PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
1.3.1 Tujuan umum
Mahasiswa mengetahui secara garis besar tentang emboli air ketuban dan
asuhan kebidanannya.
2.1 DEFINISI
1. Cairan Ketuban
Merupakan semacam cairan yang memenuhi seluruh rahim dan
memiliki berbagai fungsi untuk menjaga janin. Di antaranya,
memungkinkan janin dapat bergerak dan tumbuh bebas ke segala arah,
melindungi terhadap benturan dari luar, barier terhadap kuman dari
luar tubuh ibu, dan menjaga kestabilan suhu tubuh janin. Ia juga
membantu proses persalinan dengan membuka jalan lahir saat
persalinan berlangsung maupun sebagai alat bantu diagnostik dokter
pada pemeriksaan amniosentesis. Air ketuban mulai terbentuk pada
usia kehamilan 4 minggu dan berasal dari sel darah ibu. Namun sejak
usia kehamilan 12 minggu, janin mulai minum air ketuban dan
mengeluarkan air seni. Sehingga terhitung sejak pertengahan usia
kehamilan, air ketuban sebagian besar terbentuk dari air seni
janin.Pada kehamilan normal, saat cukup bulan, air ketuban jumlahnya
sekitar 1.000 cc.
2. Emboli Air Ketuban
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah
sejumlah cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba
terjadi gangguan pernafasan yang akut dan shock. Dua puluh lima
persen wanita yang menderita keadaan ini meninggal dalam waktu 1
jam. Emboli cairan ketuban jarang dijumpai. Kemungkinan banyak
kasus tidak terdiagnosis yang dibuat adalah shock obastetrik,
perdarahan post partum atau edema pulmoner akut. Cara masuknya
cairan ketuban Dua tempat utama masuknya cairan ketuban kedalam
2.2 ETIOLOGI
Multiparitas dan Usia lebih dari 30 tahun
Shock yang dalam yang terjadi secara tiba – tiba tanpa diduga
pada wanita yang proses persalinanya sulit atau baru saja
menyelesaikan persalinan yang sulit . Khususnya kalau wanita itu
multipara berusia lanjut dengan janin yang amat besar , mungkin sudah
meningal dengan meconium dalam cairan ketuban, harus menimbulkan
kecurigaan, pada kemungkinan ini ( emboli cairan ketuban ) .
Janin besar intrauteri
Menyebabkan rupture uteri saat persalinan, sehingga cairan
ketubanpun dapat masuk melalui pembuluh darah.
Kematian janin intrauteri
Juga akan menyebabkan perdarahan didalam, sehingga
kemungkinan besar akan ketuban pecah dan memasuki pembuluh
darah ibu, dan akan menyubat aliran darah ibu, sehingga lama
kelamaan ibu akan mengalami gangguan pernapasan karena cairan
ketuban menyubat aliran ke paru, yang lama kelamaan akan
menyumbat aliran darah ke jantung, dengan ini bila tidak tangani
dengan segera dapat menyebabkan iskemik bahkan kematian
mendadak.
Menconium dalam cairan ketuban
2.3 PATOFISIOLOGI
Perjalanan cairan amnion memasuki sirkulasi ibu tidak jelas,
mungkin melalui laserasi pada vena endoservikalis selama diatasi serviks,
sinus vena subplasenta, dan laserasi pada segmen uterus bagian bawah.
Kemungkinan saat persalinan, selaput ketuban pecah dan pembuluh darah
ibu (terutama vena) terbuka. Akibat tekanan yang tinggi, antara lain karena
rasa mulas yang luar biasa, air ketuban beserta komponennya
berkemungkinan masuk ke dalam sirkulasi darah. Walaupun cairan
amnion dapat masuk sirkulasi darah tanpa mengakibatkan masalah tapi
pada beberapa ibu dapat terjadi respon inflamasi yang mengakibatkan
kolaps cepat yang sama dengan syok anafilaksi atau syok sepsis. Selain
itu, jika air ketuban tadi dapat menyumbat pembuluh darah di paru-paru
ibu dan sumbatan di paru-paru meluas, lama kelamaan bisa menyumbat
aliran darah ke jantung. Akibatnya, timbul dua gangguan sekaligus, yaitu
pada jantung dan paru-paru. Pada fase I, akibat dari menumpuknya air
ketuban di paru-paru terjadi vasospasme arteri koroner dan arteri
2. Keluhan utama
Ibu hamil G4P3A0, 40 minggu, ibu mengeluh sakit pada daerah
pinggang dan menjalar keperut bagian bawah. Mengeluarkan lendir
bercampur darah dan sudah mengeluarkan air sejak pukul 09.00
WIB.
4. Tanda-tanda persalinan
a. His : ada, lamanya 20 detik kuat
b. Frekuensi : 2 x/10 menit
c. Lamanya : 20 detik
5. Pengeluaran pervaginam
Lendir bercampur darah
6. Masalah khusus
Ibu tidak merasakan kelainan pada kehamilannya, Keadaan umum ibu
baik
7. Riwayat imunisasi
Selama hamil ibu mendapatkan imunisasi 2 kali
a. TT I pada kehamilan 20 minggu di RB Handayani
b. TT II pada kehamilan 24 minggu di RB Handayani
13. Psychologis
Ibu hanya mengalami kegelisahan dan ketakutan dalam menghadapi
persalinan
13) Ekstremitas
Leopold II : Puki
Mc. Donald : 35 cm
IV. PENATALAKSANAAN
1. Beritahu pada ibu hasil pemeriksaan
a. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan saat ini
b. Jelaskan tentang kemajuan persalinan
2. Siapkan ibu dan alat-alat untuk persalinan yang bersih dan steril
a. Tempatkan ibu diruang yang nyaman
b. Pasang infus dan oksitosin untuk melakukan aksilerasi
c. Atur posisi ibu senyaman mungkin
d. Penuhi kebutuhan nutrisi ibu
e. Lakukan vulva vagina
f. Lakukan pengawasan kala I dan berikan antibiotika
3. Tenangkan ibu
a. Ajarkan teknik relaksasi
b. Ajarkan untuk tidak mengedan sebelum waktunya
c. Jelaskan tahap-tahap yang akan dilalui selama proses persalinan
d. Libatkan peran suami/keluarga untuk mendampingi ibu
e. Dampingi ibu untuk berikan dukungan psikolgis
f. Anjurkan ibu istirahat saat his timbul
g. Anjurkan ibu tidur miring kiri
4. Observasi kemajuan persalinan
S : Ibu mengatakan perutnya sangat terasa mulas-mulas yang sangat kuat (his
yang sangat kuat, disertai keluar air dari kemaluannya. His yang muncul
dirasakan ibu terus-menerus. Ibu juga mengatakan mual muntah dan
sangat gelisah.
A : 1. Diagnosa
Dasar :
3. Kebutuhan
2. Kesadaran : komposmentis
3. Tanda-tanda vital :
a. TD : 90/70 mmHg
b. Nadi : 91 x/menit
c. Respirasi : 28 x/menit
4. TFU sepusat
A : 1. Diagnosa
2. Masalah
P : 1. Jelaskan kepada ibu kondisi ibu saat ini bahwa proses persalinan saat
ini harus di rujuk
b. Tebal plasenta : 4 cm
c. Lebar plasenta : 21 cm
e. Insersi : Setralis
O : 1. Tanda-tanda vital :
a. TD : 90/70 mmHg
b. RR : 28 x/menit
c. Pols : 90 x/menit
Dasar ;
2. Masalah
3. Kebutuhan
a. Pasang cairan
b. Pemantauan TTV
e. Persiapan rujukan
P : 1. Jelaskan pada ibu dan keluarga tentang kondisi dan proses persalinan
saat ini harus dirujuk
Pada kasus bab III didapat bahwa terdiagnosis emboli air ketuban dari atau
pada saat kala II dan lebih jelas pada kala III dan kala IV yaitu dengan adanya
tanda-tanda( data obektif yang didapat) berikut:
1. Tekanan darah : 90/70 mmHg
2. Nadi : 91 x/menit (nadi cepat dan lemah) terjadi
takikardia
3. Respirasi : 28 x/menit (pernafasan cepat/takipnea)
4. Keadaan umum : lemah
5. Kesadaran : komposmentis
6. Pembukaan seviks 10 cm
7. Air ketuban masuk melalui sinus nistagmus
8. DJJ : 134 x/menit
9. Kontraksi uterus 5-7 x dalam 10 menit yang sangat kuat dan terus-menerus
10. kebiruan kulit pada ibu (sianosis)
11. Ibu cemas, takut, gelisah menghadapi persalinan ibu menjadi lemah
12. Perdarahan : Perdarahan 400-500 cc mengalir Darah lambat dan sukar
membeku
Tanda dan gejala yang disebutkan sesuai dengan tori pada bab II yaitu
Tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan kemungkinan emboli cairan ketuban:
Tekanan darah turun secara signifikan dengan hilangnya diastolik pada
saat pengukuran (Hipotensi )
Dyspnea, Batuk
Sianosis perifer dan perubahan pada membran mukosa akibat dari
hipoksia.
A. KESIMPULAN
Emboli cairan ketuban merupakan sindrom dimana setelah sejumlah
cairan ketuban memasuki sirkulasi darah maternal, tiba-tiba terjadi gangguan
pernafasan yang akut dan shock. Cara masuknya cairan ketuban Dua tempat
utama masuknya cairan ketuban kedalam sirkulasi darah maternal adalalah
vena endocervical (yang dapat terobek sekalipun pada persalinan normal) dan
daerah utero plasenta.Ruputra uteri meningkat kemungkinan masuknya cairan
ketuban. Abruption plasenta merupakan peristiwa yang sering di jumpai,
kejadian ini mendahului atau bersamaan dengan episode emboli. Etiologinya
Kematian janin intrauteri, Janin besar intrauteri, Multiparitas dan Usia lebih
dari 30 tahun. Insidensi yang tinggi kelahiran dengan operasi, Menconium
dalam cairan ketuban, Kontraksi uterus yang kuat.
Ketika emboli cairan ketuban terjadi, maka akan terjadi penyumbatan
aliran darah ibu, lama-kelamaan akan mengalami penumbatan diparu, bila
meluas akan terjadi penyumbatan aliran darah ke jantung, hal ini
mengakibatkan terjadinya gangguan di jantung, dan dapat menyebabkan
kematian, terutama pada wanita yang sudah tua.
Perdarahan juga bisa terjadi, akibat emboli cairan ketuban, sehingga
pasien akan mengalami kekurangan volume cairan akibat perdarahan, jika
tidak diatasi segera, pasien dapat mengalami syok.
Artikel Dr. Fredrico Patria, SpOG Poliklinik Kebidanan dan Kandungan RSIA
Permata