Anda di halaman 1dari 18

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu tumor plasenta yang terjadi saat
perkembangan embrionik. Berasal dari sel trofoblas yang berkembang dalam
plasenta. Sel trofoblas tumbuh dengan cepat dan invasive, seperti kanker.
Mola diyakini sebagai penyebab aborsi spontan pada trimester pertama.
(Morgan, 2009)

Berdasarkan Maryunani (2009;50-52), untuk lebih memahami tentang


mola hidatidosa, berikut terdapat beberapa pengertian atau definisi dari mola
hidatidosa, antara lain sebagai berikut :

Mola hidatidosa adalah salah atu penyakit trofoblas gestasional (PTG),


yang meliputi berbagai penyakit yang berasal dari plasenta yaitu mola
hidatidosa persial dan komplit, koriokarsioma, mola invasive dan
plasenta site trophoblastic tumo. (dr. Dyah M & dr. Ova SpOG, 2008).
Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik
menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan
cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, memperbesar
uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionicbonadotropin
(HCG) (Hamilton PM, 1999).
Mola hidatidosa adalah suau kehamilan patologik dimana khorion
mengalami beberapa ha berikut ini :
Degenarasi hidrofik dan kistik dari villi khorialis
Proliferasi troboblas
Tidak ditemukan pembuluh darah janin

Bila mola hidatidosa dijumpai bersamaan dengan kehamilan biasa


(artinya ada janinnya), disebut mola persialis (Achadiat, 2014).

Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil


konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi
dari vili koriales disertai dengan digenerasi hidrofik. Uterus melunak
dan berkembang lebih cepat dari usia gestasis yang normal, tidak
dijumpai adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti
buah anggur. (Saefuddin AB, dkk, 2006).
Hamil anggur atau mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal
berupa tumor jinak yang terjadi sebagai akibat kegagalan pembentukan
bakal janin sehingga terbentuk jaringan permukaan membrane (villi)
mirip grombolan buah anggur. Tumor jinak mirip anggur tersebut
asalnya dari trofoblas, yakni sel sebagian tepi ovum atau sel telur, yang
telah dibuahi, yang nantinya melekat di dinding Rahim dan menjadi
plasenta serta membrane yang memberi makan hasil pembuahan.
(http://cakmoki86.wordpress.com/2007/hamilanggur).
Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan abnormal dimana janin tidak
ditemukan, tetapi hanya gelembung-gelembung akibat degenerasi
hidrofik vili korealis disertai proliferasi sel-sel trofoblas dalam
berbagai derajat. Gelembung-gelembung tersebut berisi cairan
sehingga tegang dan berbentuk anggur. Bila tidak ditemukan embrio
atau janin disebut mola hidatidosa komplit atau mola hidatidosa klasik,
sedangkan bila ditemukan unsur janin atau plasenta normal disebut
mola hidatidosa parsialis. (Moegni EM, 1987).
Mola hidatidosa adalah merupakan kehamilan yang berhubungan
dengan sedema vesikuler dari vili khorialis plasenta dan biasanya tidak
disertai fetus yang intak. Secara histologis terdapat proliferasi
trophoblast dengan berbagai tingkatan hyperplasia dan dysplasia. Vili
khorialis terisi caian, membengkak, danhanya terdapat sedikit
pembuluh darah.
Mola hidatidosa dibagi menjadi 2 :
Mola hidatidosa komplet
Mola hidatidosa parsial

Mola hidatidosa komplet, tidak berisi jaringan fetus (90% biasanya


terdiri dari kaviotipe 46,XX dan 10% 46, XY). Vili khorialisnya
memiliki ciri seperti buah anggur dan terdapat trofoblastik hyperplasia.

Pada mola hidatidosa persial, terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus


dan pembuluh darah di vili khorialis sering didapatkan. Vili khorialis
terdiri dari berbagai ukuran danbentuk dengan stoma trofoblastik yang
menonjol dan berkelok-kelok (dr. Dyah & dr. Ova, SpOG, 2008).

B. Etiologi
Menurut Maryunani (2009; 54), penyebab pasti mola hidatidosa
belum diketahui sampai saat ini namun terdapat factor factor yang
berkontribusi, antara lain
1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak
aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
2. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan
oleh kesalahan respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas.
Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient. Pembuluh darah
primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga
embrio kelaparan, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas
terus tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi
kejaringan ibu.
3. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
dapat terjadi kehamilan mola. frekuensi molahidatidosa pada
kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif
tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun
dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi
meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi
kehamilan. Mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau
penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dengan penggunaan stimulant drulasi seperti
klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat
dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan mola
hidatidosa.
6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan
bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan
rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu
hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna.
7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk
wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia
tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini sangat
tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang
termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2%
kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total
mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%.
Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan
yang berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat masalah
oosit primer .

9. Patofisiologi
Menurut Maryunani (2009;53), hamil anggur atau mola hidatidosa
dapat terjadi karena :
1. Tidak adanya buah kehamilan (agenesis) atau adanya perubahan
(degenerasi) system aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia
kehamilan minggu ke 3 sampai minggu ke 4
2. Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin,
akibatnya terjadi peningkatan produksi cairan sel trofoblas (bagian tepi
sel telur yang tidak dibuahi)
3. Kelainan substansu kromosom (kromatis) seks
10. Klasifikasi
Menurut Maryunami (2009) ada 2 macam mola hidatidosa yaitu :
1. Mola hidatidosa komplek, jika tidak ditemukan janin.
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran
bervariasi dari sulit terlihat sehingga diameter beberapa centimeter.
Histologinya memiliki karakteristik yaitu :
Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam
ukuran
Tidak adanya janin atau amnion

Secara kasat mata jaringan mola hidatidosa komplit tampak


seperti seonggok buah anggur. Mola hidatidosa merupakan hasil
pembuahan dari sel telur ( Ovum ) yang kehilangan intinya atau
intinya tidak aktif. Fertilisasi terjadi oleh satu sperma yang
mempunyai kromosom 23 X,yang kemudian setelah masing
masing kromosom membelah terbentuklah sel dengan kromosom
46 XX,dengan demikian sebagian besar mola komplit sifatnya
androgenik , homozigot dan berjenis kelamin wanita.

Walaupun lebih jarang dapat pula fertilisasi terjadi oleh 2


sperma, yang menghasilkan sel anak 46 XX atau 46 XY. Pada
kedua kejadian di atas konseptus adalah keturunan pathenogenome
paternal yang seluruhnya meru-pakan allograft. Jaringan mola
komplita secara histologis tidak menampakkan pertumbuhan villi
dan pembuluh pembuluh darah; bahkan terjadi pembentukan
cisterna villosa, disertai hiperplasia baik dari sel sel
sinsisiotrofoblas maupun dari sel sel sitotrofoblas. Tidak tampak
embryo karena sudah mengalami kematian pada masa dini akibat
tidak terbentuknya sirkulasi plasenta.

Percobaan pada tikus yang secara immunologis defisien


menunjukkan bahwa berbeda dengan korio-karsinoma; mola
hidatidosa komplit dan mola invasiv sifatnya tidak ganas.Namun
molahidatidosa komplit mempunyai potensi yang lebih besar untuk
berkembang menjadi koriokarsinoma dibandingkan dengan
kehamilan normal. Pernah dilaporkan pula adanya kehamilan
kembar yang salah satunya mola komplit (46 XX) dan yang lain
berupa janin yang normal (46 XY) . Janin dapat mengalami abortus
namun kadang kadang berkembang sampai aterm.Bila ada
kehamilan kembar yang salah satunya adalah mola penting sekali
untuk membedakannya apakah itu suatu mola komplit atau mola
parsial ; karena prognosis kearah terjadinya keganasan lebih kecil
pada mola parsial.

2. Mola hidatidosa parsial, jika disertai janin atau bagian janin.


Masih tampak gelembung yang disertai janin atau bagian
dari janin. Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama.
Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan
histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan
sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat
lain masih banyak yang normal.
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa gambaran karyotipi
dari mola parsialis bisa normal ,triploidi atau trisomi seringkali
69 ,XXX atau 69 XXY. Ditemukan juga adanya fetus dan
pembengkakan pada villi yang sifatnya tidak menyeluruh.
Penelitian berikutnya secara sitogenetik menunjukkan bahwa
hiperplasia trofoblas`dan pembentukan sisterna pada mola parsialis
hanya ditemukan pada konseptus yang triploid.Secara biokimiawi
dan sitogenetik ditemukan adanya gen maternal pada mola parsialis
sehingga terjadinya adalah diandri (terdiri atas satu set kromosom
maternal dan dua set kromosom paternal). Gambaran histologisd
yang khas pada mola parsialis adalah adanya crinkling atau
scalloping dan ditemukannya stromal trophoblastic inclusion
Hiperplasia trofoblas umumnya terjadi pada sinsisiotrofoblas dan
jarang terjadi pada sitotrofo-blas.Walaupun ada janin , umumnya
mengalami kematian pada trimester pertama. Koriokarsinoma lebih
jarang terjadi pasca mola parsialis dibandingkan dengan pasca
mola komplit.

11. Diagnosis
1. Tanda dan gejala
a. Gejala mirip orang hamil
1) Tanda awal persis kehamilan biasa, misalnya terlambat haid,
keluhan mual, muntah dengan keluhan lebih hebat
2) Tes kehamilan positif (+)
3) Tanda tanda lainnya adalah
Tidak ada tanda tanda pergerakan janin
Uterus tampak labih besar dari umur kehamilan,
misalnya terlambat 2 bulan uterus nampak seperti
hamil 4 bulan
Keluar gelembung cairan mirip buah anggur bersamaan
dengan perdarahan
b. Pada mola hidatidosa komplek, terdapat tanda tanda gejala klasik,
yaitu
1) Perdarahan pervaginam, merupakan gejala klinis yang paling
sering pada mola komplek. Jaringan mola terpisah dari desidua,
menyebabkan perdarahan yang dapat menimbulkan anemia, syok,
atau kematian. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah
darah yang banyak dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina
(gejala ini terdapat dalam 97% kasus)
2) Hyperemesis
Penderita mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal
ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormone hCG
3) Hipertiroid
Gejala meliputi takikardia, tremor kulit yang hangat,
demam subfebril, banyak keringat, tidak than panas (7% kasus)
4) Pada pemeriksaan fisik, pada kehamilan mola komplet didapatkan
umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tunggi
fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini
disebabkan oleh pertunbuhan trofoblastik yang eksesif dan
tertahannya darah dalam uterus.
5) Tidak ada gerakan janin melainkan keluarnya vesikel vesikel
seperti anggur yang diawali keluarnya secret yang continue dan
intermitten.
6) Ditemukan gejala preeklamsia (27% kasus) dengan karakteristik
gejala tekanan darah tinggi dan edema dengan hiperefleksia
7) Kista theca lutein, yaitu kista ovarium yang diameternya
berukuran >6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium
c. Pada mola parsial, penderita biasanya mengeluhkan gejala seperti
abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan
pervaginam dan tidak adanya denyut jantung janin.

(Maryunani, 2009; 54 55)

2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis atau rontgen
Tidak terlihat gambaran tulang janin/rangka tulang (pada
kehamilan 3-4 bulan). Yang terlihat justru gambaran mirip sarang
lebah (honeycomb) atau gambaran mirip badai salju (snow storm)
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi kehamiln
mola. Ditentukan gambaran mirip badai salju (snow storm) yang
mengidentifikasi vili khoriales yang hidrofik dan tidak adanya
gambaran yang menunjukkan denyut jantung janin. Bila diegakkan
diagnosis mola hidatidosa, maka pemerikaan rontgen paru halus
dilakukan untuk melihat penyebaran ke paru-paru, karena paru-paru
merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG (Penyakit Trofoblas
Ganas).
c. Pemeriksaan Doppler : denyut jantung janin tidak terdengar.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar HCG cenderung meningkat dan bertambah kuat (lebih
tinggi kadar kehamilan normal) terutama pada trimester I.
Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit menurun. Anemia merupakan
kompilasi yang sering terjadi diserta dengan kecenderungan
terjadinya koagulopati, sehinga pemeriksaan darah lengkap dan
tes koagulasi dilakukan.
Pritein urine positif (+)
e. Pemeriksaan Histologi / Patologi Anatomi
Yaitu pemeriksaaan mikroskopis gelembung cairan mirip anggur:
Pada mola komplete, tidak terdapati jaringan fetus, terdapat
poliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46, XX
atau 46,XY.
Pada mola parsial, terdapat jaringan fetus besserta amniom
eritrosit fetus.
f. Pemeriksaan T3 dan T4 bila tampak tanda-tanda tirksikosis
hipertiroid.
12. Penatalaksanaan
Menurut Maryunani (2009;57-58), apabila bidan menghadapi
penderita dengan gambaran klinis kehamilan mola, maka tugas bidan adalah
merujuk penderita ke pusat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap untuk
mempersiapkan evaluasi dan memperbaiki keadaan umum bila diperlukan.
Sebagai gambarannya penatalaksanaan medis, prinsip penanganannya
adalah:
1. Memperbaiki keadaan umum misalnya : Dengan pemberian transfuse
darah, untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau
mengurangi penyakit seperti preeklamsia dan tirotoksikosis.
2. Pengeluaran jaringan mola (evakuasi), ada 2 cara yaitu :
a. Kuretase
Untuk wanita subur dan masih menginginkan anak. Kuret ulangan
sapat dilakukan sekitar 1 minggu setelah kuret pertama untuk
memastikan bahwa rahim benar benar sudah bersih.
b. Histerektomi (pengangkatan rahim)
Untuk wanita yang telah cukup umur/usia lanjut dan sudah cukup
anak atau tidak menginginkan tambahan anak serta ada factor
predisposisi untuk terjadinya keganasan.
c. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pada kasus mola dengan resiko tinggi terjadi keganasan. Misalnya
umur tua dan paritas tinggi yang menolak dilakukan histerektomi.
d. Pemeriksaan tindak lanjut (follow up)
Yaitu pengawasan lanjutan untuk memantau dan mengevaluasi
pasca evakuasi. Langkah pengawasan dilakukan secara klinis,
laboratorium dan radiologis. Monitor kadar HCG sampai kadar hCG
menjadi negative (-) selama minimal 6 bulan atau 1 tahun karena
adanya rsiko timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau
karsinoma.
3. Tunda kehamilan dengan kontrasepsi
4. Memberikan dukungan emosi pada penderita (ibu) dan keluarga.
13. Komplikasi
Berdasarkan Maryunani (2009;57) komplikasi kehamilan mola
adalah
1. Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan syok, bila tidak segera
ditangani dapat berakibat fatal
2. Perdarahan yang berulang ulang dapat menyebabkan anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi karena tindakan dan keganasan
5. Dapat menjadi karsinoma
14. Prognosis
Menurut Maryunani (2009;57), hampir 20% wanita dengan
kehamilan mola komplek dapat berkembang menjadi penyakit trofoblastik
ganas. Factor klinis yang berhubungan dengan resiko keganasan seperti: umur
penderita yang tua, kadar HCG tinggi (>100 ovum LU/ml), eklamsia,
hipertiroidisme, dan kista teka lutein bilateral.
Resiko terjadinya kekambuhan adalah sekitar 1-2% setelah 2 atau
lebih kehamilan mola, maka resiko kekambuhannya menjadi 1/6,5 sampai
1/17,5.
BAB II

KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN


PADA KASUS MOLA HIDATIDOSA

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber daya berkaitan dengan kondisi klien, bila pasien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasi kepada dokter dalam manajemen kebidanan.

A. Data Subyektif
Yaitu data yang didapat dari pertanyaan yang disampaikan dengan
menggunakan standar yaitu diakui (Varney, 2007).
1. Identitas Pasien

Nama : Memudahkan mengenali ibu dan suami serta mencegah


kekeliruan (Hani dkk, 2011)

Umur : Umur ibu, menurut Suparyanto dalam karya tulis ilmiah tentang
kandidiasis pada WUS (Rhomi, 2014), mengatakan bahwa usia
subur wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil.

Pekerjaan: Pekerjaan ibu perlu diketahui untuk mengetahui apakah ada


pengaruh pada kehamilan, seperti bekerja di pabrik rokok,
percetakan, dan lain lain (Romauli, 2011)

Alamat : Mengetahui lingkungan ibu dan kebiasaan masyarakat tentang


kehamilan serta untuk kunjungan rumah jika diperlukan
(Hanidkk, 2011)

2. Alasan Ibu Datang

Pemeriksaan kehamilan atau kunjungan ulang ataupun ada


keluhan yang dirasakan ibu hamil (Sulistyawati, 2009)

3. Keluhan Utama
Keluhan yang sering terjadi pada mola hidatidosa adalah mual,
muntah dengan keluhan lebih hebat, perdarahan pervaginam
(Maryunani, 2009)
4. Riwayat Kesehatan yang lalu
Riwayat pasca mola hidatidosa, pasca abortus, pasca partus
fisiologi dapat terjadi serangan ganas (Manuaba, 2008;74)

5. Riwayat kesehatan keluarga

Informasi tentang keluarga pasien penting untuk


mengidentidikasi wanita yang beresiko menderita penyakit genetic yang
dapat mempengaruhi kehamilan (Romauli, 2011)

6. Riwayat Menstruasi
Hari pertama haid terakhir membantu untuk menegakkan
diagnose bahwa klien hamil atau tidak.

7. Riwayat kehamilan sekarang

Menentukan usia kehamilan untuk mendeteksi kemungkinan


adanya mola hidatidosa.

8. Riwayat kehamilan yang lalu

Pengkajian mengenai masalah / gangguan saat kehamilan seperti


hyperemesis, perdarahan pervaginam, pusing hebat, pandangan kabur, dan
bengkak bengkak ditangan dan wajah.

9. Pola kebiasaan sehari-hari


1. Nutrisi
Kebutuhan gizi ibu hamil
Energi : 2300 kkal
Protein : 65gr
Kalsium : 1 gr
Zat besi : 17 gr
Vitamin A : 50 mg
Vitamin C : 90 gr
Dapat di peroleh dari 3x makan dengan komposisi: 1 entong nasi, 1
potong daging/telur/tahu/tempe, 1 mangkuk sayuran dan 1 gelas
susu, buah jika ada. Minum air kurang lebih 8 gelas perhari.

2. Pola istirahat

Wanita hamil dianjirkan untuk istirahat untuk merencanakan


istirahat yang cukup yang teratur khususnya seiring kemajuan
kehamilan. Jadwal istirahat dan tidur perlu diperhatikan dengan baik,
karena istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan kesehatan
jasmani dan rohani untuk kepentingan perkembangan dan
perkembangan janin (Marmi, 2011).

3. Aktivitas
Ibu hamil dapat melakukan aktifitas sehari hari namun tidak
terlalu lelah dan berat karena dikhawatirkan mengganggu
kehamilannya. Ibu hamil utamanya trimester III membutuhkan
bantuan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Kelelahan dalam
beraktivitas akan banyak menyebabkn komplikasi pada setiap ibu
hamil misalnya perdarahan dan abortus (Sulistyawati, 2009)
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran Umum
Baik/tidak, cemas/tidak, untuk mengetahui keadaan umum klien secara
keseluruhan (Sulistyawati, 2009)
b. Kesadaran
Penilaian pada Glasgow Coma Scale (GCS). Compos mentis (sadar
penuh), apatis (perhatian berkurang), somnolen (mudah tertidur walau
sedang diajak bicara), spoor (dengan rangsangan kuat masih memberi respon
gerakan), spoor-coatus (hanya tinggal reflek kornea) dan coma (tidak
memberi respon sama sekali) (Rukiyah, 2011).
c. Tekanan Darah

Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg (Romauli,
2011)

d. Nadi
Nadi normal 70x/menit. Untuk ibu hamil 80-90x/menit (Sulistyawati,
2009)
e. Suhu
Suhu normal pada ibu hamil adalah 36o - 37o C, jika keadaan suhu tinggi
menunjukkan adanya infeksi (Marmi,2011). Suhu normal adalah 36C-37C.
f. Pernapasan
Untuk mengetahui fungsi system pernafasan. Normalnya 16-24x/menit
(Romauli, 2011)

2. Pemeriksaan fisik

Inspeksi
Muka : edema muka menunjukkan adanya penyakit jantung,
penyakit ginjal, preeklamsia berat, kekurangan gizi, bentuk anemia.
(Manuaba, 2007)
Mata : Edema kelopak mata menunjukkan kemungkinan klien
menderita hipoalbunemia, tanda preeklamsi berat dan anemia.
Konjungtiva pucat atau cukup merah sebagai gambaran tentang
anemianya secra kasar (Manuaba, 2007)
Genetalia eksterna: keluarnya vesikel vesikel seperti anggur yang
diawali keluarnya secret yang continue dan intermitten.
(Maryunani, 2009;54)

Palpasi

Abdomen

Pemeriksaan palpasi dengan cara leopold menurut Janah ( 2012),


adalah :

Leopold I : Menentukan TFU (mengetahui usia kehmilan).


Bagian apa yang ada di fundus. Bagian janin
yang ada di fundus Secara khas ditemukan bahwa
kepala janin yang keras dan bulat dengan
balloteman sudah menempati bagian fundus uteri.

(Susilowati dkk, 2009).

Auskultasi

Dilakukan untuk mengetahui bunyi jantung janin. Dalam keadaan normal


120 160 x/menit (Oxorn dan William, 2010). Pada mola hidatidosa tidak
terdengar DJJ.

3. Data Penunjang
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi
kehamiln mola. Ditentukan gambaran mirip badai salju (snow storm)
yang mengidentifikasi vili khoriales yang hidrofik dan tidak adanya
gambaran yang menunjukkan denyut jantung janin. Bila diegakkan
diagnosis mola hidatidosa, maka pemerikaan rontgen paru halus
dilakukan untuk melihat penyebaran ke paru-paru, karena paru-paru
merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG (Penyakit Trofoblas
Ganas).
Pemeriksaan Doppler : denyut jantung janin tidak terdengar.
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar HCG cenderung meningkat dan bertambah kuat (lebih
tinggi kadar kehamilan normal) terutama pada trimester I.
Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit menurun. Anemia
merupakan kompilasi yang sering terjadi diserta dengan
kecenderungan terjadinya koagulopati, sehinga pemeriksaan
darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan.
Pritein urine positif (+)
Pemeriksaan Histologi / Patologi Anatomi
Yaitu pemeriksaaan mikroskopis gelembung cairan mirip
anggur
(Maryunani, 2009)

C. Analisa Data
1. Diagnose dan Masalah Aktual

Terdiri dari diagnosa kebidanan dari diagnosa masalah dan

kebutuhan pada langkah ini data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan menjadi diagnosa dan masalah. Masalah tersebut

membutuhkan penanganan yang akan dituangkan ke dalam rencana

asuhan kebidanan (Janah, 2011).

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan dalam

lingkungan praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur

diagnosa kebidanan yang dikemukan dari hasil pengkajian atau yang

menyertai diagnosa (Varney, 2007).

Dx : Ny G P Ab UK .minggu janin dengan kehamilan


mola hidatidosa

Ds : Ibu mengatakan ini kehamilan ke usia kehamilan HPHT


Do : Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
Kesadaran :
TD : mmHg
Nadi : x/mnt
Suhu : 0C
RR : x/mnt
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Leopold I :

Auskultasi

DJJ :

Masalah :

2. Diagnosa Potensial dan Masalah Potensial

Pada langkah ini mengidentifikasi masalah atau diagnosa

potensial berdasarkan diagnosa masalah yang sudah diidentifikasi.

Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan

pencegahan, sambil mengamati klien. Bidan diharapkan dapat bersiap-

siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney,

2007).

a. Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan syok, bila


tidak segera ditangani dapat berakibat fatal
b. Perdarahan yang berulang ulang dapat menyebabkan
anemia
c. Infeksi sekunder
d. Perforasi karena tindakan dan keganasan
e. Dapat menjadi karsinoma

(Maryunani, 2009)

D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
2. Meninta persetujuan inform concent
3. Memberikan tranfusi darah untuk memperbaiki ke adaan dan
menghindari syok atau anemia serta, menghilangkan atau mengurangi
penyakit seperti preeklamsia dan tirotoksikosis.
4. Melakukan rujukan dengan dokter spesialis obgyn untuk pengeluaran
jaringan mola (evakuasi), ada 2 cara yaitu :
a. Kuretase
b. Histerektomi (pengangkatan rahim)
5. Berkolabirasi dengan dokter obgyn untuk terapi profilaksis dengan
sitostatika
6. Berkolaborasi untuk pemeriksaan tindak lanjut (follow up), yaitu
pengawasan lanjutan untuk memantau dan mengevaluasi pasca evakuasi.
Langkah pengawasan dilakukan secara klinis, laboratorium dan
radiologis. Monitor kadar HCG sampai kadar hCG menjadi negative (-)
selama minimal 6 bulan atau 1 tahun karena adanya rsiko timbulnya
penyakit trofoblas yang menetap atau karsinoma.
7. Tunda kehamilan dengan kontrasepsi sampai 6 bulan
8. Memberikan dukungan emosi pada klien (ibu) dan keluarga.
9. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA

Feryanto, Achmad. Asuhan Kebidanan Patologis. Jakarta: Salemba Medika

Manuaba, Ida Ayu. 2008. Gawat Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri-


Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Kegawatdaruratan Dalam Kebidanan / Anak.


Jakarta: Trans Info Media

Mochtar, Rustam. 2012. Sinopsis Obstetri. Jakarta: EGC

Morgan, Geri. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta: EGC

Sulistyawati, Ari. 2011. Asuhan Kebidanan Pada masa Kehamilan. Jakarta:


Salemba Medika

Varney. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta: EGC

Wildan, Moh. 2008. Dokumentasi Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai