Disusun Oleh
Pembimbing:
Florence M ., drg., Sp.BM., M.kes
PENDAHULUAN
sepasang rongga berupa sinus maksilaris, ke atas berhubungan dengan tulang frontal
dan tulang nasal, ke lateral dengan tulang zygoma dan inferior – medial pada
prosesus frontalis maksila. Maksila merupakan tulang yang tipis, pada bagian lateral
lebih tebal dan padat, pada bagian ini disangga oleh zygomatikomaksilari. 1 Selain
fraktur pada maksila yang sering terjadi fraktur mandibula juga memiliki prevalensi
yang tinggi.1
estetik, mastikasi dan fonetik. Mandibula merupakan tulang yang paling kuat pada
bagian wajah tetapi, mandibula lebih sering mengalami fraktur dibandingkan dengan
tulang lain. Hal tersebut karena posisinya yang lebih prominen, konfigurasi anatomi,
pada trauma yang terjadi di daerah maksilofasial dan daerah mandibular. Kecelakaan
merupakan penyebab trauma yang paling sering terjadi. Insidensi kecelakaan paling
besar ditemukan pada penderita berusia 21-30 tahun dan insidensi paling rendah
Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila
tidak ditangani dengan benar. Mandibula adalah tulang rahang bawah pada
industri atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian
atau kekerasan fisik. Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540
kasus fraktur, 69% kasus terjadi akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat
Pada laporan kasus ini, akan dilaporkan kasus pada pasien yang mengalami
fraktur pada daerah simpisis mandibular karena kecelakaan lalu lintas di kota Cirebon
LAPORAN KASUS
Nama : Tn. YS
Usia : 15 th
Alamat : Cirebon
Agama : Islam
2.2 Pemeriksaan
Pasien datang ke instalasi gawat darurat (IGD) pada bulan Maret 2020 karena
mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien mengalami fraktur pada daerah wajah pada
rahang bawah. Pasien mengalami luka robek pada bibir. Pasien mendapatkan
perawatan di IGD dan dirawat di RSUD Gunung Jati. Pasien dilakukan pemeriksaan
1. Persiapan pasien
2. Induksi
PEMBAHASAN
sering terjadi. Hal tersebut dikarenakan adanya daerah yang lemah yang mudah
paling sering fraktur daripada bagian wajah lainnya. Selama trauma, insidensi fraktur
pada mandibular termasuk tinggi dikarenakan bentuk anatomi yang paling prominens
pada wajah.2-4
terminologi, yaitu:5
1. Tipe fraktur
a. Fraktur simple atau fraktur tertutup, yaitu keadaan fraktur dengan jaringan
c. Fraktur komunisi, yaitu fraktur yang terjadi pada satu daerah tulang yang
tulang mengalami fraktur sedangkan pada sisi yang lain tulang masih terikat.
e. Fraktur patologis, yaitu fraktur yang diakibatkan oleh adanya penyakit pada
mandibula dapat terjadi pada daerah terjadi pada daerah-daerah sebagai berikut:5,6
a. Dentoalveolar
b. Kondilus
c. Koronoideus
d. Ramus
e. Sudut mandibula
f. Korpus mandibula
g. Simfisis
h. Parasimfisis
bawah dan rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada
rahang dan rasa yang sakit jika menggerakkan rahang, Pembengkakan pada posisi
fraktur juga dapat menetukan lokasi fraktur pada penderita. Krepitasi berupa suara
pada saat pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang yang fraktur bila
rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi, mukosa mulut dan
daerah sekitar fraktur, diskolorisasi perubahan warna pada daerah fraktur akibat
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat
edema pada jaringan lunak. Jika terjadi obtruksi hebat saluran nafas harus segera
dilakukan trakeostomi, selain itu juga dapat terjadi anasthesi pada satu sisi bibir
bawah, pada gusi atau pada gigi dimana terjadi kerusakan pada nervus alveolaris
inferior.7
Perawatan pada fraktur mandibular apat dilakukan dengan dua cara yaitu
internal fixation). pada reduksi terbuka dibutuhkan kawat eyelet dan pada reduksi
terbuka dibutuhkan mini plat, plat rekonstruksi yang lebih besar, skrup, dan kawat
eyelet.6
Teknik dari reduksi secara tertutup dan fiksasi dari fraktur mandibula
antara 2 gigi yang stabil, dengan penggunaan kawat yang lebih kecil untuk
Penggunaan arch bar dengan kawat 24 – dan 26-gauge yang fleksibel sering
digunakan.
Fraktur dapat dilakukan perawatan dengan fiksasi maxillomandibular (MMF)
selama 4 minggu atau dengan reduksi terbuka (open reduction). Pada sebuah
penelitian menemukan bahwa 13,7% dari gigi yang di ekstraksi pada garis fraktur
tetap pada garis fraktur. Hal ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan
yang signifikan antara jumlah komplikasi pada gigi di ekstraksi dan gigi yang
Gambar 4.3 Pemasangan plate dan screw pada teknik open reduction
Indikasi dari reduksi tertutup adalah jika, fraktur pada anak kecil karena jika
dilakukan reduksi terbuka maka dapat mengganggu benih gigi, fraktur dengan
keadaan tulang yang tidak berpindah/bergeser karena jika dilakukan reduksi terbuka
dapat mengakibatkan morbiditas. Indikasi dari reduksi terbuka adalah jika terdapat
dengan reduksi tertutup. Namun, reduksi terbuka harus memperhatikan jaringan yang
diekspos terutama pembuluh darah dan pembuluh syaraf serta jaringan parut yang
Ada beberapa faktor risiko yang secara spesifik berhubungan dengan fraktur
union. Faktor risiko yang paling besar adalah infeksi, kemudian aposisi yang
kurang baik, kurangnya imobilisasi segmen fraktur, adanya benda asing, tarikan
otot yang tidak menguntungkan pada segmen fraktur. Malunion yang berat pada
mandibula akan mengakibatkan asimetri wajah dan dapat juga disertai gangguan
fungsi.8
BAB V
KESIMPULAN
industri atau kecelakaan kerja, kecelakaan rumah tangga, mabuk dan perkelahian
atau kekerasan fisik. Menurut survey di District of Columbia Hospital, dari 540
kasus fraktur, 69% kasus terjadi akibat kekerasan fisik (perkelahian), 27% akibat
kecela kaan lalu-lintas, 12% akibat kecelakaan kerja, 2% akibat kecelakaan saat
Perawatan pada fraktur maksila dan mandibular dapat dilakukan dengan dua
cara yaitu secara reduksi tertutup (close reduction) dengan fiksasi maksilomandibula
internal fixation). pada reduksi terbuka dibutuhkan kawat eyelet dan pada reduksi
terbuka dibutuhkan mini plat, plat rekonstruksi yang lebih besar, skrup, dan kawat
eyelet.6
DAFTAR PUSTAKA