Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

UPAYA PENCEGAHAN KORUPSI

Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Rosmawati Ibrahim, SST., MS., M.Kes


Mata kuliah : Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Oleh:
KARMILA
PBD21131

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini ( Upaya Pencegahan Korupsi ) sebagai
tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Kendari, Juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
C. Tujuan Masalah ..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi ................................................................................ 5
B. Jenis-jenis Korupsi................................................................................. 5
C. Upaya Pencegahan Korupsi................................................................... 8
D. Contoh Kasus Korupsi di Indonesia....................................................... 9

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 15
B. Saran-Saran ....................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah korupsi bukan lagi sebagai masalah baru dalam persoalan hukum
dan ekonomi bagi suatu negara, karena masalah korupsi telah ada sejak ratusan
tahun yang lalu baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk di
Indonesia. Korupsi di Indonesia saat ini sudah demikian parah ibarat sebuah
lingkaran setan yang tidak diketahui ujung pangkalnya dari mana menguraikan
dan mencegahnya serta menjadi masalah yang luar biasa karena telah berjangkit
ke seluruh lapisan masyarakat sehingga sudah merupakan bagian kebudayaan
masyarakat.

Ibarat penyakit, korupsi di Indonesia telah berkembang dalam tiga tahap,


yaitu elitis, endemic, dan sistemic. Pada tahap elitis korupsi masih menjadi
patologi/gangguan/penyimpangan sosial yang khas dilingkungan para elit/pejabat.
Dalam tahap endemic, korupsi mewabah menjangkau lapisan masyarakat luas.
Lalu ditahap yang kritis, ketika korupsi menjadi systemik, setiap setiap individu
terjangkit penyakit yang serupa.

Korupsi merupakan perbuatan seseorang atau sekelompok orang, menyuap


orang atau kelompok lain untuk mempermudah keinginannya dan mempengaruhi
si penerima untuk memberikan pertimbangan khusus guna mengabulkan
permohonannya. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis
besar mencakup unsur-unsur perbuatan melawan hukum, penyalah gunaan
kewenangan, kesempatan atau sarana. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau
korporasi dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Korupsi telah dianggap sebagai hal yang biasa, dengan dalih “sudah sesuai
prosedur”. Koruptor tidak lagi memiliki rasa malu dan takut, sebaliknya
memamerkan hasil korupsinya secara demonstratif. Politisi tidak lagi mengabdi
kepada konstituennya. Partai Politik bukannya dijadikan alat untuk
memperjuangkan kepentingan rakyat banyak, melainkan menjadi ajang untuk
2

mengeruk harta dan ambisi pribadi. Padahal tindak pidana korupsi merupakan
masalah yang sangat serius, karena tindak pidana korupsi dapat membahayakan
stabilitas dan keamanan Negara dan masyarakat, membahayakan pembangunan
sosial, politik dan ekonomi masyarakat, bahkan dapat pula merusak Nilai-nilai
Demokrasi serta moralitas bangsa karena dapat berdampak membudayanya tindak
pidana korupsi tersebut. Sehingga harus disadari meningkatnya tindak pidana
korupsi yang tidak terkendali akan membawa dampak yang tidak hanya sebatas
kerugian Negara dan perekonomian Nasional tetapi juga pada kehidupan
berbangsa dan bernegara. Perbuatan tindak pidana korupsi merupakan
pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak hak ekonomi masyarakat, sehingga
tindak pidana korupsi tidak dapat lagi digolongkan sebagai kejahatan biasa
(ordinary crimes) melainkan telah menjadi kejahatan luar biasa (extra-ordinary
crimes). Sehingga dalam upaya pemberantasannya tidak lagi dapat dilakukan
“secara biasa”, tetapi dibutuhkan “cara-cara yang luar biasa” (extra-ordinary
crimes).

Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah pemerintahan
rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbedabeda dari yang paling
ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harfiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.

Korupsi terhadap keuangan negara yang dilakukan pejabat daerah


merupakan suatu tindak pidana. Akhir-akhir ini sorotan terhadap korupsi di
Indonesia dikaitkan dengan dana pembangunan atau proyek-proyek pengadaan
barang dan jasa, karena itu apapun alasannya apakah itu disengaja ataupun tidak
disengaja akibat adanya kesalahan prosedur atau sistem tetapi akhirnya berakibat
menimbulkan kerugian terhadap negara secara finansial dapat dikatakan suatu
tindakan korupsi. Bentuk-bentuk penyelewengan terhadap keuangan negara itu
3

pula dapat bermacam-macam seperti penambahan anggaran untuk pengadaan


barang dan jasa yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada ataupun
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi sehingga menimbulkan kerugian pada keuangan negara.

Korupsi nyatanya dilakukan oleh orang yang berpendidikan tinggi.


Rasanya sungguh tidak pantas, seseorang yang berpendidikan melakukan hal yang
seharusnya tidak boleh dilakukan. Korupsi tidak boleh dilakukan karena akan
menimbulkan kerugian bagi pihak lain dan hanya memberikan keuntungan kepada
pihak yang korupsi atau biasa disebut dengan koruptor. Faktanya korupsi
dilakukan oleh orang yang mempunyai kekuasaan.

Dengan maraknya korupsi yang ada di Indonesia, maka dibentuklah


Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
adalah lembaga yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil
guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Selain itu 5 KPK juga
merupakan lembaga yang independen dan bebas dari pengaruh dalam
melaksanakan tugasnya, seperti yang tercantum pada Pasal 3 UndangUndang
Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002.
Korupsi sangat berkaitan dengan kesadaran, kesadaran akan hukum
tiaptiap orang tentu saja berbeda. Tetapi bila dilihat dari banyaknya kasus korupsi
yang ada, bisa disimpulkan bahwa kesadaran hukum warga Indonesia cukup
rendah. Perlu adanya penanaman kesadaran serta nilai-nilai positif lain sejak dini,
agar generasi muda nantinya akan mampu membawa bangsa Indonesia menjadi
lebih baik.
Banyak faktor pendorong terjadinya korupsi di Indonesia, yakni
diantaranya : Konsentrasi kekuasan dipengambil keputusan yang tidak
bertanggung jawab langsung kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-
rezim yang bukan demokratis; Gaji yang masih rendah; kurang sempurnanya
peraturan perundang-undangan, administrasi yang lamban; Sikap mental para
pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang haram, tidak ada kesadaran
4

bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh
pejabat pemerintah; Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan
pemerintah; Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih
besar dari pendanaan politik yang normal; Proyek yang melibatkan uang rakyat
dalam jumlah besar.; Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan
jaringan “teman lama”; Lemahnya ketertiban hukum; Lemahnya profesi hukum;
Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil; Rakyat yang apatis, masa bodoh,
tidak tertarik, atau mudah dibohongi; Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk
mencegah penyuapan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang diangkat dalam
pembahasan makalah dengan tema korupsi adalah :
1. Apa pengertian korupsi ?
2. Apa jenis-jenis korupsi ?
3. Bagaimana cara pencegahan kasus korupsi ?
4. Contoh kasus korupsi yang terjadi di Indonesia ?
C. Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari pembuatan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis korupsi.
3. Untuk mengetahui cara pencegahan kasus korupsi.
4. Untuk mengetahui Contoh kasus korupsi yang terjadi di Indonesia.
5

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Wijayanti (2016:1) menyatakan bahwa korupsi atau rasuah (bahasa
Latin : corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,
baik politis maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada pejabat publik untuk
mendapatkan keuntungan sepihak. Wibowo (2013:22) menjelaskan bahwa
korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang yang ada pada seseorang
khususnya pejabat atau pegawai negeri, demi keuntungan pribadi, keluarga,
rekanan, dan teman atau kelompoknya. Berdasarkan uraian mengenai korupsi
oleh dua para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa korupsi adalah tindakan
sangat merugikan bagi negara, menjadikan masyarakat miskin serta
menghambat kesejahteraan masyarakat.
Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah
“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau
suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau
sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.”
B. Jenis-jenis Korupsi
Tindakan korupsi dimulai dari tindakan kecil seperti datang tidak tepat
waktu, berbohong, menerima hadiah. Tindakan yang berawal kecil kemudian
menjadi sebuah kebiasaan yang sering dilakukan, hal tersebut akan berdampak
buruk. Alatas dalam Chaerudin, dkk (2008:2) menjelaskan jenis-jenis korupsi
sebagai berikut:
6

1) Korupsi Transaktif, yaitu korupsi yang terjadi atas kesepakatan


diantara seorang donor dengan resipien untuk keuntungan kedua belah
pihak.
2) Korupsi Ekstortif, yaitu korupsi yang melibatkan penekananan dan
pemaksaan untuk menghindari bahaya bagi mereka yang terlibat atau
orang-orang yang dekat dengan pelaku korupsi.
3) Korupsi Investif, yaitu korupsi yang berawal dari tawaran yang
merupakan investasi untuk mengantisipasi adanya keuntungan di masa
datang.
4) Korupsi Nepotistik, yaitu korupsi yang terjadi karena perlakuan khusus
baik dalam pengangkatan kantor publik maupun pemberian proyek-
proyek bagi keluarga dekat.
5) Korupsi Otogenik, yaitu korupsi yang terjadi ketika seorang pejabat
mendapat keuntungan karena memiliki pengetahuan sebagai orang
dalam (insiders information) tentang berbagai kebijakan publik yang
seharusnya dirahasiakan.
6) Korupsi supportif, yaitu perlindungan atau penguatan korupsi yang
menjadi intrik kekuasaan bahkan kekerasan.
7) Korupsi Defensif, yaitu korupsi yang dilakukan dalam rangka
mempertahankan diri dari pemerasan.
Tidakan korupsi beranekaragam yang dapat merugikan sesama
manusia. Pawiroputro, dkk (2011: 12) menyebutkan jenis tindak pidana
korupsi yang lain, diantaranya:
1) Memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan).
2) Penggelapan dalam jabatan.
3) Pemerasan dalam jabatan.
4) Ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/ penyelenggara
negara).
5) Menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara
negeri/penyelenggara negara).
7

Jenis tindakan korupsi beranekaragam, pada intinya tindakan


korupsi adalah tindakan yang dilakukan tidak jujur untuk mengambil hak-
hak orang lain yang akan merugikan dan menghambat kesejahteraan
masyarakat. Tindakan korupsi yang sering dilakukan di dunia pendidikan
yaitu menyotek saat ujian, datang sekolah selalu terlambat, membolos
sekolah, tidak mengerjakna PR. Tindakan-tindakan tersebut jika
dibiarakan saja maka akan menjadi sebuah kebiasaan dan di masa depan
akan menimbulkan tindakan korupsi, oleh karena itu diperlukan
pendidikan anti korupsi untuk mencegah, mengurangi bahkan
memberantas tindakan korupsi.
Tindakan korupsi dilakukan oleh seseorang dapat disebabkan oleh
beberapa faktor, diantaranya faktor sosial, ekonomi, politik, hukum dan
pendidikan. Penyebab utama melakukan tindakan korupsi karena ada
faktor dalam diri seseorang yang mendorong, seperti sifat yang tidak
pernah merasa puas, merasa iri pada orang lain bahkan karena kebutuhan
yang sangat mendesak. Hartanti (2005: 11) menyatakan bahwa penyebab
terjadinya korupsi adalah sebagai berikut:
1) Lemahnya pendidikan agama dan etika.
2) Kolonialisme. Suatu pemerintah asing tidak menggugah kesetiaan dan
kepatuhan yang diperlukan untuk membendung korupsi.
3) Kurangnya pendidikan. Namun kenyataannya sekarang kasus-kasus
korupsi di lakukan oleh para koruptor yang memiliki kemampuan
intelektual yang tinggi, terpelajar, dan terpandang sehingga alasan ini
dapat dikatakan kurang tepat.
4) Kemiskinan. Pada kasus korupsi yang merebak di Indonesia, para
pelakunya bukan didasari oleh kemiskinan melainkan keserahkahan,
sebab mereka bukanlah dari kalangan yang tidak mampu melainkan
para konglomerat.
5) Tidak adanya sanksi yang keras.
6) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk pelaku antikorupsi.
7) Struktur pemerintahan.
8

8) Perubahan radikal. Pada saat sistem nilai mengalami perubahan


radikal, korupsi mucul sebagai suatu penyakit transisional.
9) Keadaan masyarakat. Korupsi dalam suatu birokasi bisa
mencerminkan keadaan masyarakat secara keseluruhan.
Penyebab dari tindakan korupsi yang dilakukan oleh seseorang
berbeda-beda. Merican dalam Wibowo (2013:31-33), menyatakan bahwa
korupsi di Indonesia disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
1) Warisan dari pemerintah kolonial Belanda.
2) Korupsi disebabkan oleh kemiskinan, ketidaksamaan dan
ketidakmerataan.
3) Gaji yang rendah.
4) Persepsi yang popular bahwa korupsi itu sudah dilakukan banyak
orang, sementara pelakunya hanya mendapatkan sangsi ringan.
5) Pengaturan yang bertele-tele.
6) Pengetahuan yang tidak cukup dari bidangnya.
Penyebab dari tindakan korupsi yang telah diuraikan diatas
terdapat kesaamaan dari kedua ahli yaitu kurangnya pengetahuan,
kemiskinan, hukum yang tidak tegas, dan kolonialisme. Macammacam
penyebab korupsi yang telah dijelaskan merupakan penyebab yang sangat
kompleks, yang seharusnya dapat dicegah agar mengurangi bahkan
memberantas tindakan korupsi. Korupsi merupakan salah satu penyakit
sosial yang menyebabkan kerusakan moral pada diri seseorang.
C. Upaya Pencegahan Korupsi
Sebagai warga negara yang bertanggungjawab dan peduli dengan
bangsa dan negara memiliki kewajiban untuk mencegah, mengurangi dan
membunuh tindakan korupsi, agar bangsa dan negara ini bersih dari tindakan
korupsi. Pasal 13 Undang-Undang Dasar No 30 tahun 2002 menjelaskan
penyelenggaran program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang
pendidikan. Lisdiana dan Saputro (2014:147) menyatakan bahwa upaya
mengatasi korupsi Upaya pemberantasan korupsi terdiri dari tiga unsur
pembentuk yaitu:
9

1) Pencegahan (preventif).
2) Penindakan (reprseif).
3) Peran serta masyarakat.
Secara umum upaya dan pencegahan dari korupsi itu sendiri adalah
sebagai berikut :
1) Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi
2) Mewajibkan pejabat public melaporkan dan mengumumkan jumlah
kekayaan yang dimiliki baik sebelum dan sesudah menjabat. Masyarakat
ikut memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan setelah
selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan
dengan melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya ke orang lain
3) Memberi hak kepada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap
informasi. Perlu dibangun system dimana masyarakat (termasuk media)
diberikan hak meminta segalain formasi sehubungan dengan kebijakan
pemerintah yangberkaitan dengan hajat hidup orang banyak.
4) Pemberantasan tindak pidana korupsi harus dimulai dari diri sendiri dari
hal-hal yang kecil dan mulai hari ini agar setiap daerah terbebas dari
korupsi
5) Perlupemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan
pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah dilakukan.
Melalui pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi atau program yang
sukses dan gagal. Program yang sukses sebaiknya silanjutkan, sementara
yang gagal dicari penyebabnya.
D. Contoh Kasus Korupsi yang terjadi di Indonesia
Adapun deretan kasus korupsi yang terjadi di Indonesia adalah sebagai
berikut:
1. Siti Fadilan Supari
Siti Fadilan Supari yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan pada
2004-2009 dan 2010 sampai 2014 terjerat kasus pengadaan alat kesehatan
pada tahun 2005 serta telah menerima gratifikasi.
10

2. Andi Mallarangeng
Andi Mallarangeng sebagai menteri Pemuda dan Olahraga pada
periode 2009 - 2012 telah terjerat korupsi proyek pembangunan lanjutan
pusat pendidikan dan Sekolah Olahraga atau P3SON hambalang.
3. Suryadarma Ali 
Suryadarma Ali menjabat Menteri Agama pada tahun 2009 sampai
2014 telah terjerat kasus korupsi mengenai penyelenggaraan dana haji
pada tahun 2010 sampai 2013.
4. Jero Wacik 
Jero Wacik yang menjabat sebagai Menteri ESDM pada tahun
2011 sampai 2014 telah terjerat kasus penyalahgunaan dana dan
operasional menteri serta telah menerima gratifikasi.
5. Idrus Mahram
Idrus Mahram yang merupakan Menteri Sosial pada periode
Januari sampai Agustus 2018 telah terjerat kasus suap proyek PLTU
Muluta Tamang Riau - 1 sehingga dijerat 2 tahun penjara serta denda
sebesar Rp50 juta.
6. Imam Nahrawi
Imam Nahrawi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga pada periode
2014 sampai 2918 telah tersandung kasus Suap serta gratifikasi dari
sejumlah pejabat Kemenpora serta Komite Olahraga Nasional atau KONI.
7. Edhy Prabowo
Edhy Prabowo merupakan Menteri Kelautan dan Perikanan pada
Kabinet Indonesia Maju telah tersandung kasus dugaan suap terkait
perizinan tambak, usaha dan atau pengelolaan perikanan atau komoditas
perairan jenis lainnya pada tahun 2020 saat ini berstatus sebagai tersangka.
8. Juliari P Batubara
Juliari P Batubara yang juga masih satu kabinet dengan Edhy
Prabowo telah tersandung kasus pengadaan bantuan sosial Covid-19 untuk
wilayah Jabodetabek
11

9. Fayakhun Andriadi
KPK menetapkan anggota Komisi Pertahanan DPR Fayakhun
Andriadi menjadi tersangka kasus suap terkait proyek pengadaan drone
dan satelit monitoring di Badan Keamanan Laut (Bakamla) pada 14
Februari 2018. KPK menyangka politikus Golkar itu menerima suap
senilai Rp 12 miliar untuk mengawal anggaran proyek tersebut di DPR.
10. Amin Santono
Menerima hadiah atau janji terkait usulan dana perimbangan
keuangan daerah pada RAPBN Perubahan Tahun Anggaran 2018. KPK
mendakwa Amin dibantu orang kepercayaannya Eka Kamaludin,
mencari para kepala daerah yang ingin mengajukan tambahan anggaran
menggunakan usulan atau aspirasinya dengan kompensasi 7 persen dari
dana yang diterima daerah.
11. Eni Maulani Saragih
KPK menangkap Wakil Ketua Komisi Energi DPR Eni Maulani
Saragih pada 13 Juli 2018. KPK menyangka politikus Partai Golkar itu
menerima suap Rp 4,75 miliar dari pemilih Blackgold Natural Resources
Ltd Johannes Budisutrisno Kotjo. Menurut KPK, Kotjo memberikan
uang itu supaya Eni membantunya memfasilitasi pertemuan dengan salah
satunya, Direktur Utama PLN Sofyan Basir.
12. Lutfi Hasan Ishaaq
Anggota DPR sekaligus Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Lutfi Hasan Ishaaq terjerat kasus korupsi suap terkait pemberian
rekomendasi kuota impor daging kepada Kementerian Pertanian.
13. Anas Urbaningrum
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum terlibat
kasus korupsi proyek Hambalang. Ia diduga telah menerima pemberian
hadiah terkait proyek Hambalang saat masih menjadi anggota DPR RI.
Sebelum menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Anas
merupakan Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI.
12

14. Setya Novanto


Mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto terjerat kasus tindak pidana
korupsi proyek pengadaan kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-
KTP). Ia diduga telah memperkaya diri sendiri sebanyak 7,3 juta dollar AS
atau sekitar Rp71 miliar tahun 2010 dari proyek pengadaan e-KTP.
15. Romahurmuziy
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Rmahurmuziy
dijerat KPK dalam kasus tindak pidana korupsi terkait kasus suap jual-beli
jabatan dan menerima uang sebesar Rp300 juta dari kedua pejabat
Kementerian Agama (Kemenag) di Jawa Timur.
16.  Wahyu Setiawan
KPK menetapkan Komisioner Komisi Pemilihan Umum Wahyu
Setiawan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait penetapan anggota
DPR terpilih periode 2019-2024.
17. Wenny Bukamo
KPK menetapkan Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo sebagai
tersangka kasus dugaan suap terkait pengadaan barang/jasa di Pemkab
Banggai Laut. 
18. Saiful Ilah
Di awal tahun 2020, KPK menangkap Bupati Sidoarjo Saiful Ilah
pada Januari 2020. Saiful Ilah diduga menerima suap senilai total Rp
550.000.000 dari pihak swasta terkait proyek infrastruktur di Kabupaten
Sidoarjo.
19. Ismunandar (Bupati Kutai Timur)
Ditangkap diduga terkait tindak pidana korupsi pengadaan barang
dan jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan
Timur.
20. Khamami (Bupati Mesuji, Lampung)
Suap pembangunan proyek infrastruktur di Kabupaten Mesuji,
Lampung, tahun anggaran 2018.
13

21. Mustafa (Mantan Bupati Lampung )


Suap kepada anggota DPRD Lampung Tengah terkait pinjaman
daerah tahun anggaran 2018.
22. Samin Tan (Pemilik PT Borneo Lumbung Energy Metal (BORN))
Menyuap mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR Eni Maulani
Saragih sebesar Rp5 miliar. Suap diberikan agar Eni mempengaruhi
Kementerian ESDM untuk menyelesaikan persoalan terminasi kontrak
PKP2B PT AKT yang sebelumnya telah diakuisisi PT BORN.
23. Supian Hadi
KPK resmi menetapkan Bupati Kotawaringin Timur Supian
Hadi sebagai tersangka atas kasus korupsi penerbitan Izin Usaha
Pertambanga (IUP)
24. Irvan Rivano Muchtar
KPK menangkap Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar diduga
meminta, menerima, atau memotong dana alokasi khusus (DAK)
pendidikan Kabupaten Cianjur sekitar 14,5 persen dari total Rp 46,8
miliar.
25. Ahmad Marzuki (Bupati Jepara)
Menyuap hakim pada Pengadilan Negeri Semarang, Lasito sebesar
Rp 700 juta. Baca juga: Fakta-fakta Dugaan Suap Rp 700 Juta Bupati
Jepara kepada Hakim LAS Diduga uang itu untuk memengaruhi putusan
gugatan praperadilan yang diajukan Ahmad atas penetapan dirinya sebagai
tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah di PN Semarang.
26. Sunjaya Purwadisastra (Bupati Cirebon)
Sunjaya menjadi tersangka karena diduga menerima hadiah atau
janji terkait mutasi jabatan, proyek, dan perizinan di Kabupaten Cirebon.
27. Neneng Hassanah Yasin (Bupati Bekasi)
Neneng bersama empat pejabat dinas di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bekasi menjadi tersangka karena diduga dijanjikan menerima
suap sekitar Rp 13 miliar dari pengembang Lippo Group
14

28. Setiyono (Wali Kota Pasuruan)


Wali Kota Setiyono terjaring dalam OTT KPK pada Kamis
(4/10/2018). Ia ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menerima suap
dari pengusaha Muhammad Baqir. Dugaan suap itu terkait proyek belanja
modal gedung dan bangunan pengembangan pusat layanan usaha terpadu
pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Pemkot Pasuruan.
29. Irwandi Yusuf (Gubernur Aceh)
Irwandi terindikasi menerima suap dari Ahmadi sebesar Rp 500
juta bagian dari Rp 1,5 miliar terkait fee ijon proyek-proyek pembangunan
infrastruktur yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh Tahun
2018. Dalam pengembangan kasusnya, Irwandi juga terjerat dalam kasus
dugaan penerimaan gratifikasi terkait pembangunan Dermaga Sabang yang
dibiayai oleh APBN 2006-2011.
30. Agus Feisal Hidayat (Bupati Buton Selatan)
Tim penindakan KPK melakukan OTT di Kabupaten Buton
Selatan, Sulawesi Tenggara, Rabu (23/5/2018). Dalam OTT itu, KPK
mengamankan Bupati Agus Feisal Hidayat. Dalam kasus ini ia diduga
menerima gratifikasi sebesar Rp 409 juta dari kontraktor terkait proyek-
proyek pekerjaan di Pemerintah Kabupaten Buton Selatan.
15

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang
secara langsung merugikan negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur
dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri
dengan menggunakan kedudukannya dan aspek penggunaan uang Negara
untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan
kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme,
penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya hukuman yang
keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya
sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.
B. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak
dini.Dan pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Dan
seharusnya pemerintah lebih tegas terhadap terpidana korupsi. Undang-
undang yang adapun dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Agar
korupsi tidak lagi menjadi budaya di negara ini.
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang


Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Wijayanti, Daru. (2016). Revolusi Mental: Menumbuhkan Jiwa Antikorupsi.
Indoliterasi. Yogyakarta.
Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Antikorupsi di Sekolah Strategi Internalisasi
Pendidikan Antikorupsi di Sekolah. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Chaerudin,.dkk 2008. Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Bandung: Adi Tama. Hal.2
Evi Hartanti,2005, Tindak Pidana Korupsi , Sinar Grafika, Jakarta.
Wibowo, Agus. Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah: Strategi Internalisasi
Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah. 2013. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Lisdiana dan Saputro (2014:147) menyatakan bahwa upaya mengatasi korupsi

Anda mungkin juga menyukai