Pembimbing :
dr. Edikta dr. Emerson Patoluhon Simatupang Sp.B
dr. Intan Darmawanti dr. Selviana Wati Fobia Sp.BM
PENDAHULUAN
• Fraktur Mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya rasa sakit,
pembengkakan, nyeri tekan, maloklusi, patahnya gigi, adanya gap, tidak
ratanya gigi, tidak simetrisnya arkus dentalis, adanya laserasi intra oral, gigi
yang longgar dan krepitasi.
ANAMNESIS
5 pertanyaan yang harus diketahui untuk mengetahui riwayat
penyakit pasien penderita fraktur maksilofasial ialah:
1.Bagaimana kejadiannya?
2.Kapan kejadiannya?
3.Spesifikasi luka, termasuk tipe objek y ang terkena, arah
terkena, dan alat yang kemungkinan dapat menyebabkannya?
4.Apakah pasien mengalami hilangnya kesadaran?
5.Gejala apa yang sekarang diperlihatkan oleh pasien, termasuk
nyeri, sensasi, Perubahan penglihatan, dan maloklusi?
Pemeriksaan Fisik
• Tahap ketiga adalah merupakan modifikasi dari teknik terbuka yaitu metode
fiksasi skeletal eksternal. Pada penatalaksanaan fraktur mandibula selalu
diperhatikan prinsip-prinsip dental dan ortopedik sehingga daerah yang
mengalami fraktur akan kembali atau mendekati posisi anatomis sebenarnya
dan fungsi mastikasi yang baik.
Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang bawah yaitu,
penanganan konservatif dengan melakukan reposisi tanpa operasi
langsung pada garis fraktur dan melakukan imobilisasi dengan
interdental wiring atau eksternal pin fixation.
Reposisi terbuka (open reduction); tindakan operasi untuk melakukan
koreksi deformitas maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang
bawah dengan melakukan fiksasi secara langsung dengan menggunakan
kawat (wire osteosynthesis) atau plat (plat osteosynthesis) .
KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula
adalah infeksi atau osteomyelitis yang nantinya dapat
menyebabkan berbagai komplikasi lainnya. Tulang mandibula
merupakan daerah yang paling sering mengalami gangguan
penyembuhan fraktur, baik itu malunion ataupun nonunion.