Anda di halaman 1dari 24

FRAKTUR MANDIBULA

Pembimbing :
dr. Edikta dr. Emerson Patoluhon Simatupang Sp.B
dr. Intan Darmawanti dr. Selviana Wati Fobia Sp.BM
PENDAHULUAN
• Fraktur Mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya rasa sakit,
pembengkakan, nyeri tekan, maloklusi, patahnya gigi, adanya gap, tidak
ratanya gigi, tidak simetrisnya arkus dentalis, adanya laserasi intra oral, gigi
yang longgar dan krepitasi.

• Fraktur mandibula menempati urutan kedua dari fraktur daerah wajah,


karena merupakan tulang yang menonjol yang terletak di tepi dan posisinya
di sepertiga bawah wajah dan tempat perlekatan otot-otot pengunyahan
sehingga mempunyai pergerakan yang aktif.

• Tujuan penatalaksanaan fraktur mandibula adalah memperoleh reduksi


anatomi dari garis fraktur, mendapatkan kembali oklusi sebelum cedera,
imobilisasi mandibula dalam periode tertentu untuk penyembuhan,
menjaga nutrisi yang adekuat, mencegah infeksi, malunion dan nonunion.
FRAKTUR MAKSILOFASIAL
Definisi Fraktur Maksilofasial :
Fraktur maksilofasial atau fraktur wajah adalah putusnya kontinuitas tulang, tulang
epifisis atau tulang rawan sendi. Fraktur adalah suatu keadaan dimana tulang retak,
pecah, atau patah, baik tulang maupun tulang rawan. Bentuk dari patah tulang bisa hanya
retakan saja, sampai hancur berkeping-keping.

Etiologi Fraktur Maksilofasial :


Ada banyak faktor yang menyebabkan fraktur maksilofasial itu dapat terjadi,
seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan akibat olah raga,
kecelakaan akibat peperangan dan juga sebagai akibat dari tindakan kekerasan.
Tetapi penyebab terbanyak adalah kecelakaan lalu lintas.
KLASIFIKASI FRAKTUR MAKSILOFASIAL
LOKASI JENIS FRAKTUR
Sentral Wajah a. Fraktur infrazigomatik (Fraktur tulang alveolar dan kompleks
dentoalveolar)
b. Fraktur Le Fort I dan Fraktur Guerin dengan atau tanpa fraktur
sagital
c. Fraktur Le Fort II dengan atau tanpa fraktur sagital
d. Fraktur nasomaksila dan kompleks nasoetmoidalis
e. Defek fraktur
Lateral Wajah a. Fraktur kompleks zigomatikoorbital
b. Fraktur zigomatik
c. Fraktur zigomatikomaksila
d. Fraktur arkus zigomatikus
e. Fraktur kombinasi zigomatik dan kompleks arkus zigomatiko
f. Fraktur orbita, termasuk Blow Out Fracture
g. Fraktur zigomatikomandibula

Kombinasi bagian a. Fraktur Le Fort III


sentral dan
lateral
KLASIFIKASI FRAKTUR MAKSILOFASIAL
BERDASARKAN LETAK ANATOMIS

A. Fraktur Kompleks Nasal


B. Fraktur Kompleks Zigomatikum
C. Fraktur Dentoalveolar
D. Fraktur Maksila
E. Fraktur Mandibula
DIAGNOSIS FRAKTUR MAKSILOFASIAL

ANAMNESIS
5 pertanyaan yang harus diketahui untuk mengetahui riwayat
penyakit pasien penderita fraktur maksilofasial ialah:
1.Bagaimana kejadiannya?
2.Kapan kejadiannya?
3.Spesifikasi luka, termasuk tipe objek y ang terkena, arah
terkena, dan alat yang kemungkinan dapat menyebabkannya?
4.Apakah pasien mengalami hilangnya kesadaran?
5.Gejala apa yang sekarang diperlihatkan oleh pasien, termasuk
nyeri, sensasi, Perubahan penglihatan, dan maloklusi?
Pemeriksaan Fisik

1. Pemeriksaan leher dan kepala


2. Pemeriksaan syaraf-syaraf cranial
3. Pemeriksaan wajah bagian tengah
4. Pemeriksaan Mandibula
5. Pemeriksaan mulut
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radigrafis Indikasi
Foto dental Trauma dan fraktur dental
Foto oklusal a.Fraktur sagital rahang atas
b.Luksasi benda asing (pecahan gigi, bahan
tambalan dan gigi palsu) ke jaringan lunak.
Ortopantomogram/OPG a.Trauma dental Fraktur dentoalveolar
b.Fraktur rahang bawah,termasuk fraktur
kondilus.
c.Fraktur rahang atas.
Subokcipitofrontal dengan mulut a.Fraktur rahang bawah
terbuka (Clementschitsch) atau b.Fraktur kondilus
Mandibula PA c.Pada dugaan terdapat fraktur rahang bawah
dan atau fraktur kondilus, maka pembuatan
foto clemi wajib dilakukan
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Radiologis Indikasi
Waters/sinus maksilaris oksipitonasal a. Fraktur wajah
b. Fraktur orbita

Submentobregmatikal (Henkeltopf) a. Fraktur arkus zigomatikus

Tomografi Komputer (scan CT), a. Fraktur wajah


termasuk Cranial ComputerTomografi b. Fraktur orbita (potongan koronal)
(CCT) dan juga scan CT dengan c. Fraktur rahang atas kompleks
rekonstruksi 3D d. Fraktur rahang bawah kompleks
e. Fraktur dasar tengkorak, sinus frontalis
f. Trauma cranium
ANATOMI MANDIBULA
PENGERTIAN
 Fraktur Mandibula didefinisikan sebagai deformitas linier atau
terjadinya diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh ruda
paksa. Fraktur dapat terjadi akibat trauma atau karena proses
patologis. Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas
tulang mandibula.

 Mandibula merupakan tulang yang kuat, tetapi pada beberapa


tempat dijumpai adanya bagian yang lemah. Daerah korpus
mandibula terutama terdiri dari tulang kortikal yang padat
dengan sedikit substansi spongiosa sebagai tempat lewatnya
pembuluh darah dan pembuluh limfe.
EPIDEMELIOLOGI
 Data penelitian menunjukkan bahwa penderita fraktur
maksilofasial akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda
motor lebih banyak dijumpai pada laki-laki usia produktif, yaitu
usia 21-30 tahun, sekitar 64,38%.

 Kejadian fraktur mandibula dan maksila menempati urutan


terbanyak yaitu masing-masing sebesar 29,85%, disusul fraktur
Zigoma 27,64% dan fraktur nasal 12,66%.
ETIOLOGI
 Benturan yang keras pada wajah dapat menimbulkan fraktur mandibula.
Toleransi mandibula terhadap benturan lebih tinggi daripada tulang-tulang
wajah yang lain. Fraktur mandibula lebih sering terjadi daripada fraktur
tulang wajah yang lain karena bentuk mandibula yang menonjol sehingga
sensitif terhadap benturan.

 Pada umumnya fraktur mandibula disebabkan oleh karena trauma


langsung.Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun proses
patologik. 69% dari fraktur mandibula disebabkan oleh kekerasan fisik, 27%
kecelakaan, 2% karena olahraga dan 4% faktor patologik, sedangkan fraktur
patologis dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang, osteogenesis
imperfekta, osteomielitis, osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang.
KLASIFIKASI FRAKTUR MANDIBULA
Insiden fraktur mandibula sesuai dengan lokasi anatominya :
1. Prosesus kondiloideus (29,1%) 5. Angulus mandibula (24%),
2. Simfisis mandibula (22%) 6. Corpus mandibula (16%)
3. Dentoalveolar (3,1%) 7. Ramus (1,7%)
4. Prosesus koronoideus (1,3%)
Berdasarkan Ada Tidaknya Gigi Pada Kiri dan
Kanan Garis Fraktur

Kelas I : Gigi ada pada kedua bagian garis fraktur


Kelas II : Gigi hanya ada pada satu bagian dari garis
fraktur
Kelas III : Tidak ada gigi pada kedua fragmen,
mungkin gigi sebelumnya memang sudah
tidak ada (edentulous) atau gigi hilang saat
terjadi trauma.
Berdasarkan Tipe Fraktur
Berdasarkan Arah Fraktur Mandibula
dan Kemudahan Untuk di Reposisi

Gambar 4. A. Horizontal favourable fracture C. Vertical favourable fracture


B. Horizontal unfavourable fracture D. Vertical unfavourable fracture
Diagnosis Fraktur Mandibula
1. Anamnesis, pada anamnesis keluhan subyektif berkaitan dengan fraktur mandibula
dicurigai dari adanya nyeri, pembengkakan oklusi abnormal, mati rasa pada
distribusi saraf mentalis, pembengkakan, memar, perdarahan dari soket gigi, gigi
yang fraktur atau tanggal, trismus, ketidakmampuan mengunyah.

2. Pemeriksaan klinis meliputi :


Pemeriksaan klinis pasien secara umum
Pemeriksaan lokal fraktur mandibula

3. Fraktur mandibula dapat dilakukan pemeriksaan penunjang antara lain;


 Foto Rontgen
 Foto Eisler
 Town′s view
 Foto Reverse Town′s view
 Foto Panoramic
 Temporomandibular Joint
 Orbitocondylar view
Penatalaksanaan Fraktur Mandibula
• Prinsip penanganan fraktur mandibula pada langkah awal bersifat kedaruratan
seperti jalan nafas atau airway, pernafasan atau breathing, sirkulasi darah
termasuk penanganan syok atau circulation, penanganan luka jaringan lunak
dan imobilisasi sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan cedera otak.

• Tahap kedua adalah penanganan fraktur secara definitif. Penanganan fraktur


mandibula secara umum dibagi menjadi dua metoda yaitu reposisi tertutup dan
terbuka. Pada reposisi tertutup atau konservatif , reduksi fraktur dan imobilisasi
mandibula dicapai dengan menempatkan peralatan fiksasi maksilomandibular.

• Tahap ketiga adalah merupakan modifikasi dari teknik terbuka yaitu metode
fiksasi skeletal eksternal. Pada penatalaksanaan fraktur mandibula selalu
diperhatikan prinsip-prinsip dental dan ortopedik sehingga daerah yang
mengalami fraktur akan kembali atau mendekati posisi anatomis sebenarnya
dan fungsi mastikasi yang baik.
Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang bawah yaitu,
penanganan konservatif dengan melakukan reposisi tanpa operasi
langsung pada garis fraktur dan melakukan imobilisasi dengan
interdental wiring atau eksternal pin fixation.
Reposisi terbuka (open reduction); tindakan operasi untuk melakukan
koreksi deformitas maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang
bawah dengan melakukan fiksasi secara langsung dengan menggunakan
kawat (wire osteosynthesis) atau plat (plat osteosynthesis) .
KOMPLIKASI
 Komplikasi yang paling umum terjadi pada fraktur mandibula
adalah infeksi atau osteomyelitis yang nantinya dapat
menyebabkan berbagai komplikasi lainnya. Tulang mandibula
merupakan daerah yang paling sering mengalami gangguan
penyembuhan fraktur, baik itu malunion ataupun nonunion.

 Keluhan yang diberikan dapat berupa rasa sakit dan tidak


nyaman yang berkepanjangan pada sendi rahang atau temporo
mandibular joint oleh karena perubahan posisi dan
ketidakstabilan antara sendi rahang kiri dan kanan. Hal ini tidak
hanya berdampak pada sendi tetapi otot-otot pengunyahan dan
otot sekitar wajah juga dapat memberikan respon nyeri.

Anda mungkin juga menyukai