Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN FRAKTUR MAKSILA

INDIKASI REKONTRUKSI TULANG WAJAH


DI RSSA MALANG

Oleh
RACHMAT HUDA

DALAM RANGKA MENJALANI PELATIHAN


PERIOPERATIF PASIEN DIKAMAR BEDAH
BAGI PERAWAT
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS LAPORAN PENDAHULUAN
FRAKTUR MAKSILA INDIKASI REKONTRUKSI TULANG WAJAH
DIRUANG OPERASI RUMAH SAKIT RSUD SAIFUL ANWAR MALANG

OLEH :
PEMBIMBING :

DISETUJUI OLEH
PEMBIMBING

(……………………..)
I. PENGERTIAN

Fraktur adalah hilang atau putusnya kontinuitas jaringan keras tubuh.


Fraktur maxila adalah rusaknya kontinuitas tulang maxilar yang dapat disebabkan
oleh trauma baik secara langsung atau tidak langsung.
(http://www.slideshare.net/yheenie/trauma-maksilofasial).
Bedah wajah rekonstruktif adalah prosedur yang bertujuan untuk
membentuk kembali bagian wajah seseorang guna meningkatkan penampilannya.
Biasanya dilakukan pada pasien yang menderita cedera pada wajah karena
[trauma[(/id/info/condition/trauma), namun kadang dilakukan karena alasan
kecantikan.
II. ETIOLOGI
Setiap pukulan keras pada muka dapat mengakibatkan terjadinya suatu
fraktur pada mandibula. Daya tahan mandibula terhadap kekuatan impak adalah
lebih besar dibandingkan dengan tulang wajah lainnya. Meskipun demikian
fraktur mandibula lebih sering terjadi dibandingkan dengan bagian skeleton muka
lainnya.
Untuk fraktur maksila sendiri, kejadiannya lebih rendah dibandingkan
dengan fraktur midface lainnya. Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Rowe dan
Killey pada tahun 1995, rasio antara fraktur mandibula dan maksila melebihi 4:1.
Beberapa studi terakhir yang dilakukan pada unit trauma rumah sakit-rumah sakit
di beberapa negara menunjukkan bahwa insiden fraktur maksila lebih banyak
terkait dengan fraktur mandibula.
III. DASAR ANATOMI
Maksila terbentuk dari dua bagian komponen piramidal iregular yang
berkontribusi terhadap pembentukan bagian tengah wajah dan bagian orbit,
hidung, dan palatum. Maksila berlubang pada aspek anteriornya untuk
menyediakan celah bagi sinus maksila sehingga membentuk bagian besar dari
orbit, nasal fossa, oral cavity, dan sebagian besar palatum, nasal cavity, serta
apertura piriformis. Maksila terdiri dari badan dan empat prosesus, frontal,
zygomatic, palatina, adan alveolar. Badan maksila mengandung sinus maksila
yang besar. Pada masa anak-anak, ukuran sinus ini masih kecil, tapi pada saat
dewasa ukuran akan mebesar dan menembus sebagian besar struktur sentral pada
wajah. Maksila dirancang untuk menyerap gaya yang timbul saat mengunyah dan
menyediakan buttress (daerah tulang yang lebih tebal yang menyokong unit
fungsional wajah (otot, mata, oklusi dental, airway) dalam relasi yang optimal
dan menentukan bentuk wajah dengan cara memproyeksikan selubung soft tissue
diatasnya) vertikal oklusi gigi.

Mandibula adalah tulang rahang bawah dan merupakan tulang muka


yang paling besar dan kuat. Mandibula merupakan satu – satunya tulang pada
tengkorak yang dapat bergerak. Mandibula dapat ditekan dan diangkat pada
waktu membuka dan menutup mulut. Dapat ditonjolkan, ditarik ke belakang dan
sedikit digoyangkan dari kiri ke kanan dan sebaliknya sebagaimana terjadi pada
waktu mengunyah. Pada perkembangannya tulang ini terdiri dari dua belahan
tulang yang bersendi di sebelah anterior pada simpisis mental, persatuan kedua
belahan tulang ini terjadi pada umur dua tahun membentuk sebuah korpus yang
letaknya horisontal dan berbentuk seperti tapal kuda, menjorok ke muka serta
mempunyai dua buah cabang yang menjorok ke atas dari ujung posterior korpus.
IV. TANDA DAN GEJALA

 Fraktur Maksila

 Nyeri hebat di tempat fraktur

 Tak mampu menggerakkan dagu bawah

 Fungsi berubah

 Bengkak

 Kripitasi

 Sepsis pada fraktur terbuka

 Deformitas muka

 Diplopia

 Gangguan sensibilitas pipi dan bibir atas

 Mal occlusi gigi

 Fraktur Mandibula

Gejala yang timbul dapat berupa dislokasi, yaitu berupa perubahan posisi
rahang yang menyebabkan maloklusi atau tidak berkontaknya rahang bawah
dan rahang atas. Jika penderita mengalami pergerakan abnormal pada rahang
dan rasa yang sakit jika menggerakkan rahang. Pembengkakan pada posisi
fraktur juga dapat menentukan lokasi fraktur pada penderita. Krepitasi
berupa suara pada saat  pemeriksaan akibat pergeseran dari ujung tulang
yang fraktur bila rahang digerakkan, laserasi yang terjadi pada daerah gusi,
mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur, discolorisasi perubahan warna
pada daerah fraktur akibat pembengkakan, terjadi pula gangguan fungsional
berupa penyempitan pembukaan mulut, hipersalivasi dan haloitosis, akibat
berkurangnya pergerakan normal mandibula dapat terjadi stagnasi makanan
dan hilangnya efek self cleansing karena gangguan fungsi pengunyahan.
Gangguan jalan nafas pada fraktur mandibula juga dapat terjadi akibat
kerusakan hebat pada mandibula menyebabkan perubahan posisi, trismus,
hematom, edema pada jaringan lunak. Jika terjadi obstruksi hebat saluran
nafas harus segera dilakukan trakeostomi, selain itu juga dapat terjadi
anastesi pada satu sisi bibir  bawah, pada gusi atau pada gigi dimana terjadi
kerusakan pada nervus alveolaris inferior.

V. PENATALAKSANAAN

 Maksila

1. Fiksasi Maksilomandibular

Teknik ini merupakan langkah pertama dalam treatment fraktur maksila


untuk memungkinkan restorasi hubungan oklusal yang tepat dengan aplikasi

arch bars serta kawat interdental pada arkus dental atas dan bawah. Prosedur
ini memerlukan anestesi umum yang diberikan melalui nasotracheal tube.

2. Akses Fiksasi

Akses untuk mencapai rangka wajah dilakukan pada tempat-tempat tertentu


dengan pertimbangan nilai estetika selain kemudahan untuk mencapainya.
Untuk mencapai maksila anterior dilakukan insisi pada sulkus
gingivobuccal, rima infraorbital, lantai orbital, dan maksila atas melalui
blepharoplasty (insisi subsiliari). Daerah zygomaticofrontal dicapai melalui
batas lateral insisi blepharoplasty. Untuk daerah frontal, nasoethmoidal,
orbita lateral, arkus zygomatic dilakukan melalui insisi koronal bila
diperlukan.
3. Reduksi Fraktur

Segmen-segmen fraktur ditempatkan kembali secara anatomis. Tergantung


pada kompleksitas fraktur, stabilisasi awal sering dilakukan dengan kawat
interosseous.

4. Stabilisasi Plat dan Sekrup

Fiksasi dengan plat kecil dan sekrup lebih disukai. Pada Le Fort I, plat mini
ditempatkan pada tiap buttress nasomaxillary dan zygomaticomaxillary.
Pada Le Fort II, fiksasi tambahan dilakukan pada nasofrontal junction dan
rima infraorbital. Pada Le Fort III, plat mini ditempatkan pada artikulasi
zygomaticofrontal untuk stabilisasi.

5. Cangkok Tulang Primer

Tulang yang rusak parah atau hilang saat fraktur harus diganti saat
rekonstruksi awal. Cangkok tulang diambil dari kranium karena
aksesibilitasnya (terutama jika diakukan insisi koronal), morbiditas tempat
donor diambil minimal, dan memiliki densitas kortikal tinggi dengan volum
yang berlimpah. Pemasangan cangkokan juga dilakukan dengan plat mini
dan sekrup.

 Mandibular

Prinsip dasar umum dalam perawatan fraktur mandibula ialah sebagai berikut.
Evaluasi klinis secara keseluruhan dengan teliti, pemeriksaan klinis fraktur dilakukan
secara benar, kerusakan gigi dievaluasi dan dirawat bersamaan dengan perawatan fraktur
mandibula, mengembalikan oklusi merupakan tujuan dari perawatan fraktur mandibula.

Apabila terjadi fraktur mulitple di wajah, fraktur mandibula lebih baik dilakukan
perawatan terlebih dahulu dengan prinsip dari dalam keluar, dari bawah keatas. Waktu
penggunaan fiksasi intermaksiler dapat bervariasi tergantung tipe, lokasi, jumlah dan
derajat keparahan fraktur mandibula serta usia dan kesehatan pasien maupun metode yang
akan digunakan untuk reduksi dan imobilisasi. Penggunaan antibiotik untuk kasus
compound fractures, monitor pemberian nutrisi pasca operasi.

Penanganan fraktur mandibula secara umum dibagi menjadi 2 metode yaitu


reposisi tertutup dan terbuka. Reposisi tertutup (closed reduction) patah tulang rahang
bawah ; penanganan konservatif dengan melukan reposisi tanpa operasi langsung pada
garis fraktur dan melakukan imobilisasi dengan interdental wiring atau eksternal pin
fixation.

Reposisi terbuka (open reduction) ; tindakan operasi untuk melakukan koreksi


defromitas-maloklusi yang terjadi pada patah tulang rahang bawah dengan melakukan
fiksasi dengan interosseus wiring serta imobilisasi dengan menggunakan interdental
wiring atau dengan mini plat+skrup.

Indikasi untuk closed reduction antara lain ;

a. Fraktur komunitif, selama periosteum masih intak masih dapat diharapkan


kesembuhan tulang
b. Fraktur dengan kerusakan soft tissue yang cukup berat, dimana rekonstruksi
soft tissue dapat digunakan rotation flap, free flap atau pun granulasi
persecundum bila luka tersebut tidak terlalu besar
c. Edentulous mandibula ; closed reduction dengan menggunakan protese
mandibula “gunning splint” dan sebaiknya dikombinasikan dengan kawat
circum mandibula- circumzygomaticum
d. Fraktur pada anak-anak ; karena open reduction dapat menyebabkan
kerusakan gigi yang sedang tumbuh. Apabila diperlukan open reduction
dengan fiksasi internal, maka digunakan kawat yang halus dan diletakkan
pada bagian paling inferior dari mandibula. Closed reduction dilakukan
dengan splint acrylic dan kawat circum-mandibular dan circumzygomaticum
bila memungkinkan
e. Fraktur condylus ; mobilisasi rahang bawah diperlukan untuk menghindari
ankylosis dari TMJ. Pada anak, moblisasi ini harus dilakukan tiap minggu,
sedangkan dewasa setiap 2 minggu.
Indikasi untuk reposisi terbuka (open reduction) :

a. Displaced unfavourable fracture melalui angulus


b. Displaced unfavourable fracture dari corpus atau parasymphysis. Bila
dikerjakan dengan reposisi tertutup, fraktur jenis ini cenderung untuk terbuka
pada batas inferior sehingg mengakibatkan maloklusi
c. Multiple fraktur tulang wajah ; tulang mandibula harus difiksasi terlebih
dahulu sehingga menghasilkan patokan yang stabil dan akurat untuk
rekonstruksi
d. Fraktur midface disertai displaced fraktur condylus bilateral. Salah satu
condylus harus di buka untuk menghasilkan dimensi vertical yang akurat dari
wajah
e. Malunions → diperlukan osteotomie
Tehnik operasi open reduction ; merupakan jenis operasi bersih kontaminasi,
memerlukan pembiusan umum dengan intubasi nasotrakeal, usahakan fiksasi pipa
nasotrakeal ke dahi. Posisi penderita telentang, kepala hiperekstensi denga
meletakkan bantal dibawah pundak penderita, meja operasi diatur head up 20-25
derajat. Desinfeksi dengan batas atas garis rambut pada dahi, bawah pada
klavikula,lateral tragus ke bawah menyusur tepi anterior m. trapesius kanan kiri.

VI. KOMPLIKASI

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain adanya infeksi, dengan kuman patogen
yang umum adalah staphylococcus, streptococcus dan bacterioides. Terjadi malunion dan
delayed healing, biasanya disebabkan oleh infeksi, reduksi yang inadekuat, nutrisi yang
buruk, dan penyakit metabolik lainnya. Parasthesia dari nervus alveolaris inferior, lesi r
marginalis mandibulae n. fasialis bisa terjadi akibat sayatan terlalu tinggi. Aplikasi
vacuum drain dapat membantu untuk mencegah timbulnya infeksi yang dapat terjadi oleh
karena genangan darah yang berlebihan ke daerah pembedahan. Fistel orokutan bisa
terjadi pada kelanjutan infeksi terutama pada penderita dengan gizi yang kurang sehingga
penyembuhan luka kurang baik dan terjadi dehisensi luka.
TEKNIK INSTRUMENTASI

I. Tujuan
1. Mengatur alat secara sistematis di meja mayo
2. Mempertahankan kesterilan alat – alat sebelum operasi.
3. Memperlancar handling instrument.
II. Persiapan Pasien
1. Persetujuan tindakan operasi, anestesi, lembar penandaan dan lembar serah
terima pasien.
2. Pasien puasa 6-8 jam sebelum operasi
3. Pasien disiapkan dalam kondisi bersih dan memakai pakaian khusus untuk masuk
kamar operasi.
4. Pasien diposisikan pada posisi supinasi di meja operasi.
5. Dilakukan tindakan pembiusan dengan GA.
6. Dokumentasi identitas pasien di buku register dan membuat asuhan keperawatan
pasien oleh perawat sirkuler.

III. Persiapan Lingkungan


1. Mengatur dan mengecek fungsi dan letak mesin suction, mesin couter, lampu
operasi, meja operasi, meja mayo, meja instrument, troley, waskom besar, dan
penempatan kursi.

2. Memberi perlak dan duk pada meja operasi dan meMberi under pad pada meja
operasi..

3. Menempatkan tempat sampah agar mudah dijangkau.

4. Menyiapkan linen dan instrumen yang akan digunakan.

5. Menyiapkan bahan habis pakai.

IV. Persiapan Alat


 Instrumen Operasi
a. Instrumen dasar

No. Nama instrument Jumlah

1. Duk klem 8
2. Desinfeksi klem 1

3. Pinset chirurgis 1

4. Pinset anatomis 1

5. Pinset bebek chirurgis 2

6. Pinset bebek anatomis 2

7. Gunting kasar lurus mini (Surgical scissor ) 1

8. Gunting metzemboum (Metzemboum scissor) 1

9. Hanvat mess no.3 1

10. Musquito klem 2

11. Klem pean bengkok (Forcep pean curve) 2

12. Klem Kockher 2

13. Nald volder sedang/ kecil (Needle holder) 1/1

14 Klem pean manis 1

b. Instrumen tambahan

No. Nama Instrumen Jumlah

1. Langen back/ dobel langen back 1/1

2. Sen Miller 2

3. Timan / Maliable 1/1

4. Spatel lidah 2

5. Gunting wire 2

6. Mouth guard 1
7. Twister 1

8. Ding Man 2

9. Knife tang 1

10. Binder 2

11. Gillis 1

12. Tang hidung 1

13. Bine hack 2

14. Curet (scalpel aple) 1

15. Raspatorium sedang/ keecil 1/1

16. Elevatorium 1

17. Knable tang 1

18. Bor, kepala bor dan mata bor no 1,6 1/1

19. Screw driver dan plate Sesuai


kebutuhan

20. Bayonet 1

c. Instrumen penunjang

 instrumen penunjang steril

No Nama instrument Jumlah

1 Canula suction 2

2 Kabel couter 1

3 Kotak implan (mini plate uk. 2.0+ screw no. Sesuai


12, 10, 8, 6 dan 5) kebutuhan
4 Bengkok 1

5 Cucing kecil/ kom 2/1

6 Pegangan lampu operasi 1

7 Tempat cairan untuk gosok gigi 1

8 Kawat wire Sesuai


kebutuhan

9 Kotak implant (mini plate + screw) 1 set

 Instrumen Penunjang Non Steril


No Nama Alat Jumlah
1 Mesin Couter 1
2 Mesin Suction 1
3 Lampu Operasi 2
4 Meja Operasi 1
5 Meja Instrument 1
6 Meja Mayo 1
7 Standar Infus 1
8 Troli Waskom 1
9 Tempat Sampah 2
10 Tempat handuk 1

 Set Linen

No Nama Alat Jumlah


1 Duk Besar 4
2 Duk Sedang 4
3 Duk Kecil 4
4 Sarung Meja Mayo 1
5 Handuk Tangan 6
6 Scort/ Gaun Operasi 6
 Bahan habis pakai

No Nama Bahan Jumlah

1 Handscoen steril no 6,5/7/7,5/8 Sesuai kebutuhan

2 Mess no. 15 2

3 NaCl 0,9 % twist1 liter 1

4 Povidon Iodine / savlon / pehidrol Sesuai kebutuhan

5 Spuit 10 cc / 3cc / 1cc / 20 cc 4/1/1/1

6 Mersilk no.2-0 c / premiline 6 – 0 1/1

7 Vicryl no.4-0 2

8 Deepers /Kasa Sesuai kebutuhan

9 Salep mata Sesuai kebutuhan

10 Cateter no 14 1

11 Urobag 1

12 Underpad on/ steril ½

13 Pehacain Sesuai kebuthan

14 Methilen blue Sesuai kebutuhan

15 Tusuk gigi steril 1

16 Antibiotic (Ceftriaxon) 2 vial

21 Sikat gigi 1

22 Selang suction 1

23 Towel 1
24 Sufratule Sesuai kebutuhan

15 Gypsona 10 cm / softband 10 cm 1/1

V. Teknik Instrumentasi

1. Serah terima pasien dari premedikasi ke perawat sirkuler.

1. Melakukan Sign in yang dihadiri oleh, dokter operator, dokter anestesi dan
perawat sirkuler :

 Apakah pasien telah dikonfirmasi identitas, area operasi, tindakan


operasi, dan lembar persetujuan : sudah

 Apakah area operasi sudah ditandai : sudah (lembar penandaan sudah


ada)

 Apakah mesin anestesi dan obat-obatan telah diperiksa kesiapannya :


sudah

 Apakah pulse oksimeter pada pasien telah berfungsi baik : sudah

 Apakah pasien mempunyai riwayat alergi : tidak

 Penyulit airway atau resiko aspirasi : ada

 Resiko kehilangan darah lebih 500ml : ya

2. Bantu pasien memindahkan di meja operasi yang sudah diberi under pad on
dibawah kepala.

3. Berikan gunting wire on kepada dokter untuk melepas ikatan pada achbar di gigi
pasien.

4. Posisikan pasien supine (kepala ekstensi), Tim anasthesi melakukan induksi


(general anesthesi).

5. Selanjutnya petugas anestesi memasang roll tampon / packing.


6. Perawat sirkuler membantu dokter memasang kateter two way no 14,
sambungkan dengan urobag, kemudian memaasang arde di tungkai kaki
sebelah kanan pasien.

7. Perawat sirkuler membersihkan gigi dan mulut dengan menggosok menggunakan


sikat gigi dan cairan (NS 0,9% + iodine povidon+ pehidrol 1: 1 : 1), dengan
menggunakan spatula dan mensuction cairan yang ada di dalam mulut. Lalu
perawat sirkuler melakukan pencucian area operasi dan dikeringkan dengan kasa
kering.

8. Perawat instrumen melakukan scrubing, gowning, gloving, Kemudian membantu


gowning dan gloving pada operator dan asisten operator.

9. Berikan desinfeksi klem dan deppers dalam cucing yang berisi bethadine 10%
kepada operator atau asisten untuk mendesinfeksi area operasi. Lalu dibersihkan
dengan savlon 4 menggunakan deppers dalam bengkok kecil→ sampai semua
wajah di tampakkan.

10. Draping:
a) Berikan 1 underpad steril + 2 duk kecil dibawah kepala untuk dibulatkan ke
kepala lalu difiksasi dengan duk klem (1).
b) Tambahkan (1) duk kecil segitiga di bawah dagu menutupi leher dan
membungkus ETT, lalu digabung dengan duk dibawah kepala dan difiksasi
dengan duk klem.
c) Kemudian berikan duk besar dibawah dagu menutupi sampai kaki, (kalau
kurang, bisa ditambah dengan duk sedang. Kemudian duk besar untuk
dilingkarkan dari bagian kepala sampai bahu kanan dan kiri difiksasi dengan
duk klem agar lebih rapi.
11. Dekatkan meja mayo dan meja instrument, pasang selang couter, selang suction
dan difiksasi dengan kasa dan duk klem. Cek kelayakan alat.
2. Perawat sirkuler membacakan Time out :

 Konfirmasi semua tim operasi telah memperkenalkan nama dan tugas


masing-masing : sudah
 Konfirmasi nama pasien, jenis tindakan dan area yang akan di operasi:
sudah
 Antibiotik profilaksis telah diberikan paling tidak 60 menit sebelum
operasi : sudah, ceftriaxone 1 gr
 Untuk operator:
 Apakah ada tindakan darurat atau prosedur diluar standart
operasi yang akan dilakukan : tidak
 Berapa lama operasi : kurang lebih 2-3 jam
 Antisipasi kehilangan darah : sedia darah prc 2 labu
 Untuk anestesi : apakah ada perhatian khusus mengenai pembiusan pada
pasien ini ? airway
 Untuk instrument :
 Apakah peralatan sudah di sterilisasi : sudah
 Apakah ada perhatian khusus pada peralatan : jumlah alat, kassa,
bekhas dan deppers, benda tajam
 Apakah diperlukan radiologi : tidak
 Operator memimpin berdoa
12. Berikan kasa basah untuk membersihkan area desinfeksi lalu dikeringkan dengan
kasa kering.

13. Berikan suntikan spuit 10cc + pehacain yang dioplos dengan NS 0,9%. 1: 1 pada
operator untuk dilakukan injeksi diarea mandibula bagian dalam untuk
mengurangi hemostasis + mengembangkan area oprasi karena ETT akan
dikeluarkan di bagian bawah mandibular untuk sementara. (lapor pada anestesi
sebelum tindakan). Tuggu 5- 15 menit hingga efek injeksi bekerja.

14. Dokter anesthesia, dokte operator dan asisten siap untuk mengeluarkan ETT pada
bagian bawah mandibular, berikan hanvat mess no 3 dengan mess no 15 pada
operator untuk melakukan insisi intra oral dan ekstra oral pada mandibular dan
berikan pean manis+kassa kepada asisten. ETT di masukkan pada area insisi
kemudian dikeluarkan di bawah mandibular.

15. Berikan nald voeder, benang mersilk 2-0 cutting dan pinset chirurgis pada
operator untuk fiksasi ETT dan berikan gunting benang pada aisten untuk
memotong benang. Berikan kassa untuk membersihkan darah.

16. Berikan methilen blue dan tusuk gigi kepada operator untuk menandai area insisi.
17. Berikan spuit 10 cc + pehacain yang dioplos dengan NS 0,9%. 1: 1 pada operator
untuk dilakukan injeksi diarea mandibula untuk mengurangi hemostasis +
mengembangkan area oprasi (lapor pada anestesi sebelum tindakan). Tuggu 5-
15 menit hingga efek injeksi bekerja.
18. Berikan operator hanvat mess no 3 dengan mess no 15 untuk melakukan insisi
ekstra oral pada mandibular.

19. Berikan kasa kering dan mosquito klem pada asisten untuk rawat perdarahan.

20. Kemudian insisi diperdalam sampai bagian tulang yang mengalami fraktur
terlihat, instrumentator memberikan spuit 20 cc dengan jarum yang sudah
dipotong berisi NS 0.9% dan suction pada asisten untuk melakukan spoeling.

21. Kemudian berikan langenback kepada asisten untuk memperlebar lapang


pandang operasi.
22. Setelah tampak tulang berikan raspatorium pada operator untuk membersihkan
sisa muskulus yang menempel di tulang.
23. Berikan operator scalple apple untuk membersihkan tulang dan bine hack + spuit
10cc yang berisi NS 0.9% dan + suction pada asisten untuk melakukan spoeling
dan suctioning. Perawat instrumen memegang kasa dan menerima jaringan yg
dibuang.

24. Berikan ding man (2) kepada operator untuk memfiksasi tulang yang fraktur
bagian mandibular tengan agar simetris dan berikan dobel san miller pada asisten
agar membuka lapang pandang operasi.
25. Berikan mini plate 5 hole ukuran 2.0/ sesuai kebutuhan pada operator untuk
mengukur fraktur pada mandibula (bila terlalu panjang bisa dipotong
menggunakan knife tang).

26. Berikan bor listrik yang sudah terpasang mata bor 1,6 mm pada operator untuk
membuat lubang 2 korteks sesuai dengan hole pada plate.

27. Berikan pada asisten spoeling NS 0,9% dengan spuit 10cc, sambil disuction.

28. Berikan screw no 12 dengan screw driver pada operator untuk fiksasi mini plate
pada tulang yang fraktur.

29. Lakukan langkah 26-28 sampai semua hole terisi kecuali garis fraktur, Operator
mengecek ulang dan memastikan bahwa semua hole telah terisi dan mengunci
kembali dengan screw driver.
30. Selanjutnya bagiang mandibular anterior lakukan langkah no. 22 - 29 dengan
menggunakan mini plate 5 hole ukuran 2.0 dan screw no 8 dan10.
31. Berikan kassa basah untuk menutup lubang mandibular sementara karena akan
mengerjakan bagian maksila.
32. Berikan kawat wire yang sudah di potong dengan knif tang sesuai ukuran untuk
memfiksasi gigi bagian atas dan berikan twister kepada operator untuk mengikat
kawat wire dan berikan tongue spatel pada asisten.
33. Berikan methilen blue dan tusuk gigi kepada operator untuk menandai area insisi.
34. Berikan spuit 10 cc + pehacain yang dioplos dengan NS 0,9%. 1: 1 pada operator
untuk dilakukan injeksi intra oral bagian maksila untuk mengurangi hemostasis +
mengembangkan area oprasi (lapor pada anestesi sebelum tindakan). Tuggu 5-
15 menit hingga efek injeksi bekerja.
35. Berikan operator hanvat mess no 3 dengan mess no 15 untuk melakukan insisi
intra oral pada maksila bagian kanan dan kiri.

36. Kemudian insisi diperdalam sampai bagian tulang yang mengalami fraktur
terlihat, instrumentator memberikan spuit 20 cc dengan jarum yang sudah
dipotong berisi NS 0.9% dan suction pada asisten untuk melakukan spoeling.
37. Kemudian berikan langenback kepada asisten untuk memperlebar lapang
pandang operasi.
38. Setelah tampak tulang berikan raspatorium pada operator untuk membersihkan
sisa muskulus yang menempel di tulang.
39. Berikan operator scalple apple untuk membersihkan tulang dan bine hack atau
gillis + spuit 10cc yang berisi NS 0.9% dan + suction pada asisten untuk
melakukan spoeling dan suctioning. Perawat instrumen memegang kasa dan
menerima jaringan yg dibuang.
40. Berikan mini plate 3 hole ukuran 2.0/ sesuai kebutuhan pada operator untuk
mengukur fraktur pada maksila kiri lateral (bila terlalu panjang bisa dipotong
menggunakan knife tang).
41. Berikan screw no 5 dengan screw driver pada operator untuk fiksasi mini plate
pada tulang yang fraktur.
42. Lakukan langkah 40 - 41 sampai semua hole terisi kecuali garis fraktur, Operator
mengecek ulang dan memastikan bahwa semua hole telah terisi dan mengunci
kembali dengan screw driver.
43. Selanjutnya bagiang maksila kiri kontra lateral lakukan langkah no.40 - 42
dengan menggunakan bor listrik yang sudah terpasang mata bor 1,6 mm untuk
melubangi 1 korteks, mini plate 5 hole ukuran 2.0 dan screw no 5.

44. Berikan kassa basah untuk menutup lubang sementara karenan akan mengerjakan
bagian maksila kanan.
45. Berikan Berikan operator scalple apple untuk membersihkan tulang dan bine
hack + spuit 10cc yang berisi NS 0.9% dan + suction pada asisten untuk
melakukan spoeling dan suctioning. Perawat instrumen memegang kasa dan
menerima jaringan yg dibuang.

46. Berikan mini plate 5 hole ukuran 2.0/ sesuai kebutuhan pada operator untuk
mengukur fraktur pada maksila kanan (bila terlalu panjang bisa dipotong
menggunakan knife tang).
47. Berikan bor listrik yang sudah terpasang mata bor 1,6 mm pada operator untuk
membuat lubang 1 korteks sesuai dengan hole pada plate.
48. Berikan pada asisten spoeling NS 0,9% dengan spuit 10cc, sambil disuction.
49. Berikan screw no 5,6, dan 8 dengan screw driver pada operator untuk fiksasi mini
plate pada tulang yang fraktur.
50. Lakukan langkah 47-49 sampai semua hole terisi kecuali garis fraktur, Operator
mengecek ulang dan memastikan bahwa semua hole telah terisi dan mengunci
kembali dengan screw driver.
51. Setelah semua selesai, luka dicuci dengan NS 0,9% untuk membersihkan luka
operasi dan asisten melakukan suctioning sampai bersih dan dikeringkan dengan
menggunakan kasa kering.

52. Berikan serbuk antibiotikpada operator, untuk ditaburkan pada luka operasi

53. Kemudian berikan nald voeder dan vicryl 4-0 dan pinset chirurgis pada operator
untuk menjahit bagian maksila dan berikan gunting benang+ kasa kepada asisten.
54. Berikan nald voeder dan vicryl 4-0 dan pinset chirurgis pada operator untuk
menjahit bagian ekstra oral mandibula dan berikan gunting benang+ kasa kepada
asisten.

55. Berikan kepada operator naldfoeder + benang premilen 6-0 untuk menjahit kulit
dan gunting benang + kasa kepada asisten.
56. Berikan gunting wire kepada operator untuk merapikan kawat wire.
57. Berikan sufratul yang sudah dijahit masing-masing 3 sufratule untuk masing-
masing lubang hidung, kemudian berikan pinset anatomi pada operator untuk
memasukkan sufratule ke lubang hidung.
58. Operator dibantu dokter anesthesia akan memasukkan kemabali ETT, berikan
gunting benang untuk menggunting ikatan ETT dan berikan pean panjang untuk
membantu menarik ETT.
59. Berikan kepada operator naldfoeder + benang premilen 6-0 untuk menjahit kulit
bekas lubang ETT dan gunting benang + kasa kepada asisten.

60. Bersihkan luka operasi dengan kasa basah dan dikeringkan dengan kasa kering
lalu berikan sufratule untuk bagian mandibular. Tutup luka dengan kassa basah
yang diperas kemudian lapisi lagi dengan kassa kering dan fiksasi dengan hipafik.
61. Membantu operator memasang gyps pada hidung.
62. Rapikan dan decontaminasi alat/ instrument ,lalu mencuci , mengeringkan dan
diset kembali untuk dilakukan sterilisasi.
63. Cek bahan habis pakai ( lembar depo ) untuk diserahkan keruang depo farmasi.
Melengkapi ssc dan pasien dikirim ke RR
64. Bersihkan ruangan dan operasi selesai.
DAFTAR PUSTAKA

A.Price, Sylvia. 2006. Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:


EGC.
Artawijaya, Ajung. 2013. Anatomi Tulang Mandibula.
http://catatanradiograf.blogspot.com/2011/07/anatomi-tulang-mandibula.html
Doenges M.E, 1999. Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk perencanaan dan
pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Mansjoer, A. 2002. Asuhan Keperawatn Maternitas. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer, suzanene C,2001. Buku ajar keperawatan medikal bedal brunner and
suddarth. Alih bahasa :agung waluyo (et al).edisi 8 volume 2.jakarta:EGC
Virgiyanti, Sinta. 2015. Makalah Fraktur Mandibula. Makalah fraktur mandibula _
sinta virgiyanti - Academia.edu.html

Anda mungkin juga menyukai