BAB I
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. JS
Umur : 56 Tahun
Alamat : Benteng
Pengantar : Keluarga
II. ANAMNESIS
selama 3 hari.
Kepala : Normocephal
Perkusi : Sonor
Jantung : Bunyi jantung I/II murni – regular, murmur (-), gallop (-)
Palpasi : Soepel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan laboratorium pada 14/06/2016
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hematology Rutin
Hemoglobin 12,9 g/dl 11,5-17
Hematrokit 37,2 % 37-54
Leukosit 5.400 /mm3 4.000-10.000
Platelet 375.000 /mm3 150.000-500.000
Faal Ginjal
Ureum 28 mg/dl 20-50
Kreatinin 0,7 mg/dl < 1,5
Faal Hati
SGOT (ASAT) 11 U/L < 33
SGPT (ALAT) 10 U/L < 50
Albumin 3,6 mg/dl 3,5-5,0
Gula Darah
GDS 81 mg/dl 137-147
Serologi
HBSAg Non Reaktif
Anti HCV Non Reaktif
Anti HIV Non Reaktif
6
VII. PLANNING
- IVFD RL 20 TPM
- Ranitidin 2 x 50 mg/IV
- Ceftriaxone 2 x 1 gr
- Pro cito laparatomi
- Pasang kateter dan NGT terbuka (pasien puasa)
FOLLOW UP
08-02-2017 S : Nyeri luka operasi (-), nyeri perut IVFD Nacl 20 tpm
H.8 (-), demam (-) Tramadol 2 x 1 amp/iv
06.00 O: Caftriaxon 1 x 2 gr /iv (Sore)
TTV : TD 120/80, nadi Metronidazole 3 x 500 mg / iv
87x/menit, RR 24x/menit, t Omeprazole 2 x 1 / iv
37oC Aff drain
Abdomen : luka operasi Aff kateter
tertutup kassa
A : Post. Laparatomi H.7 PASIEN PULANG
Obat pulang :
Cefadroxil 2 x 500 mg tab
Asam mefenamat 3 x 500 mg tab
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi
Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini
Kanker rektum merupakan tumor ganas terbanyak di antara tumor ganas saluran
cerna dimana kanker tersebut menyerang kolon dan rektum. Lebih dari 60% tumor
kolorektal berasal dari rektum. Kanker rektum merupakan salah satu jenis kanker
yang tercatat sebagai penyakit yang paling mematikan di dunia, namun penyakit ini
bukan tidak dapat disembuhkan. Jika penderita telah terdeteksi secara dini, maka
garis anorektal. Secara fungsional dan endoskopis, rektum dibagi menjadi bagian
ampula dan spinchter. Bagian spinchter atau disebut juga annulus hemoroidalis
dikelilingi oleh muskulus levator ani dan fascia coli dari fascia supra ani. Bagian
ampula terbentang dari vertebrae sakrum ketiga sampai diafragma pelvis pada
10
insersio muskulus levator ani. Panjang rektum sekitar 10-15 cm dengan keliling 15
cm pada bagian rectosigmoid junction dan 35 cm pada bagian yang terluas yaitu
ampula. Pada manusia, dinding rektum terdiri dari 5 lapisan, yaitu mukosa yang
dan serosa.1,2,4
media, dan inferior. Arteri hemoroidalis superior (arteri rektal superior) merupakan
kelanjutan dari arteri mesenterika inferior. Arteri hemoroidalis media (arteri rektal
media) merupakan cabang dari arteri iliaka interna. Arteri hemoroidalis inferior
(arteri rektal inferior) merupakan cabang dari arteri pudenda interna. 3,4,5
11
berjalan ke arah kranial ke dalam vena mesenterika inferior untuk selanjutnya melalui
vena lienalis dan menuju vena porta. Vena ini tidak memiliki katup sehingga tekanan
dalam rongga perut atau intra abdominal sangat menetukan tekanan di dalam vena
tersebut. Vena hemoroidalis inferior mengalirkan darah ke vena pudenda interna yang
kemudian melalui vena iliaka interna dan menuju sistem vena cava.
isinya menuju kelenjar limfe inguinal yang selanjutnya mengalir ke kelenjar limfe
iliaka. Infeksi dan tumor ganas pada daerah anorektal dapat mengakibatkan
simpatik berasal dari pleksus mesenterikus inferior yang berasal dari lumbal 2, 3, dan
4 yang berfungsi mengatur emisi air mani dan ejakulasi. Sedangkan untuk serabut
parasimpatis berasal dari sakral 2, 3, dan 4 yang berfungsi mengatur fungsi ereksi
penis dan klitoris serta mengatur aliran darah ke dalam jaringan. Hal ini menjelaskan
terjadinya efek samping dari pembedahan pada pasien-pasien dengan kanker rektum,
yaitu disfungsi ereksi dan tidak dapat mengontrol buang air kecil.7,8
[Sumber: Snell R. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. 6th ed. Jakarta:
1. Polip
pertama kali dideskripsikan oleh Duke pada tahun 1926. Evolusi dari kanker itu
sendiri merupakan sebuah proses yang bertahap, dimana proses dimulai dari
perkembangan polip menjadi kanker itu sekitar 5-10 tahun. Kebanyakan adenoma
tetap jinak, namun, jenis histologis, ukuran polip, dan bukti adanya displasia
Study dan St. Mark’s Hospital menunjukkan hampir 75-85% adenoma adalah
dasar yang luas. Hanya 1% polip yang diameternya kurang dari 1 cm menunjukan
transformasi menjadi ganas, sedangkan 50% polip yang diameternya lebih dari 2
- Ulseratif Kolitis
usia terkena kolitis dan berbanding lurus dengan keterlibatan dan keaktifan
seseorang dengan resiko tinggi dari kanker kolorektal pada ulseratif kronis
proktokolektomi pada pasien dengan kolitis yang durasinya lebih dari 8 tahun.
berhubungan dengan massa atau lesi, yang paling penting dari analisa
- Crohn’s Disease
ulseratif kronis. Keseluruhan insiden dari kanker yang muncul pada Crohn’s
Disease sekitar 20%. Pasien dengan striktur kolon mempunyai insiden yang
15
- Faktor Genetik
1. Riwayat Keluarga
kemungkinan untuk menderita kanker kolorektal dua kali lebih tinggi bila
kanker herediter yaitu riwayat kanker pada keluarga. Mutasi sangat jarang
terlihat pada adenoma yang lebih kecil dari 1 cm. Allelic deletion dari 17p
ditunjukkan lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan adenoma yang besar.
Dua sindrom yang utama dari sindrom ini menyebabkan kanker kolorektal
Gen yang bertanggung jawab untuk FAP yaitu gen APC yang
berlokasi pada kromosom 5q21. Adanya defek pada APC tumor supresor gen
usia 40 sampai 50 tahun. Pada FAP yang telah berlangsung cukup lama,
polipektomi yang aman dan adekuat dan ketika hal itu terjadi,
untuk polip harus dimulai pada saat usia muda. Pasien dengan FAP yang
diberi 400 mg celecoxib, dua kali sehari selama enam bulan mengurangi rata-
rata jumlah polip sebesar 28%. Tumor lain yang mungkin muncul pada
17
II. Dua generasi multipel yang dipengaruhi dengan kanker kolorektal muncul
bertanggung jawab pada defek eksisi dari abnormal repeating sequences dari
malignasi primer.
reaksi yang mirip dengan Crohn’s Disease (nodul limfoid, germinal centers,
HNPCC, pada keadaan ini adenoma kolon yang berukuran kecil dapat
menjadi karsinoma dalam 2-3 tahun, bila dibandingkan dengan proses pada
kanker kolorektal pada usia yang sangat muda dan sreening harus dimulai
pada usia 20 tahun atau lebih dini 5 tahun dari umur anggota keluarga yang
usia 68 tahun. Prognosis dari pasien HNPCC terlihat lebih baik daripada
- Diet
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging, dan diet
menunjukkan adanya hubungan antara serat dan kanker kolorektal. Ada dua
19
peningkatan level insulin, trigliserida dan asam lemak tak jenuh pada
sirkulasi. Faktor sirkulasi ini mengarah pada sel epitel kolon untuk
kegagalan diferensiasi dari daerah yang lemah akibat terpapar toksin yang tak
dapat dikenali dan adanya respon inflamasi fokal, karakteristik ini didapat dari
mediator oksigen reaktif. Hasil dari proliferasi fokal dan mutagenesis dapat
lumen kolon; (b) agen anti-inflamasi’ atau (c) anti-oksidan. Kedua mekanisme
- Gaya Hidup
resiko tiga kali untuk memiliki adenokarsinoma yang kecil, tapi tidak untuk
resiko dua setengah kali untuk 7000 kematian karena kolorektal di Amerika
terjadinya adenoma.
- Usia
Proporsi dari semua kanker pada usia lanjut (≥65 tahun) laki-laki dan
perempuan adalah 61% dan 56%. Frekuensi kanker pada pria usia lanjut
21
hampir 7 kali (2158 pe 100.000 orang per tahun) dan pada perempuan berusia
lanjut sekitar 4 kali (1192 per 100.000 orang per tahun) bila dibandingkan
dengan orang yang berusia lebih muda (30-64 tahun). Resiko dari kanker
50 tahun atau lebih dan hanya 3% dari kanker kolorektal muncul pada orang
dengan usia dibawah 40 tahun. Lima puluh lima persen kanker terdapat pada
usia ≥ 65 tahun, angka insiden 19 per 100.000 populasi yang berumur kurang
dari 65 tahun dan 337 per 100.000 pada orang yang berusia lebih dari 65
tahun.
D. Patofisiologi10,11,12
Pada mukosa rektum yang normal, sel-sel epitelnya akan mengalami regenerasi
setiap 6 hari. Pada keadaan patologis seperti adenoma, terjadi perubahan genetik yang
mengganggu proses diferensiasi dan maturasi dari sel-sel tersebut yang dimulai
terjadinya replikasi tak terkontrol. Peningkatan jumlah sel akibat replikasi tak
terkontrol tersebut akan menyebabkan terjadinya mutasi yang akan mengaktivasi K-ra
onkogen dan mutasi gen p53, hal ini akan mencegah terjadinya apoptosis dan
memperpanjang hidup sel. Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma
(muncul dari lapisan epitel usus) dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi
ganas dan menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke dalam tubuh
kolorektal, keduanya merupakan akibat dari mutasi. Jalur pertama, disebut jalur
yang menyebabkan akumulasi bertahap serangkaian onkogen dan gen penekan tumor.
Perubahan molekuler kanker kolon terjadi secara bertahap dimulai dari proliferasi
menjadi displastik, dan akhirnya berkembang menjadi kanker invasif. Hal ini disebut
APC merupakan faktor paling awal yang berperan dalam kejadian tersebut. Defek
gen ini pertama kali didapatkan pada sindrom familial adenomatous polyposis
(FAP) dan sindrom gardner, mutasi sel germinativum di gen APC menyebabkan
myelocytomatosis gene (MYC) dan siklin D1, yang mendorong proliferasi sel.
Mutasi APC terdapat pada 80% kanker kolon sporadik terdapat mutasi APC.37,38
b. Mutasi Kirsten rat sarcoma (K-RAS). Gen K-RAS mengkode suatu molekul
transduksi sinyal yang berpindah – pindah antara keadaan aktif terikat guanine
trifosat dan keadaan inaktif terikat guanosin difosfat. Rat sarcoma (RAS) yang
hilangnya APC. Gen ini mengalami mutasi pada kurang dari 10% adenoma yang
kurangnya kurang dari 1 cm, pada 50% adenoma yang lebih besar daripada 1 cm,
hingga 70 % kanker kolon. Tiga gen diketahui terletak di lokasi kromosom ini:
namun, DCC mengkode suatu molekul perekat sel yang disebut netrin-1, yang
komponen jalur sinyal transforming growth factor β (TGF- β). Karena sinyal
TGF- β biasanya menghambat siklus sel, hilangnya gen ini memungkinkan sel
d. Hilangnya p53. Hilangnya gen penekan tumor ini ditemukan pada 70% hingga
80% kanker kolon, kehilangan serupa jarang ditemukan pada adenoma, yang
kolorektal.
Jalur kedua ditandai dengan lesi genetik di DNA mismatch repair genes (gen
untuk memperbaiki ketidakcocokan DNA). Gen ini berperan pada 10–15% kasus
sporadik. Gangguan perbaikan DNA yang disebabkan oleh inaktivasi gen mismatch
repair genes merupakan hal yang mendasar dan sangat mungkin untuk mengawali
proses pembentukan kanker kolorektal. Mutasi herediter pada satu dari lima gen
Gen ini MLH1 merupakan salah satu yang sering terlibat dalam karsinoma kolon
menjadi tidak stabil selama replikasi DNA dan menyebabkan perubahan luas pada
gangguan molekular pada proses perbaikan ketidakcocokan DNA, sehingga jalur ini
sering disebut jalur MSI. Sebagian besar sekuensi mikrosatelit terletak di regio
noncoding gen sehingga mutasi gen ini mungkin tidak berbahaya. Namun, sebagian
sekuensi mikrosatelit terletak di region pengkode atau promontor gen yang berperan
growth factor β (TGF-β) tipe II dan Bcl-2-associated X protein (BAX). Sinyal TGF-β
menghambat pertumbuhan sel epitel kolon dan gen BAX menyebabkan apoptosis.
ini dan gen pengatur pertumbuhan lain yang memuncak pada timbulnya karsinoma
kolorektal.
26
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektum antara lain adalah:
1. Perubahan pada kebiasaan BAB atau adanya darah pada feses, baik itu darah
2. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak benar-benar kosong saat BAB.
4. Keluhan tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada
8. Pada tahap lanjut dapat muncul gejala pada traktus urinarius dan nyeri pada
daerah gluteus.
rektum
2. Stadium I/Duke A
Gambar 6. Stadium I
(Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins buku ajar patologi. 7th ed.
Jakarta: EGC; 2007. 654-56 p.11)
3. Stadium II/Duke B
dinding
terdekat
4. Stadium III/Duke C
Stage III A
-Sel kanker menembus sel mukosa, sub mukosa dan sel otot. Sel
-Sel kanker menembus sel mukosa, sub mukosa. Sel kanker dapat
Stage III B
- Sel kanker menyebar sampai sel otot, serosa tetapi tidak sampai ke
organ terdekat. Sel kanker menyebar 1-3 kelenjar getah bening
organ terdekat atau sel kanker terbentuk disekitar kelenjar getah
bening.
- Sel kanker menyebar sampai sel otot atau sel serosa. Sel kanker
menyebar 4-6 kelenjar getah bening terdekat
- Sel kanker menyebar dari sel mukosa sampai sel submukosa dan
mungkin dapat menyebar ke permukaan sel otot. Sel kanker
menyebar lebih dari 7 kelenjar getah bening
30
Stage III C
- Sel kanker menyebar dari sel otot sampai sel serosa atau sel serosa
- Sel kanker menyebar sampai sel serosa dan organ terdekat. Sel
5. Stadium IV/Duke D
>1 organ yang jauh dari rektum atau masuk ke lapisan dinding
abdomen.
32
Keterangan:
T : Tumor primer
Tx : Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 : Tidak terbukti adanya tumor primer
Tis : Carcinoma in situ, terbatas pada intraepitelial atau terjadi invasi pada lamina propia
T1 : Tumor menyebar pada submukosa
T2 : Tumor menyebar pada muskularis propria
T3 : Tumor menyebar menembus muskularis propria ke dalam subserosa atau ke dalam jaringan
sekitar kolon atau rektum tapi belum mengenai peritoneal.
T4 : Tumor menyebar pada organ tubuh lainnya atau menimbulkan perforasi peritoneum viseral.
N : Kelenjar getah bening regional/node
Nx : Penyebaran pada kelenjar getah bening tidak dapat di nilai
N0 : Tidak ada penyebaran pada kelenjar getah bening
N1 : Telah terjadi metastasis pada 1-3 kelenjar getah bening regional
N2 : Telah terjadi metastasis pada lebih dari 4 kelenjar getah bening
M : Metastasis
Mx: Metastasis tidak dapat di nilai
M0: Tidak terdapat metastasis
M1: Terdapat metastasis
34
F. Pemeriksaan Fisik
pembesaran kelenjar getah bening atau adanya hepatomegali. Sekitar 75% kanker
rektum dapat dipalpasi pada pemeriksaan rectal touche. Pemeriksaan rectal touche
akan mengenali tumor yang terletak sekitar 10 cm dari rektum, massa akan teraba
- Keadaan tumor: ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah
terhadap cincin anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung os.
Coccygeus.
- Mobilitas tumor: hal ini sangat penting untuk mengetahui prospek terapi
pembedahan. Lesi yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada lapisan
otot dinding rektum. Pada lesi yang sudah mengalami ulserasi lebih dalam
- Ekstensi penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan karakteristik
pertumbuhan primer dan sebagian lagi dari mobilitas atau fiksasi lesi.
G. Pemeriksaan Penunjang
antara lain:
1. Biopsi
Jika ditemukan tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus dilakukan,
yaitu sekitar 90-95% dari kanker usus besar. Jenis lainnya ialah karsinoma sel
tumors.
dengan volume tumor dan berhubungan dengan sisa tumor setelh reseksi. CEA
akan menurun sampai normal setelah 4-8 minggu post reseksi kuratif. 20-30%
kekambuhan tidak disertai dengan peningkatan CEA. CEA normal < 5ngr.
4. Foto Rontgen16
Foto rontgen dengan barium enema, yaitu cairan yang mengandung barium
yang dimasukkan melalui rektum untuk kemudian dilakukan foto rontgen. Barium
Pada pemeriksaan ini akan tampak filling defect biasanya sepanjang 5-6 cm
berbentuk anular atau apple core. Dinding usus tampak rigid dan gambaran
mukosa rusak.
Setelah penderita menelan barium, maka barium akan tampak putih pada
kerongkongan. Barium juga dapat diberikan dalam bentuk enema untuk melapisi
usus besar bagian bawah. Kemudian dilakukan foto rontgen untuk menunjukkan
adanya polip, tumor atau kelainan struktur lainnya. Prosedur ini bisa
Barium yang diminum atau diberikan sebagai enema pada akhirnya akan
dibuang kedalam tinja, sehingga tinja tampak putih seperti kapur. Setelah
barium.
sangat tinggi, tersedia diseluruh rumah sakit, dan cukup aman. Kelemahannya
5. Endoskopi
a. Sigmoidoscopi
b. Kolonoskopi
mencapai 160 cm. Kolonoskopi merupakan cara paling akurat untuk dapat
anestesi, dan perforasi) hanya muncul kurang dari 0,2% pada pasien.
kolonoskopi diagnostik.12,13
40
Gambar 15. A. Posisi kolonoskop dalam kolon. B. Gambaran mukosa usus besar saat
diendoskopi. C.Tip dari kolonoskop
[Sumber: Kerr DJ, Young AM, Hobbs RF. ABC of colorectal cancer. London: BMJ
Books; 200143]
menggunakan X-ray dan software komputer, untuk melihat dua dan tiga dimensi
dari seluruh usus dan rektum untuk mendeteksi polip dan kanker kolorektal.13
7. Imaging Technique
imaging yang digunakan untuk evaluasi, stagingm dan tindak lanjut pasien
dengan kanker kolon, tetapi teknik ini bukan merupakan screening test. 17
a. CT Scan
ovarium, kelenjar limfa, dan organ lainnya di pelvis. CT Scan sangat berguna
untuk mendeteksi rekurensi pada pasien dengan nilai CEA yang meningkat
memegang peranan penting pada pasien dengan kanker kolon karena sulitnya
dalam menentukan stage dari lesi sebelum tindakan operasi. Pelvic CT Scan
90% dan mendeteksi pembesaran kelenjar getah bening >1 cm pada 75%.
b. MRI
MRI lebih spesifik untuk tumor pada hepar dari pada CT Scan dan
itu, MRI dapat menentukan dengan akurasi yang tinggi atau yang
mesorektal. 14,16
42
dikerjaan tanpa memerlukan zat kontras. Kekurangan MRI berupa alat mahal,
waktu pemeriksaan cukup lama, pasien yang mengandung metal tidak dapat
diperiksa terutama alat pacu jantung, sedangkan pasien dengan wire dan sten
maupun pen boleh diperiksa, pasien claustrofobi (takut ruang sempit), dan
kedalam invasi tumor, terlebih untuk tumor rektal. Keakurasian dari EUS
sebesar 95%, 70% untuk CT dan 60% untuk rectal touche. Pada kanker
rektum, kombinasi pemakaian EUS untuk melihat adanya tumor dan rectal
kecil dan stadium awal. Transrectal biopsi dari kelenjar limfa perirektal
Ada beberapa pemeriksaan yang dilakukan untuk screening pada penderita yang
berisiko tinggi:
H. Penatalaksanaan
Beberapa jenis terapi tersedia untuk pasien kanker rektum. Beberapa adalah
terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis. Tiga terapi
1. Pembedahan
stadium I dan II kanker rektum, bahkan pada pasien suspek dalam stadium III
metode penetuan stadium kanker, banyak pasien kanker rektum dilakukan pre-
dan III. Pada pasien lainnya yang hanya dilakukan pembedahan, meskipun
sebagian besar jaringan kanker sudah diangkat saat operasi, beberapa pasien
1) Eksisi Lokal19
Jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor dapat dihilangkan
2) Reseksi 19
bagian dari otot levator ani dan dubur. Proses ini merupakan pengobatan yang
karsinoma terbatas.
histologi.
2. Radiasi19
Sebagaimana telah disebutkan, untuk banyak kasus stadium II dan III lanjut,
lain radioterapi adalah sebagai terapi tambahan untuk pembedahan pada kasus
tumor lokal yang sudah diangkat melalui pembedahan, dan untuk penanganan
telah menurunkan resiko kekambuhan lokal di pelvis sebesar 46% dan angka
kematian sebesar 29%. Pada penanganan metastasis jauh, radiasi telah berguna
mengurangi efek lokal dari metastasis tersebut, misalnya pada otak. Radioterapi
umumnya digunakan sebagai terapi paliatif pada pasien yang memiliki tumor
3. Kemoterapi19
pada pasien dimana tumornya menembus sangat dalam atau tumor lokal yang
bergerombol (Stadium II lanjut dan stadium III). Terapi standarnya ialah dengan
enam sampai dua belas bulan. 5-FU merupakan anti metabolit dan leucovorin
karena selain praktis juga ekonomis. Dalam pertemuan ASCO (American Society
mempunyai efek sama dengan protokol Mayo dalam harapan hidup tetapi efek
samping lain dari capetabine yang sering dijumpai adalan Hand foot syndrome.
kriteria:
- Tepi sayatan dengan penentuan batas yang terlalu dekat dengan tumor atau
sulit ditentukan
49
Beberapa protokol atau cara pemberian sitostatika pada kanker kolon dan
- Protokol Mayo: Leucovorin 20 mg/m2 IV bolus, hari 1-5; 5-FU 425 mg/m2
1,8,15,22,29, dan 36; 5-FU 500 mg/m2 IV selama 1 jam setelah leucovorin
5-FU 400 mg/m2 IV bolus, kemudian 600 mg/m2 IV selama 22 jam kontinu,
I. Prognosis19,20
stadium I – 72%, stadium II – 54%, tadium III – 39%, stadium IV – 7% . Lima puluh
persen dari seluruh pasien mengalami kekambuhan yang dapat berupa kekambuhan
lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering terjadi pada penyakit
kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama setelah operasi.
50
kemampuan ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan kemampuan untuk memperoleh
kekambuhan lokal, jauh maupun keduanya. Kekambuhan lokal lebih sering terjadi.
Penyakit kambuh pada 5-30% pasien, biasanya pada 2 tahun pertama setelah operasi.
ahli bedah, stadium tumor, lokasi, dan kemapuan untuk memperoleh batas - batas
negatif tumor.
dengan well differentiated. Bila dijumpai gambaran agresif berupa ”signet ring cell”
Beberapa faktor seperti letak tumor, penetrasi dinding usus, keterlibatan kelenjar
limfa, perforasi rektum pada saat diseksi dan diferensiasi tumor diduga sebagai faktor
BAB III
DISKUSI
usia 56 tahun rujukan dari dr. Helfi Nikijuluw, Sp.B-KBD, Pasien mengeluhkan BAB
disertai darah dan lendir sejak 1tahun sebelum masuk Rumah Sakit. Tinja yang keluar
bercampur darah yang berwarna merah segar. Terkadang darah menetes saat
mengedan sebelum tinja keluar, darah yang keluar sebanyak ¼ gelas gelas kecil
setiap kali BAB. Lendir yang keluar bersama tinja lebih banyak daripada saat BAB
biasanya. Pasien merasakan panas di bagian anusn ya saat BAB dan mulas
pada perutnya. Pasien harus mengedan dan membutuhkan waktu yang lama untuk
mengeluarkan tinja tetapi tinja yang keluar sedikit dan bentuknya tipis seperti pita
dan sering merasa tidak puas saat BAB. Selain itu pasien juga mengaku masih bisa
kentut. Namun setelah BAB pasien merasa lemas, dan nyeri perut disertai muntah,
pusing berputar dan demam hingga mengigil. Selera makan berkurang, Berat badan
pasien terus berkurang dalam 1 tahun terakhir yang terlihat dari ukuran celananya
Tanda dan gejala yang mungkin muncul pada kanker rektum yaitu perubahan
pada kebiasaan BAB atau adanya darah dan lendir pada feses, baik itu darah segar
maupun yang berwarna hitam. Diare, konstipasi atau merasa bahwa isi perut tidak
benar-benar kosong saat BAB, ukuran feses yang lebih kecil dari biasanya. Keluhan
52
tidak nyaman pada perut seperti sering flatus, kembung, rasa penuh pada perut atau
nyeri, penurunan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya, mual dan muntah,
rasa letih dan lesu. Pada tahap lanjut nyeri dirasakan pada daerah anus saat BAB.
3x2 cm, permukaan tidak rata (berbenjol-benjol), immobile, rapuh, nyeri dan
perdarahan tidak ada. Pada tonus sfingter ani didapatkan normotoni, mukosa rectum
licin, teraba massa ukuran 4x4cm arah jam 9 pada posisi LLD, konsistensi keras,
permukaan berbenjol, tidak dapat digerakkan, nyeri tekan (-). Prostat teraba prostat
arah jam 3 pada posisi LLD, konsistensi lunak, pool atas dan pool bawah teraba
ekstensi lesi pada dinding rektum serta letak bagian terendah terhadap cincin
anorektal, cervix uteri, bagian atas kelenjar prostat atau ujung os. Coccygeus.
Mobilitas tumor sangat penting untuk mengetahui prospek terapi pembedahan. Lesi
yang sangat dini biasanya masih dapat digerakkan pada lapisan otot dinding rektum.
Pada lesi yang sudah mengalami ulserasi lebih dalam umumnya terjadi perlekatan dan
prostat, buli-buli, dinding posterior vagina, atau dinding anterior uterus. Ekstensi
penjalaran yang diukur dari besar ukuran tumor dan karakteristik pertumbuhan primer
dan sebagian lagi dari mobilitas atau fiksasi lesi. Dari pemeriksaan colok dubur
53
(Rectal Touche) dapat diketahui adanya tumor rektum, jarak tumor dari anus, posisi
tumor, melingkar atau menyumbat lumen, serta perlengketan dengan jaringan sekitar.
kimia dalam batas normal, namun pada pemeriksaan endoskopi didapatkan adanya
untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid, apakah terdapat polip kanker atau
sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk biopsi. Flexible
sigmoidoscopi setiap 5 tahun dimulai pada usia 50 tahun merupakan metode yang
mengidentifikasi dari lesi yang proksimal dan lesi distal. Kolonoskopi mempunyai
sensitivitas terbaik pada metode screening yang ada saat ini. Tingkat sensitivitas
sebesar 95% dan spesifisitasnya 90%. Kerugian kolonoskopi adalah biaya, resiko
pemberian obat sedasi. Umumnya secara endoskopi bentuk kanker kolorektal ialah
polipoid yang ireguler, anular seperti bunga kol, striktura, sirkular, dan dapat
serta pemasangan NGT terbuka dan kateter urin, dengan tindakan defenitif yaitu
pembedahan reseksi anterior pada tumor rektum dan appendektomi. Terapi cairan
melawan bakteri yang resisten terhadap antibiotik lainnya; efektif terhadap bakteri
gram negatif dan anaerob; mampu mengabsorpsi kedalam sel dan mengikat DNA
secara kompetitif histamin pada reseptor H2 sel parietal yang menghambat sekresi
asam lambung tanpa mengganggu sekresi pepsin, dan faktor intrinsik lambung yang
distimulasi penta pepsin dan serum gastrin. Pemberian ceftriaxon karena merupakan
dinding sel bakteri sehingga bakteri akan lisis karena aktivitas enzin autolitik
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell R. Anatomi klinik untuk mahasiswa kedokteran. 6th ed. Jakarta: EGC;
2004.
4. Ellis H. Clinical anatomy applied anatomy for students and junior doctors. 8th
5. Altekruse SF. SEER cancer statistics review 1975-2007. Natl Cancer Inst
7. Moore KL, Agur AMR. Chapter 2. Abdomen. In: Moore KL, Agur AMR.
Essential Clinical Anatomy. 3rd Lippincott & Williams Wilkins. 2011. p. 118-
204.
9. Silbernagl S. Color atlas of physiology. 5th ed. New York: Thieme; 2003.
56
10. Muchtadi D. Sayuran sebagai sumber serat pangan untuk mencegah timbulnya
11. Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Robbins buku ajar patologi. 7th ed. Jakarta:
12. Sabiston. Sabiston textbook of surgery the biological basic of modern surgical
13. R S. Buku ajar ilmu bedah sjamsuhidajat-de jong. 3rd ed. Jakarta: EGC; 2010.
783-80 p.
14. Winaktu G. Peran serat makanan dalam pencegahan kanker kolorektal. J Kedok
15. Siregar GA. Deteksi dini dan penatalaksaan kanker usus besar. [Medan]:
17. America cancer Society. Colorectal cancer facts & figures 2011-2013. Atlanta
18. Kementrian Kesehatan RI. Pedoman interpretasi data klinik. Jakarta: Kementrian
19. Feig B, Berger D, Fuhrman G. Anderson surgical oncology handbook. 4th ed.
20. Skeel R. Handbook of cancer chemotherapy. 7th ed. Toledo, Ohio: Lippincott