Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud

derajat kesehatan optimal.

Angka kematian ibu merupakan salah satu indikasi yang menentukan derajat

kesehatan suatu bangsa. Di Indonesia masalah ibu dan anak merupakan prioritas

dalam upaya peningkatan status kesehatan masyarakat, sesuai dengan target

MDG’s 2015 (Millenium Development Gold), angka kematian ibu 102 per

100.000 kelahiran hidup.

Data organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2007, memperkirakan

bahwa setiap tahun sejumlah 500 orang perempuan meninggal dunia akibat

komplikasi kehamilan, persalian dan nifas, fakta ini mendekati terjadinya 1

kematian setiap menit dan diperkirakan 99% kematian tersebut terjadi di Negara-

negara berkembang yang tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100.000 kelahiran

bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di Sembilan Negara maju

dan 51 negara persekemakmuran.

Pada tahun 2009, AKI di Jawa Barat adalah 258 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurun dibandingkan dengan tahun 2008 yang mencapai 583 per 100.000

1
kelahiran.Berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia kabupaten Garut pada

Tahun 2009 Angka Kematian Ibu mencapai 219 per 100.000 kelahiran hidup.

Upaya kesehatan reproduksi salah satunya adalah menurunkan angka

kesakitan dan kematian ibu hamil dan bersalin. Adapun penyebab langsung dari

kematian ibu di Indonesia adalah trias klasik yaitu perdarahan, infeksi, toksemia

gravidarum.Perdarahan sebanyak 30% dari total kasus kematian, eklamsi

(keracunan kehamilan) 25%, infeksi 12%. Salah satu dari ketiga ketiga faktor

tersebut adalah perdarahan, perdarahan dapat terjadi pada saat kehamilan,

persalinan dan masa nifas. Perdarahan yang terjadi pada kehamilan, bisa terjadi

pada awal kehamilan maupun kehamilan lanjut, dengan besar angka kejadiannya

3% pada kehamilan lanjut dan 5% pada awal kehamilan. Perdarahan yang terjadi

pada awal kehamilan meliputi abortus, mola hidatidosa dan kehamilan ektopik.

Pada kehamilan lanjut antara lain meliputi Solutio Plasenta dan Plasenta Previa.

Dari kasus perdarahan diatas ternyata didapatkan besar kasus paling tinggi adalah

perdarahan pada awal kehamilan yang dari salah satu perdarahan awal kehamilan

tersebut terdapat kehamilan molahidatidosa.

Molahidatidosa adalah Tumor jinak dari trofoblast dan merupakan

kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi

dan edematous, janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar

dan edematous itu hidup dan tumbuh terus menerus, sehingga gambaran yang

diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. Penyebab pasti terjadinya

kehamilan Mola hidatidosa belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor

yang memengaruhinya yaitu faktor ovum, imunoselektif trofoblast, usia, keadaan

sosio-ekonomi yang rendah, paritas tinggi, defisiensi protein, infeksi virus dan

2
faktor kromosom yang jelas, dan riwayat kehamilan mola sebelumnya. Jenis pada

molahidatidosa yaitu Molahidatidosa Komplet (MHK) dan Molahidatidosa Parsial

(MHP). Angka kematian yang diakibatkan oleh kehamilan Molahidatidosa

berkisar antara 2,2 % - 5,7 % keganasan.

Penatalaksanaan pada Molahidatidosa ada tiga tahap yaitu perbaikan

keadaan umum ibu, pengeluaran jaringan mola dengan cara Kuretase atau

Histerektomi, dan pemeriksaan tindak lanjut yaitu follow up selama 12 bulan,

dengan mengukur kadar β-HCG dan mencegah kehamilan selama 1 tahun. Tindak

lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada pengukuran serial kadar β-

HCG serum untuk mendeteksi Tumor trofoblast persisten.

Penyakit ini, baik dalam bentuk jinak atau ganas, banyak ditemukan di

Negara Asia, sedangkan di Negara bagian Barat lebih jarang. Angka di Indonesia

umumnya berupa angka Rumah Sakit yaitu RSCM, untuk Mola Hidatidosa

berkisar 1:50 sampai 1:141 kehamilan. Angka ini jauh lebih tinggi disbanding

Negara-negara barat dimana insidennya berkisar 1:1000 sampai 1 : 2500

kehamilan untuk kejadian molahidatitosa.

Sedangkan frekuensi kejadian Molahidatidosa di RSU dr. Slamet Garut

tahun 2009 sebanyak 37 kasus dari jumlah kehamilan sebanyak 1730 dan

ditemukan angka untuk Molahidatidosa 1:47 kehamilan pada tahun 2009.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan umum

Untuk mendapatkan gambaran umum tentang asuhan kebidanan yang

komprehensif terhadap pasien molahitidosa.

3
1.2.2 Tujuan khusus

1. Mampu melakukan pengkajian dan menentukan diagnose kebidanan pada

kasus molahidatidosa.

2. Mampu menyusun rencana asuhan sesuai kebutuhan pasien.

3. Mengetahui apa itu molahidatidosa.

1.3 Manfaat

1.3.1 Bagi penulis

Dengan mengetahui bagaimana Asuhan Kebidanan ini, diharapkan dapat

menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penatalaksanaan klien

dengan kehamilan molahidatidosa.

1.3.2 Bagi institusi

Dengan penyusunan makalah ini diharapkan agar menjadi bahan masukan,

informasi, maupun untuk pengembangan materi perkuliahan bagi mahasiswa dan

menambah bahan perpustakaan di STIKes Widya Dharma Husada, Pmulang-

tangSel.

4
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Molahidantidosa

Molahidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh

berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan

sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil

anggur atau mata ikan.

Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus

korialis langka, vaskularisasi dan edematous, janin biasanya meninggal akan

tetapi vilus-vilus yang membesar dan edematous itu hidup dan tumbuh terus,

gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus sebuah anggur. Molahidatidosa

adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili korialisnya mengalami

perubahan hidrofobik.

Molahidatidosa merupakan kehamilan yang secara genetik tidak normal

yang muncul dalam bentuk kelainan plasenta.

Molahidatidosa adalah penyakit yang berasal dari kelainan pertumbuhan

trofoblas plasenta atau calon placenta dan disertai dengan degenerasi kistik vili

dan perubahan hidropik. Hamil anggur atau molahidatidosa adalah kehamilan

abnormal berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan

“bakal janin“ sehingga terbentuk jaringan permukaan membran (vili-vili) mirip

gerombolan buah anggur.

5
Sedangkan menurut beberapa ahli pengertian mola hidatidosa adalah sebagai

berikut :

 Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh

berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak

cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu

disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 :

23).

 Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus

korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal

akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan

tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah

anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).

 Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi

sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan.

Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan

menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG)

(Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).

 Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi

kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 :

265).

 Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai

tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard,

dkk, 1991 : 514).

6
 Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi

choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion.

Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).

 Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi

sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan.

Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan

menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG)

(Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).

2.2 Etiologi molahidatidosa

Penyebab molahidatidosa belum diketahui secara pasti, namun ada faktor-faktor

penyebabnya adalah :

1. Faktor ovum Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak aktif

lagi oleh sebuah sel sperma.

2. Imunoselektif dari trofoblast Perkembangan molahidatidosa diperkirakan

disebabkan oleh kesalahan respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas.

Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient. Pembuluh darah primitive di

dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga embrio ‘ kelaparan’, mati,

dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas terus tumbuh dan pada keadaan tertentu

mengadakan invasi kejaringan ibu.

3. Usia Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat terjadi

kehamilan mola. Prekuensi molahidatidosa pada kehamilan yang terjadi pada

awal atau akhir usia subur relatif tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa

pada usia berapa pun dalam usia subur terdapat kehamilan mola.

7
4. Keadaan sosio-ekonomi rendah, Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-

zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan

pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial ekonomi yang

rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kurang

sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan

janinnya.

5. Paritas tinggi : Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi

kehamilan molahidatidosa karena trauma kelahiran atau penyimpangan

transmisi secara genetik yang dapat diidentifikasikan dengan penggunaan

stimulandrulasi seperti klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga

tidak dapat dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan

molahidatidosa.

6. Definisi protein : Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan

bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim dan

buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu hamil sangat

meningkat apabila kekurangan protein dalam makanan mengakibatkan

pertumbuhan pada janin tidak sempurna.

7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas. Infeksi mikroba dapat

mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba

dalam tubuh manusia tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini

sangat tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang termasuk

virulensinya seta daya tahan tubuh.

8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya. Kekambuhan molahidatidosa dijumpai

pada sekitar 1-2% kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang

8
total mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%.

Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan yang

berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat “ masalah oosit primer.

9. Patofisiologi molahidatidosa.

Setelah ovum dibuahi,terjadi pembagian dari sel tersebut.Tidak lama

kemudian terbentuk biastokista yang mempunyai lumen dan dinding

luar.Dinding ini terjadi atas sel-sel ekstoderm yang kemudian menjadi

tropoblash. Sebagian vili berubah menjadi gelembung berisi cairan

jernih,biasa tidak ada janin.Gelembung-gelambung atau tesikel ukurannya

bervariasi mulai dari yang mudah dilihat,sampai beberapa

sentimeter,bergantung dalam beberapa kelompok dari tangkai yang tipis.Masa

tersebut dapat tumbuh cukup besar sehingga memenuhi cavum

uteri.Pembesaran uterus sering tidak sesuai dan melebihi usia kehamilan.

Pada beberapa khusus, sebagian pertumbuhan dan perkembangan villi

korealis berjalan normal sehingga janin dapat tumbuh dan berkembang

bahkan sampai aterm.Keadaan ini disebut mola parsial. Ada beberapa kasus

pertumbuhan dan perkembangan villi korealis berjalan normal sehingga janin

dapat tumbuh dan berkembang.

a. Teori missed abortion

Mudigan mati pada kehamilan tiga sampai lima minggu,karena terjadi

gangguan peredaran darah,sehingga terjadi penemuan cairan dalam

jaringan masenkim dari villi dan akhirnya berbentuk gelembung –

gelembung.

b. Teori neoplasma dari park

9
Bahwa yang normal adalah sel trofoblast yang mempunyai fungsi

abnormal pula,dimana terjadi cairan yang berlebihan dalam villi sehingga

timbul gelembung,hal ini menyebabkan peredaran gangguan peredaran

darah dan kematian mudigan molahidatidosa dapat terjadi menjadi :

1) Molahidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari

sulit terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya

memiliki karakteristik yaitu :

 Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak

 Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam ukuran

 Tidak adanya janin atau amnion

Secara kasat mata jaringan mola hidatidosa komplit tampak seperti seonggok

buah anggur. Mola hidatidosa merupakan hasil pembuahan dari sel telur ( Ovum )

yang kehilangan intinya atau intinya tidak aktif. Fertilisasi terjadi oleh satu

sperma yang mempunyai kromosom 23 X,yang kemudian setelah masing masing

kromosom membelah terbentuklah sel dengan kromosom 46 XX,dengan demikian

sebagian besar mola komplit sifatnya androgenik , homozigot dan berjenis

kelamin wanita.

Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2 sperma, yang

menghasilkan sel anak 46 XX atau 46 XY. Pada kedua kejadian di atas konseptus

adalah keturunan pathenogenome paternal yang seluruhnya meru-pakan allograft.

Jaringan mola komplita secara histologis tidak menampakkan pertumbuhan villi

dan pembuluh pembuluh darah; bahkan terjadi pembentukancisterna villosa,

10
disertai hiperplasia baik dari sel sel sinsisiotrofoblas maupun dari sel sel

sitotrofoblas. Tidak tampak embryo karena sudah mengalami kematian pada masa

dini akibat tidaak terbentuknya sirkulasi plasenta.

Percobaan pada tikus yang secara immunologis defisien menunjukkanbahwa

berbeda dengan korio-karsinoma; mola hidatidosa komplit dan mola invasiv

sifatnya tidak ganas.Namun molahidatidosa komplit mempunyai potensi yang

lebih besar untuk berkembang menjadi koriokarsinoma dibandingkan dengan

kehamilan normal. Pernah dilaporkan pula adanya kehamilan kembar yang salah

satunya mola komplit (46 XX) dan yang lain berupa janin yang normal (46 XY) .

Janin dapat mengalami abortus namun kadang kadang berkembang sampai

aterm.Bila ada kehamilan kembar yang salah satunya adalah mola penting sekali

untuk membedakannya apakah itu suatu mola komplit atau mola parsial ; karena

prognosis kearah terjadinya keganasan lebih kecil pada mola parsial.

2) Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian dari janin.

Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang

hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa

tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu

berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.

Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gambaran karyotipi dari mola

parsialis bisa normal ,triploidi atau trisomi seringkali 69 ,XXX atau 69 XXY.

Ditemukan juga adanya fetus dan pembengkakan pada villi yang sifatnya tidak

menyeluruh. Penelitian berikutnya secara sitogenetik menunjukkan bahwa

hiperplasia trofoblas`dan pembentukan sisterna pada mola parsialis hanya

11
ditemukan pada konseptus yang triploid.Secara biokimiawi dan sitogenetik

ditemukan adanya gen maternal pada mola parsialis sehingga terjadinya

adalahdiandri (terdiri atas satu set kromosom maternal dan dua set kromosom

paternal). Gambaran histologisd yang khas pada mola parsialis adalah adanya

crinkling atau scalloping dan ditemukannya stromal trophoblastic

inclusionHiperplasia trofoblas umumnya terjadi pada sinsisiotrofoblas dan jarang

terjadi pada sitotrofo-blas.Walaupun ada janin , umumnya mengalami kematian

pada trimester pertama. Koriokarsinoma lebih jarang terjadi pasca mola parsialis

dibandingkan dengan pasca mola komplit.

2.4 Deferensial diagnosis molahidantidosa

Diagnosa banding dari kehamilanmola hidatidosa antara lain: kehamilan ganda,

hidramnion atau abortus kehamilan mioma.

Pemeriksaan Diagnosis :

 Anamnesa / keluhan

a) Terdapat gejala hamil muda

b) Kadang kala ada tanda toxemia gravidarum

c) terdapat perdarahan yang sedikit atau banyak, tidak teratur warna merah

tua atau kecoklatan.

d) Pembesaran uterus tidak sesuai ( lebih besar ) dari usia kehamilan

seharusnya.

e) Keluar jaringan mola seperti buah anggur atau mata ikan ( tidak selalu

ada).

12
 Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi

a) Muka dan kadang – kadang badan kelihatan pucat kekuning – kuningan yang

disebut muka mola (mola face) atau muka terlihat pucat.

b) Bila gelembung mola keluar dapat dilihat jelas.

 Palpasi

a) Uterus membesar tidak seuai dengan tuanya kehamilan, teraba lembek.

b) Tidak teraba bagian – bagian janin dan ballotemen, juga gerakan janin.

c) Adanya fenomena harmonica: darah dan gelembung mola keluar dan fundus

uteri turun lalu naik karena terkumpulnya darah baru.

d) Adanya pembesaran kelenjar tiroid, menunjukan adanya komplikasi

tiroktoksikosis.

 Auskultasi

a) Tidak terdengar DJJ

b) Terdengar bising dan bunyi khas

 Periksa Dalam

Pastikan besarnya rahim, rahim terasa lembek, tidak ada bagian janin, terdapat

perdarahan dan jaringan dalam kanalis servikalis dan vagina, seerta evaluasi

keadaan servik.

 Pemeriksaan penunjang

 Reaksi Kehamilan

13
Kadar HCG yang jauh lebih tinggi dari kehamilan biasa. Pada kehamilan biasa

kadar HCG darah paling tinggi 100.000 IU/L, sedangkan pada molahidatidosa

bisa mencapai 5.000.000 IU/L.

 Uji Sonde

Sonde dimasukan secara pelan – pelan dan hati – hati kedalam serviks kanalis dan

kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, kemungkinan mola.

 Foto Rontgen

Tidak terlihat tulang – tulang janin pada kehamilan 3 – 4 bulan.

 USG

2.5 Penanganan molahidantidosa

Karena molahidatidosa adalah suatu kehamilan patologi dan tidak jarang disertai

penyulit yang membahayakan jiwa, pada prinsipnya harus segera

dikeluarkan .Terapi molahidatidosa terdiri dari tiga tahap, yaitu :

 Perbaikan Keadaan Umum

Perbaikan keadaan umum terhadap pasien molahidatidosa yaitu :

a) Koreksi dehidrasi

b) Transfusi darah bila ada anemia (Hb 8 gr% atau kurang), juga untuk

memperbaiki syok.

14
c) Bila ada gejala preeklamsia dan hiperemesis gravidarum diobati sesuai

protocol penanganannya.

d) Bila ada gejala-gejala tirotoksikosis dikonsul ke bagian penyakit dalam.

 Pengeluaran jaringan mala dengan cara kuretase dan histerektomi

a) Kuretase (saction curetase)

1) Definisi : kuret adalah pembersihan sisa – sisa jaringan yang ada dalam

rahim.

2) Faktor risiko

a. Usia ibu yang lanjut

b. Riwayat obstetri/genokologi yang kurang baik

c. Riwayat infertilitas

d. Adanya kelainan/penyakit yang menyertai kehamilan

e. Berbagai macam infeksi

f. Papran dnegan berbagai macam zat kimia

g. Trauma abdomen/pelvis pada trimester pertama

h. Kelainan kromosom

3) Teknik pengeluaran jaringan

Pengeluaran jaringan yaitu setelah serviks terbuka (primer maupun dengan

dilatasi), jaringan konsepsi dapat dikeluarkan secara manual, dilanjutkan

dengan kuretase.

a. Sondage, menentukan posis ukuran uterus

b. Masukan tang abortus sepanjang besar uterus, buka dan putar 900 untuk

melepaskan jaringan, kemudian tutup dan keluarkan jaringan tersebut.

15
c. Sisa abortus dikeluarkan dengan tumpul, gunakan sendok terbesar yang

bisa masuk.

d. Pastikan sisa konsepsi telah keluar semua, dengan eksplorasi jari maupun

kuret.

4) Risiko yang mungkin terjadi

a. Perdarahan

b. Pengerokan yang terlalu dalam akan meninggalkan cerukan atau lubang di

dinding rahim

c. Gangguan haid

5) Persiapan sebelum operasi

a. Informed consend

b. Cek darah, darah harus tersedia dan sudah dilakukan crossmatching

6) Kuretase pada pasien mladatidosa

a. Dilakukan setelah pemeriksaan persiapan selesai (pemeriksaan darah rutin,

kadar beta Hcg dan foto toraks) keculai bila jaringan mola sudah keluar

sepontan .

b. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan pemasangan

laminaria stift (LS) dan dilakukan kuretase 24 jam kemudian

c. Sebelum melakukan kuretase, sediakan darah 500 cc dan pasang infus

dengan tetesan infus oksitosin 10 IU dalam 500 cc dextrose 5 %.

d. Kuretase dilakukan 2 kali dengan interval waktu minimal 1 minggu .

e. Seluruh jaringan mola hasil kerokan dikirim ke labolatorium PA.

7) Teknik saction curetase

a) Dilatasi seviks kanalis dengan busi terbesar yang dapat di masukkan.

16
b) Pilihlah kanula yang paling besar dan dapat dimasukkan kedalam kanalis

servikalis.

c) Servik dipegang dengan tenakulum

d) Menjelang dilakukan suction curetase, oksitosin disuntikkan ataun secara

drip sehingga saction akan selalu diiikuti dengan makin kecilnya uterus

e) Tangan kiri diletakkan pada fundus uteri dengan tujuan untuk mengikuti

turunnya fundus uteri dan merasakan bahwa tidak teerjadi perforasi karena

kanula.

f) Setelah suction kuretase, ikuti dengan kuret tajam dan besar sehingga

dapat dijamin kebersihannya

c) Hiterektomi

1) Syarat melakukan histerektomi adalah

a. Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia anak

cukup.

b. Terjadi perdarahan banyak setelah kuretase untuk menyelamatkan jiwa

penderita

c. Risiko terhadap obat kemoterapi

d. Resisten terhadap obat kemoterapi

e. Dugaan terforasi pada mola destruen

f. Sejak semula sudah tergolong trofoblas, risiko tinggi

g. Dugaan sulitnya melakukan pengawasan ikutan

2) Histerektomi yang dilakukan dapat dilaksanakan

a. Pada molahidatidosa iin toto (in situ)

b. Segera setelah saktion curetase berakhir

17
c. Pertimbangan usia yang sudah lanjut, diatas usia 40 tahun dan usia anak

cukup.

3) Teknik operasi

Teknik operasi sampai saat ini belum dijumpai secara utuh diberbagai pustaka.

Oleh karena itu,kami menganjurkan teknik operasi sebagai berikut:

a. Jangan terlalu banyak melakukan manipulasi uterus sehingga dapat

mengurangi mestastase saat operasi berlangsung.

b.Lakukan langkah histerektomi dengan mencari dulu pembuluh darah yang besar

dipotong dan diikat sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan perdarahan.

c. Lakukan vaginal alcohol tampon padat sehingga tercecernya sel trofoblas dari

uterus segera mengalami denaturasi dan dapat mengalami kemungkinan hidup

untuk mestastase

d. Jika dapat dilakukan, serviks dijahit sehingga kanalis servikalis tertutup dan

mengurangi kemungkinan tercecernya sel trofoblas saat operasi berlangsung.

e. Mestastase durante operationum, dapat dilindungi dengan kemoterapi drip

(belum umum diIndonesia) tetapi kami anjurkan dan evaluasi hasilnya.

4) filosofi operasi pada hisretektomi

a. trauma yang terjadi haruslah minimal

18
b. Lindungi organ penting pelvis dari trauma, yaitu : ureter, pembuluh darah dan

Vesika urinaria

c. Kurangi komplikasi operasi, infeksi, perdarahan, dan trauma organ pelvis atau

kenali secepatnya bila terjadi trauma untuk segera melakukan rekontruksi.

d. Hindari terjadinya prolapsus vaginal stump

e. upayakan agar tidak terjadi komplikasi pascaoperasi

Operasi khususnya di Indonesia dengan KU rendah dan anemia, tindakan operasi

dengan hilangnya darah minimal sangat penting karena darah adalah RED (Rare,

Expensive, Dangerous).

Kami anjurkan agar saat melakukan operasi diberikan profilaksis

kemoterapi sehingga dapat memperkecil aktivitas sel-sel trofoblas ganas yang

kebetulan dapat masuk kepembuluh darah atau tercecer pada vagina, untuk

tumbuh dan berkembang.

 Pemeriksaan tindak lanjut:

Tujuan utama tindakan lanjut adalah deteksi dini setiap perubahan yang

mengisyaratkan keganasan. Pemeriksaan tindak lanjut pada pasien molahidatidosa

meliputi:

1. Cegah kehamilan selama masa tindak lanjut, sekurang-kurangnya satu tahun.

2. Ukur kadar β hCG setiap 2 minggu, walaupun sebagian menganjurkan

pemeriksaan setiap minggu, belum terbukti adanya manfaat yang nyata.

19
3. Tunda terapi selama kadar serum tersebut terus berkurang. Kadar yang

meningkat atau mendatar mengisyaratkan perlunya evaluasi dan biasanya terapi.

4. Setelah kadar normal yaitu setelah mencapai batas bawah pengukuran

pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan, lalu setiap 2 bulan untuk total 1 tahun.

5. Tindak lanjut dapat dihentikan dan kehamilan diijinkan setelah 1 tahun.

6. Karena itu, tindak lanjut serta penatalaksanaan saat ini berpusat pada

pengukuran serial kadar β hCG serum untuk mendeteksi tumor trofoblas persisten.

2.6 Contoh kasus molahidatidosa

Tanggal pengkajian : 17 April 2013

Jam : 14.00 WIB

1. DATA SUBYEKTIF :

 Identitas Istri/Suami :

Nama : Ny. S

Umur : 21

Suku/Bangsa : jawa/indonesia

Agama : islam

20
Pendidikan : SD

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kp. Cikandang Rt. 02/Rw. 09 Desa Cikandang Kecamatan

Cikajang Kabupaten Garut.

Nama Suami : Tn. T

Umur : 30 th

Suku/Bangsa : Sunda/Indonesia

Agama : Islam

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Buruh

Alamat : Kp. Cikandang Rt. 02/Rw. 09 Desa Cikandang Kecamatan

Cikajang Kabupaten Garut

 Alasan datang

Ibu datang ke RS. PELITA BUNDA rujukan dari Klinik WDH dengan diagnosa

perdarahan.

 Keluhan utama

21
Ibu mengaku hamil 4 minggu 2 hari, mengeluh keluar darah seperti ati ayam

dari jalan lahir, ada gelembung seperti telur ikan, darah membasahi 1

pembalut per hari, ibu mengaku mengalami perdarahan ± 10 hari.

 Riwayat haid

Ibu mengatakan pertama kali mendapatkan haid pada saat usia kehamilan 14

tahun, siklusnya teratur, lamanya 7 hari, banyaknya darah biasa dan tidak ada

keluhan nyeri haid.

E. Riwayat Kehamilan Sekarang

 Jumlah kehamilan: Ibu mengatakan ini kehamilannya yang pertama, tidak

pernah mengalami keguguran (G1P0A0)

 HPHT : 18 Februari 2013

 TP : 25 November 2013

 Pemeriksaan Kehamilan: Ibu mengatakan telah memeriksakan

kehamilannya 1 kali ke Bidan, 4 hari yang lalu.

 Keluhan selama hamil : Ibu mengatakan selama hamil sering pusing.

F. riwayat kesehatan/penyakit yang diderita sekarang dan dahulu.

Ibu mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit jantung, penyakit paru-paru,

penyakit ginjal, penyakit liver, penyakit DM, penyakit tiroid, Epilepsi, Hipertensi,

Asma dan penyakit lainnya.

G. Riwayat Sosial Ekonomi

22
 Status Perkawinan: Ibu mengatakan ini pernikahannya yang pertama, lama

menikah 1 tahun. Usia ibu saat menikah 20 tahun dan usia suami saat

menikah 29 tahun.

 Riwayat KB: Ibu mengatakan tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi

sebelumnnya.

II. DATA OBJEKTIF

 Keadaan Umum: Baik

 Kesadaran: Compos Mentis

 Tanda-tanda Vital:

TD: 110/60 mmHg, N: 88 x/menit, R: 20 x/menit, S: 37 ºC

 Mata

Konjungtiva tidak anemis, sklera putih.

 Leher

Tidak ada pembesaran kelenjar tirod, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.

 Dada

Bentuk simetris, jantung : bunyi jantung normal (reguler), paru-paru : normal,

tidak ditemukan adanya sesak nafas maupun whezing.

 Abdomen

Cembung dan lembek

23
 Ekstremitas

Atas : tidak ada eodema

Bawah : Tidak ada oedem dan tidak ada varises

 Genetalia

Pemeriksaan dalam : Vulva dan Vagina tidak ada keluhan, pembukaan tertutup.

III. ASESSMENT/DIAGNOSA

Ny. S, 21 Tahun, G2 P1A0 umur kehamilan 8 minggu 2 hari, keadaan umum baik

dengan molahidatidosa.

IV. PLANING

Melakukan asuhan sesuai dengan advis dokter, yaitu :

1. Melakukan persetujuan dengan ibu dan keluarga, bahwa akan dilakukan

pemeriksaan dan pengobatan kepada ibu. (ibu menyetujui dan bersedia untuk

dilakukan pemeriksaan dan pengobatan.

2. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu akan di rawat inap selama beberapa

hari demi kesembuhan ibu. (Ibu setuju untuk dilakukan rawat inap).

3. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu akan dilakukan kuretase demi

keselamatan jiwa ibu. (Ibu dan keluarga menyetujui dengan tindakan yang

akan dilakukan).

24
4. Memasang infus RL

5. Memantau tanda – tanda vital ibu

6. Memantau perdarahan

7. Melakukan pemeriksaan lab (hematologi)

a. Hasil: Hemoglobin = 12.6 gr/dl

b. Hematokrit = 37 %

c. Leukosit = 8.200/mm3

d. Trombosit = 335.000/mm3

e. Eritrosit = 4.23 juta/mm3

25
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Mola hidatidosa adalah suatu bentuk tumor jinak dari sel-sel trofoblas (yaitu

bagian dari tepi sel telur yang kelak terbentuk menjadi ari-ari janin) Hasil

pembuahan yang gagal tersebut lalu membentuk gelembung-gelembung

menyerupai buah anggur. Pertumbuhan gelembung semakin hari semakin banyak

bahkan bisa berkembang secara cepat.Hal ini yang membuat perut seorang ibu

hamil dengan Molahidatidosa tampak cepat besar.

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar HCG (dengan pemeriksaan

GM titrasi) atau dapat dilihat dari hasil laboratorium beta sub unit HGG pada ibu

hamil tinggi. Pemeriksaan USG kandungan akan terlihat keadaan kehamilan yang

kosong tanpa ada janin dan tampak gambaran seperti badai salju dalam bahasa

medis di sebut ”Snow storm”.

Hamil anggur atau Molahidatidosa hanya dapat dialami oleh wanita yang

pernah melakukan hubungan suami istri. Jadi tidak benar bahwa hamil anggur

bisa terjadi begitu saja tanpa ada pertemuan sel sperma dan sel telur melalui

hubungan seksual.

Hingga sekarang faktor penyebab langsung kejadian hamil anggur ini masih

belum diketahui secara pasti. Seringkali ditemukan pada masyarakat dengan

26
kondisi sosial ekononi yang rendah, kurang gizi, ibu yang sering hamil dan

gangguan peredaran darah dalam rahim.

Tindakan kuretase menjadi pilihan untuk membersihkan rahim dari

gelembung-gelembung hamil anggur. Kuretase dilakukan dapat berulang beberapa

kali tergantung kondisi kehamilan Molahidatidosa. Dokter akan memeriksa kadar

hormon Hcg dalam tubuh ibu dan memastikan bahwa sudah sungguh-sungguh

bersih. Pada keadaan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan ibu dapat pula

dilakukan tindakan pengangkatan rahim, namun keputusan ini juga

mempertimbangkan faktor umur ibu dan jumlah anak yang sudah dimiliki.

Tindakan terakhir ini sangat jarang dilakukan.

3.2 Saran

3.2.1 Untuk klien

Diharapkan klien dengan kehamilan Molahidatidosa mendapatkan perawatan dan

penanganan yang komprehensif, serta melakukan follow up pasca mola selama 12

bulan sesuai jadwal, supaya dapat mendeteksi sedini mungkin bila terjadi

keganasan sampai pasien benar-benar dikatakan sembuh atau sehat.

3.2.2 Untuk sarana kesehatan

Diharapkan sarana kesehatan untuk memberikan penanganan yang lebih baik

lagi, untuk meminimalkan kejadian kematian ibu akibat perdarahan khususnya

yang diakibatkan kehamilan Molahidatidosa dan kejadian keganasan akibat

Molahidatidosa.

27
3.2.3 Untuk STIKes Widya Dharma Husada

Diharapkan bagi pendidikan, untuk memberi pengajaran lebih tentang studi

kasus khususnya Asuhan Kebidanan dengan Molahidatidosa, dengan melengkapi

literatur-literatur tentang Molahidatidosa.

28
DAFTAR PUSTAKA

Fadlun, dkk. 2011. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta : Salemba Medika.

Mochtar. R. Penyakit Trofoblas. SINOPSIS OBSTETRI. Jilid I. Edisi2.

Penerbit Buku Kedokteran. ECG. Jakarta. 1998. Hal. 238-243.

Prawirohadjo, S. & Wiknjosastro, H.Mola Hidatidosa.ILMU KANDUNGAN.

Yayasan Bina Pustaka SARWONO PRAWIROHADJO. Jakarta. 1999. Hal.262-

264

Rustam, Mochtar. 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.

http://dokunimus.blogspot.com/2011/07/mola-hidatidosa.html#ixzz2QQuNSLTG

http://www.lusa.web.id/kehamilan-mola-hidatidosa-mola-hydatidosa/

http://meyceria.wordpress.com/2012/04/14/hamil-anggurmola-hidatido 

29

Anda mungkin juga menyukai