Anda di halaman 1dari 28

Trauma Maksilofasial

D-III Semester IV
Jurusan Keperawatan Gigi
Poltekkes Kemenkes Surabaya
Nama Anggota
1. Gisca Febriani Putri (P27825015023)
2. Linda Alfiana Zahro (P27825015024)
3. Linda Rahmawati K.W (P27825015038)
Maksilofasial dibagi
menjadi 3 bagian :
1. Sepertiga Atas Wajah :
Tl. Frontalis, regio supra
orbita, rima orbita dan
sinus frontalis
2. Sepertiga Tengah Wajah
: Tl.
Maksila,zygomatikum,
lakrimal,nasal,palatinus
,nasal konka inferior,
tl.vomer
3. Sepertiga Bawah
Wajah : Tl. mandibula
Pengertian
Trauma Maksilofasial adalah
trauma fisik yang mengenai
wajah dan jaringan sekitarnya
yang menyebabkan hilangnya
kontinuitas tulang tulang wajah.

https://www.slideshare.net/
mobile/yheenie/trauma -
maksilofasial
Penyebab
a. Kecelakaan lalu lintas (fraktur pada sepertiga tengah
wajah)
b. Kekerasan fisik
c. Terjatuh
d. Olahraga
e. Trauma akibat senjata api
Klasifikasi Trauma Maksilofasial
a. Trauma pada jaringan lunak wajah
b. Trauma pada jaringan keras tulang penyusun wajah
Trauma pada Jaringan Lunak Wajah
1. Berdasarkan jenis luka dan
penyebab
a. Ekscoriasi
b. Luka sayat dan luka robek
c. Luka bakar
d. Luka tembak
2. Dikaitkan dengan unit estetik,
menguntungkan atau tidak
menguntungkan, dikaitkan
dengan garis Langer
3. Berdasarkan ada atau tidaknya
kehilangan jaringan
Trauma pada Jaringan Keras Tulang Penyusun
Wajah
A. Fraktur sepertiga bawah wajah, fraktur yang terjadi
pada mandibula
a. Simple atau Closed
b. Compound atau Open
c. Comminuted
d. Greenstick
B. Fraktur Sepertiga Tengah
Wajah (Fractures Le Fort),
merupakan tipe fraktur
tulang-tulang wajah yang
merupakan hal-hal klasik
terjadi pada trauma-
trauma wajah.
Le Fort berasal dari nama
seorang ahli bedah dari
Perancis yaitu Rene Le
Fort(1869-1951) yang
mendeskripsikannya di
awal abad 20.
Fraktur Sepertiga Tengah Wajah dibagi menjadi 3 :
a. Fraktur Le Fort I
b. Fraktur Le Fort II
c. Fraktur Le Fort III
A. Fraktur Le Fort I, fraktur
horizontal bagian bawah
antara maksila dan palatum
yang menyebabkan
terpisahnya prosesus
alveolaris dan palatum
durum. Garis fraktur berjalan
ke belakang melalui lamina
pterigoid.
B.Fraktur Le Fort II, fraktur
melalui tulang hidung
dan diteruskan ke tulang
lakrimalis, dasar orbita,
pinggir infra orbita dan
menyebrang ke bagian
atas dari sinus maksilaris
juga kearah lamina
pterigoid sampai ke fossa
pterigoid palatine
(fraktur pyramid)
C. Fraktur Le Fort III, garis
fraktur melalui sutura
nasofrontal diteruskan
sepanjang ethmoid
junction melalui fissure
orbitalis superior melintang
ke arah dinding lateral ke
orbital, suture zycomatyco-
frontal dan sutura temporo-
zycomaticum (fraktur
cranio-facial disjuction)
c. Fraktur Sepertiga Atas Wajah
yaitu fraktur yang mengenai tulang frontalis, regio
supra orbita, rima orbita dan sinus frontalis. Fraktur
tulang frontalis umumnya bersifat depressed ke
dalam atau hanya mempunyai garis fraktur linier yang
dapat meluas ke arah wajah.
d. Fraktur dentoalveolar, yaitu
kerusakan atau putusnya
kontinuitas jaringan keras
dan jaringan lunak yang
terdiri dari alveolus gigi
dan jaringan lunak lainnya.
Sering terjadi pada anak-
anak karena terjatuh saat
bermain atau akibat
kecelakaan. Trauma yang
biasanya terjadi pada gigi
incisivus sentra maksila
Tujuan utama perawatan fraktur
maksilofasial
a. Penyembuhan tulang cepat
b. Pengembalian fungsi okuler, fungsi penguyahan, fungsi
hidung
c. Perbaikan fungsi bicara
d. Mencapai susunan wajah dan gigi geligi sehingga
memenuhi estetis
e. Memperbaiki oklusi
f. Mengurangi rasa sakit akibat adanya mobilitas segmen
tulang
Tanda-tanda Fraktur
• Displacement, misalnya pada fraktur zigomatik terlihat
perubahan kontur muka. Kontur muka pada bagian yang
mengalami fraktur terlihat lebih cekung. Pada fraktur hidung
juga terlihat displacement dengan jelas berupa perubahan
kontur dari hidung.
• Dislokasi
• Krepitasi
• Tampak fragmen patahan dari tulang.

https ://www.trauma/Manage%20TRAUMA%20MULUT%20DAN
%20MAKSILOFASIAL-2.pdf
• Rasa sakit
• Pembengkakan, hematoma.
• Gangguan fungsi (function laesa), misalnya trismus,
gangguan saat menelan, ataupun bicara
• Maloklusi
• Parastesi, misalnya pada daerah persyarafan n.alveolaris
inferior pada fraktur mandibula dan pada daerah
persyarafan n.orbitalis pada fraktur wajah.
Klasifikasi Fraktur
1. Menurut Penyebab Terjadinya Fraktur
A. Fraktur traumatik
a) Trauma langsung (direct),trauma tersebut langsung
mengenai anggota tubuh penderita.
b) Trauma tidak langsung (indirect), terjadi seperti pada
penderita yang jatuh dengan tangan menumpu dan lengan
atas-bawah lurus, berakibat fraktur kaput radii atau klavikula.
B. Fraktur fatik atau stress
Trauma yang berulang dan kronis pada tulang yang
mengakibatkan tulang menjadi lemah. Contohnya pada
fraktur fibula pada olahragawan
https : //www.trauma/penatalaksanaan-fraktur-mandibula.pdf
C. Fraktur patologis
Pada tulang telah terjadi proses patologis yang
mengakibatkan tulang tersebut rapuh dan lemah.
Biasanya fraktur terjadi spontan. \

2. Menurut Hubungan dengan Jaringan Ikat Sekitarnya


A.Fraktur simple/tertutup
B. Fraktur terbuka
C.Fraktur komplikasi
3. Menurut Bentuk Fraktur
1. Fraktur komplit, garis fraktur membagi tulang
menjadi dua fragmen atau lebih
2. Fraktur inkomplit, kedua fragmen fraktur terlihat
saling impaksi atau masih saling tertancap.
3. Fraktur komunitif, fraktur yang menimbulkan lebih
dari dua fragmen.
4. Fraktur kompresi, fraktur ini umumnya terjadi di
daerah tulang kanselus.
Penanganan Trauma Maksilofacial
Inspeksi
Secara sistematis bergerak dari atas
ke bawah :
a. memar, abrasi, luka sayat,
bengkak.
b. luka tembus.
c. Asimetris atau tidak.
d. Adanya Maloklusi / trismus,
pertumbuhan gigi yang abnormal.
e. Cedera kelopak mata.
f. menguji pendengaran.
g. Perhatikan ekspresi wajah untuk
rasa nyeri, serta rasa cemas.
Palpasi
Periksa kepala dan wajah
Periksa luka terbuka
Periksa gigi untuk mobilitas, fraktur, atau maloklusi.
Palpasi untuk cedera tulang
Palpasi zygoma sepanjang lengkungan
Periksa mata

Periksa hidung (pelebaran sisi tengah hidung) atau

dislokasi.
Periksa lidah dan mencari luka intraoral atau bengkak.
Lakukan tes gigit.

Meraba seluruh bagian mandibula dan sendi

temporomandibular.

https : www. trauma/Update%20Diagnosis%20dan%20Tatalaksana%20Trauma


%20Maksilofasial10042017090714.pdf
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sinar-X A-P, lateral. Bila perlu dilakukan
foto waters. Untuk pencitraan wajah dilakukan
proyeksi waters sehingga bayangan bagian wajah tidak
terganggu atau disamarkan oleh struktur tulang dasar
tengkorak dan tulang servikal.

Anda mungkin juga menyukai