Anda di halaman 1dari 50

Fraktur Maksilofasial

Dingman : membagi tulang–tulang fasial/muka dalam 3 bagian :


1. Sepertiga bagian bawah :
- seluruh mandibula
2. Sepertiga bagian tengah :
- tulang-tulang maxila
- tulang zygoma
- tulang-tulang hidung
3. Sepertiga bagian atas :
- tulang frontalis
1.INSIDENSI (dewasa)

Insidensi fraktur tulang fasial : ( 1/3 bawah dan tengah)

Rowe & Kelly : - mandibula : 67,2 %


- tulang-tulang maxilla : 23,6 %
- kombinasi : 9,2 %

Dulu : fraktur mandibula : Fraktur maxilla = 3 :1


Sekarang: fraktur mandibula : fraktur maxilla = 2:1
FRAKTUR MANDIBULA
MANDIBULA >> SEBAB

- Bentuk Dalam tulang-tulang fasial


- Posisi
2. DEFINISI
FRAKTUR ; Hilangnya kontinuitas dari tulang

3. MACAM-MACAM FRAKTUR
1).Complete fracture :
- tulang patah seluruhnya menjadi 2 atau >
2). Incomplete fracture =(partial fracture):
- tulang tidak patah sama sekali /retak
3). Greenstick fracture :
- suatu incomplete fracture dari tulang yang kalsifikasinya
belum sempurna
8
4). Simple fracture=(closed fracture=frakture clausa):
Fracture dimana tidak ada luka kulit atau mukosa yang
menghubungkan udara luar dengan tulang yang fraktur.

5). Compound fracture (open fracture):


yaitu patah tulang rahang dimana tulang yang patah
berhubungan dengan rongga mulut atau permukaan luar
wajah melalui suatu kelukaan mukosa atau kulit.

6). Single :
yaitu suatu patah rahang yang hanya menyangkut suatu
tempat saja.

9
7). Multiple :
yaitu patah rahang yang terjadi di dua tempat atau lebih dan biasanya
bilateral.

8). Comminuted :
yaitu patah rahang yang terpecah pecah menjadi beberapa bagian

9). Complicated :
yaitu patah rahang yang disertai oleh atau dihubungkan dengan kelukaan
yang hebat disekitarnya. Ini melibatkan maxilla dan mandibula.Biasanya
terjadi pada luka tembak.

10
10). Impacted ;
yaitu patah tulang rahang dimana patahannya masuk ke tempat
patahan lainnya.

11). Spontaneus atau pathologic :


yaitu patah rahang karena faktor predisposing.

12). Depressed :
yaitu patahan tulang masuk ke dalam jaringan yang lebih
dalam, misalnya patahan tulang maxilla masuk ke dalam sinus
maxillaris

13). Pan fascial Fracture

11
1.Rasa sakit : - sakit tekan
- tenderness
2. OEDEM
3. Gangguan Fungsi
4. Discolorasi :- Echymosis
5. Deformitas
6. Mobilitas Abnormal : - deviasi artikulasi
7. Krepitasi
8. Trismus
9. Malokusi : - Avulsi
- trauma
12
10. Kelainan mata : - haematoma
- diplopia Frak. Maxilla
11. Hipersalivasi
12. Foetor ex ore halitosis
13. Parestesi
14. Lacerasi rupture

• CATATAN :
Dalam setiap kasus tidak selalu ditandai dengan seluruh tanda-
tanda diatas, tergantung :
- daerah yang terkena
- Jenis fraktur
- trauma
- Ada/ tidaknya gigi

13
FRAKTUR MANDIBULA

Mandibula tulang yang : - padat


- tebal
- kuat
Kelemahan : a. Bentuk dan posisinya
b. Daerah predileksi
- Symphisis
- For mentale
- Angulus
- Condylus
14
1. Menurut arah dan Favourabilitas dalam merawat :
a. Horizontal : - Favourable
- Unfavourable
b. Vertikal : - Favourable
- Unfavourable
( lihat gambar)

2. Menurut Tingkat Keparahannya :


a. F. Simple (closed)
b. F. Compound ( open)
15
3. Menurut Tipe Fraktur :
a. Greenstick (incomplete F)
b. Comminuted (dapat simple/compound)
c. Impacted
d. Depressed
e. Complicated

4. Menurut ada/tidaknya gigi


a. Dentulous = klas I
b. Partial Edentulous = klas II Rowe & Kelly

c. Edentulous = klas III

16
5. Menurut Ketebalannya
a. Incomplete
b. Complete

6. Menurut Sisi yang terkena


a. Unilateral
b. Bilateral

17
7. Menurut lokasinya & Insidensinya
a. Dentoalveolar = 3%
b. Symphisis = 14%
c. Corpus mandibula = 21%
d. Ramus mandibula = 3%
e. Angulus mandibula = 20%
f. Proc. Coronoideus = 2%
g. Proc. Condyloideus = 36%

18
19
PENGARUH MUSKULUS PADA
DISLOKASI FRAGMEN MANDIBULA

Muskulus-muskulus :
1. m. retractors/elevators pada proc.coronoideus menarik ke posterior dan
superior
Otot-otot: - m. temporalis posterior
- m.masseter bag. Internal
2. m.Protrusor pada proc. Condyloideus
Otot-otot : m.pterigoideus lateralis/ext. menarik ke arah media
anterior

20
21
3. m. elevator
Otot–otot : - m.masseter
- m. pterigoideus medialis/internus
- m. temporalis enterior

4. m. depressors & retractors


Otot-otot : - m. digastricus
- m. geniohyoideus

22
FRAKTUR MAKSILA
Anatomi Maksila
• Terdiri dari 4 prosesus:
1. Frontalis
2. Zigomatikus
3. Alveolaris
4. Palatinal
• Merupakan bagian sepertiga wajah tengah
• Berkontribusi membentuk orbita, kavitas nasal, dan hard palate
• Kekuatan yang mengenai wajah akan diserap dan ditransmisikan oleh
buttress system, terdapat 2 tipe:
1. Vertikal
2. horisontal
Buttresses of Maxillofacial
2. Horizontal buttress
1. Vertical buttress
1. Frontal bar
2. Orbital rim
3. Maxillary alveolar
4. Mandibular
alveolar
5. Inferior border of
mandible
FRAKTUR RAHANG
ATAS/MAXILLA
Berdasarkan garis fraktur dan tulang yang terlibat
1. Fraktur proc. Alveolaris maxillae.
Dapat mengenai 1 atau lebih gigi geligi. Bila trauma keras, dapat terjadi avulsi
komplit, tetapi umumnya masih terikat oleh jaringan lunak/alveolar mukosa.
Lokalisasi : - daerah tuber (pencabutan gigi molar tiga)
- anterior (karena trauma dari depan atau dari bawah/mandibula

- Lateral, karena trauma dari lateral


2. Fraktur vertikal/unilateral
maxillae
Fraktur pada median line, sepihak /unilateral, mengenai septum
nasalis satu sisi , bagian paling tipis dari proc. Palatinus dan os
palatina kemudian fossa nasalis lateralis. Biasanya bersama-
sama dengan fraktur proc.frontalis maxillae dan os nasalis
pada sisi yang sama.

Trauma dari depan atau lateral.


dapat depresed dan bergerak ke bawah, sehingga terjadi over
lapping/tumpangtindih pada median line, tetapi dapat juga
bergerak ke-latro-interior, sehingga terjadi separasi pada
median line. Sinus maxillaris juga terlibat, dan sering terisi
blood clot
3. Fraktur horisontal bilateral = Le Fort I = Transverse maxillary =
fraktur Guerin

Diperkenalkan oleh: Rene Le Fort th. 1901


Garis fraktur berjalan transversal di atas gigi geligi, dan segment
fraktur terdiri atas : proc.alveolaris, dasar sinus maxillaris dan
sebagian dindingnya , palatum dan bag. Bawah proc. Pterygoideus os
sphenoidalis.
Gambaran klinis Fraktur Le Fort 1

1. Bengkak bibir atas dan pipi


2. Ecchymosis pada sulkus maksilaris
3. Nasal block – oral breathing
4. Tidak ada gangguan penglihatan
5. Guerin sign = ecchymosis pada palatal  foramen palatinus mayus bilateral
6. Oklusi: - non displaced: tdk ada gangguan oklusi
- displaced: anterior open bite
posterior gagging of occlusion – threat to airway
7. Fraktur gigi
8. Fraktur palatal
9. Bilateral epistaksis perlu diobservasi
10. Nyeri saat bicara dan menggerakkan alveolar
rahang atas yang biasanya goyang
11. Floating maksila
12. Palpasi: deformitas step pada aperture
piriformis, sulkus bukal, dan regio tuberositas
4. Fraktur piramidal= Le
Fort II

Trauma terjadi di daerah maxilla bagian atas.

Garis Fraktur :

Ke arah lateral, melalui os lacrimalis, rima orbita inferior, dasar orbita,


kemudian pada atau dekatnya sutura zigomatico maxillaris.

Kearah posterolateral, yaitu melalui dinding lateral maxilla menuju “pterygoid


plates, dan masuk kedalam fossa pterygomaxillaris.

Pada midline/median line, meluas dari sutura nasofrontalis,kebelakang melalui


bagian atas dari os ethmoidale dan os vomer. Pada fraktur ini terjadi separasi
dari os nasale dan proc. Frontalis maxillaris dengan os frontalis.
Gambaran klinis Fraktur Le Fort II
1. Edema sepertiga wajah tengah (ballooning atau moon face
2. Edema sirkum orbital bilateral dan ecchymosis (black eye)
3. Hemorrhage subkonjungtiva bilateral – medial half
4. Bridge pada nasal akan depressed (flate face)
5. Open bite anterior – impaksi fragmen
6. Displacement ke bawah dan belakang dari fragmen fraktur yang menghambat oklusi
dengan anterior open bite (dish-shaped face)
7. Epistaksis bilateral
8. Kesulitan bicara dan mastikasi
9. CSF leak bisa terjadi
10. Deformitas step pada margin infraorbital
11. Anestesiadan atau parestesi pada pipi
5. Fraktur Transverse facialis= Le
Fort.III = Craniofacial disjunction

Terjadi separasi menyeluruh tulang facial dari perlekatan cranial , dan hanya
dilekatkan oleh jaringan lunak.

Garis fraktur melalui, sutura zigomaticofrontalis, sutura maxillofrontalis, sutura


nasofrontalis, termasuk dasar orbita, os ethmoidale, proc. pterygoideus os
sphenoidalis.

Sering disebut juga fraktur multiple


ossisfacialis.
Gambaran klinis Fraktur Le Fort III

1. Secara klinis tampak seperti Le Fort I, tetapi kondisinya lebih parah


2. Edema wajah, ballooning, Panda faces, 24-48 jam
3. Bengkak dan ecchymosis pada sirkum orbital “raccoon eyes”
4. Hemorrhage subkonjungtiva bilateral
5. Tenderness dan separasi pada sutura frontozygomatic
6. Karakteristik deformitas dish face
7. Enophthalmos
8. Diplopia atau Gangguan penglihatan, temporary blindness
9. Deviasi Nasal bridge: flattening and widening
10. Epistaksis, CFS rhinorrhea
FRAKTUR RAHANG ATAS/MAXILLA
Berdasarkan garis fraktur dan tulang yang terlibat
1. Fraktur proc. Alveolaris maxillae.
Dapat mengenai 1 atau lebih gigi geligi. Bila trauma keras, dapat terjadi avulsi
komplit, tetapi umumnya masih terikat oleh jaringan lunak/alveolar mukosa.
Lokasi : - daerah tuber(pencabutan gigi molar tiga)
- anterior (karena trauma dari depan atau dari bawah/mandibula
- Lateral, karena trauma dari lateral
FRAKTUR ZIGOMA
Fraktur OS Zygomaticum
disebut juga malar fraktur
Klasifikasi oleh Knight dan north (1961)-Inggris
Diklasifikasikan dalam 6 grup.:
1. No significant displacement. (6%)
Terlihat dalam ro , tapi tidak menunjukkan
perubahan bentuk secara klinis.
2. Fraktur arcus zygomaticum.(10%) = Zygomatic arch
fraktures.
Trauma pada arcus , sehingga terdesak ke
medial tanpa melibatkan dinding orbita dan
sinus max . Fragment ada 2, dengan 3 garis
fraktur. Komplikasi = trismus

40
41
42
43
44
45
3. Unrotated body fracture (33%)
Fraktur corpus zyg. Tanpa rotasi .
Trauma terjadi pada prominencia zygomaticum, corpus.

Displacement kearah sinus max. fragment


bergerak ke arah medioposteroinferior.Garis
fraktur pada sutura zygomatico maxxilaris, s.
zygomaticofrontalis, s. zygomaticotemporalis.

46
4. Medially rotared body fractures (11%)
Fractur corpus zygomaticum dengan rotasi kemedial

• Trauma terjadi pada prominensia , diatas sumbu horisontal ,


karenanya fragment bergerak ke arah medio –posteroinferior.
• Dilihat dari depan, sebelah kanan bergerak sesuai jarum jam ,
sebelah kiri berlawanan arah jarum jam.
Tipe A; tepi infra orbita bergerak ke bawah+prominensia ke luar
Tipe B: tepi infraorbita ke bawah + sutura zygomaticofrontale ke medial

47
5. Laterally rotated body fracture (22%)

Fraktur corpus zygomaticum dengan rotasi ke lateral.


Trauma terjadi pada prominensia , dibawah sumbu horizontal dan fragment
bergerak ke arah medio-posterior . Dilihat dari depan , sebelah kiri berputar
searah jarum jam, sebelah kanan berlawanan arah jarum jam.
Tipe A : - prominensia bergerak/terdesak ke medial + tepi infra orbital bergerak ke
atas
Tipe B : - prominensia ke medial + sutura zygomaticofrontalis bergerak ke lateral
/ke luar

48
6. Complex Zygoma Fracture
(18%)

• Fraktur terjadi pada beberapa tempat dan berkeping keping

49
50

Anda mungkin juga menyukai