Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH KELOMPOK

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT


DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
FRAKTUR OS NASAL
DI RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT BED 09
MAYAPADA HOSPITAL TANGERANG

Tugas ini disusun untuk memenuhi Nilai Praktik Klinik Keperawatan


Program Studi Diploma III Keperawatan Mayapada Nursing Academy

Disusun Oleh :

Enjelina Marlina 241911001


Falleriany Intan Wedha 241911002
Puja Wirdana 241911005
Wita Yulianti Barges 241911009
Yulia Puspitasari 241911010

PROGAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


AKADEMI KEPERAWATAN MAYAPADA NURSING ACADEMY
TAHUN 2021
A. Pengertian
Fraktur adalah hilangnya konstinuitas tulang, tlang rawan baik yang
bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang
biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Arif, 2008). Fraktur nasal
atau fraktur hidung adalah hilangnya kontinuitas pada tulang nasal.

Gambar fraktur nasal


B. Anatomi Dan Fisiologi
Os nasal dipasangkan menyokong setengah bagian atas piramida nasal.
Setiap os nasal berartikulasi secara lateral dengan prosesus frontal os maxilla dan
berproyeksi secara anterior ke arah garis tengah. Bagian superior, os nasal tebal
dan berartikulasi dengan os frontal. Bagian inferior, os nasal menjadi tipis, dan
berartikulasi dengan kartilago lateral atas. Akibatnya, sebagian besar fraktur os
nasal terjadi pada setengah bagian bawah os nasal. Septum bagian posterior
terdiri dari vomer dan lamina perpendecularis os ethmoid dan bertempat di garis
tengah belakang os nasal. Sayangnya, tulang-tulang ini tipis dan memberikan
sokongan yang kecil pada setengah bagian atas dari hidung. 10 Setengah bagian
bawah dari hidung disokong oleh 2 kartilago lateral atas, 2 kartilago lateral
bawah, dan kartilago quadrangularis Kartilago lateral atas memiliki artikulasi
jenis fibrosa di bagian superiornya dengan os nasal, di bagian medialnya dengan
kartilago quadrangularis medial, dan di bagian inferiornya dengan kartilago
lateral bawah. Konfigurasi berbentuk sayap burung camar ini memberikan
dukungan yang penting untuk katup nasal internal, bagian dari tahanan terbesar
terhadap aliran udara inspirasi. Kartiloago lateral bawah terdiri dari crus medial
dan lateral dalam konfigurasi berbentuk “sayap burung camar” yang sama.
Terdapat hubungan secara fibrosa di bagian superiornya dengan kartilago lateral
atas, dan di bagian medialnya satu sama lain. Kartilago lateral bawah tebal dan
menggambarkan kontur dari apex nasal dan nostril. Kartilago quadrangularis
bertindak sebagai tiang tenda, memberikan sokongan untuk apex dan dorsum
nasi.

Gambar anatomi hidung


C. Jenis – jenis Fraktur Hidung
1. Fraktur hidung sederhana, jika fraktur dari tulang hidung, dapat dilakukan
perbaikan dari fraktur tersebut dengan anastesi local.
2. Fraktur Tulang Hidung Terbuka, fraktur tulang hidung terbuka menyebabkan
perubahan tempat dari tulang hidung dan disertai laserasi pada kulit atau
mukoperiosteum rongga hidung.
3. Fraktur Tulang Nasoetmoid, fraktur ini merupakan fraktur hebat pada tulang
hidung, prosesus frontal pars maksila dan prosesus nasal pars frontal. Fraktur
tulang nasoetmoid dapat menyebabkan komplikasi.

D. Etiologi
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di
atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru
yang tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain,
biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh
karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
Trauma nasal biasanya disebabkan oleh trauma langsung, seperti
terpukul, kecelakaan lalulintas maupun pada saat olahraga (Sjamsuhidayat,
2004).
E. Patofisiologi
Gangguan traumatik os dan kartilago nasal dapat menyebabkan deformitas
eksternal dan obstruksi jalan napas yang bermakna. Jenis dan beratnya fraktur
nasal tergantung pada kekuatan, arah, dan mekanisme cedera. Sebuah benda
kecil dengan kecepatan tinggi dapat memberikan kerusakan yang sama dengan
benda yang lebih besar pada kecepatan yang lebih rendah.
Trauma nasal bagian lateral yang paling umum dan dapat mengakibatkan
fraktur salah satu atau kedua os nasal. Hal ini sering disertai dengan dislokasi
septum nasal di luar krista maxillaris Dislokasi septal dapat mengakibatkan
dorsum nasi berbentuk S, asimetri apex, dan obstruksi jalan napas. Trauma
frontal secara langsung pada hidung sering menyebabkan depresi dan pelebaran
dorsum nasi dengan obstruksi nasal yang terkait.
Cedera yang lebih parah dapat mengakibatkan kominusi pecah menjadi
kecil-kecil seluruh piramida 12 nasal. Jika cedera ini tidak didiagnosis dan
diperbaiki dengan tepat, pasien akan memiliki hasil kosmetik dan fungsional
yang jelek. Diagnosis fraktur nasal yang akurat tergantung pada riwayat dan
pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Riwayat yang lengkap meliputi penilaian
terhadap kekuatan, arah, dan mekanisme cedera munculnya epistaksis atau
rhinorea cairan serebrospinalis, riwayat fraktur atau operasi nasal sebelumnya,
dan obstruksi nasal atau deformitas nasal eksterna setelah cedera. Pemeriksaan
fisik yang paling akurat jika dilakukan sebelum timbulnya edema pasca trauma.
Pemeriksaan ini memerlukan pencahayaan yang cukup lampu kepala atau
otoskop, instrumentasi spekulum hidung, dan suction sebaiknya tipe Frasier.
Inspeksi pada bagian dalam hidung sangat penting. (Rubinstein Brian, 2011).
F. PATHWAY

kondisi patologis, Trauma Facial


osteoporosis, neoplasma Langsung/tidak langsung

Absorbsi calcium

Rentan fraktur Fraktur nasal perdarahan

Bersihan jalan nafas


inefektif
Depresi saraf nyeri reposisi

Port de entre kuman

Gangguan Deficit
rasa pengetahuan
nyaman : Resti infeksi
nyeri fiksasi

cemas

Pemasangan
tampon pada
hidung

nyeri Perubahan
Pola nafas tidak efektif
sensori persepsi ;
penciuman
Nafsu makan

Resiko Defisit Nutrisi :


ditandai dengan
ketidakmampuan
mencerna makanan
G. Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan didapatkan pembengkakan pada daerah hidung,
epistaksis, nyeri tekan dan teraba garis fraktur (Sjamsuhidayat, 2004).

H. Penatalaksanaan
Fraktur hidung ini harus segera direparasi dengan anastesi lokal dan
immobilisasi dilakukan dengan cara memasukkan tempon tiga sampai empat
hari, patahan dapat dilindungi dengan gips tipis berbentuk kupu-kupu untuk satu
hingga dua minggu (Sjamsuhidayat, 2004).

I. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan radiologi water positions, pada foto cranium
anteroposterior, foto nasale lateral, didapatkan kesan fraktur os nasal dengan
aposisi et alignment baik dan tidak tampak pembesaran chonca nasalis bilateral.
Dari data tersebut dapat ditegakkan diagnosis fraktur os nasal dengan penyebab
oleh karena kecelakaan lalu lintas.

J. Komplikasi
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam
beberapa jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau
lebih, dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas
permanent jika tidak ditangani segera.komplikasi lainnya adalah infeksi,
tromboemboli yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah
cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan dara
eksterna maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena
tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapaler terjadi kehilangan
darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma,khususnya pada fraktur
femur pelvis.
Komplikasi dari fraktur nasal termasuk deformitas secara kosmetik dan
obstruksi saluran napas. Selain itu ada beberapa komplikasi yang lain antara lain
hematoma (membutuhkan drainase untuk menghindari nekrosis septum dan
superinfeksi septum), epistaksis yang tidak berhenti/ bleeding, obstruksi saluran
nafas, kontraktur jaringan parut, deformitas nasal/deviasi, saddling, Kebocoran
cairan serebrospinal, komplikasi orbital.

K. Asuhan Keperawatan
1. Identitas :
Nama : Nn. Anisa Fatma Putri
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 16 februari 1997
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama/suku : Islam
Warga Negara : WNI
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan :-
Alamat Rumah : Cipondoh, Tangerang

2. Pengantar
Nama : Tn. J
Alamat : Jl. Honoris Modernland ,Tangerang Banten
Hubungan : Penanggung Jawab

3. Triage Gawat darurat


a. Riwayat penyakit sekarang :
Pasien mengalami tabrakan dengan mobil, pingsan dan mengalami
luka pada hidung dan dahi sehingga diantar ke IGD
b. Keluhan Masuk :
Pasien mengalami luka robek pada hidung , pingsan
c. Alergi : tidak ada
-
PENGKAJIAN
A. Airway ( jalan nafas) Mata Cekung :
Cairan Tidak

B. Breathing (Pernapasan) Capilary Refily < 3 detik


Inspeksi : keluar darah dan Ekstremitas Dingin
lender dari hidung
Frekuensi nafas : 14 x/menit
Tidak Teratur
Batuk :
Non Produktif DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nafas : - Nyeri Akut berhubungan
Sesak dengan agen pencedera fisik
Palpasi : (trauma)
Nyeri - Bersihan Jalan Nafas Tidak
Efektif berhubungan dengan
C. Circulation (sirkulasi) Spasme Jalan Napas
Suhu : 36 o C
Tekanan Darah : 100/67 mmHg - Resiko Defisit Nutrisi di
Respirasi Rate : 14 x/menit tandai dengan
Heart Reat : 81 x/menit ketidakmampuan menelan
Kuat makanan

Turgor Kulit :
Baik
PEMERIKSAAN FISIK

1. Tanda Tanda Vital :


a. Tekanan Darah : 100/67 mmHg
b. Heart Reat : 81 x/menit
c. Respirasi Rate : 14 x/menit
d. Suhu Badan : 36 o C
e. SpO2 : 98 %
2. Antopometri :
a. Berat Badan : 55 Kg
b. Tinggi Badan : 163 cm
c. IMT : 20, 7
d. Status gizi : Normal

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologi
Foto Pelvis : Tidak tampak fraktur/ dislokasi pada tulang-tulang pelvis
Densitas /Trabekulasi tulang baik
Tidak Arthrosis
Tidak tampak symphiosis
Trakea di tengah
Lumen tak menyempit
Tidak Listhesis
Alignment Spine Baik

2. Pemeriksaan CT. Scan


Kepala, jejas (+)
Mulut VL (+)
Kremitasi Bagian Wajah (+)
Hematome Orbital (+)
DATA FOKUS
Data Subjektif Data Objektif

1. Keluarga pasien mengatakan 1. Terdapat luka sobek pada bagian


pasien mengalami sesak nafas, regio wajah (seperti : area
tersengal sengal Philtrum hidung, Cartilages
2. Keluarga pasien mengatakan Hidung dan dahi)
pasien lemas tak berdaya 2. Pasien mengalami perdarahan
3. Keluarga pasien mengatakan pasien ringan pada area luka
kesulitan dalam berbicara akibat 3. Tanda tanda Vital :
luka pada area hidung di bagian TD : 100/67 mmHg
Philtrum dan sekitar bagian mulut HR : 81 x/menit
RR : 14 x/menit
SB : 36 o C
BB : 55 Kg
TB : 163 cm
IMT : 20,7 (Normal)
SpO2 : 98 %
4. Pasien sukar berbicara, karena
adanya jejas pada area mulut
5. GCS : 12
E:3M:6V:3
6. Pasien tampak lemas
7. Pasien tampak gelisah, dan
meringis
8. Pasien tampak kesuliatan bernapas
9. Pasien terpasang Oksigen Nasal
Kanul

ANALISA DATA
Pengelompokan data Etiologi Masalah
Ds : Bersihan jalan napas tidak
 Keluarga pasien Fraktur nasal efektif
mengatakan
pasien sesak
napas Perdarahan
 Keluarga pasien
mengatakan
pasien tampak
lemas tak
berdaya
Do:
 Pasien tampak
sesak napas
RR :14 x/menit
dan terpasang
oksigen nasal
kanul
 Pasien tampak
mengeluarkan
darah pada
hidung
 Terdapat luka
pada hidung
pasien
 TD : 100/67
mmhg
Nadi : 81
x/menit

Ds: Rentan Fraktur Nyeri Akut


 Keluarga pasien
mengatakan
pasien kesulitan
dalam berbicara
akibat luka pada Fraktur Nasal
area hidung pada
bagian piltrum
dan sekitar bibir

Do : Depresi Sraf nyeri


 Pasien tampak
meringis
 Terdapat jejas
pada bagian
region wajah
seperti pada area
piltrum hidung,
cartilages hidung
dan dahi
 Tanda-tanda vital
TD : 100/67
mmhg
HR: 81 x/menit
RR: 14x/menit
Suhu :36oC

Ds : Nyeri Resiko Defisit Nutrisi


 Keluarga pasien
mengatakan
pasien lemas
 Keluarga pasien
mengatakan Nafsu makan
pasien kesulitan
berbicara karena
bibirnya ada
pembengkakan
Do:
 Ada jejas dan
pembengkakan
pada area mulut
 Pasien tampak
meringis
 Adannya luka
sobek diarea
piltrum

INTERVENSI
NO. Diagnosis Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan
keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
napas tidak tindakan keperawatan (1.01011)
efektif selama 1x 6 jam Observasi :
berhubungan diharapakan bersihan  Monitor pola napas
dengan spasme jalan napas membaik  Monitor bunyi napas
jalan napas dengan criteria hasil tambahan
 Frekuensi Terapeutik :
napas membaik  Posisikan semi fowler
 Pola napas dan fowler
membaik  Pertahankan
 Gelisah kepatenan jalan napas
menurun dengan head-tilt dan
 Sulit bicara chin-lift
menurun  Berikan oksigen
Edukasi :
 Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
jika tidak ada kontra
indikasi

2. Resiko deficit Setelah dilakukannya Manajemen nutrisiz(1.03119)


nutrisi tindakan keperawatan Observasi:
berhubungan selama 1x 6 jam  Identifikasi status
dengan diharapkan resiko nutrisi
ketidakmampuan deficit nutrisi membaik  Monitor asupan
menelan dengan criteria hasil makanan
makanan  Nafsu makan  Identifikasi perlunya
membaik penggunaan selang
 Kekuatan otot NGT
mengunyah  Monitor hasil
membaik pemeriksaan
 Keluhan nyeri laboratorium
menurun Terapeutik :
 Gelisah  Lakukan oral hygiene
menurun sebelum makan
 Meringisnya  Beikan makanan
menurun tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Hentikan pemberian
makan melalui selang
NGT jika asupan oral
dapat ditoleransi
Edukasi :
 Anjurkan posisi
duduk jika perlu
Kolaborasi :
 Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum
makan
3. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1.08238)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi :
dengan agen selama 1x 6 jam  Identifikasi lokasi
pencedera fisik diharapkan tingkat ,karakteristik,
(trauma) nyeri menurun dengan durasi,frekuensi,inten
criteria hasil sitas nyeri
 Keluhan nyeri  Identifikasi skala
menurun nyeri
 Meringis Terapeutik :
menurun  Berikan teknik non
 Gelisah farmakologis untuk
menurun mengurangi rasa nyeri
 Peradangan  Control lingkungan
luka membaik yang memperberat
rasa nyeri
Edukasi:
 Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
 Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
 Pemberian analgenik
jika perlu

IMPLEMENTASI
Hari / Tanggal Jam Implementasi Paraf
Rabu,8 juni 2021 11.10 1.Mengakaji tanda tanda vital pasien
 Tekanan darah : 100/67 mmHg
 HR : 81 x/menit
 Suhu tubuh : 35,7 °C
 Saturasi oksigen : 98 %
 RR : 14 x/menit

11.20- 2.Melakukan perawatan luka post kecelakaan


11.30 lalu lintas
11.35 3.Mengkaji lokasi luka
Lokasi luka:
 Area Philtrum hidung Cartilages
Hidung
 Dahi

11.40 4.Membantu melakukan pemasangan oksigen


nasal kanul
11.50 5.mengantar pasien untuk melakukan
pemeriksaan radiologi, foto pelvis AP
 Pemeriksaan Radiologi
Foto Pelvis : Tidak tampak fraktur/
dislokasi pada tulang-tulang pelvis
Densitas /Trabekulasi tulang baik
Tidak Arthrosis
Tidak tampak symphiosis
Trakea di tengah
Lumen tak menyempit
Tidak Listhesis
Alignment Spine Baik

 Pemeriksaan CT. Scan


Kepala, jejas (+)
Mulut VL (+)
Kremitasi Bagian Wajah (+)
Hematome Orbital (+)

6. Membantu pasien melakukan eliminasi urine


menggunakan pispot

EVALUASI
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Rabu,8 Juni 2021 S: kesadaran pasien mulai membaik
O: keluhan sakit masih ada, kesadaran membaik,
 TD : 92/64 ,
 HR :86 x/menit
 RR:20 x/menit,
 PSO2 :100%
 Suhu :36oC
A:Masalah belum Teratasi
 luka belum dilakukan Tindakan Operasi
P: Intervensi dihentikan
 Pasien Pindah/dioper ke rumah sakit lain

Anda mungkin juga menyukai