanthaceae
d) Zat berkhasiat            : Alkaloid,saponin, flavonoid, polifenol
Alkaloid yustisina dan minyak atsiri
e) Penggunaan               : Haid tidak teratur, bisul, memar,
patah   tulang, radang kulit bernanah ,  rematik
dan sakit kepala, analgesik, antipiretik,
diaforetik, diuretik dan sedatif

h. Sidaguri
a) Nama simplisia           : Sidae Folium
b) Nama Tanaman Asal : Sida rhombifolia L.
c) Keluarga                     : Malvaceae
d) Zat berkhasiat             : flavonoid, sterol Alkaloid hipaforina,gula,
triterpenoid.
e) Penggunaan               : Batuk darah, batu ginjal,cacing keremi,
demam, disentri, malaria, sakit perut,
rematik, radang amandel, selesma,     usus
buntu, Bisul (obat luar), Eksem, gatal,
ketombe, anti inflamasi, diuretik, dan
analgesik.

5. Isolasi dan Identifikasi Dari Senyawa Flavonoid.


a. Isolasi Dengan metanol
Terhadap bahan yang telah dihaluskan, ekstraksi dilakukan dalam dua
tahap. Pertama dengan metanol:air (9:1) dilanjutkan dengan metanol:air
(1:1) lalu dibiarkan 6-12 jam. Penyaringan dengan corong buchner, lalu
kedua ekstrak disatukan dan diuapkan hingga 1/3 volume mula-muIa, atau
sampai semua metanol menguap dengan ekstraksi menggunakan pelarut
heksan atau kloroform (daIam corong pisah) dapat dibebaskan dari
senyawa yang kepolarannya rendah, seperti lemak, terpen, klorofil, santifil
dan lain-lain

b. Isolasi Dengan Charaux Paris


Serbuk tanaman diekstraksi dengan metanol,lalu diuapkan sampai
kental dan ekstrak kental ditambah air panas dalam volume yang sama,
Ekstrak air encer lalu ditambah eter, lakukan ekstraksi kocok, pisahkan
fase eter lalu uapkan sampai kering yang kemungkinan didapat bentuk
bebas. Fase air dari hasil pemisahan ditambah lagi pelarut etil. asetat
diuapkan sampai kering yang kemungkinan didapat Flavonoid O
Glikosida. Fase air ditambah lagi pelarut n - butanol, setelah dilakukan
ekstraksi, lakukan pemisahan dari kedua fase tersebut. Fase n-butanol
diuapkan maka akan didapatkan ekstrak n - butanol yang kering,
mengandung flavonoid dalam bentuk C-glikosida dan leukoantosianin.
Dari ketiga fase yang didapat itu langsung dilakukan pemisahan dari
komponen yang ada dalam setiap fasenya dengan mempergunakan
kromatografi koLom. Metode ini sangat baik dipakai dalam mengisolasi
flavonoid dalam tanaman karena dapat dilakukan pemisahan flavonoid
berdasarkan sifat kepolarannya.

c. Isolasi dengan beberapa pelarut.


Serbuk kering diekstraksi dengan kloroform dan etanol, kemudian
ekstrak yang diperoleh dipekatkan dibawah tekanan rendah. Ekstrak etano
lpekat dilarutkan dalam air lalu diekstraksi gojog dengan dietil eter dan n-
butanol, sehingga dengan demikian didapat tiga fraksi yaitu fraksi
kloroform, butanol dan dietil eter.
d. ldentifikasi Dengan Reaksi warna
a) Uji WILSTATER
Uji ini untuk mengetahui senyawa yang mempunyai inti δ benzopiron.
Warna-warna yang dihasilkan dengan reaksi Wilstater adalah sebagai
berikut: Jingga Daerah untuk golongan flavon, Merah krimson untuk
golongan fLavonol, Merah tua untuk golongan flavonon.

b) Uji BATE SMITH MATECALVE


Reaksi warna ini digunakan untuk menuniukkan adanya senyawa
leukoantosianin, reaksi positif jika terjadi warna merah yang intensif atau
warna ungu.

6. KESIMPULAN
a. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang banyak terdapat di alam.
Flavonoidmerupakan golongan senyawa bahan alam dari senyawa
fenolik yang banyak merupakansebagai pigmen tumbuhan.

b. Flavonoid merupakan senyawa polifenol sehingga bersifat kimia


senyawa fenol yaitu agak asam dan dapat larut dalam basa, dan karena
merupakan senyawa polihidroksi(gugus hidroksil) maka juga bersifat
polar sehingga dapat larut dalan pelarut polar seperti metanol, etanol,
aseton, air, butanol, dimetil sulfoksida, dimetil formamida. Disamping
itu dengan adanya gugus glikosida yang terikat pada gugus flavonoid
sehingga cenderung menyebabkan flavonoid mudah larut dalam air.

Daftar Pustaka
1. Artikel_Kimia.2011.Pengertian_Senyawa_Flavonoid.http://www.artikelkimia.info/
pengertian-senyawa-flavonoid-56240630082011. Diakses pada 30 April 2013.
2. Mifta.2010.SenyawaFlavonoid.http://miftachemistry.blogspot.com/2010/11/senya
wa-flavonoid.html. Diakses pada 30 April 2013.

Anda mungkin juga menyukai