Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

PENYAKIT FRAKTUR OS NASAL PADA ANAK


DI RUANG INSTALANSI BEDAH SENTRAL
RSUD ULIN BANJARMASIN

Disusun Oleh:
Noor Hikmah
NIM: 11194692110113

UNIVERSITAS SARI MULIA BANJARMASIN


FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2021
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL KASUS : Penyakit Fraktur Os Nasal Pada Anak
NAMA MAHASISWA : Noor Hikmah
NIM : 11194692110113

Banjarmasin, 26 Oktober 2021


Menyetujui,
RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Mahyudi, S.Kep.,Ns M.Riduansyah,Ns.,M.Kep


NIK.1967072819988021001 NIK.1166072017105
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL KASUS : Penyakit Fraktur Os Nasal Pada Anak
NAMA MAHASISWA : Noor Hikmah
NIM : 11194692110113

Banjarmasin,26 oktober 2021

Menyetujui,
RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

Mahyudi, S.Kep.,Ns M.Riduansyah,Ns.,M.Kep


NIK.1967072819988021001 NIK.1166072017105

Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi Profesi Ners

Mohammad Basit, S.Kep.,Ns.,MM


NIK.1166102012053
Tinjauan Pustaka

A. Anatomi dan Fisiologi

Setengah bagian bawah dari hidung disokong oleh 2 kartilago


lateral atas, 2 kartilago lateral bawah, dan kartilago quadrangularis
Kartilago lateral atas memiliki artikulasi jenis fibrosa di bagian
superiornya dengan os nasal, di bagian medialnya dengan kartilago
quadrangularis medial, dan di bagian inferiornya dengan kartilago
lateral bawah. Konfigurasi berbentuk sayap burung camar ini
memberikan dukungan yang penting untuk katup nasal internal,
bagian dari tahanan terbesar terhadap aliran udara inspirasi.
Kartiloago lateral bawah terdiri dari crus medial dan lateral dalam
konfigurasi berbentuk “sayap burung camar” yang sama. Terdapat
hubungan secara fibrosa di bagian superiornya dengan kartilago
lateral atas, dan di bagian medialnya satu sama lain. Kartilago lateral
bawah tebal dan menggambarkan kontur dari apex nasal dan nostril.
Kartilago quadrangularis bertindak sebagai tiang tenda, memberikan
sokongan untuk apex dan dorsum nasi. (Rubinstein Brian, 2011)
B. Pengertian
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai
oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi,
pemendekan, dan krepitasi.Fraktur adalah teputusnya jaringan
tulang/tulang rawan yang umumnya sdisebabkan oleh ruda paksa.
Fraktur os nasal adalah truma tulang rawan pada nasal yang
disebabkan oleh ruda paksa, missal : kecelakaan, benturan hebat
yang ditandai oleh rasa nyeri, pembengkakan, deformitas, dan lain-
lain. Fraktur tulang hidung dapat mengakibatkan terhalangnya
jalan pernafasan dan deformitas pada hidung. Jenis dan kerusakan
yang timbul tergantung pada kekuatan, arah dan mekanismenya.
Terdapat beberapa jenis fraktur hidung antara lain (Robinstein, 2011)

C. Etiologi
1.Trauma
2.Langsung (kecelakaan lalulintas)
3.Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk
sehingga terjadi fraktur tulang belakang)
4.Patologis : Metastase dari tulang
5.Degenerasi
6.Spontan
7.Terjadi tarikan otot yang sangat kuat
D. Manifestasi Klinik
 Nyeri
 Deformitas
 Krepitasi
 Bengkak
 Peningkatan temperatur lokal
 Pergerakan abnormal
 Ecchimosis
 Kehilangan fungsi
 Kemungkinan lain

E. Patofisiologi
Gangguan traumatik os dan kartilago nasal dapat menyebabkan
deformitas eksternal dan obstruksi jalan napas yang bermakna. Jenis
dan beratnya fraktur nasal tergantung pada kekuatan, arah, dan
mekanisme cedera. Sebuah benda kecil dengan kecepatan tinggi
dapat memberikan kerusakan yang sama dengan benda yang lebih
besar pada kecepatan yang lebih rendah. Trauma nasal bagian
lateral yang paling umum dan dapat mengakibatkan fraktur salah
satu atau kedua os nasal. Hal ini sering disertai dengan dislokasi
septum nasal di luar krista maxillaris Dislokasi septal dapat
mengakibatkan dorsum nasi berbentuk S, asimetri apex, dan
obstruksi jalan napas. Trauma frontal secara langsung pada
hidung sering menyebabkan depresi dan pelebaran dorsum nasi
dengan obstruksi nasal yang terkait. Cedera yang lebih parah dapat
mengakibatkan kominusi pecah menjadi kecil-kecil seluruh piramida
nasal. Jika cedera ini tidak didiagnosis dan diperbaiki dengan tepat,
pasien akan memiliki hasil kosmetik dan fungsional yang jelek.
Diagnosis fraktur nasal yang akurat tergantung pada riwayat dan
pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Riwayat yang lengkap
meliputi penilaian terhadap kekuatan, arah, dan mekanisme
cedera munculnya epistaksis atau rhinorea cairan serebrospinalis,
riwayat fraktur atau operasi nasal sebelumnya, dan obstruksi
nasal atau deformitas nasal eksterna setelah

Cedera. Pemeriksaan fisik yang paling akurat jika dilakukan


sebelum timbulnya edema pasca trauma. Pemeriksaan ini
memerlukan pencahayaan yang cukup lampu kepala atau otoskop,
instrumentasi spekulum hidung, dan suction sebaiknya tipe
Frasier. Inspeksi pada bagian dalam hidung sangat penting
(Rubinstein, 2011).
F. Pathway Fraktur Os Nasal

Pembedahan
Fraktur Os Nasal

Pre operasi Intra Pendarahan Post Prosedur


nasal anastesi
invasif

Pembiusan
Resiko Pendarahan
Trauma facial (D.0012)
kombinasi
Penekanan
anestesi
pada
topikal dan
pernafasan
infiltrasi
Periksa kesehatan
Pemasanan
sebelum operasi
tampon pada Penekanan pada
hidung saraf pusat

Lakukan puasa
Fiksasi
sebelum operasi
Monitor
Perubahan kesadaran
Penurunan suplai
persepsi
O2
Reposisi nasal penciuman

Bersihan jalan Post de entre


nafas tidak kuman
Nafsu makan efektif (D.0001)
Depisit
menurun
pengetahuan
Resiko infeksi

Ansietas Dafisit nutrisi Depresi saraf


(D.0080) (D.0019) nyeri

Nyeri akut
Sumber : PPNI (2018). (D.0077)
G. Komplikasi
1. Deviasi hidung Deviasi dapat terjadi pada septum nasal, tulang
nasal atau keduanya.
2. Bleeding
3. Saddling
4. Kebocoran cairan serebrospinal
5. Komplikasi orbital (Hidayat, 2011)

H. Penatalaksanaan Medis
1.Penatalaksanaan Awal
a.Pertolongan pertama ( emergency )
b.Resusitasi
c.Penilaian klinis

2.Teori tentang pre op


Pre operasi adalah waktu dimulai ketika keputusan untuk
informasi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja
operasi. Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun
kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan.
Sehingga pasien memerlukan pendekatan untuk mendapatkan
ketenangan dalam menghadapi operasi (Brunner & Suddarth, 2014).

3. Enam prinsip umum pengobatan fraktur


a) Jangan membuat keadaan lebih jelek komplikasi pengobatan
latrogenik mal praktek.
b) Pengobatan berdasarkan diagnosis dan prognosis yang akurat
c) Seleksi pengobatan
 Menghilangkan nyeri
 Memperoleh posisi fragmen yang baik
 Mengusahakan penyambungan tulang
 Pengembalian fumgsi yang obtimal
d) Mengingat proses penyembuhan secara alami
e) Bersifat realistic dan praktek dalam memilih jenis pengobatan
f) Seleksi pengobatan sesuai dengan penderita secara individu
4. AR sebelum melakukan pengobatan definitive.
a) Recognition ; diagnosis dan penilaian fraktur
 Lokasi fraktur
 Bentuk fraktur
 Tahnik sesuai fraktur
 Komplikasi yang mungkin terjadi
b) Reduction ; perlu bila restorasi frakturuntuk mendapatkan posisi
yang dapat diterima.
c) Retention ; mobilisasi fraktur.
d) Rehabilitasi
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan gangguan Fraktur os nasal dilakukan
mulai dari pengumpulan data yang meliputi : biodata, riwayat
kesehatan, keluhan utama, sifat keluhan, riwayat kesehatan masa
lalu, pemeriksaan fisik, pola kegiatan sehari-hari.
Hal yang perlu dikaji pada klien dengan Fraktur os nasal:
a. Aktivitas dan istirahat :
Kelemahan, susah berjalan/bergerak, kram otot, gangguan
istirahat dan tidur, tachicardi/tachipnea pada waktu melakukan
aktivitas dan koma.
b. Sirkulasi
Riwayat hipertensi, penyakit jantung seperti IMA, nyeri,
kesemutan pada ekstremitas bawah, luka yang sukar sembuh,
kulit kering, merah, dan bola mata cekung.
c. Eliminasi
Poliuri,nocturi, nyeri, rasa terbakar, diare, perut kembung dan
pucat.
d. Nutrisi
Nausea, vomitus, berat badan menurun, turgor kulit jelek,
mual/muntah.
e. Neurosensori
Sakit kepala, menyatakan seperti mau muntah, kesemutan,
lemah otot, disorientasi, letargi, koma dan bingung.
f. Nyeri
Pembengkakan hidung,  meringis.
g. Respirasi
Tachipnea, kussmaul, ronchi, wheezing dan sesak nafas.
h. Keamanan
Kulit rusak, lesi/ulkus, menurunnya kekuatan umum.
i. Seksualitas
Tidak terkaji

DIAGNOSA PRE OPERASI


Ansietas (D. 0080)
Definisi Kondisi emosi dan pengalaman subjektif individu
trhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat
antisipasi bahaya yang memungkin individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman
Batasan Data mayor :
Karakteristik  Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi
 Objektif : Tampak gelisah, sulit tidur
Data minor :
 Subjektif : Mengeluh pusing, anoreksia,
palpitalisasi, merasa tidak berdaya
Objektif : Frekuensi nafas meningkat, frekuensi nadi
meningkat, tekanan darah meningkat, diaphoresis,
tremor, muka tampak pucat, suara bergetar, kontak
mata buruk, sering berkemih dan beriorientasi pada
masa lalu
Faktor yang Rencana operasi
berhubungan

DIAGNOSA INTRA OPERASI


Pola Napas Tidak Efektif (D. 0005)
Definisi Inspirasi/respirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat
Batasan Data mayor :
Karakteristik  Subjektif : Dispnea
 Objektif : Penggunaan otot bantu pernapasan,
fase ekspirasi memanjang, pola napas
abnormal
Data minor :
 Subjektif : Ortopnea
Objektif : Pernapasan pursed-lip, pernapasan cuping
hidung, diameter thoraks anterior-posterior meningkat,
ventilasi semenit menurun, kapasitass vital menurun,
tekanan ekspirasi menurun, tekanan inspirasi
menurun, ekskursi dada berubah
Faktor yang Efek agen farmakologis
berhubungan

DIAGNOSA POST OPERASI


Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif b.d Efek Agen
Farmakologi (D.0001)

Definisi ketidakmampuan membersihkan sekret atau


obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten
Batasan 1. Data Mayor :
Karakteristik Subjektif : Merasa bingung, merasa khawatir
dengan akibat dari kondisi yang dihadapi, sulit
berkonsentrasi
Objektif : Tampak gelisah, tampak tegang, Sulit
tidur
2. Data Minor :
Subjektif : dispneu ,sulit bicara, ortopneu.
Objektif : Gelisah ,Sianosis ,Bunyi napas
menurun,Frekuensi napas berubah, Pola napas
berubah rekuensi napas meningkat, Frekuensi nadi
meningkat.
Faktor yang Efek dari obat anastesi umum selama proses operasi
berhubungan

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas Berhubungan Dengan Farktur Os Nasal


b. Defisit Nutrisi Berhubungan Dengan Peningkatan Kebutuhan
Metabolisme
c. Nyeri Akut Berhubungan Dengan Agen Pencedera Fisik
d. Risiko Perdarahan Dibuktikan Dengan Factor Risiko Tindakan
Pembedahan
e. Pola Napas Tidak Efektif Berhubungan Dengan Depresi Pusat
Pernapasan
No Diagnosa SLKI SIKI
keperawatan
1 Ansietas (D.0080) Tingkat Ansietas Reduksi Ansietas
(L.09093) (I.09314)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Identifikasi saat tingkat
1 x 24 jam diharapkan ansietas berubah
tingkat ansietas 2. Identifikasi kemampuan
menurun dengan mengambil keputusan
kriteria hasil: 3. Monitor tanda- tanda
1. Verbalisasi ansietas
kebingungan
menurun Terapeutik
2. Verbalisasi 1. Ciptakan suasana
khawatir akibat terapeutik untuk
kondisi yang menumbuhkan
dihadapi menurun kepercayaan
3. Perilaku gelisah 2. Temani pasien untuk
menurun mengurangi kecemasan
4. Perilaku tegang 3. Pahami situasi yang
menurun membuat ansietas
5. Keluhan pusing 4. Dengarkan dengan
menurun penuh perhatian
6. Pucat menurun 5. Gunakan pendekatan
7. Pola tidur tenang dan meyakinkan
membaik
Edukasi
1. Jelaskan prosedur,
termasuk sensasi yang
mungkin dialami
2. Informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan
dan prognosis
3. Anjurkan keluarga untuk
tetap bersama pasien
4. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
5. Latih kegiatan
pengalihan untuk
mengurangi ketegangan
6. Latih teknik relaksasi

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
2. Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019) (L.03030) Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi
tindakan keperawatan 2. Identifikasi alergi dan intoleran m
1 x 24 jam status nutrisi 3. Identifikasi makanan yang disuka
dapat membaik dengan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
kriteria hasil : 5. Monitor asupan makanan
1. Porsi makanan yang 6. Monitor berat badan
dihabiskan 7. Monitor hasil pemeriksaan labora
meningkat
2. Perasaan cepat Terapeutik
kenyang menurun 1. Lakukan oral hygiene
3. Berat badan 2. Fasilitasi menentukan pedoman
membaik 3. Sajikan makanan secara menari
4. IMT membaik 4. Berikan makanan tinggi serat un
5. Frekuensi makan 5. Berikan makanan tinggi protein d
membaik 6. Berikan suplemen makanan
6. Nafsu makan
membaik Edukasi
Membrane mukosa 1. Anjurkan posisi duduk
membaik 2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi s
2. Kolaborasi dengan ahli gizi me
dibutuhkan
3. Nyeri akut (D.0077) Tingkat NyeriManajemen Nyeri (I.08238)
(L.08066) Observasi
Setelah dilakukan1. Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakteristrik, durasi,
1 x 24 jam tingkat nyeri frekuensi, kualiats dan
dapat menurun dengan intensitas nyeri
kriteria hasil : 2. Identitas skala nyeri
1. Kemampuan 3. Identifikasi faktor yang
menuntaskan memperberat nyeri
aktivitas meningkat
2. Keluhan nyeri Terapeutik
menurun 1. Berikan tehnik non
3. Meringis menurun farmakologis dalam
4. Gelisah menurun menangani nyeri
5. Kesulitan tidur 2. Kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur

Edukasi
1. Jelaskan strategi
mengurangi nyeri
2. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri

Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. Risiko Perdarahan Tingkat Perdarahan Pencegahan Syok
(D.0012) (L.02017) (I.02068)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Monitor status
1 x 24 jam diharapkan kardiopulmonal
tingkat perdarahan 2. Monitor status
klien menurun dengan oksigenasi
kriteria hasil : 3. Monitor status cairan
1. Kelembaban 4. Periksa tingkat
membrane mukosa kesadaran dan respon
meningkat pupil
2. Kelembabpan kulit
meningkat Terapeutik
3. Perdarahan pasca 1. Berikan oksigen untuk
operasi menurun mempertahankan
4. Hemoglobin saturasi oksigen >94 %
membaik 2. Persiapkan intubasi dan
5. Hematocrit membaik ventilasi mekanis
6. Tekanan darah 3. Lakukan penekanan
membaik langsung pada
7. Suhu tubuh perdarahan eksternal
membaik 4. Pasang jalur IV
berukuran besar
5. Pasang kateter urin
untuk menilai produksi
urin

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV
2. Kolaborasi pemberian
transfusi
5. Bersihan Jalan Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
Napas Tidak Efektif (L.01001) (I.01011)
(D.0001
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 1. Monitor pola napas
diharapkan bersihan 2. Monitor bunyi napas
jalan napas klien 3. Monitor sputum
meningkat dengan
kriteria hasil : Terapeutik
1. Produksi sputum
menurun
2. Mengi menurun
3. Wheezing menurun
4. Dispnea menurun
Batuk efektif meningkat

DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa: Waluyo
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2007. Rencana Asuhan
Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian
perawatan Pasien, Alih bahasa :
Hidayat, Alimul Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba
Medika
Kariasa, I.M., Sumarwati,N.M. Jakarta : EGC.
Pearce, E. C. (2016). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Patel, D. R., Neelakantan, M., Pandher, K., & Merrick, J. (2020). Cerebral
palsy in children: A clinical overview. Translational Pediatrics, 9(1),
S125–S135. doi.org/10.21037/tp.2020.01.01

PPNI (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan


indicator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan


Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesiaa: Definisi Dan Kriteria


Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Rubenstein, David., dkk. 2011. Kedokteran Klinis. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai