Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah
cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock.  Sindrom cairan ketuban adalah sebuah
gangguan langka dimana sejumlah besar cairan ketuban tiba – tiba memasuki
aliran darah. Emboli cairan ketuban adalah masuknya cairan ketuban beserta
komponennya ke dalam sirkulasi darah ibu. Yang dimaksud komponen di sini
ialah unsur-unsur yang terdapat di air ketuban seperti lapisan kulit janin yang
terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin, dan musin/cairan kental. yang
dapat menghambat pembuluh darah dan mencairkan darah yang
mempengaruhi koagulasi. Dua tempat utama masuknya cairan ketuban dalam
sirkulasi darah maternal adalah vena yang dapat robek sekalipun pada
persalinan normal. Ruptura uteri meningkatkan kemampuan masuknya cairan
ketuban. (dr. Irsjad Bustaman, SpOG.2009)
Emboli cairan ketuban dapat terjadi bila ada pembukaan pada dinding
pembuluh darah dan dapat terjadi pada  wanita tua/ usia lebih dari 30 tahun,
sindrom janin mati, Multiparitas, Janin besar intrauteri, Insidensi yang tinggi
kelahiran dengan operasi, Menconium dalam cairan ketuban dan kontraksi
uterus yang kuat. Dua puluh lima persen wanita yang menderita keadaan ini
meninggal dalam waktu 1 jam. Emboli air ketuban atau EAK (Amniotic fluid
embolism) merupakan kasus yang sangat jarang terjadi. Kasusnya antara 1 :
8.000 sampai 1 : 80.000 kelahiran. Bahkan hingga tahun 1950, hanya ada 17
kasus yang pernah dilaporkan. Sesudah tahun 1950, jumlah kasus yang
dilaporkan sedikit meningkat. Dalam kenyataannya memang emboli cairan
ketuban jarang dijumpai, namun kondisi ini dapat mengakibatkan kematian

Makalah Askeb Patologi 1


ibu dengan cepat. Sekalipun mortalitas tinggi, emboli cairan tidak selalu
membawa kematian pada tiap kasus. 75% wanita meninggal sebagai akibat
langsung emboli. Sisanya meninggal akibat perdarahan yang tidak terkendali.
Meskipun jarang terjadi, tetapi bila edema cairan ketuban terjadi pada wanita,
maka akan menyumbat aliran darah ke paru, yang bila meluas akan
mengakibatkan penyumbatan dijantung, sehinggaa iskemik dan kematian
jantung secara mendadak bisa terjadi. Karena wanita tersebut akan mengalami
gangguan penapasan, syok, hipotermi, Dyspnea, Batuk, Hipotensi perubahan
pada membran mukosa akibat dari hipoksia Cardiac arrest. Koagulopati atau
pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain (DIC terjadi di 83%
pasien.). Risiko emboli cairan ketuban tidak bisa diantisipasi jauh-jauh hari
karena emboli paling sering terjadi saat persalinan. Dengan kata lain,
perjalanan kehamilan dari bulan ke bulan yang lancar-lancar saja, bukan
jaminan ibu aman dari ancaman EAK. Sementara bila di persalinan
sebelumnya ibu mengalami EAK, belum tentu juga kehamilan selanjutnya
akan mengalami kasus serupa. Begitu juga sebaliknya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep teoritis dari emboli cairan ketuban?
2. Bagaimana etiologi dari emboli cairan ketuban?
3. Bagaimana patofisiologi emboli cairan ketuban?
4. Faktor predisposisi emboli air ketuban?
5. Penanganan emboli air ketuban?

1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui secara garis besar tentang emboli air ketuban dan
asuhan kebidanannya.

Makalah Askeb Patologi 2


1.3.2 Tujuan Khusus
 Mahasiswa mengetahui konsep teori dari cairan ketuban dan emboli
cairan ketuban
 Mahasiswa mengetahui patofisiologi,paktor predis posisi emboli cairan
ketuban
 Mahasiswa mengetahui pengkajian yang dilakukan pada pasien dengan
emboli cairan ketuban
 Mahasiswa mengetahui diagnosa dan intervensi yang muncul pada
emboli cairan ketuban

Makalah Askeb Patologi 3


BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DEFINISI
1. Cairan Ketuban
Merupakan semacam cairan yang memenuhi seluruh rahim dan
memiliki berbagai fungsi untuk menjaga janin. Di antaranya,
memungkinkan janin dapat bergerak dan tumbuh bebas ke segala arah,
melindungi terhadap benturan dari luar, barier terhadap kuman dari
luar tubuh ibu, dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Ia juga
membantu proses persalinan dengan membuka jalan lahir saat
persalinan berlangsung maupun sebagai alat bantu diagnostik dokter
pada pemeriksaan amniosentesis. Air ketuban mulai terbentuk pada
usia kehamilan 4 minggu dan berasal dari sel darah ibu. Namun sejak
usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan
mengeluarkan air seni. Sehingga terhitung sejak pertengahan usia
kehamilan, air ketuban sebagian besar terbentuk dari air seni
janin.Pada kehamilan normal, saat cukup bulan, air ketuban jumlahnya
sekitar 1.000 cc.
2. Emboli Air Ketuban
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah
sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba
terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Dua puluh lima
persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1
jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan banyak
kasus tidak terdiagnosis yang dibuat adalah shock obastetrik,
perdarahan post partum atau edema pulmoner akut. Cara masuknya
cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam

Makalah Askeb Patologi 4


sirkulasi darah maternal adalalah vena endocervical ( yang dapat
terobek sekalipun pada persalinan normal ) dan daerah utero
plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan
ketuban . Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di
jumpai, kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode
emboli.

2.2 ETIOLOGI
 Multiparitas dan  Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga
pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja
menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu
multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah
meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan
kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
 Janin besar intrauteri
Menyebabkan rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan
ketubanpun dapat masuk melalui pembuluh darah.
 Kematian janin intrauteri
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga
kemungkinan besar akan ketuban pecah dan memasuki pembuluh
darah ibu, dan akan menyubat aliran darah ibu, sehingga lama
kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan
ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan
menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani
dengan segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian
mendadak.
 Menconium dalam cairan ketuban

Makalah Askeb Patologi 5


 Kontraksi uterus yang kuat
Kontraksi uterus yang sangat kuat dapat memungkinkan
terjadinya laserasi atau rupture uteri, hal ini juga menggambarkan
pembukaan vena, dengan pembukaan vena, maka cairan ketuban
dengan mudah masuk ke pembuluh darah ibu, yang nantinya akan
menyumbat aliran darah, yang mengakibatkan hipoksia, dispue dan
akan terjadi gangguan pola pernapasan pada ibu.
 Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi
Dengan prosedur operasi tidak jauh dari adanya pembukaan
pembuluh darah, dan hal ini dapat terjadi ketuban pecah dan masuk ke
pembuluh darah ibu.

2.3 PATOFISIOLOGI
Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas,
mungkin melalui laserasi pada vena endoservikalis selama diatasi serviks,
sinus vena subplasenta, dan laserasi pada segmen uterus bagian bawah.
Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah
ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena
rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya
berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan
amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi
pada beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan
kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis. Selain
itu, jika air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru
ibu dan sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat
aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu
pada jantung dan paru-paru. Pada fase I, akibat dari menumpuknya air
ketuban di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri

Makalah Askeb Patologi 6


pulmonalis. Sehingga menyebabkan aliran darah ke jantung kiri berkurang
dan curah jantung menurun akibat iskemia myocardium. Mengakibatkan
gagal jantung kiri dan gangguan pernafasan. Perempuan yang selamat dari
peristiwa ini mungkin memasuki fase II. Ini adalah fase perdarahan yang
ditandai dengan pendarahan besar dengan rahim atony dan Coagulation
Intaravakuler Diseminata ( DIC ). Masalah koagulasi sekunder
mempengaruhi sekitar 40% ibu yang bertahan hidup dalam kejadian awal.
Dalam hal ini masih belum jelas cara cairan amnion mencetuskan
pembekuan. Kemungkinan terjadi akibat dari embolisme air ketuban atau
kontaminasi dengan mekonium atau sel-sel gepeng menginduksi koagulasi
intravaskuler.

2.4 MANIFESTASI KLINIS


Tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan kemungkinan emboli
cairan ketuban:
 Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada
saat pengukuran (Hipotensi )

Makalah Askeb Patologi 7


 Dyspnea, Batuk
 Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari
hipoksia.
 Janin Bradycardia sebagai respon terhadap hipoksia, denyut jantung
janin dapat turun hingga kurang dari 110 denyut per menit (dpm). Jika
penurunan ini berlangsung selama 10 menit atau lebih, itu adalah
Bradycardia. Sebuah tingkat 60 bpm atau kurang lebih 3-5 menit
mungkin menunjukkan Bradycardia terminal.
 Pulmonary edema, Cardiac arrest.
 Rahim atony: atony uterus biasanya mengakibatkan pendarahan yang
berlebihan setelah melahirkan.Kegagalan rahim untuk menjadi
perusahaan dengan pijat bimanual diagnostik.
 Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan
lain (DIC terjadi di 83% pasien)

2.5 PENANGANAN SECARA TEORI


Pemeriksaan Diagnostik
 Gas darah arteri : pO2 biasanya menurun.
 Tekanan vena sentralis dapat meningkat, normal, atau subnormal
tergantung pada kuantitas hilangnya darah. Darah vena sentralis dapat
mengandung debris selular cairan amninon.
 Gambaran koagulasi ( fibrinogen, hitung jumlah trombosit, massa
protrombin, produk pecahan fibrin. Dan massa trombo[lastin parsial )
biasanya abnormal , menunjukkan DIC.
 EKG dapat memperlihatkan regangan jantung kanan akut.
 Keluaran urin dapat menurun, menunjukkan perfusi ginjal yang tidak
adekuat.

Makalah Askeb Patologi 8


 Foto toraks biasanya tidak diagnostic tapi dapat menunjukkan
infiltrate. Scan paru dapat memperlihatkan defek perfusi yang sesuai
dengan proses emboli paru.
Walaupun pada awal perjalanan klinis emboli cairan amnion terjadi
hipertensi sistemik dan pulmonal, fase ini bersifat sementara. Wanita yang
dapat bertahan hidup setelah menjakani resusitasi jantung paru seyogyanya
mendapat terapi yang ditujukan untuk oksigenasi dan membantu
miokardium yang mengalami kegagalan. Tindakan yang menunjang
sirkulasi serta pemberian darah dan komponen darah sangat penting
dikerjakan. Belum ada data yang menyatakan bahwa suatu intervensi yang
dapat mempermaiki prognosis ibu pada emboli cairan amnion. Wanita
yang belum melahirkan dan mengalami henti jantung harus
dipertimbangkan untuk melakukan tindakan seksio caesaria perimortem
darurat sebagai upaya menyelamatkan janin. Namun, bagi ibu yang
hemodinamikanya tidak stabil, tetapi belum mengalami henti jantung,
pengambilan keputusan yang seperti itu menjadi semakin rumit.
 Terapi krusnal, meliputi: resusitasi, ventilasi, bantuan sirkulasi, koreksi
defek yang khusus ( atonia uteri, defek koagulasi ).
 Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi
hipovolemia & perdarahan .
 Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu
penanganan atonia uteri.
 Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
 Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan
menghambat proses perbekuan.
 Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada
bronkospasme ..

Makalah Askeb Patologi 9


 Isoproternol menyebabkan vasodilatasi perifer, relaksi otot polos
bronkus, dan peningkatan frekuensi dan kekuatan jantung. Obat ini di
berikan perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah
sistolik kira – kira 100 mmHg.
 Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
 Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskuler dengan
menghambat proses pembekuan.
 Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan.
 Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku
segar dan sedian trombosit.
 Defek koagulasi  harus dikoreksi dengan menggunakan heparin /
fibrinogen.
 Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu
diperhatikan agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan dalam
sirkulasi darah.
 Digitalis berhasiat kalau terdapat kegagalan jantung.

Makalah Askeb Patologi 10


BAB III
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN PADA PERSALINAN DENGAN EMBOLI


CAIRAN KETUBAN TERHADAP Ny. “S” DI RB HANDAYANI
KEC. LABUHAN MARINGGAI
LAMPUNG TIMUR
TAHUN 2007
I. DATA SUBJEKTIF
IDENTITAS
1. Identitas
Nama Ibu : Ny. S Nama Suami : Tn. Z
Umur : 40 Tahun Umur : 45 Tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SLTP Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Seminung No.4 Alamat : Jl. Seminung No.4
Metro Pusat Metro Pusat

2. Keluhan utama
Ibu hamil G4P3A0, 40 minggu, ibu mengeluh sakit pada daerah
pinggang dan menjalar keperut bagian bawah. Mengeluarkan lendir
bercampur darah dan sudah mengeluarkan air sejak pukul 09.00
WIB.

Makalah Askeb Patologi 11


3. Keluhan sejak kunjungan terakhir
Ibu mengatakan merasa cepat lelah dan cemas menghadapi
persalinannya

4. Tanda-tanda persalinan
a. His : ada, lamanya 20 detik kuat
b. Frekuensi : 2 x/10 menit
c. Lamanya : 20 detik

5. Pengeluaran pervaginam
Lendir bercampur darah

6. Masalah khusus
Ibu tidak merasakan kelainan pada kehamilannya, Keadaan umum ibu
baik

7. Riwayat imunisasi
Selama hamil ibu mendapatkan imunisasi 2 kali
a. TT I pada kehamilan 20 minggu di RB Handayani
b. TT II pada kehamilan 24 minggu di RB Handayani

8. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

9. Pergerakan janin dalam rahim

Makalah Askeb Patologi 12


Gerakan fetu sangat kuat, frekuensi > 10 x/menit

10. Makan, munim terakhir


Ibu makan teratur tadi pagi, tapi hanya sedikit karena nafsu makan
ibu berkurang sejak adanya his.

11. Eliminasi terakhir


BAB : 1 x/hari

BAK : 6-7 x/hari

12. Istirahat dan tidur


Setiap hari ibu tidur + 8 jam, tetapi semenjak timbul his ibu tidurnya
berkurang

13. Psychologis
Ibu hanya mengalami kegelisahan dan ketakutan dalam menghadapi
persalinan

II. DATA OBJEKTIF


1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum ibu : baik
b. Kesadaran : komposmentis
c. Tanda-tanda vital :
1) TD : 120/80 mmHg
2) RR : 20 x/menit
3) Nadi : 84 x/menit
4) Temp : 38oC
5) BB : 61 kg
6) TB : 159 cm
2. Pemeriksaan fisik

Makalah Askeb Patologi 13


a. Inpeksi
1) Rambut : Bersih, berwarna hitam, keadaan bersih,
tidak mudah dicabut
2) Muka : Terdapat cloasma gravidarum
3) Mata : Simetris kanan kiri, sklera tidak ikterik,
conjungtiva tidak pucat
4) Hidung : Bersih, berfungsi dengan baik, tidak ada
pembesaran polip
5) Mulut : Bersih, gigi terdapat caries pada gerahan
bawah tidak ada stomatitis
6) Telinga : Normal, fungsi pendengaran baik, sekret
tidak ada
7) Leher : Tidak ada pembesaran tyroid dan vena
jugularis
8) Dada : Simetris, pergerakan nafas teratur, tidak
ada whezzing, tidak terdengar bunyi
ronchi
9) Mamae : Simetris kanan/kiri, tidak ada benjolan
yang abnormal, puting susu menonjol,
hyperpigmentasi pada aerola mamae,
kolostrum keluar
10) Perut : Tidak ada bekas operasi
11) Genetalia : Pengeluaran blood slym, tidak ada oedema
dan varices
12) Punggung : Lordosis

13) Ekstremitas

Makalah Askeb Patologi 14


a) Atas : Pergerakan baik, simetris kanan dan kiri,
tidak ada oedema, jari lengkap
b) Bawah : Pergerakan baik, simetris kanan dan kiri,
tidak ada oedema, jari lengkap
b. Palpasi
1) Pemeriksaan abdomen
Leopold I : TFU ½ jari bawah Px

Leopold II : Puki

Leopold III : Presentasi kepala

Leopold IV : Bagian terbawah janin sudah masuk PAP

Mc. Donald : 35 cm

T BJ : (35 – 12) x 155 = 3565 gram

2) Auskultasi : DJJ (+), frekwensi 130 x/menit


3) PD : Pukul 11.00 WIB
a) Perdataran : 30%
b) Arah serviks : kedepan
c) Pembukaan : 3 cm
d) Konsistensi : lunak
e) Bagian terendah : Hodge III
f) Turunnya kepala : 2/5

III. ANALISA DATA

Makalah Askeb Patologi 15


G4P3A0 hamil 40 minggu, inpartu kala I fase laten dengan janin
tunggal hidup intrauterine

IV. PENATALAKSANAAN
1. Beritahu pada ibu hasil pemeriksaan
a. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan saat ini
b. Jelaskan tentang kemajuan persalinan
2. Siapkan ibu dan alat-alat untuk persalinan yang bersih dan steril
a. Tempatkan ibu diruang yang nyaman
b. Pasang infus dan oksitosin untuk melakukan aksilerasi
c. Atur posisi ibu senyaman mungkin
d. Penuhi kebutuhan nutrisi ibu
e. Lakukan vulva vagina
f. Lakukan pengawasan kala I dan berikan antibiotika
3. Tenangkan ibu
a. Ajarkan teknik relaksasi
b. Ajarkan untuk tidak mengedan sebelum waktunya
c. Jelaskan tahap-tahap yang akan dilalui selama proses persalinan
d. Libatkan peran suami/keluarga untuk mendampingi ibu
e. Dampingi ibu untuk berikan dukungan psikolgis
f. Anjurkan ibu istirahat saat his timbul
g. Anjurkan ibu tidur miring kiri
4. Observasi kemajuan persalinan

Makalah Askeb Patologi 16


CATATAN PERKEMBANGAN

Kala II tanggal 12 Juni 2007 pukul 15.30 WIB

S : Ibu mengatakan perutnya sangat terasa mulas-mulas yang sangat kuat (his
yang sangat kuat, disertai keluar air dari kemaluannya. His yang muncul
dirasakan ibu terus-menerus. Ibu juga mengatakan mual muntah dan
sangat gelisah.

O : 1. Dilakukan pemeriksaan/pengukuran tanda vital

a. Tekanan darah : 110/70 mmHg


b. Nadi : 90 x/menit (nadi cepat dan lemah) terjadi
takikardia
c. Respirasi : 28 x/menit (pernafasan cepat/takipnea)
d. Keadaan umum : lemah
e. Kesadaran : komposmentis
2. Pembukaan seviks 10 cm

3. Air ketuban masuk melalui sinus nistagmus

4. DJJ : 134 x/menit

5. Presentasi : kepala, penurunan bagian terendah di hodge IV,


kanan depan

6. Konsistensi porsio lunak, tipis, effisement 90%

A : 1. Diagnosa

G4P3A0 inpartu kala II dengan emboli air ketuban

Dasar :

Makalah Askeb Patologi 17


b. Kontraksi uterus 5-7 x dalam 10 menit yang sangat kuat dan terus-
menerus
c. Pembukaan lengkap
d. Portio tidak teraba, ketuban (-) namun sebagian masuk kesinus
vena, perineum menonjol, vulva membuka
e. DJJ : 134 x/menit
f. TD menurun, nadi cepat dan lemah, takipnea (pernafasan yang cepat),
takikardi (denyut jantung yang cepat), kebiruan kulit pada ibu (sianosis)
2. Masalah

Ibu cemas, takut, gelisah menghadapi persalinan ibu menjadi lemah

Dasar : Ibu memasuki kala II persalinan dengan tanda-tanda emboli


air ketuban

3. Kebutuhan

a. Dukungan psikologi dari suami/keluarga


b. Penyuluhan cara relaksasi
c. Pertolongan persalinan yang cepat dan tepat
d. Pemenuhan cairan dan nutrisi
e. Penatalaksanaan/perawatan pertama terhadap potensial terjadinya
emboli air ketuban.
Dasar : 1) TD menurun

2) Nade cepat dan lemah


3) Takipnea
4) Takikardia
5) Sianosis
6) Kesadaran umum disertai nistagmus

Makalah Askeb Patologi 18


7) his yang kuat dan terus menerus
8) Air ketuban masuk kesinus vena
P : 1. Jelaskan kepada ibu kondisi ibu saat ini bahwa ibu dalam proses
persalinan

2. Bahwa pembukaan serviks sudah 10 cm (lengkap) dan ibu memasuki


proses persalinan untuk melahirkan bayinya.

3. Libatkan orang terdekat yaitu suami dalam memberikan dukungan

4. Lakukan pengawasan kala II menggunakan partograf, pantau tenaga


ibu, kontraksi uterus dan vital sign

5. Pimpin persalinan dengan membimbing ibu mengedan saat ada his

6. lakukan pertolongan persalinan, lahirkan kepala, bahu dan tubuh bayi.

7. Bayi lahir pukul 15.30 WIB

BB : 3500 gram, PB : 48 cm, Apgar : 7/8, Anus : (+), Jenis kelamin :


perempuan

8. Observasi perdarahan pervaginam

9. Penatalaksanaan terhadap potensial terjadinya emboli air ketuban

Makalah Askeb Patologi 19


Kala III, tanggal 13 Juni 2007 pukul 16.30 WIB

S : Ibu mengatakan perutnya terasa sangat mulas

Ibu mengatakan terasa mual dan mau muntah

Ibu mengatakan sesak dalam bernafas

Ibu mengatakan badan terasa lemah

O : 1. Keadaan umum : lemah

2. Kesadaran : komposmentis

3. Tanda-tanda vital :

a. TD : 90/70 mmHg

b. Nadi : 91 x/menit

c. Respirasi : 28 x/menit

4. TFU sepusat

5. Kontraksi uterus (his) kuat dan terus-menerus

A : 1. Diagnosa

G4P3A0 inpartu kala III

2. Masalah

Potensial terjadi emboli air ketuban

Makalah Askeb Patologi 20


3. Kebutuhan

a. Terjadinya perdarahan pervaginam yang sukar dan lambat


membeku

b. Kontraksi kuat dan terus-menerus

P : 1. Jelaskan kepada ibu kondisi ibu saat ini bahwa proses persalinan saat
ini harus di rujuk

2. Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital


3. Lakukan management aktif kala III
a. Menyuntikan oksitosin
1) Memeriksa fundus uteri untuk memastikan kehamilan tunggal
2) Memberitahu ibu akan disuntik
3) Menyuntikan oksitosin 10 unit secara intera muskuler pada
bagian luar paha kanan 1/3 atas setelah melakukan aspirasi
terlebih dahulu untuk memastikan bahwa ujung jarum tidak
mengenai pembuluh darah
b. Peregangan tali pusat terkendali
1) Memindahkan klem pada tali pusat sehingga berjarak 5-10 cm
dari vulva
2) Meletakkan tangan kiri diatas simpisis menahan bagian bawah
uterus, sementara tangan kanan memegang tali pusat
menggunakan klem atau kain kasa dengan jarak antara 5-10 cm
dari vulva
3) Saat kontraksi menegangkan tali pusat dengan tangan kanan
sementara tangan kiri memegang uterus dengan hati-hati ke
arah dorso-kranial

Makalah Askeb Patologi 21


c. Mengeluarkan plasenta
4. Plasenta lahir lengkap dan spontan pukul 16.30 WIB
a. Panjang tali pusat : 50 cm

b. Tebal plasenta : 4 cm

c. Lebar plasenta : 21 cm

d. Berat plasenta : 500 gr

e. Insersi : Setralis

f. Tidak ada kelainan pada plasenta

5. Perdarahan : + 300 – 500 cc


Darah lambat dan sukar membeku

a. Pemberian hidrocortion untuk membantu mengatasi keadaan yang


amat gawat
6. Penatalaksanaan perdarahan pervaginam yang lambat membeku akibat
emboli
a. Pemenuhan cairan infuse
b. Pemberian Haparin 200 unit IV dan traysilat 300000 dalam 20
menit
c. Pemberian fibrinogen manusia 3-5-10 gr
d. Pemberian darah segar untuk mengurangi kekurangan darah
e. Melakukan digitallis,berkhasiat kalau terdapat kegagalan jantung
f. Explorasi uterus secara manual dilakukan untuk menyingkirkan
rupture uteri
g. Pemberian hidrocortion untuk membantu mengatasi keadaan yang
akan gawat.
7. Pantau kontraksi uterus

Makalah Askeb Patologi 22


8. Ajarkan ibu untuk massase fundus uteri selama 15 detik
9. Persiapan rujukan bila ibu mengalami perdarahan hebat meliputi
bidan, alat, kendaraan, surat, obat-obatan, keluarga dan uang
(Baksoku)

10. Merujuk pasien sakit yang memiliki fasilitas pelayanan penanganan-


penanganan kegawat daruratan

Kala IV, tanggal 13 Juni 2007 pukul 17.30 WIB

S : Ibu mengatakan perut masih terasa mulas

Ibu mengatakan nafas terasa sesak

Ibu mengatakan badan terasa lemah

O : 1. Tanda-tanda vital :

a. TD : 90/70 mmHg

b. RR : 28 x/menit

c. Pols : 90 x/menit

2. TFU 2 jari dibawah pusat

3. Kontraksi uterus kuat

4. Keadaan umum ibu lemas

5. Perdarahan 400-500 cc mengalir

6. Ibu tampak pucat, sianosis, lemah

Makalah Askeb Patologi 23


A : 1. Diagnosa

G4P3A0 kala IV postpartum 30 menit

Dasar ;

a. Ibu melahirkan pukul 15.30 (spontan pervaginam)

b. Kala IV belum selesai

2. Masalah

Terjadinya perdarahan yang hebat akibat darah sukar membeku karena


terjadinya emboli air ketuban

3. Kebutuhan

a. Pasang cairan

b. Pemantauan TTV

c. Pemantauan kontraksi uterus

d. Pemantauan perdarahan pervagina

e. Persiapan rujukan

P : 1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi dan proses persalinan
saat ini harus dirujuk

2. Pemenuhan cairan infus

3. Berikan suport pada ibu dengan melibatkan keluarga dan orang


terdekat

Makalah Askeb Patologi 24


BAB IV
PEMBAHASAN

Pada kasus bab III didapat bahwa terdiagnosis emboli air ketuban dari atau
pada saat kala II dan lebih jelas pada kala III dan kala IV yaitu dengan adanya
tanda-tanda( data obektif yang didapat) berikut:
1. Tekanan darah : 90/70 mmHg
2. Nadi : 91 x/menit (nadi cepat dan lemah) terjadi
takikardia
3. Respirasi : 28 x/menit (pernafasan cepat/takipnea)
4. Keadaan umum : lemah
5. Kesadaran : komposmentis
6. Pembukaan seviks 10 cm
7. Air ketuban masuk melalui sinus nistagmus
8. DJJ : 134 x/menit
9. Kontraksi uterus 5-7 x dalam 10 menit yang sangat kuat dan terus-menerus
10. kebiruan kulit pada ibu (sianosis)
11. Ibu cemas, takut, gelisah menghadapi persalinan ibu menjadi lemah
12. Perdarahan : Perdarahan 400-500 cc mengalir Darah lambat dan sukar
membeku
Tanda dan gejala yang disebutkan sesuai dengan tori pada bab II yaitu
Tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan kemungkinan emboli cairan ketuban:
 Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada
saat pengukuran (Hipotensi )
 Dyspnea, Batuk
 Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari
hipoksia.

Makalah Askeb Patologi 25


 Janin Bradycardia sebagai respon terhadap hipoksia, denyut jantung janin
dapat turun hingga kurang dari 110 denyut per menit (dpm). Jika
penurunan ini berlangsung selama 10 menit atau lebih, itu adalah
Bradycardia. Sebuah tingkat 60 bpm atau kurang lebih 3-5 menit mungkin
menunjukkan Bradycardia terminal.
 Pulmonary edema, Cardiac arrest.
 Rahim atony: atony uterus biasanya mengakibatkan pendarahan yang
berlebihan setelah melahirkan.Kegagalan rahim untuk menjadi perusahaan
dengan pijat bimanual diagnostik.
 Koagulopati atau pendarahan parah karena tidak adanya penjelasan lain
(DIC terjadi di 83% pasien
Pada kasus BAB III dijelaskan penatalaksanaan sebagai berikut:
a. Pemenuhan cairan infuse
b. Pemberian Haparin 200 unit IV dan traysilat 300000 dalam 20 menit
c. Pemberian fibrinogen manusia 3-5-10 gr
d. Pemberian darah segar untuk mengurangi kekurangan darah
e. Pantau kontraksi uterus
f. Ajarkan ibu untuk massase fundus uteri selama 15 detik
g. Persiapan rujukan bila ibu mengalami perdarahan hebat meliputi bidan,
alat, kendaraan, surat, obat-obatan, keluarga dan uang (Baksoku)
h. Merujuk pasien sakit yang memiliki fasilitas pelayanan penanganan-
penanganan kegawat daruratan
h. Melakukan digitallis,berkhasiat kalau terdapat kegagalan jantung
i. Explorasi uterus secara manual dilakukan untuk menyingkirkan rupture
uteri
i. Pemberian hidrocortion untuk membantu mengatasi keadaan yang akan
gawat

Makalah Askeb Patologi 26


Penatalaksanaan tersebut hampir sama sesuai dengan tori BAB II yaitu teori yang
di unduh dari Dr. Fredrico Patria, SpOG
Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSIA Permata
 Terapi krusnal , meliputi : resusitasi , ventilasi , bantuan sirkulasi , koreksi
defek yang khusus ( atonia uteri , defek koagulasi ).
 Penggatian cairan intravena & darah diperlukan untuk mengkoreksi
hipovolemia & perdarahan .
 Oksitosin yang di tambahkan ke infus intravena membantu penanganan
atonia uteri.
 Morfin ( 10 mg ) dapat membantu mengurangi dispnea dan ancietas .
 Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskular dengan
menghambat proses perbekuan.
 Amniofilin ( 250 – 500 mg ) melalui IV mungkin berguna bila ada
bronkospasme ..
 Isoproternol menyebabkan vasodilatasi perifer, relaksi otot polos bronkus,
dan peningkatan frekuensi dan kekuatan jantung. Obat ini di berikan
perlahan – lahan melalui Iv untuk menyokong tekanan darah sistolik kira –
kira 100 mmHg.
 Kortikosteroid secara IV mungkin bermanfaat .
 Heparin membantu dalam mencegah defibrinasi intravaskuler dengan
menghambat proses pembekuan.
 Oksigen diberikan dengan tekanan untuk meningkatkan.
 Untuk memperbaiki defek koagulasi dapat digunakan plasma beku segar
dan sedian trombosit.
 Defek koagulasi  harus dikoreksi dengan menggunakan heparin /
fibrinogen.

Makalah Askeb Patologi 27


 Darah segar diberikan untuk memerangi kekurangan darah; perlu
diperhatikan agar tidak menimbulkan pembebanan berlebihan dalam
sirkulasi darah.
 Digitalis berhasiat kalau terdapat kegagalan jantung.

Makalah Askeb Patologi 28


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah
cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat
utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah
vena endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan
daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan
ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai,
kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli. Etiologinya
Kematian janin intrauteri, Janin besar intrauteri, Multiparitas dan  Usia lebih
dari 30 tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium
dalam cairan ketuban, Kontraksi uterus yang kuat.
Ketika emboli cairan ketuban terjadi, maka akan terjadi penyumbatan
aliran darah ibu, lama-kelamaan akan mengalami penumbatan diparu, bila
meluas akan terjadi penyumbatan aliran darah ke jantung, hal ini
mengakibatkan terjadinya gangguan di jantung, dan dapat menyebabkan
kematian, terutama pada wanita yang sudah tua.
Perdarahan juga bisa terjadi, akibat emboli cairan ketuban, sehingga
pasien akan mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika
tidak diatasi segera, pasien dapat mengalami syok.

Makalah Askeb Patologi 29


B. SARAN

Dengan makalah ini penulis berharap dapat memahami konsep teori


beserta asuhan kebidanan emboli cairan ketuban, meskipun emboli cairan
ketuban jarang ditemukan, namun sebagai tim medis harus tetap waspada akan
terjadinya emboli cairan ketuban, sehingga secara tidak langsung dapat
mengurango mortalitas ibu dan bayi.

Makalah Askeb Patologi 30


DAFTAR PUSTAKA

http/ google.com/ : Mansjoer, Arief dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I.


Jakarta : Media Ascula.

Prof. Dr.dr.Gulardi, Hanifa.Winkjosastro, SPOG.2002. Buku Panduan Paktis


Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta :Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.

OXORN HARRY 1996, Ilmu Kebidanan Patologis Dan Fisiologis Persalinan


Human Labor And Birth , yayasan ESSENSIA MEDIK.

Artikel Dr. Fredrico Patria, SpOG Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSIA
Permata

Makalah Askeb Patologi 31

Anda mungkin juga menyukai