Anda di halaman 1dari 17

KONSEP MANAJEMEN KEBIDANAN KEGAWATDARURATAN

PADA KEHAMILAN EMBOLI CAIRAN KETUBAN

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Yang dibina Oleh:
Ibu Ika Yudianti SST .,M.Keb

Oleh :
Nurul Fauzaliah
NIM: 1302100058

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN
Maret 2015
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Konsep Manajaemen Kebidanan Kegawatdaruratan
Pada Kehamilan Emboli Cairan Ketuban

Dalam penyusunan makalah ini kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada: Ibu Ika Yudianti SST .,M.Keb selaku
pendidik yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar
kepada kami.

Dari beliaulah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit
kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Wassalamualaikum wr.wb
BAB 1

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Konsep dasar emboli cairan ketuban

1.1.1 Definisi

Emboli cairan ketuban merupakan komplikasi persalinan dan kelahiran yang


jarang terjadi dan sering fatal.(Benzion Taber, M.D.,1994).
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah cairan
ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan pernafasan
yang akut dan shock. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini
meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan
banyak kasus tidak terdiagnosis yang dibuat adalah shock obastetrik, perdarahan post
partum atau edema pulmoner akut.
Emboli cairan ketuban ada;ah suatu gangguan kompleks yang secara klasik
ditandai oleh hipotensi ibu mendadak, hipoksia dan koagulopati
konsumtif.Manifestasi klinisnya memiliki banyak variasi, dan akan ditemukan kasus
hanya satu dari ketiga tanda utama klinis tersebut yang predominan, atau sama sekali
tidak ada. Secara mutlak, sindrom ini jarang dijumpai( 1 kasus per 20000 persalinan);
namun, sindrom ini sering menyebabkan kematian ibu.(Kenneth j. Leveno, 2009).
Shock yang berat sewaktu persalinan selain oleh plasenta praevia dan solusio
plasenta dapat disebabkan pula pleh emboli air tuban.Setelah ketuban pecah ada
kemungkinan bahwa air tuban masuk ke dalam vena-vena tempat plasenta, endoservix
dan luka lainnya.Air tuban mengandung lanugo, vernix caseosa dan meconium yang
dapat menimbulkan emboli. Benda-benda halus ini menyumbat kapiler paru-paru dan
dilatasi jantung kanan.(Obstetri Patologi,Unpad Bandung,1981:128 )

Emboli air ketuban (EAK) adalah masuknya cairan ketuban beserta


komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen di sini ialah
unsur-unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas,
rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental. Emboli air ketuban atau
EAK (Amniotic fluid embolism) merupakan kasus yang sangat jarang terjadi.
Kasusnya antara 1 : 8.000 sampai 1 : 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950,
hanya ada 17 kasus yang pernah dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang
dilaporkan sedikit meningkat (dr. Irsjad Bustaman, SpOG).

1.1.2 Gambaran Klinis

Shock yang dalam yang terjadi secara tiba tiba tanpa diduga pada wanita
yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit .
Khususnya kalau wanita itu mulipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar ,
mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus
menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .Jika sesak
juga didahului dengan gejala mengigil yang diikuti dyspnea , vomitus , gelisah , dll
disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta denyut nadi yang lemah dan cepat
.Maka gambaran tersebut menjadi lebih lengkap lagi . Jika sekarang dengan cepat
timbul edema pulmoner padahal sebelumnya tidak terdapat penyakit jantung ,
diagnosa emboli cairan ketuban jelas sudah dapat dipastikan.

Pada uraian ini tidak ada lagi yang ditambahkan kecuali hasil pemeriksaan
selanjutnya menunjukkan bahwa gambaran tersebut biasanya disertai kegagalan
koagulasi darah pasien dan adanya perdarahan dari tempat plasenta.

1.1.3 Gejala gejala

Sesak napas yang sekonyong konyong ,cyanosis ,oedema paru paru, shock dan
relaksasi otot-otot rahim dengan perdarahan postpartum.

Shock terutama disebabkan reaksi anaphylactis terhadap adanya bahan-bahan


air tuban dalam darah, terutama emboli meconium bersifat lethal

Juga terjadi coagulopathi karena disseminated intravascular clotting.(Obstetri patologi


,1981)

Shock yang dalam yang terjadi secara tiba tiba tanpa diduga pada wanita
yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan yang sulit
1.1.4 Etiologi

Faktor predisposisi
1. Multiparitas
2. Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba tiba tanpa diduga pada
wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja menyelesaikan persalinan
yang sulit . Khususnya kalau wanita itu multipara berusia lanjut dengan janin
yang amat besar , mungkin sudah meningal dengan meconium dalam cairan
ketuban, harus menimbulkan kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli
cairan ketuban ).

3. Janin besar intrauteri


Menyebabkan rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan
ketubanpun dapat masuk melalui pembuluh darah.

4. Kematian janin intrauteri


Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga kemungkinan
besar akan ketuban pecah dan memasuki pembuluh darah ibu, dan akan
menyubat aliran darah ibu, sehingga lama kelamaan ibu akan mengalami
gangguan pernapasan karena cairan ketuban menyubat aliran ke paru, yang
lama kelamaan akan menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak
tangani dengan segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian
mendadak.

5. Menconium dalam cairan ketuban


6. Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan terjadinya
laserasi atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan pembukaan vena,
dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban dengan mudah masuk ke
pembuluh darah ibu, yang nantinya akan menyumbat aliran darah, yang
mengakibatkan hipoksia, dispue dan akan terjadi gangguan pola pernapasan
pada ibu.
7. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi.
Dengan prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan pembuluh
darah, dan hal ini dapat terjadi ketuban pecah dan masuk ke pembuluh darah
ibu.

1.1.5 Faktor Resiko

Beberapa faktor resiko dalam emboli air ketuban dalah sebagai berikut

1. Meningkatnya usia ibu


2. Multiparitas (banyak anak)
3. Adanya mekoneum
4. Laserasi serviks
5. Kematian janin dalam kandungan
6. Kontraksi yang terlalu kuat
7. Persalinan singkat
8. Plasenta akreta
9. Air ketuban yang banyak
10. Robeknya rahim
11. Adanya riwayat alergi atau atopi pada ibu
12. Adanya infeksi pada selaput ketuban
13. Bayi besar
1.1.6 Patofisiologi

Emboli air ketuban menyebabkan komplikasi dan gejala klinik yang bersumber dari :

I. Kardiovaskuler kolap
1. Mekanisme Kardiovaskuler kolap
1.1 Air ketuban yang terhisap dengan benda padatnya(rambut lsnogo,
lemah dan lainnya) menyumbat kapiler paru,sehingga terjadi
hipertensi arteri pulmonum , edema paru , dan gangguan
pertukaran oksigen dan karbondioksida.
1.2 Akibat hipertensi pulmonum menyebabkan :
Tekanan atrium kiri turun
Cadiac output menurun
Terjadi penurunan tekanan darah sistemik yang
mengakibatkan syok berat
1.3 Gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida menyebabkan
sesak napas, sianosis dan gangguan pengaliran oksigen ke jaringan
yang mengakibatkan:
1.4 Edema paru dan gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida
menyebabkan :
1.5 Terjadi refleks nervus vagus yang menyebabkan:
1.6 Manifestasi keduanya menyebabkan syok dalam ,kedinginan dan
sianosis
1.7 Kematian dapat berlangsung sangat singkat dari 20 menit sampai
36 jam.

II. Gangguan pembekuan darah


Partikel air ketuban dapat menjadi inti pembekuan darah
Mengandung faktor X ,yang dapat menjadi treger terjadinya
intravaskuler koagulasi
Mengaktifkan sistem fibrinolisis dan bekuan darah sehingga terjadi
hipofibrinogemia dan menimbulkan perdarahan dari bekas implantasi
plasenta.
Kekurangan oksigen dan terjadinya anaerobik metabolisme dalam otot
uterus ,menyebabkan atonia uteri sehingga terjadi perdarahan.

1.1.7 Patogenesis

Cairan amnion masuk ke dalam sirkulasi akibat rusaknya sawar fisiologis yang
secara normal terdapat antara kompartemen ibu dan janin.Kejadian semacam ini
tampaknya sering, kalau bukan universal dengan skuama yang diperkirakan berasal
dari janin dan trofoblast sering ditemukan di dalam darah ibu. Ibu mungkin terpajanke
berbagai unsur janin selama terminasi kehamilan, setelah amniosentesis atau trauma,
atau yang lebih sering selama persalinan dan pelahiran saat terjadinya laserasi kecil di
segmen bawah uterus atau serviks.Selain itu sesar merupakan salah satu kesempatan
tercampurnya darah ibu dan jaringan janin.
Pada ibu hamil pajanan tersebut memicu terjadinya serangkaian reaksi
fisiologis yang mirip dengan yang dijumpai pada anafilaksis dan sepsis.Setelah suatu
fase awal singkat hipertensi paru dan sistemik, terjadi penurunan resistensi vaskular
sistemik dan indeks stroke work ventrikel.Pada fase awal sering dijumpai desaturasi
oksigen sementara namun hebat,yang menyebabkan cedera neurologis pada sebagian
besar pasien yang bertahan hidup.Pada wanita yang bertahan hidup melewati kolaps
kardiovaskular awal ,sering terjadi fase sekunder berupa cedera paru dan koagulopati.
Keterkaitan hipertonus uterus dengan kolaps kardiovaskuler tampaknya lebih
merupakan efek dari embolisme cairan ketuban daripada kasusnya.

1.1.8 Diagnosis

1.1.9 Upaya preventif

I. Perhatikan indikasi induksi persalinan


II. Memecahkan ketuban saat akhir his, sehingga tekanannya tidak terlalu besar
dan mengurangi masuk ke dalam pembuluh darah
III. Saat seksio sesarea, lakukan pengisapan air ketuban perlahan sehingga dapat
mengurangi.
Asfiksia intrauterin
Emboli air ketuban melalui perlukaan lebar insisi operasi.

1.1.9 Pengobatan

I. Tindakan umum:
Segera memasang infus dua tempat sehingga cairan segera dapat
diberikan,untuk mengatasi syok
Berikan oksigen dengan tekanan tinggi sehingga dapat menambah
oksigen dalam darah
II. Untuk jantung dapat diberikan
Resusitasi jantung dengan:
o Masase
o Mesin kardiopulmonari
Pemberian digitalis
Atropin untuk mengurangi vasokonstriksi pembuluh darah dan paru
Vasopresor
Diuretik untuk mengurangi edema
III. Untuk paru obatspasmolitik
Papaverine sehingga mengurangi spasme bronkus dan pembuluh darah
paru
IV. Mengatasi anafilaksis syok:
Antihistamin: promethazine
Kortison dosis tinggi
V. Mengatasi intravaskuler koagulasi
Dipertimbangkan untuk memberikan heparin.

Keberhasilan pengobatan dan pengalaman untuk mengatasi emboli air ketuban tidak
banyak.(Manuaba,2001)

1.1.11 Prognosis
BAB II

KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA KEHAMILAN EMBOLI


CAIRAN KETUBAN
Tanggal dan Waktu Pengkajian, Tempat Pengkajian, Pengkaji

- Sebagai dokumentasi bidan dalam melakukan manajemen asuhan kebidanan.

2.1 DATA SUBJEKTIF

i. Identitas
a. Nama Istri
- Untuk memudahkan memanggil dan menjalin hubungan saling percaya.
- Untuk menghindari kesalahan atau kekeliruan dengan pasien lain.
b. Umur
- Untuk mengetahui kehamilan yang terjadi pada wanita, masih dalam usia
reproduksi antar 20-35 tahun atau diatas usia reproduksi.
c. Agama
- Untuk mengetahui kemungkinan pengaruhnya terhadap kebiasaan klien.Akan
memudahkan bidan dalam melakukan pendekatan di dalam melakukan
asuhan.
d. Pendidikan
- Untuk memberikan bimbingan sesuai dengan tingkat pendidikan dan
mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang kesehatannya.
e. Pekerjaan
- Untuk mengetahui bagaimana taraf hidup keluarga dan sosial ekonomi agar
asuhan yang diberikan bidan dapat sesuai.
f. Alamat
- Memudahkan komunikasi dan kunjungan rumah.
- Untuk membedakan ibu dengan klien lain apabila kemungkinan ada klien
yang mempunyai nama yang sama.

g. Biodata suami
- Sangat diperlukan sebagai pengambilan keputusan jika terjadi
kegawatdaruratan.
ii. Keluhan Utama :
R/ Merupakan alasan utama klien untuk datang ke rumah sakit dan apa saja yang
dirasakan klien.Kemungkinan yang terjadi pada klien: Pasien dispne dan perdarahan
pervaginam yang hebat.
Adanya dispne akut dan tiba-tiba segera setelah kelahiran yang
tergesa-gesa atau selama persalinan yang tergesa-gesa.
Pasien syok dengan perdarahan pervaginam yang hebat
Syok diikuti dengan syanosis
iii. Riwayat Kesehatan
Penyakit kronis misalnya Hipertensi, diabetes melitus, anemia berat, penyakit jantung,
paru-paru, gangguan kelenjar gondok
iv. Riwayat Kesehatan Lalu
Untuk mengetahui apakah ibu pernah menderita penyakit jantung, hipertensi, diabetes
melitus dan asma yang mungkin kambuh pada kehamilan sekarang sehingga
memperberat kehamilan.
v. Riwayat Penyakit Keluarga
Dari keluarganya dan keluarga suaminya ada atau tidak ada yang memiliki penyakit
menurun (hipertensi, diabetes), menahun (asma), dan menular (TBC, PMS).
vi. Riwayat Menstruasi (Haid)
Dari amnorea atau siklus haid dapat menentukan Usia Kehamilan dan normalnya
organ-organ reproduksi.
vii. Riwayat Pernikahan
a. Berapa kali menikah
- Memastikan bahwa tidak ada penyakit menular seksual
b. Usia menikah
- Menentukan apakah perkawinan dilakukan pada usia dini atau tidak karena
dapat menentukan matangnya organ-organ reproduksi.
viii. Riwayat Psiko-sosio-ekonomi
Gangguan psikologis pada ibu dapat dijadikan sebagai suatu landasan untuk
menentukan penyebab dari emboli cairan ketuban ini. Misalnya keadaan psikologis
ibu yang jelek menyebabkan persalinan yang sulit pada ibu.
ix. Riwayat kehamilan sekarang
Untuk mengkaji ibu ini kehamilan ke berapa, frekuensi pemeriksaan ANC ibu untuk
mengetahui resiko yang akan terjadi dari adanya riwayat kehamilan multipara.
Untuk mengetahui ibu pernah mengalami perdarahan ,kejang , pusing hebat dan tanda
bahaya lainnya.
x. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu
Untuk mengkaji ibu adanya riwayat kehamilan , persalinan dan nifas yang buruk di
kehamilan yang lalu. Terutama pada persalinan yang disertai dengan
penyulit.Mengetahui jarak kehamilan sekarang dengan persalinan yang lalu serta usia
ibu saat melahirkan yang lalu.Untuk mengetahui ibu pernah mengalami perdarahan,
kejang, pusing hebat dan tanda bahaya lainnya.
xi. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Selama Hamil
a. Personal Hygiene
- Mengetahui tingkat kebersihan ibu
b. Istirahat
- Jumlah istirahat normal untuk malam hari kurang lebih 7-8 jam dan siang hari
1-2 jam sehari.
- Mengetahui tingkat aktivitas ibu dan ada tidaknya gangguan pada istirahat ibu.
c. Nutrisi
- Gizi yang dikonsumsi ibu mencukupi atau tidak
- Jenis makanan yang di konsumsi
- Berapa kali dalam sehari
- Apakah ada pantangan makanan tertentu
- Mengetahui cairan yang dikonsumsi ibu, apakah sudah 7-8 gelas sehari
d. Pola eliminasi
- Mengetahui frekuensi BAK dan BAB ibu dalam sehari.
xii. Hubungan Seksual
Hubungan seksual yang berlebihan sewaktu hamil sehingga dapat menyebabkan
kontraksi sewaktu-waktu.
xiii. Riwayat KB
Untuk mengkaji tentang jenis atau metode KB yang pernah digunakan klien, keluhan,
dan rencana KB yang akan digunakan.
xiv. Pola kebiasaan konsumsi jamu, minuman beralkohol dan obat-obatan.
Mengetahui ibu memiliki kebiasaan minum jamu , minuman beralkohol dan obat-
obatan .Kebiasaan minum jamu menyebabkan cairan ketuban keruh.
xv. Keadaan Psikososial
Bagaimana tanggapan ibu dan suami tentang kehamilannya dan bagaimana dukungan
ibu dan keluarga mengenai kehamilan ibu sekarang.Ibu merasa senang atau tidak
terhadap kehamilannya.
xvi. Latar belakang sosial budaya
Mengetahui kepercayaan terhadap tahayul, upacara adat yang pernah dilakukan, ada
pantangan makanan atau tidak.

2.2 DATA OBYEKTIF


i. Pemeriksaan Keadaan umum dan TTV
- Mengetahui bagaimana kondisi ibu saat itu dan secara umum biasanya
terdapat syok dan sianosis.
- Pemeriksaan TTV
Kesadaran umum: Composmentis/somnolen
Kesadaran umum: baik/sedang/lemah
Tekanan darah: Menurun atau normal(90-120/60-90 mmHg
),biasanya disertai tekanan darah yang menurun
drastis.
Nadi: Meningkat atau normal(80-88 x/menit).Biasanya
disertai dengan peningkatan denyut nadi yang
cepat tetapi lemah.
Suhu: Menurun atau normal(36.5-37.5 C).Biasanya
disertai dengan penurunan suhu ibu
Pernafasan: Melemah atau normal(16-24 x/menit).Biasanya
disertai sesak napas /dispnea.
ii. DJJ
- Mengetahui penurunan denyut jantung janin kurang dari 110 per
menit.Mengetahui ada tidaknya denyut jantung janin(janin mati dalam
kandungan)
iii. Pemeriksaan dalam
- Terdapat perdarahan pervaginam yang persisten biasanya akibat atonia
uteri, dengan atau tanpa koagulasi intravaskular diseminata
- Terdapat ruptur uteri yang merupakan salah satu penyebab masuknya
cairan ketuban ke dalm pembuluh balik vena.
iv. Pemeriksaan urin
- Mengetahui keluaran urin untuk menunjukkan perfusi ginjal yang tidak
adekuat.
v. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan sel darah lengkap dan apusan darah merupakan indikasi
hilangnya darah dan anemia yang ada.Gas darah arteri:pO biasanya menurun.
b. Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal tergantung
pada kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat mengandung debris
selular cairan amninon.
c. Golongan darah dan Rhesus untuk tranfusi seperti yang diindikasikan.Defek
koagulasi segera diduga bila darah dalam selang membeku.
d. EKG untuk melihat regangan jantung kanan.
e. Keluaran urin dapat menurun,menunjukkan perfusi ginjal yang tidak adekuat.
f. Foto toraks untuk menunjukkan defek perfusi yang sesuai dengan emboli paru.

2.3 ANALISIS
Diagnose kebidanan yaitu diagnose yang ditegakkan oleh profesi bidan dalam lingkungan
praktik kebidanan dan memenuhi standart nomenklatur kebidanan.
i. Diagnosa Aktual : G0 P00000 Ab000 UK ......minggu..... T/H/I Persalinan
dengan emboli cairan ketuban

ii.Diagnosa Potensial : Edema paru yang berujung kematian

iii. Masalah Aktual :

a. Perdarahan pervaginam
b. Sesak napas
Jika sesak juga didahului dengan gejala mengigil yang diikuti dyspnea ,
vomitus , gelisah , dll disertai penurunan tekanan darah yang cepat serta
denyut nadi yang lemah dan cepat
c. Syanosis
Disebabkan karena aliran darah menuju jantung yang terhambat .

iv. Masalah Potensial :

a. shock obstetrik
b. perdarahan post partum
Perdarahan ini bisa disebabkan karena ruptur uteri, perdarahan dari tempat
perlekatan plasenta.
c. edema pulmoner akut.

2.4 PENATALAKSANAAN
1. Tindakan Segera
a. Penilaian keadaan umum ibu.
b. Melakukan bantuan pernafasan pada ibu dengan memasang oksigen
c. Pemberian infuse cairan pengganti RL dengan campuran oksitosin 20 unit per 1000
ml.
d. Segera merujuk ibu ke rumah sakit.
2. Rencana Tindakan
b. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis paru yang bersangkutan
c. Melakukan transfusi darah jika terjadi perdarahan hebat.
3. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan primer bersifat suportif dan diberikan secara agresif.
1. Terapi krusnal , meliputi: resusitasi, ventilasi, bantuan sirkulasi, koreksi defek
yang khusus (atonia uteri)
2. Penggantian cairan intravena dan darah diperlukan untuk mengkoreksi
hipovolemi perdarahan
3. Oksitosin yang ditambah ke infus intravena membantu penanganan atonia uteri
4. Morfin (10mg) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas
5. Heparin membantu dalam mecegah defibrinasi intravaskuler dengan
menghambat proses perbekuan
6. Amniofilik (250-500 mg) melalui IV mungkin berguna bila ada ada
bronkospasme
7. Isoprosternol di berikan perlahan-lahan melalui IV untuk menyokong tekanan
darah sistolik kira-kira 100mmHg
8. Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat
9. Oksigen selalu merupakan indikasi intubasi dan tekan akhir ekspirasi positif
mungkin diperlukan
10. Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar dan
sediaan trombosit

b. Bila anak belum lahir, lakukan SC dengan catatan dilakukan setelah keadaan
umum ibu stabil
c. X ray torak memperlihatkan adanya edema paru dan bertambahnya ukuran atrium
kanan dan ventrikel kanan
d. Laboratorium : asidosis metabolik (penurunan paO2 dan PaCO2 )
Daftar Pustaka:
Universitas padjajaran Bandung, 1981, Obstetri Patologi, Bandung: Elstar Offset
Taber.M.D , Ben-zion, 1994, Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Jakarta, EGC
Bagus Gde Manuaba, Ida, 2001, Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB,
Jakarta, EGC
J.Leveno, Kenneth, 2009, Obstetri Williams,Jakarta, EGC

Prof. Dr.dr.Gulardi, Hanifa.Winkjosastro, SPOG.2002. Buku Panduan Paktis


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai