Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KASUS TINDAK PIDANA KORUPSI HAERU DAROJAT


(Korupsi Anggaran Gali Tutup Lubang Makam)

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Anti Korupsi
Dosen: Saryomo, S.Kep., Ns., S.Sos., M.Si.

Oleh:
Program Studi S1 Keperawatan Tingkat 2 A
MOCH. RAMDHAN AL FIKRI
NIM. C1714201050

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2018
KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami penjatkan atas kehadirat Allah Swt. Atas terselesainya makalah yang
berjudul “Korupsi Anggaran Gali Tutup Lubang Makam”.
Salawat serta salam tak lupa kami kirimkan kepada junjungan kita Nabiyullah
Muhammad Saw. Yang telah membawa umatnya dari alam yang gelap gulita menuju alam
yang terang benderang dengan kata lain ‫ ِمنَ ُّزلُ َما ِة ِإلَى نُّوْ ُر‬.
Atas dukungan moral dan materi yang di berikan dalam penyusunan makalah ini, maka
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Saryomo, S.Kep., Ns., S.Sos., M.Si Selaku dosen pembimbing kami yang memberikan
dorongan dan masukan kepada kami.
2. Senior-senior kami yang memberikan dorongan dan bimbingan kepada kami yang tidak
sempat kami ucapkan satu persatu. dan
3. Terima kasih pula kepada teman-teman atas kerja samanya selama ini hingga makalah ini
dapat selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari teman-teman sangat kami butuhkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah selanjutnya.
Wassalamu alaikum Wr. Wb.

Tasikmalaya, Nopember 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah.......................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi......................................................... 3
B. Jenis-jenis korupsi dan dampak dari korupsi................. 3
C. Cara menanggulangi korupsi.......................................... 4
BAB III KASUS................................................................................. 7
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................... 11
B. Saran .............................................................................. 11
DAFTAR PUISTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya
dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu proses perubahan yang
direncanakan mencakup semua aspek kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan
pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-
orang yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan
pembiayaan.Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor
manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari
keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negaratercinta ini
dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang
kaya malahan termasuk negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya
adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya.Kualitas tersebut bukan hanya dari segi
pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya.Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara
negara menyebabkan terjadinya korupsi.
Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social)
yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat
besar.Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan
pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggotalegislatif
dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lainsebagainya di luar batas
kewajaran.Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di
seluruh wilayah tanah air.Hal itumerupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu,
sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan yang akan merugikan negara. Persoalannya
adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah
korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak
mengurangi sampai pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap Negara ini akan
mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara
yang maju. Karenakorupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa
negara ke jurang kehancuran.

1
B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini kami akan meneliti tentang :
1. Apakah Pengertian korupsi itu?
2. Apakah korupsi termasuk ekstraordinary crime?
3. Apakah jenis-jenis korupsi korupsi dan dampak dari korupsi ?
4. Bagaimana cara penangulangan korupsi?

C. Tujuan Penulisan
1. untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. untuk mengetahui korupsi termasuk ekstraordinary crime atau tidak.
3. untuk mengetahui jenis-jenis korupsi korupsi dan dampak dari korupsi
4. cara penanggulangan korupsi.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono,
korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna
mengeduk keuntungan,  dan merugikan kepentingan umum. Korupsi
menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat publik yang menyimpang dari norma-
norma yang diterima oleh masyarakat, dan perilaku menyimpang ini ditujukan dalam
rangka memenuhi kepentingan pribadi.Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan
perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam
modus.
Tindak pidana korupsi (Tipikor) adalah suatu perbuatan curang yang merugikan
keuangan Negara, artinya bahwa tipikor ini merupakan bentuk penyelewengan atau
penggelapan uang Negara untuk kepentingan pribadi dan orang lain.

B. Jenis-jenis korupsi dan dampak dari korupsi


Jenis-jenis korupsi yang di jelaskan oleh para ahli
Tindak pidana korupsi dalam berbagai bentuk mencakup pemerasan, penyuapan dan
gratifikasi pada dasarnya telah terjadi sejak lama dengan pelaku mulai dari pejabat negara
sampai pegawai yang paling rendah. Korupsi pada hakekatnya berawal dari suatu
kebiasaan (habit) yang tidak disadari oleh setiap aparat, mulai dari kebiasaan menerima
upeti, hadiah, suap, pemberian fasilitas tertentu ataupun yang lain dan pada akhirnya
kebiasaan tersebut lama-lama akan menjadi bibit korupsi yang nyata dan dapat merugikan
keuangan negara indonesia yang menyebabkan ketidakstabilan dalam perekonomian.
Beberapa bentuk-bentuk korupsi diantaranya adalah sebagai berikut:
1.      Penyuapan (bribery) mencakup tindakan memberi dan menerima suap, baik berupa
uang maupun barang. 
2.      Embezzlement, merupakan tindakan penipuan dan pencurian sumber daya yang
dilakukan oleh pihak-pihak tertentu yang mengelola sumber daya tersebut, baik
berupa dana publik atau sumber daya alam tertentu. 

3
3.      Fraud, merupakan suatu tindakan kejahatan ekonomi yang melibatkan penipuan
(trickery or swindle). Termasuk didalamnya proses manipulasi atau mendistorsi
informasi dan fakta dengan tujuan mengambil keuntungan-keuntungan tertentu. 
4.      Extortion, tindakan meminta uang atau sumber daya lainnya dengan cara paksa atau
disertai dengan intimidasi-intimidasi tertentu oleh pihak yang memiliki kekuasaan.
Lazimnya dilakukan oleh mafia-mafia lokal dan regional. 
5.      Favouritism, adalah mekanisme penyalahgunaan kekuasaan yang berimplikasi pada
tindakan privatisasi sumber daya. 
6.      Melanggar hukum yang berlaku dan merugikan negara. 
7.      Serba kerahasiaan, meskipun dilakukan secara kolektif atau korupsi berjamaah.
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi,M.
2.      Dampak dari korupsi
Dalam makna yang paling sederhana, korupsi diartikan sebagai tindakan
menyelewengkan uang atau benda orang lain yang bukan menjadi haknya. Dalam arti
luas, korupsi diartikan sebagai tindakan menyalahgunakan jabatan untuk keuntungan
pribadi dan digunakan sebagai upaya untuk memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
korporasi.
Apapun alasannya, korupsi merupakan tindakan yang tidak bisa dibenarkan dilihat

C.    Cara menanggulangi korupsi


Upaya yang Dapat Ditempuh dalam Pemberantasan Korupsi
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di Indone-sia,
antara lain sebagai berikut :
1. Upaya pencegahan (preventif).
2. Upaya penindakan (kuratif).
3. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
4. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

Ø  Upaya Pencegahan (Preventif)


1. Menanamkan semangat nasional yang positif dengan mengutamakan pengabdian pada
bangsa dan negara melalui pendidikan formal, informal dan agama.
2. Melakukan penerimaan pegawai berdasarkan prinsip keterampilan teknis.
3. Para pejabat dihimbau untuk mematuhi pola hidup sederhana dan memiliki tang-gung
jawab yang tinggi.
4
4. Para pegawai selalu diusahakan kesejahteraan yang memadai dan ada jaminan masa
tua.
5. Menciptakan aparatur pemerintahan yang jujur dan disiplin kerja yang tinggi.
6. Sistem keuangan dikelola oleh para pejabat yang memiliki tanggung jawab etis tinggi
dan dibarengi sistem kontrol yang efisien.
7. Melakukan pencatatan ulang terhadap kekayaan pejabat yang mencolok.
8. Berusaha melakukan reorganisasi dan rasionalisasi organisasi pemerintahan melalui
penyederhanaan jumlah departemen beserta jawatan di bawahnya.
Ø  Upaya Penindakan (Kuratif)
Upaya penindakan, yaitu dilakukan kepada mereka yang terbukti melanggar dengan dibe-
rikan peringatan, dilakukan pemecatan tidak terhormat dan dihukum pidana. Beberapa
contoh penindakan yang dilakukan oleh KPK :
1. Dugaan korupsi dalam pengadaan Helikopter jenis MI-2 Merk Ple Rostov Rusia milik
Pemda NAD (2004).
2. Menahan Konsul Jenderal RI di Johor Baru, Malaysia, EM. Ia diduga melekukan
pungutan liar dalam pengurusan dokumen keimigrasian.
3. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda DKI Jakarta
(2004).
4. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan keuang-an
negara Rp 10 milyar lebih (2004).
5. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement deposito
dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
6. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK (2005).
7. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
10. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
Ø  Upaya Edukasi Masyarakat/Mahasiswa
1. Memiliki tanggung jawab guna melakukan partisipasi politik dan kontrol sosial terkait
dengan kepentingan publik.
2. Tidak bersikap apatis dan acuh tak acuh.
3 Melakukan kontrol sosial pada setiap kebijakan mulai dari pemerintahan desa hingga ke
tingkat pusat/nasional.
4. Membuka wawasan seluas-luasnya pemahaman tentang penyelenggaraan peme-
rintahan negara dan aspek-aspek hukumnya.

5
5. Mampu memposisikan diri sebagai subjek pembangunan dan berperan aktif dalam
setiap pengambilan keputusan untuk kepentingan masyarakat luas.
Ø  Upaya Edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)
1. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah yang meng-
awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di Indonesia dan terdiri dari
sekumpulan orang yang memiliki komitmen untuk memberantas korupsi melalui usaha
pemberdayaan rakyat untuk terlibat melawan praktik korupsi. ICW lahir di Jakarta pada
tanggal 21 Juni 1998 di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki
pemerintahan pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
2. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang bertujuan
memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai organisasi nirlaba se-karang
menjadi organisasi non-pemerintah yang bergerak menuju organisasi yang demokratik.
Publikasi tahunan oleh TI yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI
Indonesia yang membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan
bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disusul Surabaya, Medan, Semarang
dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia berada di posisi keenam negara
terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah 2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia,
Irak, Libya dan Usbekistan, serta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan,
Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan Islandia
adalah negara terbebas dari korupsi.

6
BAB III
KASUS KORUPSI

Eks Kasudin Pemakaman Jakut Didakwa Korupsi Gali Kuburan Rp 610 Juta
Mantan Kepala Suku Dinas Pemakaman Jakarta Utara, Haeru Darojat, didakwa
melakukan tindak korupsi anggaran gali tutup lubang makam. Haeru dianggap
menguntungkan diri sendiri dari pemotongan anggaran subsidi pemakaman sebesar Rp
610,580 juta. Dalam dakwaan dijelaskan, Sudin Pemakaman Jakut mendapat anggaran
subsidi penggalian dan penutupan lubang makam sebesar Rp 1,533 miliar pada tahun
anggaran 2010 dan 2011. Tiap bulannya anggaran gali tutup lubang makam dianggarkan Rp
300 ribu.
Haeru disebut memerintahkan Bendahara Udin Jamaludin dan Kasi Area I, Cicilia Sri
Endang, agar anggaran dana subsidi gali tutup lubang makam tidak diberikan Rp 300
ribu. \\\"Namun dipotong sebesar Rp 100 ribu,\\\" kata Dody, jaksa penuntut umum dari
Kejari Utara saat membacakan dakwaan di Pengadilan Tipikor, Jalan HR Rasuna Said,
Jaksel, Selasa (23\/10\/2012).
Atas perintah itu, Bendahara Pengeluaran Pembantu Sudin Pemakaman Jakut, Udin
Jamaluddin menyerahkan dana subsidi gali tutup lubang makam hanya sebesar Rp 200
ribu. \\\"Sisa uang pencairan anggaran subsidi gali tutup lubang yang dipotong bendahara
pengeluaran atas perintah terdakwa sebesar Rp 100 ribu per lubang makam dikumpulkan
saksi Udin Jamaludin,\\\" terang Dody.
Kasi Area I, Cicilia kemudian menyerahkan uang gali tutup lubang makam kepada
kepala pengurus TPU Semper. Uang dibagikan kepada mandor sesuai jumlah tukang gali
tutup makam. Di TPU Semper ada pemakaman blok Islam dengan pekerja 54 orang, dan blok
Kristen dengan 22 petugas gali tutup lubang makam.
"Seharusnya diterima per lubang Rp 300 ribu namun pada kenyataannya kepala TPU
harus menerima pembayaran uang subsidi gali tutup lubang Rp 200 ribu, kata jaksa.
Uang pemotongan subsidi yang terkumpul kemudian dibagi dua, separuh untuk
operasional sehari-hari, sisanya dibagi merata kepada seluruh pegawai Sudin Pemakaman
Jakut secara proporsional. \\\"Atas pembagian tersebut terdakwa telah menerima Rp 5 juta per
bulan, saksi Cicilia menerima Rp 2,5 juta perbulan dan saksi Udin Rp 1 juta,\\\" sebut Dody.
Sedangkan sisa dana operasional yang dipotong dari pencairan dana subsidi gali tutup
lubang makam TPU Semper setiap bulannya disimpan Bendahara Pengeluaran
Udin. \\\"Namun ternyata terdakwa memerintahkan saksi Udin untuk menyerahkan uang
7
kepada terdakwa dengan alasan ada keperluan dinas,\\\" kata jaksa melanjutkan. Namun
terdakwa, tutur jaksa Dody, tidak menjelaskan keperluan dinas yang dimaksud dan tidak
membuat laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dana. Atas perbuatan ini Haeru
didakwa Pasal 12 huruf e Jo Pasal 18 ayat 1 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Dalam dakwaan kedua, Haeru didakwa melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 ayat 1 UU
Pemberantasan Tipikor. \\\"Akibat tindakan terdakwa yang menyalahgunakan kewenangan,
kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara sebesar Rp 610,580 juta,\\\" imbuh jaksa.
Atas dakwaan ini, Haeru dan tim penasihat umum tidak mengajukan nota keberatan
(eksepsi). Sidang yang dipimpin hakim ketua Pangeran Napitupulu akan dilanjutkan hari
Selasa, 6 November 2012.

Terbukti Sunat Anggaran Gali Kubur, Haeru Darojat Dituntut 1,5 Tahun Penjara
[JAKARTA] Setelah dinyatakan terbukti memotong anggaran gali kubur sebanyak Rp
610.580.800, eks Kepala Sub Dinas (Kasudin) Pemakaman Jakarta Utara, Haeru Darojat
dituntut satu tahun enam bulan penjara oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan
Negeri Jakarta Utara, dan didenda Rp 50 juta subsider enam bulan kurungan.  
"Menuntut, supaya majelis hakim menyatakan terdakwa Haeru Darojat terbukti secara sah
dan meyakinkan bersalah melakukan korupsi. Sebagaimana, dalam dakwaan kedua, yaitu
melanggar Pasal 3 jo Pasal 18 UU Tipikor," kata Jaksa Dody saat membacakan tuntutan di
Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (6/12).  
Selain itu, Jaksa juga menuntut terdakwa untuk membayar uang pengganti sebesar Rp 90
juta. Dengan ketentuan, terdakwa harus membayar selambat-lambatnya satu bulan setelah
keputusan ini berkekuatan hukum tetap.
Jika tidak mampu dibayar, harta kekayaannya disita dan dirampas untuk negara. Jika tidak
cukup juga, maka diganti pidana penjara selama 3 bulan kurungan.  
Dalam pertimbangannya, jaksa mengatakan terdakwa Haeru Darojat selaku Kasudin
Pemakaman, Jakarta Utara, terbukti melakukan korupsi dengan menyalahgunakan kekuasaan,
yaitu memotong alokasi dana gali-tutup sekitar 360 lubang makam di Tempat Pemakaman
Umum (TPU) Semper, Jakarta Utara mulai April 2010 sampai September 2011 sebesar Rp
100.000 tiap bulan. Dari anggaran yang seharusnya Rp 300.000.  
Sehingga, lanjut Dody menguntungkan diri sendiri atau orang lain, yang berakibat merugikan
keuangan negara sebesar Rp 610.580.800.  

8
Terhadap tuntutan tersebut, terdakwa dan penasehat hukumnya menyatakan akan mengajukan
pledoi (nota pembelaan) yang akan dibacakan pada sidang yang dijadwalkan Selasa (11/12)
pekan depan.  
Seperti diketahui, Haeru Darojat terancam pidana selama 20 tahun penjara. Sebab, dinyatakan
menyalahgunakan kekuasaan sehingga menguntungkan diri sendiri atau orang lain tetapi
merugikan keuangan negara sebesar Rp 610.580.800 untuk dana gali-tutup lubang makam di
Tempat Pemakaman Umum (TPU) Semper, Jakarta Utara mulai April 2010 sampai
September 2011.  
Haeru yang merupakan mantan Kasudin Pemakaman Jakarta Utara tahun 2010-2011, diduga
melakukan pemotongan anggaran gali-tutup lubang makam setiap bulannya Rp 100.000 dari
nilai anggaran Rp 300.000 untuk setiap lubang makam yang dihitung rata-rata ada sebanyak
360 lubang makam.  
"Terdakwa Haeru memerintahkan Udin Jamaludin (Bendahara pengeluaran pembantu pada
Sudin Pemakaman Jakarta Utara) dan Kasi Area I, Cicilia Bustari, agar anggaran dana subsidi
gali-tutup lubang makam tidak diberikan sejumlah Rp 300.000 per lubang makam. Tetapi,
dipotong sebesar Rp 100.000," kata Jaksa Penuntut Umum (JPU) dari Kejaksaan Negeri
(Kejari) Jakarta Utara, Dody saat membacakan dakwaan dalam sidang di Pengadilan Tipikor,
Jakarta, Selasa (23/10).  
Kemudian, lanjut Dody, Jamaludin melakukan perintah tersebut. Sehingga, dana yang
diserahkan ke Cicilia hanya sebesar Rp 200.000 per lubang makam.
Selanjutnya, uang tersebut diserahkan ke pengurus TPU Semper, yaitu Norman Bastari pada
tahun 2010 dan Achmad Kosasih pada tahun 2011.
Keduanya, terpaksa harus menandatangi kuitansi dengan nilai pembayaran Rp 300.000.
Padahal, yang dibayarkan hanya Rp 200.000.  
Oleh pengurus TPU Semper, lanjut Dody, uang tersebut diserahkan kepada mandor untuk 54
orang yang bekerja di blok makam Islam dan 22 orang yang bekerja di blok makam Kristen.
Sedangkan, sisanya Rp 100.000 per lubang makam dikumpulkan oleh Jamaludin.   Setelah
dihitung, jumlah potongan anggaran gali-tutup lubang makam pada TPU Semper sejak bulan
April 2010 sampai Septemner 2011 sebesar Rp 610.580.800 dari jumlah anggaran ahun 2010
dan 2011 sebesar Rp 1.533.000.000.  
"Potongan dana tersebut atas perintah Haeru Darojat dibagi dua, yakni separuh untuk
operasional sehari-hari. Sedangkan, sisanya dibagi merata kepada seluruh pegawai sudin
secara proporsional.

9
Terdakwa menerima kurang lebih Rp 5 juta perbulan, Cicilia Sri Endang menerima kurang
lebih Rp 2,5 juta perbulan dan Udin Jamaludin menerima Rp 1 juta perbulan," ungkap Dody.
Sementara itu, lanjut Dody sisa dana operasional yang bagian dari setengah potongan tersebut
disimpan oleh Jamaludin.  
Oleh karena itu, Haeru didakwa telah menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan
menyalahgunakan kewenangan sebagaimana dalam dakwaan kesatu, yaitu melanggar Pasal
12 huruf e jo Pasal 18 ayat (1) huruf a,b, ayat (2), ayat (3) UU Tipikor jo Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHPidana jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.  
Selain itu, Haeru dinyatakan telah merugikan keuangan negara Rp 610.580.800 atas
perbuatan menyalahgunakan kewenangan.
Sebagaimana, diancam pidana dalam Pasal 3 jo Pasal 18 ayat (1) huruf a,b, ayat (2), ayat (3)
UU Tipikor jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidana jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.  
Dalam dakwaan ketiga, Haeru dinyatakan melakukan penggelapan uang karena jabatannya.
Sebab, meminta saksi Udin Jamaludin untuk menyerahkan uang kepada terdakwa dengan
alasan untuk kepentingan dinas.
Tetapi, tidak menjelaskan keperluan dinas tersebut. Dan diancam pidana dalam Pasal 8 jo
Pasal 18 ayat (1) huruf a,b, ayat (2), ayat (3) UU Tipikor jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHPidana
jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana. [N-8

10
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,
rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi
adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan, dan merugikan kepentingan umum.
Korupsi termasuk ekstra ordinary crime (kejahatan luar biasa) karena apabila di lihat
dari akibat yang dirugikan sangat banyak sekali dan korbannya adalah menyangkut
perekonomian Negara.
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M.
Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi,:
a. Korupsi ekstortif,
b. Korupsi manipulatif,
c. Korupsi nepotistic
d. Korupsi subversif
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi di
Indonesia, antara lain sebagai berikut :
1. Upaya pencegahan (preventif).
2. Upaya penindakan (kuratif).
3. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
4. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat)

B. Saran
1. korupsi adalah kejahatan yang luar biasa maka dari itu penegak hukumnya juga harus luar
biasa.
2. untuk penegakan di bidang tindak pidana korupsi harus dioptimalkan untuk membuat efek
jera kepada pelaku atau calon pelaku.
3. Memberikan pembelajaran moral sejak dini karena cikal bakal orang korupsi adalah orang
yang tidak bermoral.
4. Mengatasi masalah korupsi di Indonesia, pemerintah harus benar-benar bekerja untuk
kepentingan rakyat dan negara. Pemerintah harus memperbaiki moral bangsa dengan
meningkatkan mutu pendidikan. Dengan pendidikan, bangsa akan menjadi pintar dan
memiliki moral yang baik.
11
DAFTAR PUSTAKA

Saleh, Wantjik. 1978. Tindak Pidana Korupsi Di Indonesia. Jakarta: GhaliaIndonesia


http://harismaagung.blogspot.com/2017/01/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html
https://news.detik.com/berita/2070644/eks-kasudin-pemakaman-jakut-didakwa-korupsi-gali-
kuburan-rp-610-juta

12

Anda mungkin juga menyukai