Nim : 11.2013.292
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. NN Suami : Tn. MJ
Usia : 39 tahun Usia : 41 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : D3
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta
Alamat : Bacin RT 05 RW 01, Bae-Kudus
Hamil : GIII PI AI
HPHT : 1 Juni 2014
B. Anamnesis
Pasien masuk RS 13 Maret 2015 pukul 22.25 WIB
Keluhan utama:
Perut mulai kencang-kencang sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan:
Keluar cairan coklat
Page 1
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dengan keluhan perut sudah mulai terasa kencang-kencang dan keluar cairan
coklat sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien dirujuk ke RS oleh bidan. Pasien
mengatakan bahwa saat diperiksa bidan masih pembukaan III. Pasien rutin memeriksakan
kehamilannya di poliklinik kebidanan. Perut kencang-kencang dirasakan hilang timbul.
Pasien memiliki nafsu makan yang baik. Riwayat BAB dan BAK lancar. Pasien tidak
memilik riwayat penyakit kronis. Pasien tidak pernah operasi. Ini merupakan kehamilan
ketiga. Pasien pernah keguguran pad kehamilan kedua. Pasien memiliki riwayat menstruasi
teratur. Pasien memiliki HPHT 1 Juni 2014 dengan HPL 8 Maret 2015. Saat ini pasien hamil
41 minggu.
Riwayat Kehamilan:
ANC rutin di poliklinik obsgyn, masalah yang ditemukan pada kehamilan 41 minggu adalah
partus macet
Riwayat Haid:
- Menarche : 13 tahun
- Haid teratur, tidak nyeri
- Siklus haid : 28 hari
- Lama haid : 4 hari
- HPHT : 1 Juni 2014
- HPL : 8 Maret 2015
Page 2
3 Hamil ini
Riwayat Perkawinan
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit sedang, compos mentis
TD: 120/70 mmHg; Nadi: 84x/menit; RR: 20x/menit ; S: 36,3C
Berat Badan : 60 kg; Tinggi Badan : 155 cm
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Jantung : BJ I-II regular murni, gallop (-), murmur (-)
Thorax : SN Vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : Tampak membuncit sesuai masa kehamilan, tampak linea nigra dan
striae gavidarum. Bising usus (+), nyeri tekan (-)
Ekstremitas : Edema (-/-), reflex fisiologis (+/+), reflex patologis (-/-)
o STATUS OBSTETRIKUS
Pemeriksaan Luar:
- Inspeksi : perut membuncit, striae gravidarum (+), linea nigra (+)
- Palpasi :
TFU : 33 cm
Leopold I : teraba bagian bulat, lunak, tidak melenting
Leopold II : teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan dan teraba bagian
Page 3
kecil di sebelah kiri
Leopold III: teraba bagian bulat, keras, dan melenting
Leopold IV: Kepala belum masuk PAP
- Auskultasi : Denyut jantung janin (+) 140 x/menit, teratur
- His : (+) sering = 2x dalam 10 menit selama 30 detik
Periksa Dalam
- Vulva dan vagina : Tidak ada kelainan
- Pembukaan 3 cm, KK (-), Effismen 25%, portio: tebal lunak
- Teraba kepala HI UUB kiri
- Taksiran berat janin : (33 13) x 155 = 3100 gram
D. Pemeriksaan Penunjang
- Hemoglobin 12,5 gram/dL
- Leukosit 11,76 ribu
- Hematokrit 36,3%
- Trombosit 266 ribu
- MCV 89,9 fL
- MCH 30,7 pg
- MCHC 34,2%
- Waktu Perdarahan/BT 1,30 menit
- Waktu Pembekuan/CT 5,00 menit
E. Ringkasan
Pasien datang dengan keluhan perut sudah mulai terasa kencang-kencang dan keluar cairan
coklat sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien dirujuk ke RS oleh bidan. Pasien
mengatakan bahwa saat diperiksa bidan masih pembukaan III. Pasien rutin memeriksakan
kehamilannya di poliklinik kebidanan. Perut kencang-kencang dirasakan hilang timbul. Pasien
memiliki nafsu makan yang baik. Riwayat BAB dan BAK lancar. Pasien tidak memilik riwayat
penyakit kronis. Pasien tidak pernah operasi. Ini merupakan kehamilan ketiga. Pasien pernah
Page 4
mengalami keguguran pada kehamilan kedua. Pasien memiliki riwayat menstruasi teratur. Pasien
memiliki HPHT 1 Juni 2014, dengan HPL 8 Maret 2015. Saat ini pasien hamil 41 minggu.
Pada pemeriksaan fisik obstetric didapatkan inspeksi: perut membuncit, striae gravidarum (+),
linea nigra (+). Palpasi: tinggi fundus uteri 33 cm, Leopold I: teraba bagian bulat, lunak, tidak
melenting, Leopold II: teraba bagian memanjang dan keras di sebelah kanan dan teraba bagian
kecil di sebelah kiri, Leopold III: teraba bagian bulat, keras, dan melenting, Leopold IV: kepala
belum masuk PAP.
Pada pemeriksaan dalam didapatkan: pembukaan 3 cm, effismen 25%, KK (-), portio tebal
lunak, teraba kepala Hodge I, UUB kiri. DJJ 140x/menit, teratur, His 2x dalam 10 menit selama
30 detik.
F. Diagnosis Kerja
G. Laporan Persalinan
Page 5
DJJ : 140 x/menit, teratur
PPV : air
VT : 3 cm, effismen 25% , KK (-), portio tebal, lunak, presentasi kepala H I,
UUB kiri
A : GIII PI AI 39 tahun hamil 41 minggu
Anak I hidup intrauterine
Presentasi terendah kepala, puka
In partu kala I fase laten
P : Pengawasan 10
Infus RL 20 tpm
Evaluasi tiap 4 jam
Page 6
14 Maret 2015, pukul 04.00 WIB
S : pasien merasa perut semakin kencang dan mules. Pasien merasa ingin mengejan
O : keadaan umum baik, kesadaran compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5C
His : 2x dalam 10 menit dalam 10 menit selama 30 detik
DJJ : 146 x/menit, teratur
PPV : air
VT : lengkap, effismen 25% , KK (-), portio tipis, lunak, presentasi kepala HII,
UUB bawah
A : GII PI A0 39 tahun hamil 41 minggu
Anak I hidup intrauterine
Presentasi terendah kepala, puka
In partu kala II
Letak puncak kepala
P : Pimpin mengejan
Pengawasan 9
Infus RL 20 tpm
Page 7
PPV : air
VT : lengkap cm, effismen 25% , KK (-), portio tipis, lunak, presentasi kepala
HIII, UUB tengah
A : GIII PI AI 39 tahun hamil 41 minggu
Anak I hidup intrauterine
Presentasi terendah kepala, puka
Partus macet dengan letak puncak kepala
P : Akhiri persalinan dengan Sectio Caesar Transperitoneal Profunda
Pengawasan 9
Infus RL 20 tpm
Page 8
Instruksi pasca tindakan
- Infus RL/ Nacl / D5 25 tpm
- Ceftriaxone 2x1 gram IV
- Tramadol 3x 50mg IV
- Alinamin F 2x1 amp IV
- Kaltrofen (Ketoprofen) 2x 50mg
- Vit C 1x1
- Cek Hb post operasi
- Tidur bantal tinggi
Page 9
Vit C 1x1
16 Maret 2015, pukul 07.20 WIB
S : nyeri luka post operasi
O : keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis
TD : 120/80 mmHg
Nadi : 88 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5C
Mata : sclera ikterik (-/-), konjungtiva anemis (-/-)
Pulmo : SN (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Cor : BJ I,II murni regular, murmur (-), gallop (-)
Mammae: putting menonjol, ASI: (+/+)
TFU : 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi uterus (+)
PPV : lochia (+)
A : PII AI 3( tahun
Post SC hari ke 2 a/i partus macet dan letak puncak kepala
P : Ceftriaxone 2x1 gram IV
Tramadol 3x 50mg IV
Alinamin F 2x1 amp IV
Kaltrofen (Ketoprofen) 2x 50mg
Vit C 1x1
Page 10
A : PII AI 39 tahun
Post SC hari ke 3 a/i partus macet dan letak puncak kepala
P : Cefixime 1x 400mg
Kaltrofen (ketoprofen) 2 x 50 mg
Pospargin (metylergometrin) 2 x 0,2 mg
Zegavit (multivitamin dan zinc) 1 x 1
Edukasi: makan protein tinggi, kalori, vitamin, dan mineral yang cukup, jaga kebersihan
diri, ASI eksklusif 6 bulan, kontrol di poliklinik obgyn 1 minggu.
Boleh pulang
Page 11
TINJAUAN PUSTAKA
Epidemiologi
Insidens distosia pada usia 20 35 tahun sebesar 73,6%, usia > 35 tahun 23,1% dan usia
< 20 tahun 3,3%. Pada paritas 0 dengan persentasi sebesar 43,2%, paritas 1-3 dengan persentasi
sebesar 35,9% dan pada paritas > 3 dengan persentasi sebesar 20,9%.
Berdasarkan survei Profil Kesehatan Indonesia tahun 2007, diketahui bahwa distosia
merupakan penyebab langsung kematian ibu maternal sebesar 5%.
Etiologi
Penyebab kemacetan dapat terjadi karena:
Kelainan His
His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada jalan lahir
yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat diatasi dapat megakibatkan
kemacetan persalinan. His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang
kemudian menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi kekutan
pada fundus uteri, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau
tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri (frekuensinya, lamanya,
kuatnya dan relaksasinya) serta besarnya caput succedaneum.2,3
Page 12
Adapun jenis-jenis kelainan his sebagai berikut: 3
1. Inersia uteri
His bersifat biasa, yaitu fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian
lain. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontaksi berlangsung terlalu lama dapat
meningkatkan morbiditas ibu dan mortalitas janin. Keadaan ini dinamakan dengan inersia uteri
primer. Jika setelah berlangsungnya his yang kuat untuk waktu yang lama dinamakan inersia
uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung lama (hingga
menimbulkan kelelahan otot uterus) maka inersia uterus sekunder jarang ditemukan.3
His yang terlalu kuat dan terlalu efisien menyebabkan persalinan selesai dalam waktu yang
sangat singkat. Partus yang sudah selesai kurang dari tiga jam disebut partus presipitatus. Sifat
his normal, tonus otot diluar his juga normal, kelainannya hanya terletak pada kekuatan
his. Bahaya dari partus presipitatus bagi ibu adalah perlukaan pada jalan lahir, khususnya
serviks uteri, vagina dan perineum. Sedangkan bagi bayi bisa mengalami perdarahan dalam
tengkorak karena bagian tersebut menglami tekanan kuat dalam waktu yang singkat2.
Disini kontraksi terus tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah, tidak
adanya dominasi fundal, tidak adanya sinkronisasi antara kontraksi daripada bagian-
bagiannya. Dengan kekuatan seperti ini, maka tonus otot terus meningkat sehingga
mengakibatkan rasa nyeri yang terus menerus dan hipoksia janin. Macamnya adalah hipertonik
lower segment, colicky uterus, lingkaran kontriksi dan distosia servikalis3.
Kelainan Mengejan
Pada umumnya persalinan kala II kemajuannya sangat dibantu oleh hejan perut, yang biasanya
dikerjakan bersama-sama pada waktu his. Kelainan mengejan disebabkan oleh:3
1. Otot dinding perut lemah
2. Distasis recti, abdomen pendulans dan jarak antara kedua m. recti lebar
3. Refleks mengejan hilang oleh karena pemberian narkose atau anestesi
Page 13
4. Kelelahan (otot dinding perut menjadi lemah)
b. Faktor Janin
Dapat disebabkan oleh janin yang besar, adanya malposisi dan malpresentasi, kelainan letak
bagian janin, distosia bahu, malformasi dan kehamilan ganda. 3
Letak : Defleksi :
- Presentasi Puncak Kepala
- Presentasi Muka
- Presentasi Dahi
Posisi Oksiput Posterior Persisten
- Kadang kadang ubun ubun kecil tidak berputar ke depan, tetapi tetap berada di
belakang
- Letak belakang kepala ubun ubun kecil melintang karena kelemahan his dan kepala
janin bundar.
Page 14
oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan bagian terbawah kurang menutupi pintu
atas panggul sehingga ketuban sangat menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala
tetap tidak dapat menekan cerviks karena tertahan pada pintu atas panggul. Selain itu persalinan
yang lama juga disebabkan karena adanya moulage kepala yang hebat sehingga dapat melewati
pintu atas panggul ,dan ini memerlukan waktu yang lama.
Bidang tengah panggul dikatakan sempit bila jumlah diameter transversa dan diameter
sagitalis posterior 13,5 cm (N = 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm), diameter antar spina 9 cm. Pada
panggul tengah yang sempit, lebih sering ditemukan posisi oksipitalis posterior persisten atau
presentasi kepala dalam posisi lintang tetap (transverse arrest).
Pintu bawah panggul dikatakan sempit bila jarak antara tuber ossis ischii 8 cm dan
diameter transversa + diameter sagitalis posterior < 15 cm (N =11 cm+7,5 cm = 18,5 cm), hal ini
dapat menyebabkan kemacetan pada kelahiran janin ukuran biasa. 3
d. Faktor penolong
Diakibatkan pertolongan yang salah dalam manajemen persalinan yaitu ;
- Salah pimpin
- Manipulasi (Kristeler)
Page 15
e. Faktor psikologis
Suatu proses persalinan merupakan pengalaman fisik sekaligus emosional yang luar biasa bagi
seorang wanita. Aspek psikologis tidak dapat dipisahkan dari aspek fisik satu sama lain. Bagi
wanita kebanyakan proses persalinan membuat mereka takut dan cemas. Ketakutan dan
kecemasan inilah yang dapat menghambat suatu proses persalinan. Dengan persiapan antenatal
yang baik, diharapkan wanita dapat melahirkan dengan mudah, tanpa rasa nyeri dan dapat
menikmati proses kelahiran bayinya. 3
Definisi
Presentasi puncak kepala adalah keadaan dimana puncak kepala merupakan bagian
terendah, hal ini terjadi apabila derajat defleksinya ringan. (Wiknjosastro,2002).
Page 16
kepala yang maksimal, sedangkan lingkaran kepala yang melalui jalan lahir adalah
sirkumferensia frontooksipitalis dengan titik perputaran.
Etiologi
Menurut statistik hal ini terjadi pada 1% dari seluruh persalinan. Letak defleksi ringan
dalam buku synopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi (2002) biasanya disebabkan:
1. Kelainan panggul (panggul picak)
2. Kepala bentuknya bundar
3. Anak kecil atau mati
4. Kerusakan dasar panggul
Diagnosis
Pada pemeriksaan dalam didapati UUB paling rendah dan berputar ke depan atau sesudah
anak lahir caput terdapat di daerah UUB.
Page 17
2. Auskultsi
Denyut jantung janin terdengar paling keras di kuadran bawah perut ibu, pada sisi yang
sama dengan punggung janin
3. Pemeriksaan vaginal
a. Sutura sagitalis umumnya teraba pada diameter transversa panggul,
b. Kedua ubun ubun sama sama dengan mudah dapat diraba dan dikenal. Keduanya sama
tinggi dalam panggul.
4. Pemeriksaan sinar-X
Pemeriksaan radiologis membantu dalam menegakkan diagnosis kedudukan dan menilai
panggul.
Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan pada presentasi puncak adalah sebagai berikut :
a. Bagian terendah: puncak kepala
b. Putaran paksi dalam UUB berputar ke simfisis
c. Kelahiran kepala: UUB lahir, kemudian dengan glabella (batas rambut dahi) sebagai
hipomoglion, kepala fleksi sehingga lahirlah oksiput melalui perineum.
Lingkaran kepala yang melewati panggul adalah cirkum fronto occiput sebesar 34 cm,
karenanya partus akan berlangsung lebih lamadibanding pada persalinan normal dimana
diameter yang melewati panggul adalah circum suboksipitobregmatikus (32 cm).
Kepala masuk panggul paling sering pada diameter transversa PAP. Kepala turun perlahan
lahan, dengan ubun ubun kecil dan dahi sama tingginya (tidak ada fleksi maupun ekstensi) dan
dengan sutura sagitalis pada diameter transversa panggul, sampai puncak kepala mencapai dasar
panggul. Sampai di sini ada beberapa kemungkinan penyelesaiannya:
1. Paling sering kepala mengadakan fleksi, UUK berputar ke depan, dan kelahiran terjadi
dengan kedudukan occipitoanterior
Page 18
2. Kepala mungkin tertahan pada diameter transverse panggul. Diperlukan pertolongan operatif
untuk deep transverse arrest
3. Kepala mungkin berputar ke belakang dengan atau tanpa fleksi. UUK menuju ke lengkung
sacrum dan dahi ke pubis. Mekanismenya adalah kedudukan UUK belakang menetap.
Kelahiran dapat spontan atau dengan cara operatif.
4. Kadang kadang sekali kelahiran dapat terjadi dengan sutura sagitalis pada diameter
transversa.
5. Kadang kadang kepala mengadakan ekstensi, dan mekanismenya menjadi prsentasi muka
atau dahi.
Prognosis
Meskipun persalinan sedikit lebih lama dan lebih sukar daripada persalinan normal baik
bagi ibu maupun anaknya, prognosisnya cukup baik. Umumnya terjadi fleksi dan melanjut ke
persalinan normal (Mochtar, 2002).
Komplikasi
Pada ibu dapat terjadi partus yang lama atau robekan jalan lahir yang lebih luas. Selain
itu karena partus lama dan moulage hebat, maka mortalitas anak agak tinggi (9%) (Mochtar,
2002).
Penatalaksanaan
a. Dapat ditunggu kelahiran spontan
b. Episiotomi
c. Bila 1 jam dipimpin mengejan tak lahir, dan kepala bayi sudah didasar panggul, maka
dilakukan ekstraksi forceps atau vakum. Usahakan lahir pervaginam karena kira-kira 75 %
bisa lahir spontan. Bila ada indikasi ditolong dengan vakum/forsep biasanya anak yang lahir
di dapati caput daerah UUB (Mochtar, 2002).
Page 19
Daftar Pustaka
Page 20