Disusun Oleh :
D. Etiologi
Penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Cedera Traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
a. Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang
sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya
menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit di
atasnya.
b. Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur dan
menyebabkan fraktur klavikula.
c. Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot
yang kuat.
2. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan
trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai
keadaan berikut :
a. Tumor Tulang ( Jinak atau Ganas ) : pertumbuhan jaringan baru
yang tidak terkendali dan progresif.
b. Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi
akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses yang progresif,
lambat dan sakit nyeri.
c. Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi
Vitamin D yang mempengaruhi semua jaringan skelet lain,
biasanya disebabkan kegagalan absorbsi Vitamin D atau oleh
karena asupan kalsium atau fosfat yang rendah Secara Spontan
Disesbabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada
penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
Trauma nasal biasanya disebabkan oleh trauma langsung, seperti
terpukul, kecelakaan lalulintas maupun pada saat olahraga (Sjamsuhidayat,
2004).
E. Patofisiologi
Gangguan traumatik os dan kartilago nasal dapat menyebabkan deformitas
eksternal dan obstruksi jalan napas yang bermakna. Jenis dan beratnya fraktur
nasal tergantung pada kekuatan, arah, dan mekanisme cedera. Sebuah benda
kecil dengan kecepatan tinggi dapat memberikan kerusakan yang sama dengan
benda yang lebih besar pada kecepatan yang lebih rendah.
Trauma nasal bagian lateral yang paling umum dan dapat mengakibatkan
fraktur salah satu atau kedua os nasal. Hal ini sering disertai dengan dislokasi
septum nasal di luar krista maxillaris Dislokasi septal dapat mengakibatkan
dorsum nasi berbentuk S, asimetri apex, dan obstruksi jalan napas. Trauma
frontal secara langsung pada hidung sering menyebabkan depresi dan pelebaran
dorsum nasi dengan obstruksi nasal yang terkait.
Cedera yang lebih parah dapat mengakibatkan kominusi pecah menjadi
kecil-kecil seluruh piramida 12 nasal. Jika cedera ini tidak didiagnosis dan
diperbaiki dengan tepat, pasien akan memiliki hasil kosmetik dan fungsional
yang jelek. Diagnosis fraktur nasal yang akurat tergantung pada riwayat dan
pemeriksaan fisik yang menyeluruh. Riwayat yang lengkap meliputi penilaian
terhadap kekuatan, arah, dan mekanisme cedera munculnya epistaksis atau
rhinorea cairan serebrospinalis, riwayat fraktur atau operasi nasal sebelumnya,
dan obstruksi nasal atau deformitas nasal eksterna setelah cedera. Pemeriksaan
fisik yang paling akurat jika dilakukan sebelum timbulnya edema pasca trauma.
Pemeriksaan ini memerlukan pencahayaan yang cukup lampu kepala atau
otoskop, instrumentasi spekulum hidung, dan suction sebaiknya tipe Frasier.
Inspeksi pada bagian dalam hidung sangat penting. (Rubinstein Brian, 2011).
F. PATHWAY
Absorbsi calcium
Gangguan Deficit
rasa pengetahuan
nyaman : Resti infeksi
nyeri fiksasi
cemas
Pemasangan
tampon pada
hidung
nyeri Perubahan
Pola nafas tidak efektif
sensori persepsi ;
penciuman
Nafsu makan
H. Penatalaksanaan
Fraktur hidung ini harus segera direparasi dengan anastesi lokal dan
immobilisasi dilakukan dengan cara memasukkan tempon tiga sampai empat
hari, patahan dapat dilindungi dengan gips tipis berbentuk kupu-kupu untuk satu
hingga dua minggu (Sjamsuhidayat, 2004).
I. Pemeriksaan Penunjang
Dari pemeriksaan radiologi water positions, pada foto cranium
anteroposterior, foto nasale lateral, didapatkan kesan fraktur os nasal dengan
aposisi et alignment baik dan tidak tampak pembesaran chonca nasalis bilateral.
Dari data tersebut dapat ditegakkan diagnosis fraktur os nasal dengan penyebab
oleh karena kecelakaan lalu lintas.
J. Komplikasi
Komplikasi awal setelah fraktur adalah syok yang berakibat fatal dalam
beberapa jam setelah cedera, emboli lemak, yang dapat terjadi dalam 48 jam atau
lebih, dan sindrom kompartemen, yang berakibat kehilangan fungsi ekstremitas
permanent jika tidak ditangani segera.komplikasi lainnya adalah infeksi,
tromboemboli yang dapat menyebabkan kematian beberapa minggu setelah
cedera dan koagulopati intravaskuler diseminata (KID).
Syok hipovolemik atau traumatik, akibat pendarahan (baik kehilangan dara
eksterna maupun tak kelihatan ) dan kehilangan cairan ekstrasel ke jaringan yang
rusak dapat terjadi pada fraktur ekstremitas, toraks, pelvis,dan vertebra karena
tulang merupakan organ yang sangat vaskuler, maka dapaler terjadi kehilangan
darah dalam jumlah yang besar sebagai akibat trauma,khususnya pada fraktur
femur pelvis.
Komplikasi dari fraktur nasal termasuk deformitas secara kosmetik dan
obstruksi saluran napas. Selain itu ada beberapa komplikasi yang lain antara lain
hematoma (membutuhkan drainase untuk menghindari nekrosis septum dan
superinfeksi septum), epistaksis yang tidak berhenti/ bleeding, obstruksi saluran
nafas, kontraktur jaringan parut, deformitas nasal/deviasi, saddling, Kebocoran
cairan serebrospinal, komplikasi orbital.
K. Asuhan Keperawatan
1. Identitas :
Nama : Nn. Anisa Fatma Putri
Tempat/tanggal lahir : Jakarta, 16 februari 1997
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama/suku : Islam
Warga Negara : WNI
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan :-
Alamat Rumah : Cipondoh, Tangerang
2. Pengantar
Nama : Tn. J
Alamat : Jl. Honoris Modernland ,Tangerang Banten
Hubungan : Penanggung Jawab
Turgor Kulit :
Baik
PEMERIKSAAN FISIK
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Radiologi
Foto Pelvis : Tidak tampak fraktur/ dislokasi pada tulang-tulang pelvis
Densitas /Trabekulasi tulang baik
Tidak Arthrosis
Tidak tampak symphiosis
Trakea di tengah
Lumen tak menyempit
Tidak Listhesis
Alignment Spine Baik
ANALISA DATA
Pengelompokan data Etiologi Masalah
Ds : Bersihan jalan napas tidak
Keluarga pasien Fraktur nasal efektif
mengatakan
pasien sesak
napas Perdarahan
Keluarga pasien
mengatakan
pasien tampak
lemas tak
berdaya
Do:
Pasien tampak
sesak napas
RR :14 x/menit
dan terpasang
oksigen nasal
kanul
Pasien tampak
mengeluarkan
darah pada
hidung
Terdapat luka
pada hidung
pasien
TD : 100/67
mmhg
Nadi : 81
x/menit
INTERVENSI
NO. Diagnosis Hasil yang diharapkan Tindakan keperawatan
keperawatan
1. Bersihan jalan Setelah dilakukan Manajemen jalan napas
napas tidak tindakan keperawatan (1.01011)
efektif selama 1x 6 jam Observasi :
berhubungan diharapakan bersihan Monitor pola napas
dengan spasme jalan napas membaik Monitor bunyi napas
jalan napas dengan criteria hasil tambahan
Frekuensi Terapeutik :
napas membaik Posisikan semi fowler
Pola napas dan fowler
membaik Pertahankan
Gelisah kepatenan jalan napas
menurun dengan head-tilt dan
Sulit bicara chin-lift
menurun Berikan oksigen
Edukasi :
Anjurkan asupan
cairan 2000 ml/hari
jika tidak ada kontra
indikasi
IMPLEMENTASI
Hari / Tanggal Jam Implementasi Paraf
Rabu,8 juni 2021 11.10 1.Mengakaji tanda tanda vital pasien
Tekanan darah : 100/67 mmHg
HR : 81 x/menit
Suhu tubuh : 35,7 °C
Saturasi oksigen : 98 %
RR : 14 x/menit
EVALUASI
Hari/Tanggal Evaluasi Paraf
Rabu,8 Juni 2021 S: kesadaran pasien mulai membaik
O: keluhan sakit masih ada, kesadaran membaik,
TD : 92/64 ,
HR :86 x/menit
RR:20 x/menit,
PSO2 :100%
Suhu :36oC
A:Masalah belum Teratasi
luka belum dilakukan Tindakan Operasi
P: Intervensi dihentikan
Pasien Pindah/dioper ke rumah sakit lain