TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Mola hidatidosa adalah suatu tumor plasenta yang terjadi saat
perkembangan embrionik. Berasal dari sel trofoblas yang berkembang dalam
plasenta. Sel trofoblas tumbuh dengan cepat dan invasive, seperti kanker.
Mola diyakini sebagai penyebab aborsi spontan pada trimester pertama.
(Morgan, 2009)
B. Etiologi
Menurut Maryunani (2009; 54), penyebab pasti mola hidatidosa
belum diketahui sampai saat ini namun terdapat factor factor yang
berkontribusi, antara lain
1. Faktor ovum
Pembuahan sel telur dimana intinya telah hilang atau tidak
aktif lagi oleh sebuah sel sperma.
2. Imunoselektif dari trofoblas
Perkembangan molahidatidosa diperkirakan disebabkan
oleh kesalahan respon imun ibu terhadap invasi oleh trofoblas.
Akibatnya vili mengalami distensi kaya nutrient. Pembuluh darah
primitive di dalam vilus tidak terbentuk dengan baik sehingga
embrio kelaparan, mati, dan diabsorpsi, sedangkan trofoblas
terus tumbuh dan pada keadaan tertentu mengadakan invasi
kejaringan ibu.
3. Usia
Faktor usia yang dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
dapat terjadi kehamilan mola. frekuensi molahidatidosa pada
kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif
tinggi. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa pada usia berapa pun
dalam usia subur dapat terjadi kehamilan mola.
4. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah
Dalam masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi
meningkat. Hal ini diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang
diperlukan tubuh kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan janinnya.
5. Paritas tinggi
Pada ibu yang berparitas tinggi, cenderung beresiko terjadi
kehamilan. Mola hidatidosa karena trauma kelahiran atau
penyimpangan transmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dengan penggunaan stimulant drulasi seperti
klomifen atau menotropiris (pergonal). Namun juga tidak dapat
dipungkiri pada primipara pun dapat terjadi kehamilan mola
hidatidosa.
6. Defisiensi protein
Protein adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan
bagian tubuh sehubungan dengan pertumbuhan janin, pertumbuhan
rahim dan buah dada ibu, keperluan akan zat protein pada waktu
hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan pertumbuhan pada janin tidak sempurna.
7. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas
Infeksi mikroba dapat mengenai semua orang termasuk
wanita hamil. Masuk atau adanya mikroba dalam tubuh manusia
tidak selalu menimbulkan penyakit ( desease ). Hal ini sangat
tergantung dari jumlah mikroba ( kuman atau virus ) yang
termasuk virulensinya seta daya tahan tubuh.
8. Riwayat kehamilan mola sebelumnya
Kekambuhan molahidatidosa dijumpai pada sekitar 1-2%
kasus. Dalam suatu kejadian terhadap 12 penelitian yang total
mencangkup hampir 5000 Kelahiran, frekwensi mola adalah 1,3%.
Dalam suatu ulasan tentang molahidatidosa berulang tapi pasangan
yang berbeda bisa disimpulkan bahwa mungkin terdapat masalah
oosit primer .
9. Patofisiologi
Menurut Maryunani (2009;53), hamil anggur atau mola hidatidosa
dapat terjadi karena :
1. Tidak adanya buah kehamilan (agenesis) atau adanya perubahan
(degenerasi) system aliran darah terhadap buah kehamilan, pada usia
kehamilan minggu ke 3 sampai minggu ke 4
2. Aliran (sirkulasi) darah yang terus berlangsung tanpa bakal janin,
akibatnya terjadi peningkatan produksi cairan sel trofoblas (bagian tepi
sel telur yang tidak dibuahi)
3. Kelainan substansu kromosom (kromatis) seks
10. Klasifikasi
Menurut Maryunami (2009) ada 2 macam mola hidatidosa yaitu :
1. Mola hidatidosa komplek, jika tidak ditemukan janin.
Villi korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran
bervariasi dari sulit terlihat sehingga diameter beberapa centimeter.
Histologinya memiliki karakteristik yaitu :
Tidak ada pembuluh pada vili yang membengkak
Prolifersi dari epitel trofoblas dengan bermacam-macam
ukuran
Tidak adanya janin atau amnion
11. Diagnosis
1. Tanda dan gejala
a. Gejala mirip orang hamil
1) Tanda awal persis kehamilan biasa, misalnya terlambat haid,
keluhan mual, muntah dengan keluhan lebih hebat
2) Tes kehamilan positif (+)
3) Tanda tanda lainnya adalah
Tidak ada tanda tanda pergerakan janin
Uterus tampak labih besar dari umur kehamilan,
misalnya terlambat 2 bulan uterus nampak seperti
hamil 4 bulan
Keluar gelembung cairan mirip buah anggur bersamaan
dengan perdarahan
b. Pada mola hidatidosa komplek, terdapat tanda tanda gejala klasik,
yaitu
1) Perdarahan pervaginam, merupakan gejala klinis yang paling
sering pada mola komplek. Jaringan mola terpisah dari desidua,
menyebabkan perdarahan yang dapat menimbulkan anemia, syok,
atau kematian. Uterus membesar (distensi) oleh karena jumlah
darah yang banyak dan cairan gelap bisa mengalir melalui vagina
(gejala ini terdapat dalam 97% kasus)
2) Hyperemesis
Penderita mengeluhkan mual dan muntah yang berat. Hal
ini merupakan akibat dari peningkatan secara tajam hormone hCG
3) Hipertiroid
Gejala meliputi takikardia, tremor kulit yang hangat,
demam subfebril, banyak keringat, tidak than panas (7% kasus)
4) Pada pemeriksaan fisik, pada kehamilan mola komplet didapatkan
umur kehamilan yang tidak sesuai dengan besarnya uterus (tunggi
fundus uteri). Pembesaran uterus yang tidak konsisten ini
disebabkan oleh pertunbuhan trofoblastik yang eksesif dan
tertahannya darah dalam uterus.
5) Tidak ada gerakan janin melainkan keluarnya vesikel vesikel
seperti anggur yang diawali keluarnya secret yang continue dan
intermitten.
6) Ditemukan gejala preeklamsia (27% kasus) dengan karakteristik
gejala tekanan darah tinggi dan edema dengan hiperefleksia
7) Kista theca lutein, yaitu kista ovarium yang diameternya
berukuran >6 cm yang diikuti oleh pembesaran ovarium
c. Pada mola parsial, penderita biasanya mengeluhkan gejala seperti
abortus inkomplet atau missed abortion, seperti adanya perdarahan
pervaginam dan tidak adanya denyut jantung janin.
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan radiologis atau rontgen
Tidak terlihat gambaran tulang janin/rangka tulang (pada
kehamilan 3-4 bulan). Yang terlihat justru gambaran mirip sarang
lebah (honeycomb) atau gambaran mirip badai salju (snow storm)
b. Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi kehamiln
mola. Ditentukan gambaran mirip badai salju (snow storm) yang
mengidentifikasi vili khoriales yang hidrofik dan tidak adanya
gambaran yang menunjukkan denyut jantung janin. Bila diegakkan
diagnosis mola hidatidosa, maka pemerikaan rontgen paru halus
dilakukan untuk melihat penyebaran ke paru-paru, karena paru-paru
merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG (Penyakit Trofoblas
Ganas).
c. Pemeriksaan Doppler : denyut jantung janin tidak terdengar.
d. Pemeriksaan Laboratorium
Kadar HCG cenderung meningkat dan bertambah kuat (lebih
tinggi kadar kehamilan normal) terutama pada trimester I.
Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit menurun. Anemia merupakan
kompilasi yang sering terjadi diserta dengan kecenderungan
terjadinya koagulopati, sehinga pemeriksaan darah lengkap dan
tes koagulasi dilakukan.
Pritein urine positif (+)
e. Pemeriksaan Histologi / Patologi Anatomi
Yaitu pemeriksaaan mikroskopis gelembung cairan mirip anggur:
Pada mola komplete, tidak terdapati jaringan fetus, terdapat
poliferasi trofoblastik, vili yang hidropik, serta kromosom 46, XX
atau 46,XY.
Pada mola parsial, terdapat jaringan fetus besserta amniom
eritrosit fetus.
f. Pemeriksaan T3 dan T4 bila tampak tanda-tanda tirksikosis
hipertiroid.
12. Penatalaksanaan
Menurut Maryunani (2009;57-58), apabila bidan menghadapi
penderita dengan gambaran klinis kehamilan mola, maka tugas bidan adalah
merujuk penderita ke pusat pelayanan kesehatan yang lebih lengkap untuk
mempersiapkan evaluasi dan memperbaiki keadaan umum bila diperlukan.
Sebagai gambarannya penatalaksanaan medis, prinsip penanganannya
adalah:
1. Memperbaiki keadaan umum misalnya : Dengan pemberian transfuse
darah, untuk memperbaiki syok atau anemia dan menghilangkan atau
mengurangi penyakit seperti preeklamsia dan tirotoksikosis.
2. Pengeluaran jaringan mola (evakuasi), ada 2 cara yaitu :
a. Kuretase
Untuk wanita subur dan masih menginginkan anak. Kuret ulangan
sapat dilakukan sekitar 1 minggu setelah kuret pertama untuk
memastikan bahwa rahim benar benar sudah bersih.
b. Histerektomi (pengangkatan rahim)
Untuk wanita yang telah cukup umur/usia lanjut dan sudah cukup
anak atau tidak menginginkan tambahan anak serta ada factor
predisposisi untuk terjadinya keganasan.
c. Terapi profilaksis dengan sitostatika
Pada kasus mola dengan resiko tinggi terjadi keganasan. Misalnya
umur tua dan paritas tinggi yang menolak dilakukan histerektomi.
d. Pemeriksaan tindak lanjut (follow up)
Yaitu pengawasan lanjutan untuk memantau dan mengevaluasi
pasca evakuasi. Langkah pengawasan dilakukan secara klinis,
laboratorium dan radiologis. Monitor kadar HCG sampai kadar hCG
menjadi negative (-) selama minimal 6 bulan atau 1 tahun karena
adanya rsiko timbulnya penyakit trofoblas yang menetap atau
karsinoma.
3. Tunda kehamilan dengan kontrasepsi
4. Memberikan dukungan emosi pada penderita (ibu) dan keluarga.
13. Komplikasi
Berdasarkan Maryunani (2009;57) komplikasi kehamilan mola
adalah
1. Perdarahan yang hebat dapat menyebabkan syok, bila tidak segera
ditangani dapat berakibat fatal
2. Perdarahan yang berulang ulang dapat menyebabkan anemia
3. Infeksi sekunder
4. Perforasi karena tindakan dan keganasan
5. Dapat menjadi karsinoma
14. Prognosis
Menurut Maryunani (2009;57), hampir 20% wanita dengan
kehamilan mola komplek dapat berkembang menjadi penyakit trofoblastik
ganas. Factor klinis yang berhubungan dengan resiko keganasan seperti: umur
penderita yang tua, kadar HCG tinggi (>100 ovum LU/ml), eklamsia,
hipertiroidisme, dan kista teka lutein bilateral.
Resiko terjadinya kekambuhan adalah sekitar 1-2% setelah 2 atau
lebih kehamilan mola, maka resiko kekambuhannya menjadi 1/6,5 sampai
1/17,5.
BAB II
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber daya berkaitan dengan kondisi klien, bila pasien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasi kepada dokter dalam manajemen kebidanan.
A. Data Subyektif
Yaitu data yang didapat dari pertanyaan yang disampaikan dengan
menggunakan standar yaitu diakui (Varney, 2007).
1. Identitas Pasien
Umur : Umur ibu, menurut Suparyanto dalam karya tulis ilmiah tentang
kandidiasis pada WUS (Rhomi, 2014), mengatakan bahwa usia
subur wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil.
3. Keluhan Utama
Keluhan yang sering terjadi pada mola hidatidosa adalah mual,
muntah dengan keluhan lebih hebat, perdarahan pervaginam
(Maryunani, 2009)
4. Riwayat Kesehatan yang lalu
Riwayat pasca mola hidatidosa, pasca abortus, pasca partus
fisiologi dapat terjadi serangan ganas (Manuaba, 2008;74)
6. Riwayat Menstruasi
Hari pertama haid terakhir membantu untuk menegakkan
diagnose bahwa klien hamil atau tidak.
2. Pola istirahat
3. Aktivitas
Ibu hamil dapat melakukan aktifitas sehari hari namun tidak
terlalu lelah dan berat karena dikhawatirkan mengganggu
kehamilannya. Ibu hamil utamanya trimester III membutuhkan
bantuan dalam melakukan aktivitas sehari hari. Kelelahan dalam
beraktivitas akan banyak menyebabkn komplikasi pada setiap ibu
hamil misalnya perdarahan dan abortus (Sulistyawati, 2009)
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Kesadaran Umum
Baik/tidak, cemas/tidak, untuk mengetahui keadaan umum klien secara
keseluruhan (Sulistyawati, 2009)
b. Kesadaran
Penilaian pada Glasgow Coma Scale (GCS). Compos mentis (sadar
penuh), apatis (perhatian berkurang), somnolen (mudah tertidur walau
sedang diajak bicara), spoor (dengan rangsangan kuat masih memberi respon
gerakan), spoor-coatus (hanya tinggal reflek kornea) dan coma (tidak
memberi respon sama sekali) (Rukiyah, 2011).
c. Tekanan Darah
Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg (Romauli,
2011)
d. Nadi
Nadi normal 70x/menit. Untuk ibu hamil 80-90x/menit (Sulistyawati,
2009)
e. Suhu
Suhu normal pada ibu hamil adalah 36o - 37o C, jika keadaan suhu tinggi
menunjukkan adanya infeksi (Marmi,2011). Suhu normal adalah 36C-37C.
f. Pernapasan
Untuk mengetahui fungsi system pernafasan. Normalnya 16-24x/menit
(Romauli, 2011)
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Muka : edema muka menunjukkan adanya penyakit jantung,
penyakit ginjal, preeklamsia berat, kekurangan gizi, bentuk anemia.
(Manuaba, 2007)
Mata : Edema kelopak mata menunjukkan kemungkinan klien
menderita hipoalbunemia, tanda preeklamsi berat dan anemia.
Konjungtiva pucat atau cukup merah sebagai gambaran tentang
anemianya secra kasar (Manuaba, 2007)
Genetalia eksterna: keluarnya vesikel vesikel seperti anggur yang
diawali keluarnya secret yang continue dan intermitten.
(Maryunani, 2009;54)
Palpasi
Abdomen
Auskultasi
3. Data Penunjang
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG)
Merupakan pemeriksaan standar untuk mengidentifikasi
kehamiln mola. Ditentukan gambaran mirip badai salju (snow storm)
yang mengidentifikasi vili khoriales yang hidrofik dan tidak adanya
gambaran yang menunjukkan denyut jantung janin. Bila diegakkan
diagnosis mola hidatidosa, maka pemerikaan rontgen paru halus
dilakukan untuk melihat penyebaran ke paru-paru, karena paru-paru
merupakan tempat metastasis pertama bagi PTG (Penyakit Trofoblas
Ganas).
Pemeriksaan Doppler : denyut jantung janin tidak terdengar.
Pemeriksaan Laboratorium
Kadar HCG cenderung meningkat dan bertambah kuat (lebih
tinggi kadar kehamilan normal) terutama pada trimester I.
Hemoglobin, Hematokrit, Eritrosit menurun. Anemia
merupakan kompilasi yang sering terjadi diserta dengan
kecenderungan terjadinya koagulopati, sehinga pemeriksaan
darah lengkap dan tes koagulasi dilakukan.
Pritein urine positif (+)
Pemeriksaan Histologi / Patologi Anatomi
Yaitu pemeriksaaan mikroskopis gelembung cairan mirip
anggur
(Maryunani, 2009)
C. Analisa Data
1. Diagnose dan Masalah Aktual
Do : Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum :
Kesadaran :
TD : mmHg
Nadi : x/mnt
Suhu : 0C
RR : x/mnt
Pemeriksaan Fisik
Abdomen
Leopold I :
Auskultasi
DJJ :
Masalah :
siap bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi (Varney,
2007).
(Maryunani, 2009)
D. Penatalaksanaan
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada klien
2. Meninta persetujuan inform concent
3. Memberikan tranfusi darah untuk memperbaiki ke adaan dan
menghindari syok atau anemia serta, menghilangkan atau mengurangi
penyakit seperti preeklamsia dan tirotoksikosis.
4. Melakukan rujukan dengan dokter spesialis obgyn untuk pengeluaran
jaringan mola (evakuasi), ada 2 cara yaitu :
a. Kuretase
b. Histerektomi (pengangkatan rahim)
5. Berkolabirasi dengan dokter obgyn untuk terapi profilaksis dengan
sitostatika
6. Berkolaborasi untuk pemeriksaan tindak lanjut (follow up), yaitu
pengawasan lanjutan untuk memantau dan mengevaluasi pasca evakuasi.
Langkah pengawasan dilakukan secara klinis, laboratorium dan
radiologis. Monitor kadar HCG sampai kadar hCG menjadi negative (-)
selama minimal 6 bulan atau 1 tahun karena adanya rsiko timbulnya
penyakit trofoblas yang menetap atau karsinoma.
7. Tunda kehamilan dengan kontrasepsi sampai 6 bulan
8. Memberikan dukungan emosi pada klien (ibu) dan keluarga.
9. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Morgan, Geri. 2009. Obstetri & Ginekologi: Panduan Praktik. Jakarta: EGC