Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH DAMPAK KORUPSI TERHADAP

PEREKONOMIAN

DOSEN :
Zaenah, S.H, M.H.

DI SUSUN OLEH :
Nama : Muhamad Fajar Pradana
NPM : 183112700120093
Program Studi : TEKNIK MESIN
Mata Kuliah : Pendidikan Anti Korupsi

UNIVERSITAS NASIONAL
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang sudah memberikan


kesehatan jasmani dan rohani sehingga kita masih bisa menikmati indahnya Alam
ciptaan-Nya. Sholawat serta salam kita haturkan kepada teladan kita semua Nabi
Muhammad Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang telah memberitahu kepada kita
jalan yang benar berupa ajaran agama yang sempurna serta menjadi rahmat bagi
seluruh alam.
Penulis sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang
menjadi tugas dalam mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi dengan judul
“MAKALAH DAMPAK KORUPSI TERHADAP PEREKONOMIAN”.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk
menyelesaikan tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih
memperluas pengetahuan para mahasiswa khususnya bagi penulis.
Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun
penulis pun menyadari bahwa saya memiliki akan adanya keterbatasan saya sebagai
manusia biasa. Oleh karena itu, jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari
segi teknik penulisan, maupun dari isi, maka saya memohon maaf dan kritikserta
saran dari dosen pengajar bahkan semua pembaca sangat diharapkan oleh saya
untuk dapat menyempurnakan makalah ini terlebih juga dalam pengetahuan kita
bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita sekalian

Jakarta, 3 Mei 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi…………………………………... 6
1. Penurunan Produktifitas ........................................................... 8
2. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik .................. 8
3. Menurunnya Pendapatan Negara dari Sektor Pajak ................. 9
4. Meningkatnya Hutang Negara ................................................. 9

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 15
B. Saran ..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi di tanah negeri, ibarat “warisan haram” tanpa surat wasiat. Ia tetap
lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang
datang silih berganti. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila
disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab korupsi yang datang dari diri
pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena
sebab-sebab dari luar. Faktor internal terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya
keimanan, kejujuran, rasa malu, aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup
konsumtif dan aspek sosial seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk
berperilaku korup. Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya
pendapatan atau gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas
politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek
managemen & organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi, aspek
hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang-undangan dan lemahnya
penegakkan hukum serta aspek sosial yaitu lingkungan atau masyarakat yang
kurang mendukung perilaku anti korupsi.

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan


keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu
proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh
dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari
perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantaradua faktor
tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.Indonesia merupakan salah
satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya
alamnya. Tetapi ironisnya, negaratercinta ini dibandingkan dengan negara lain di
kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk
negara yang miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya

4
kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi
pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan
kepribadiannya.

Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara


negara menyebabkan terjadinya korupsi.Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah
merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat berbahaya yang
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar.
Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan
pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan
anggotalegislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan
lainsebagainya di luar batas kewajaran.

Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi


hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya
moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan dan aji
mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban
lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil
memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai pada titik nadir yang
paling rendahmaka jangan harap Negara ini akan mampu mengejar
ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang
maju. Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat
membawa negara ke jurang kehancuran.Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi
politis adalah penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.

Semua bentuk pemerintah pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya.


Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan
korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung korupsi adalah
kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-
pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali. Korupsi yang muncul di bidang
politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak.
Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan narkotika,

5
pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini
saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk
membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang sebagaimana diuraikan tersebut di atas, maka dapat


ditarik suatu permasalahan yang sangat mendasar untuk diteliti yakni
5. Bagaimankah dampak korupsi terhadap produktifitas?
6. Bagaimankah dampak korupsi terhadap kualitas barang dan jasa?
7. Bagaimankah dampak korupsi terhadap pendapatan negara?
8. Bagaimankah dampak korupsi terhadap hutang negara?

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” atau “corruptus”.


Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu
bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah
“corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie”
(Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan,
kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa
Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan
dan ketidakjujuran”. Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”. Selanjutnya untuk
beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa :
1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan
untuk kepentingan sendiri dan sebagainya;
2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan
uang sogok, dan sebagainya; dan;
3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi. Dengan demikian arti kata
korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan
kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut sesuatu yang bersifat
amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau
aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud
corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan
keuangan negara. Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat David M.
Chalmers, menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang
menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang
ekonomi, dan yang menyangkut bidang kepentingan umum. Hal ini diambil dari

7
definisi yang berbunyi “financial manipulations and deliction injurious to the
economy are often labeled corrupt”.
Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan, dan merugikan
kepentingan umum. Korupsi menurut Huntington (1968) adalah perilaku pejabat
publik yang menyimpang dari norma-norma yang diterima oleh masyarakat, dan
perilaku menyimpang ini ditujukan dalam rangka memenuhi kepentingan pribadi.
Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan
Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus.
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jka dilihat dari
struktrur bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya
mempunyai makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagi
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk
keuntungan pribadi, merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi
merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan
pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara dengan menggunakan
wewenang dan kekuatankekuatan formal (misalnya denagan alasan hukum dan
kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan
yang dimiliki oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan
mengatasnamakan pribadi atau keluarga, sanak saudara dan teman. Wertheim
(dalam Lubis, 1970) menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan
tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan
si pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiahdalam bentuk
balas jasa juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan
bahwa balas jasa dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat
untuk diteruskan kepada keluarganya atau partainya/ kelompoknya atau orang-
orang yang mempunyai hubungan pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai
korupsi.

8
BAB III

PEMBAHASAN

A. Dampak Korupsi Terhadap Ekonomi

Korupsi mengurangi kemampuan pemerintah untuk melakukan perbaikan


dalam bentuk peraturan dan kontrol akibat kegagalan pasar (market failure). Ketika
kebijakan dilakukan dalam pengaruh korupsi yang kuat maka pengenaan peraturan
dan kebijakan, misalnya, pada perbankan, pendidikan, distribusi makanan dan
sebagainya, malah akan mendorong terjadinya inefisiensi.

Korupsi mendistorsi insentif seseorang, dan seharusnya melakukan kegiatan


yang produktif menjadi keinginan untuk merealisasikan peluang korupsi dan pada
akhimya menyumbangkan negatif value added. Korupsi menjadi bagian dari
welfare cost memperbesar biaya produksi, dan selanjutnya memperbesar biaya
yang harus dibayar oleh konsumen dan masyarakat (dalam kasus pajak), sehingga
secara keseluruhan berakibat pada kesejahteraan masyarakat yang turun.

Korupsi mereduksi peran pundamental pemerintah (misalnya pada


penerapan dan pembuatan kontrak, proteksi, pemberian property rights dan
sebagainya). Pada akhirnya hal ini akan memberikan pengaruh negatif pada
pertumbuhan ekonomi yang dicapai.

Korupsi mengurangi legitimasi dari peran pasar pada perekonomian, dan


juga proses demokrasi. Kasus seperti ini sangat terlihat pada negara yang sedang
mengalami masa transisi, baik dari tipe perekonomian yang sentralistik ke
perekonomian yang lebih terbuka atau pemerintahan otoriter ke pemerintahan yang
lebih demokratis, sebagaimana terjadi dalam kasus Indonesia.

Korupsi memperbesar angka kemiskinan. ini sangat wajar. Selain


dikarenakan program-program pemerintah sebagaimana disebut di atas tidak
mencapai sasaran, korupsi juga mengurangi potensi pendapatan yang mungkin

9
diterima oleh si miskin. Menurut Tanzi (2002), perusahaan perusahaan kecil adalah
pihak yang paling sering menjadi sasaran korupsi dalam bentuk pungutan tak resmi
(pungutan liar). Bahkan, pungutan tak resmi ini bisa mencapai hampir dua puluh
persen dari total biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan ini amat
mengkhawatirkan, dikarenakan pada negara negara berkembang seperti Indonesia,
perusahaan kecil (UKM adalah mesin pertumbuhan karena perannya yang banyak
menycrap tenaga kerja).

Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an enermous


destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan negara, khususnya
dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama kesejahteraan masyarakat. Mauro
menerangkan hubungan antara korupsi dan ekonomi. Menurutnya korupsi memiliki
korelasi negatif dengan tingkat investasi, pertumbuhan ekonomi, dan dengan
pengeluaran pemerintah untuk program sosial dan kesejahteraan. Hal ini
merupakan bagian dari inti ekonomi makro. Kenyataan bahwa korupsi memiliki
hubungan langsung dengan hal ini mendorong pemerintah berupaya
menanggulangi korupsi, baik secara preventif, represif maupun kuratif.

Di sisi lain meningkatnya korupsi berakibat pada meningkatnya biaya


barang dan jasa, yang kemudian bisa melonjakkan utang negara. Pada keadaan ini,
inefisiensi terjadi, yaitu ketika pemerintah mengeluarkan lebih banyak kebijakan
namun disertai dengan maraknya praktek korupsi, bukannya memberikan nilai
positif misalnya perbaikan kondisi yang semakin tertata, namun justru memberikan
negatif value added bagi perekonomian secara umum. Misalnya, anggaran
perusahaan yang sebaiknya diputar dalam perputaran ekonomi, justru dialokasikan
untuk birokrasi yang ujung-ujungnya terbuang masuk ke kantong pribadi pejabat.

Berbagai macam permasalahan ekonomi lain akan muncul secara alamiah


apabila korupsi sudah merajalela dan berikut ini adalah hasil dari dampak ekonomi
yang akan terjadi, yaitu:

10
1. Penurunan Produktifitas

Dengan semakin lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka tidak


dapat disanggah lagi, bahwa produktifitas akan semakin menurun. Hal ini terjadi
seiring dengan terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa berkembang
lebih baik atau melakukan pengembangan kapasitas. Penurunan produktifitas ini
juga akan menyebabkan permasalahan yang lain, seperti tingginya angka PHK dan
meningkatnya angka pengangguran. Ujung dari penurunan produktifitas ini adalah
kemiskinan masyarakat.

2. Rendahnya Kualitas Barang dan Jasa Bagi Publik

Ini adalah sepenggal kisah sedih yang dialami masyarakat kita yang tidak
perlu terjadi apabila kualitas jalan raya baik sehingga tidak membahayakan
pengendara yang melintasinya. Hal ini mungkin juga tidak terjadi apabila tersedia
sarana angkutan umum yang baik, manusiawi dan terjangkau. Ironinya pemerintah
dan departemen yang bersangkutan tidak merasa bersalah dengan kondisi yang ada,
selalu berkelit bahwa mereka telah bekerja sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

Rusaknya jalan-jalan, ambruknya jembatan, tergulingnya kereta api, beras


murah yang tidak layak makan, tabung gas yang meledak, bahan bakar yang
merusak kendaraan masyarakat, tidak layak dan tidak nyamannya angkutan umum,
ambruknya bangunan sekolah, merupakan serangkaian kenyataan rendahnya
kualitas barang dan jasa sebagai akibat korupsi. Korupsi menimbulkan berbagai
kekacauan di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi publik ke proyek-
proyek lain yang mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak.

Pejabat birokrasi yang korup akan menambah kompleksitas proyek tersebut


untuk menyembunyikan berbagai praktek korupsi yang terjadi. Pada akhirnya
korupsi berakibat menurunkan kualitas barang dan jasa bagi publik dengan cara
mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan bangunan, syarat-syarat material
dan produksi, syarat-syarat kesehatan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain.

11
Korupsi juga mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur dan
menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

3. Menurunnya Pendapatan Negara Dari Sektor Pajak

Sebagian besar negara di dunia ini mempunyai sistem pajak yang menjadi
perangkat penting untuk membiayai pengeluaran pemerintahnya dalam
menyediakan barang dan jasa publik, sehingga boleh dikatakan bahwa pajak adalah
sesuatu yang penting bagi negara. Di Indonesia, dikenal beberapa jenis pajak seperti
Pajak penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan (BPHTB).

Pajak berfungsi sebagai stabilisasi harga sehingga dapat digunakan untuk


mengendalikan inflasi, di sisi lain pajak juga mempunyai fungsi redistribusi
pendapatan, di mana pajak yang dipungut oleh negara selanjutnya akan digunakan
untuk pembangunan, dan pembukaan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
menyejahterakan masyarakat. Pajak sangat penting bagi kelangsungan
pembangunan negara dan kesejahteraan masyarakat juga pada akhirnya.

Kondisi penurunan pendapatan dari sektor pajak diperparah dengan


kenyataan bahwa banyak sekali pegawai dan pejabat pajak yang bermain untuk
mendapatkan keuntungan pribadi dan memperkaya diri sendiri. Kita tidak bisa
membayangkan apabila ketidakpercayaan masyarakat terhadap pajak ini
berlangsung lama, tentunya akan berakibat juga pada percepatan pembangunan,
yang rugi juga masyarakat sendiri, inilah letak ketidakadilan tersebut.

4. Meningkatnya Hutang Negara

Kondisi perekonomian dunia yang mengalami resesi dan hampir melanda


semua negara termasuk Amerika Serikat dan negara-negara Eropa, memaksa

12
negara-negara tersebut untuk melakukan hutang untuk mendorong
perekonomiannya yang sedang melambat karena resesi dan menutup biaya
anggaran yang defisit, atau untuk membangun infrastruktur penting. Bagaimana
dengan hutang Indonesia?

Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri


yang semakin besar. Dari data yang diambil dari Direktorat Jenderal Pengelolaan
Hutang, Kementerian Keuangan RI, disebutkan bahwa total hutang pemerintah per
31 Mei 2011 mencapai US$201,07 miliar atau setara dengan Rp. 1.716,56 trilliun,
sebuah angka yang fantastis. Hutang tersebut terbagi atas dua sumber, yaitu
pinjaman sebesar US$69,03 miliar (pinjaman luar negeri US$68,97 miliar) dan
Surat Berharga Negara (SBN) sebesar US$132,05 miliar. Berdasarkan jenis mata
uang, utang sebesar US$201,1 miliar tersebut terbagi atas Rp956 triliun, US$42,4
miliar, 2.679,5 miliar Yen dan 5,3 miliar Euro. Posisi utang pemerintah terus
meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2009, jumlah utang yang dibukukan
pemerintah sebesar US$169,22 miliar (Rp1.590,66 triliun). Tahun 2010, jumlahnya
kembali naik hingga mencapai US$186,50 miliar (Rp1.676,85 triliun). Posisi utang
pemerintah saat ini juga naik dari posisi per April 2011 yang sebesar US$197,97
miliar. Jika menggunakan PDB Indonesia yang sebesar Rp6.422,9 triliun, maka
rasio utang Indonesia tercatat sebesar 26%.

Sementara untuk utang swasta, data Bank Indonesia (BI) menunjukkan


jumlah nilai utang pihak swasta naik pesat dari US$73,606 miliar pada 2009 ke
posisi US$84,722 miliar pada kuartal I 2011 atau setara 15,1%. Secara year on year
(yoy) saja, pinjaman luar negeri swasta telah meningkat 12,6% atau naik dari
US$75,207 pada kuartal I 2010. Dari total utang pada tiga bulan pertama tahun ini,
utang luar negeri swasta mayoritas disumbang oleh pihak non-bank sebesar
US$71,667 miliar dan pihak bank sebesar US$13,055 miliar (www.metronews.com
/read/news/ 2011,14 Juni 2011).

Bila melihat kondisi secara umum, hutang adalah hal yang biasa, asal
digunakan untuk kegiatan yang produktif hutang dapat dikembalikan. Apabila
hutang digunakan untuk menutup defisit yang terjadi, hal ini akan semakin

13
memperburuk keadaan. Kita tidak bisa membayangkan ke depan apa yang terjadi
apabila hutang negara yang kian membengkak ini digunakan untuk sesuatu yang
sama sekali tidak produktif dan dikorupsi secara besar-besaran.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semua bentuk korupsi dicirkan tiga aspek. Pertama pengkhianatan terhadap


kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan wewenang,
pengambilan keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat ditemukan dalam bentuk-
bentuk korupsi yang mencangkup penyapan pemersasn, penggelapan dan
nepotisme

Kesemua jenis ini apapun alasannya dan motivasinya merupakan bentuk


pelanggaran terhadap norma-norma tanggung jawab dan menyebabkan kerugian
bagi badan-badan negara dan publik.

B. Saran

Dengan penulis makalah ini, penulis mengharapkan kepada pembaca agar


dapat memilih manfaat yang tersirat didalamnya dan dapat dijadikan sebagai
kegiatan motivasi agar kita tidak terjerumus oleh hal-hal korupsi dan dapat
menambah wawasan dan pemikiran yang intelektual hususnya dalam mata kuliah
anti korupsi”.

15
DAFTAR PUSTAKA

MM.Khan. 2000. Political And Administrative Corruption Annota Ted


Bibliography.

Undang-Undang No. 28 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Yang Bersih Dan


Bebas Dari Kolusi, Korupsi Dan Nepotisme.

Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantas Tindak Pidana.

http://forester-untad.blogspot.co.id/2014/05/makalah-dampak-tindakan-
korupsi.html.

http://nothing-page.blogspot.co.id/2013/09/korupsi-data-makalah.html.

16

Anda mungkin juga menyukai