Disusun Oleh:
Noor Hikmah
NIM: 11194692110113
Menyetujui,
RSUD Ulin Banjarmasin Program Studi Profesi Ners
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)
Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi Profesi Ners
C. Etiologi
1.Trauma
2.Langsung (kecelakaan lalulintas)
3.Tidak langsung (jatuh dari ketinggian dengan posisi berdiri/duduk
sehingga terjadi fraktur tulang belakang)
4.Patologis : Metastase dari tulang
5.Degenerasi
6.Spontan
7.Terjadi tarikan otot yang sangat kuat
D. Manifestasi Klinik
Nyeri
Deformitas
Krepitasi
Bengkak
Peningkatan temperatur lokal
Pergerakan abnormal
Ecchimosis
Kehilangan fungsi
Kemungkinan lain
E. Patofisiologi
Gangguan traumatik os dan kartilago nasal dapat menyebabkan
deformitas eksternal dan obstruksi jalan napas yang bermakna. Jenis
dan beratnya fraktur nasal tergantung pada kekuatan, arah, dan
mekanisme cedera. Sebuah benda kecil dengan kecepatan tinggi
dapat memberikan kerusakan yang sama dengan benda yang lebih
besar pada kecepatan yang lebih rendah. Trauma nasal bagian
lateral yang paling umum dan dapat mengakibatkan fraktur salah
satu atau kedua os nasal. Hal ini sering disertai dengan dislokasi
septum nasal di luar krista maxillaris Dislokasi septal dapat
mengakibatkan dorsum nasi berbentuk S, asimetri apex, dan
obstruksi jalan napas. Trauma frontal secara langsung pada
hidung sering menyebabkan depresi dan pelebaran dorsum nasi
dengan obstruksi nasal yang terkait. Cedera yang lebih parah dapat
mengakibatkan kominusi pecah menjadi kecil-kecil seluruh piramida
nasal. Jika cedera ini tidak didiagnosis dan diperbaiki dengan tepat,
pasien akan memiliki hasil kosmetik dan fungsional yang jelek.
Diagnosis fraktur nasal yang akurat tergantung pada riwayat dan
pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Riwayat yang lengkap
meliputi penilaian terhadap kekuatan, arah, dan mekanisme
cedera munculnya epistaksis atau rhinorea cairan serebrospinalis,
riwayat fraktur atau operasi nasal sebelumnya, dan obstruksi
nasal atau deformitas nasal eksterna setelah
Pembedahan
Fraktur Os Nasal
Pembiusan
Resiko Pendarahan
Trauma facial (D.0012)
kombinasi
Penekanan
anestesi
pada
topikal dan
pernafasan
infiltrasi
Periksa kesehatan
Pemasanan
sebelum operasi
tampon pada Penekanan pada
hidung saraf pusat
Lakukan puasa
Fiksasi
sebelum operasi
Monitor
Perubahan kesadaran
Penurunan suplai
persepsi
O2
Reposisi nasal penciuman
Nyeri akut
Sumber : PPNI (2018). (D.0077)
G. Komplikasi
1. Deviasi hidung Deviasi dapat terjadi pada septum nasal, tulang
nasal atau keduanya.
2. Bleeding
3. Saddling
4. Kebocoran cairan serebrospinal
5. Komplikasi orbital (Hidayat, 2011)
H. Penatalaksanaan Medis
1.Penatalaksanaan Awal
a.Pertolongan pertama ( emergency )
b.Resusitasi
c.Penilaian klinis
2. Diagnosa Keperawatan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
2. Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi (I.03119)
(D.0019) (L.03030) Observasi
Setelah dilakukan 1. Identifikasi status nutrisi
tindakan keperawatan 2. Identifikasi alergi dan intoleran m
1 x 24 jam status nutrisi 3. Identifikasi makanan yang disuka
dapat membaik dengan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
kriteria hasil : 5. Monitor asupan makanan
1. Porsi makanan yang 6. Monitor berat badan
dihabiskan 7. Monitor hasil pemeriksaan labora
meningkat
2. Perasaan cepat Terapeutik
kenyang menurun 1. Lakukan oral hygiene
3. Berat badan 2. Fasilitasi menentukan pedoman
membaik 3. Sajikan makanan secara menari
4. IMT membaik 4. Berikan makanan tinggi serat un
5. Frekuensi makan 5. Berikan makanan tinggi protein d
membaik 6. Berikan suplemen makanan
6. Nafsu makan
membaik Edukasi
Membrane mukosa 1. Anjurkan posisi duduk
membaik 2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi s
2. Kolaborasi dengan ahli gizi me
dibutuhkan
3. Nyeri akut (D.0077) Tingkat NyeriManajemen Nyeri (I.08238)
(L.08066) Observasi
Setelah dilakukan1. Identifikasi lokasi,
tindakan keperawatan karakteristrik, durasi,
1 x 24 jam tingkat nyeri frekuensi, kualiats dan
dapat menurun dengan intensitas nyeri
kriteria hasil : 2. Identitas skala nyeri
1. Kemampuan 3. Identifikasi faktor yang
menuntaskan memperberat nyeri
aktivitas meningkat
2. Keluhan nyeri Terapeutik
menurun 1. Berikan tehnik non
3. Meringis menurun farmakologis dalam
4. Gelisah menurun menangani nyeri
5. Kesulitan tidur 2. Kontrol lingkungan yang
menurun memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
Edukasi
1. Jelaskan strategi
mengurangi nyeri
2. Ajarkan tehnik non
farmakologis untuk
mengurangi nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
4. Risiko Perdarahan Tingkat Perdarahan Pencegahan Syok
(D.0012) (L.02017) (I.02068)
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan 1. Monitor status
1 x 24 jam diharapkan kardiopulmonal
tingkat perdarahan 2. Monitor status
klien menurun dengan oksigenasi
kriteria hasil : 3. Monitor status cairan
1. Kelembaban 4. Periksa tingkat
membrane mukosa kesadaran dan respon
meningkat pupil
2. Kelembabpan kulit
meningkat Terapeutik
3. Perdarahan pasca 1. Berikan oksigen untuk
operasi menurun mempertahankan
4. Hemoglobin saturasi oksigen >94 %
membaik 2. Persiapkan intubasi dan
5. Hematocrit membaik ventilasi mekanis
6. Tekanan darah 3. Lakukan penekanan
membaik langsung pada
7. Suhu tubuh perdarahan eksternal
membaik 4. Pasang jalur IV
berukuran besar
5. Pasang kateter urin
untuk menilai produksi
urin
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian IV
2. Kolaborasi pemberian
transfusi
5. Bersihan Jalan Bersihan Jalan Napas Manajemen Jalan Napas
Napas Tidak Efektif (L.01001) (I.01011)
(D.0001
Setelah dilakukan Observasi
tindakan keperawatan
selama 1 x 24 1. Monitor pola napas
diharapkan bersihan 2. Monitor bunyi napas
jalan napas klien 3. Monitor sputum
meningkat dengan
kriteria hasil : Terapeutik
1. Produksi sputum
menurun
2. Mengi menurun
3. Wheezing menurun
4. Dispnea menurun
Batuk efektif meningkat
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Jakarta : Media Aesculapius
FKUI.
Agung., Yasmin Asih., Juli., Kuncara., I.made karyasa. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, alih
bahasa: Waluyo
Doenges,M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2007. Rencana Asuhan
Keperawatan untuk perencanaan dan pendukomentasian
perawatan Pasien, Alih bahasa :
Hidayat, Alimul Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba
Medika
Kariasa, I.M., Sumarwati,N.M. Jakarta : EGC.
Pearce, E. C. (2016). Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Patel, D. R., Neelakantan, M., Pandher, K., & Merrick, J. (2020). Cerebral
palsy in children: A clinical overview. Translational Pediatrics, 9(1),
S125–S135. doi.org/10.21037/tp.2020.01.01