NIM : 21203010
DIRUANGAN ANGSOKA 3
CI Lahan
NIP 197904141999032001
CI Institusi
830018802
BAB 1
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Pengertian
Fraktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh. Fraktur
maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah, yaitu tulang frontal,
temporal, orbito zigomatikus, nasal, maksila dan mandibula.
Fraktur zigoma merupakan merupakan fraktur fasial yang paling sering terjadi.
Tingginya insiden dari fraktur zigoma berhubungan dengan lokasi zigoma yang lebih
menonjol. Zigoma mempunyai peran yang penting dalam membentuk struktur wajah, dan
disrupsi dari posisi zigoma dapat mengganggu fungsi okular dan mandibular; oleh karena
itu trauma pada zigoma harus didiagnosa secara tepat dan ditangani secara adekuat.
B. Anatomi fisiologi
Tulang- tulang tengkorak pada wajah dapat dibedakan menjadi bagian kranium dan
bagian wajah. Kranium terdiri dari sejumlah tulang yang menyatu pada sendi yang tidak
bergerak yang disebut sutura. Mandibula adalah suatu perkecualian karena menyatu
dengan kranium melalui artikulosio temporomandibularis yang mobil. Tulang wajah
terdiri dari :
Os zygomaticum 2 buah
Maksila 2 buah
Os nasale 2 buah
Os lacrimale 2 buah
Os vomer 1 buah
C. Etiologi
Ada banyak faktor etiologi yang menyebabkan fraktur maksilofasial itu dapat
terjadi, seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja , kecelakaan akibat olah raga,
kecelakaan akibat peperangan dan juga sebagai akibat dari tindakan kekerasan. Tetapi
penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas. Terjadinya kecelakaan lalu lintas ini
biasanya sering terjadi pada pengendara sepeda motor. Hal ini dikarenakan kurangnya
perhatian tentang keselamatan jiwa mereka pada saat mengendarai sepeda motor di jalan
raya, seperti tidak menggunakan pelindung kepala (helm), kecepatan dan rendahnya
kesadaran tentang beretika lalu lintas.
D. Patofisiologi
Gaya yang menyebabkan cidera dapat dibedakan jadi 2, yaitu high impact atau
low impact. Keduanya dibedakan apakah lebih besar atau lebih kecil dari 50 kali gaya
gravitasi. Setiap region pada wajah membutuhkan gaya tertentu hingga menyebabkan
kerusakan dan masing masing region berbeda – beda. Margo Supraorbital, maxilla, dan
mandibula (bagian syimphisis dan angulus) dan frontal membutuhkan gaya yang high
impact agar bias mengalami kerusakan. Sedangkan os zygoma dan os nasal dapat
mngalami kerusakan hanya dengan terkena gaya yang low impact. Fraktur kompleks
zygomaticomaxilla : fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung. Garis fraktur meluas
melalui sutura zygomaticotemporal, zygomaticofrontal, zygomaticomaxlla dan artikulasi
dengan ala magna os sphenoid. Garis fraktur biasanya meluas hingga foramen intraorbita
dan lantai orbita. Cidera ocular yang bersamaan juga sering terjadi.
E. Manifestasi klinik
a. Fraktur Kompleks Zigomatikum
Depersi malar
Pendataran tulang pipi
Nyeri tekan penonjolan zygoma.
Flame sign : kerusakan dan depresi tendon canthal lateral, pendarahan sub
conjunctival, paresthesi pada sisi lateral hidung dan bibir bagian atas,
diplopia akibat m. rectus inferior, intraoral ecchimosis
b. Arkus Zigomatikum
Nyeri saat palpasi
Keterbatasan gerak mandibula disebabkan interferensi pergerakan
processus coronoideus mandibula pada pemeriksaan fisik
F. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan laboratorium darah lengkap
Foto rontgen
CT- Scan
MRI
G. Komplikasi
Perdarahan sekunder
Infeksi
Trismus : karena fiksasi dan imobilisasi menyebabkan otot mulut menjadi kaku
Molunion : waktu dilakukan reposisi, oklusi gigi tidak diperhatikan atau penderita
banyak bergerak, alat fiksasi menjadi kendor.
BAB 11
ASUHAN KEPERAWATAN TEORITIS
1. Pengkajian
a) Data Demografi Klien Yang termasuk data demografi yaitu, nama, umur,
jenis kelamin,alamat, pekerjaan.
b) Keluhan utama : biasanya nyeri dan pembengkakan pada wajah serta
penonjolan tulang wajah.
c) Airway maintenance with cervical spine control/ protection
Menghilangkan fragmen-fragmen gigi dan tulang yang fraktur.
Memudahkan intubasi endotrakeal dengan mereposisi segmen
fraktur wajah untuk membuka jalan nafas oral dan nasofaringeal.
Stabilisasi sementara posisi rahang bawah ke arah posterior dengan
fraktur kedua kondilus dan simfisis yang menyebabkan obstruksi
jalan nafas atas.
d) Breathing and adequate ventilation
3. Rencana keperawatan
membaik mempertahankan
saturasi oksigen
>94%
Persiapkan intubasi
dan ventilasi
mekanisme, jika
perlu
Pasang jalur iv, jika
perlu
Pasang kateter urine
untuk menilai
produksi urine, jika
perlu
Edukasi
Jelaskan penyebab/
faktor resiko syok
Jelaskan tanda dan
gejala awal syok
Anjurkan untuk
memperbanyak
cairan oral
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian iv, jika
perlu
Kolaborasi transfusi
darah, jika perlu
Kolaborasi
antiinflamasi, jika
perlu.