Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP KASUS


KORUPSI DI INDONESIA”

Dosen pembimbing : Dra. Hj. Rosmawati Ibrahim, SST., MA., M.Kes


Mata Kuliah : Pendidikan Budaya Anti Korupsi

Di Susun Oleh :
Nama : Sella Marselina
Nim : Pbd21.070
Kelas : A

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU


KENDARI
PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
TAHUN AJARAN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu
membawa keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Terima kasih sebelum dan sesudahnya kami ucapkan kepada Dosen serta
teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moriil maupun
materil, sehingga makalah ini terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.
Kami menyadari, didalam penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari segi tata bahasa
maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian,
untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk
lebih menyempurnakan makalah-makah kami dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-
mudahan apa yang kami susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-
teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau
mengambil hikmah dari judul ini ( Penegakan hukum terhadap kasus Korupsi )
sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.

Kendari, 22 Juni 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
C. Tujuan Masalah ..................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi ................................................................................ 4
B. Dampak Tindak Pidana Korupsi ……………………………………... 5
C. Upaya Pencegahan Korupsi................................................................... 7
D. Penegakan Hukum Kasus Korupsi di Indonesia.................................... 9
E. Contoh Kasus Korupsi di Indonesia…………………………………... 13

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ....................................................................................... 19
B. Saran-Saran ....................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah korupsi bukan lagi sebagai masalah baru dalam persoalan hukum

dan ekonomi bagi suatu negara, karena masalah korupsi telah ada sejak ratusan

tahun yang lalu baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk di

Indonesia. Korupsi di Indonesia saat ini sudah demikian parah ibarat sebuah

lingkaran setan yang tidak diketahui ujung pangkalnya dari mana menguraikan

dan mencegahnya serta menjadi masalah yang luar biasa karena telah berjangkit

ke seluruh lapisan masyarakat sehingga sudah merupakan bagian kebudayaan

masyarakat.

Korupsi merupakan perbuatan seseorang atau sekelompok orang, menyuap

orang atau kelompok lain untuk mempermudah keinginannya dan mempengaruhi

si penerima untuk memberikan pertimbangan khusus guna mengabulkan

permohonannya. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis

besar mencakup unsur-unsur perbuatan melawan hukum, penyalah gunaan

kewenangan, kesempatan atau sarana. Memperkaya diri sendiri, orang lain atau

korporasi dan merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Tuntunan masyarakat untuk memberantas korupsi merupakan cermin

masalah penegakan hukum di negeri ini, sebab korupsi merupakan bentuk

perbuatan melanggar hukum yang merugikan negara dan masyarakat.Korupsi

yang timbul dimana-mana merupakan petunjuk kelemahan fungsihukum sebagai

sarana pengendalian, sarana perubahan dan sarana intergratif.Upaya kerasuntuk


2

memberantas terjadinya korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) baik dalam bidang

pemerintahan umum dan pembangunan kenyataannya belum diikuti oleh langkah-

langkah nyata dansungguh-sungguh oleh pemerintah, termasuk aparat penegak

hukum dalam penerapkan dan penegakan hukum. Begitu pula halnya dengan

munculnya intervensi dan pengaruh dari pihak lain dalam penyelesaian proses

peradilan, justru semakin melemahkan upaya pemberantasan tindak pidana

korupsi demi mewujudkan pemerintahan yang baik.

Permasalahan korupsi dan membedah masalahnya merupakan sesuatu

yang sangat urgen, sebab kasus korupsi hampir selalu berhubungan dengan

kekuasaan dan jabatan serta orang-orang yang terlibat di dalamnya. Selain itu,

praktek korupsi biasanya juga dilakukan dalam bentuk rekayasa yang seolah-olah

dibenarkan oleh hukum dan bahkan terdapat manipulasi hukum. Hal seperti ini

berhubungan pula dengan asas-asas pemerintahan tertentu, hingga dapat

mempengaruhi kredibilitasdan kapabilitas pemerintahan tersebut.

Bangsa Indonesia saat ini tengah dilanda krisis kepercayaan dalam tiap

segmen kehidupan berbangsa dan bernegara baik dalam bidang sosial,politik,

ekonomi, perdagangan, keuangan dan industry. Krisis kepercayaan terjadi

terhadap lembaga perekonomian, lembaga pemerintahan baik lembaga eksekutif,

yudikatif, dan legislatif, lembaga keuangan, bank dan nonbank maupun lembaga

kepartaian, hal ini terjadi disebabkan karena belumdapat diciptakan pemerintah

yang baik, bersih dan bebas dari korupsi.


3

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang diangkat dalam

pembahasan makalah dengan tema korupsi adalah :

1. Apa pengertian korupsi ?

2. Bagaimana dampak yang timbulkan dari tindak pidana kasus korupsi ?

3. Bagaimana cara pencegahan kasus korupsi ?

4. Bagaimana Penegakan Hukum terhadap Kasus Korupsi ?

5. Contoh kasus korupsi di Indonesia ?

C. Tujuan Makalah

Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan dari pembuatan

makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.

2. Untuk mengetahui dampak dari tindak pidana korupsi

3. Untuk mengetahui cara pencegahan kasus korupsi.

4. Untuk mengetahui penegakan hukum kasus korupsi yang terjadi di

Indonesia.

5. Untuk mengetahui contoh kasus korupsi di Indonesia


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Wijayanti (2016:1) menyatakan bahwa korupsi atau rasuah (bahasa

Latin : corruption dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak,

menggoyahkan, memutar balik, menyogok) adalah tindakan pejabat publik,

baik politis maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam

tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan

kepercayaan publik yang dikuasakan kepada pejabat publik untuk

mendapatkan keuntungan sepihak. Wibowo (2013:22) menjelaskan bahwa

korupsi merupakan penyalahgunaan wewenang yang ada pada seseorang

khususnya pejabat atau pegawai negeri, demi keuntungan pribadi, keluarga,

rekanan, dan teman atau kelompoknya. Berdasarkan uraian mengenai korupsi

oleh dua para ahli dapat ditarik kesimpulan bahwa korupsi adalah tindakan

sangat merugikan bagi negara, menjadikan masyarakat miskin serta

menghambat kesejahteraan masyarakat.

Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan

Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah

“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan

memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau

suatu korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau


5

sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat

merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.”

B. Dampak Yang Diakibatkan Oleh Tindak Pidana Korupsi

1) Bidang Demokrasi

Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di

dalam dunia politik, korupsi mempersulit demokrasi dan tata

pemerintahan yang baik (good governance) dengan cara

menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di

badan legislatif mengurangi akuntabilitas dan perwakilan

dipembentukan kebijaksanaan; korupsi disistem pengadilan

menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik

menghasilkan ketidakseimbangan dalam pelayanan masyarkat. Secara

umum, korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah,

karena pengabaian prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat

diangkat atau dinaikkan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat

bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai

demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

2) Bidang Ekonomi

Korupsi juga mempersulit pembangunan ekonomi dan mengurangi

kualitas pelayanan pemerintahan. Korupsi juga mempersulit

pembangunan ekonomi dengan membuat distorsi dan ketidakefisienan

yang tinggi. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga

karena kerugian dari pembayaran illegal, ongkos manajemen dalam


6

negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian atau

karena penyelidikan. Walaupun ada yang menyatakan bahwa korupsi

mengurangi ongkos (niaga) dengan mempermudah birokrasi,

consensus yang baru muncul berkesimpulan bahwa ketersediaan

sogokan menyebabkan pejabat untuk membuat aturan-aturan baru dan

hambatan baru. Dimana korupsi menyebabkan inflasi ongkos niaga,

korupsi juga mengacaukan “lapangan perniagaan”. Perusahaan yang

memiliki koneksi dilindungi dari persaingan dan sebagai hasilnya

mempertahankan perusahaan-perusahaan yang tidak efisien. Korupsi

menimbulkan distorsi (kekacauan) di dalam sektor publik dengan

mengalihkan lebih investasi publik ke proyek-proyek masyarakat yang

mana sogokan dan upah tersedia lebih banyak. Pejabat mungkin

menambah kompleksitas proyek masyarakat untuk menyembunyikan

praktek korupsi, yang akhirnya menghasilkan lebih banyak kekacauan.

Korupsi juga mengurangi pemenuhan syarat-syarat keamanan

bangunan, lingkungan hidup, atau atauran-aturan lain. Korupsi juga

mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur dan

menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah.

3) Bidang Kesejahteraan Negara

Korupsi politis ada dibanyak Negara, dan memberikan ancaman besar

bagi warga negaranya. Korupsi politis berarti kebijaksanaan

pemerintah sering menguntungkan pemberi sogok, bukannya rakyat

luas. Satu contoh lagi adalah bagaimana politikus membuat peraturan


7

yang melindungi perusahaan besar, namun merugikan perusahaan-

perusahaan kecil. Politikus-politikus “pro-bisnis” ini hanya

mengembalikan pertolongan kepada perusahaan besar yang

memberikan sumbangan besar kepada kampanye pemilu mereka.

C. Upaya Pencegahan Korupsi

Sebagai warga negara yang bertanggungjawab dan peduli dengan

bangsa dan negara memiliki kewajiban untuk mencegah, mengurangi dan

membunuh tindakan korupsi, agar bangsa dan negara ini bersih dari tindakan

korupsi. Pasal 13 Undang-Undang Dasar No 30 tahun 2002 menjelaskan

penyelenggaran program pendidikan antikorupsi pada setiap jenjang

pendidikan. Lisdiana dan Saputro (2014:147) menyatakan bahwa upaya

mengatasi korupsi Upaya pemberantasan korupsi terdiri dari tiga unsur

pembentuk yaitu:

1) Pencegahan (preventif).

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan dengan diarahkan pada hal-hal

yang menjadi menyebab timbulnya korupsi. Setiap menyebab yang

terindikasi harus dibuat upaya preventifnya, sehingga dapat meminimalkan

penyebab korupsi. Disamping itu perlu dibuat upaya yang dapat

meminimalkan peluang untuk melakukan korupsi dan upaya ini

melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaannya agar dapat berhasil dan

mampu mencegah adanya korupsi.


8

2) Penindakan (reprseif).

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan

untuk memberikan sanksi hukum yang terlibat dalam korupsi. Dengan

dasar pemikiran ini proses penanganan korupsi sejak dari tahap

penyelidikan, penyidikan dan tuntutan sampai dengan peradilan perlu

dikaji untuk dapat disempurnakan disegala aspeknya, sehingga proses

penanganan tersebut dapat dilakukan secara cepat dan tepat. Namun

implementasinya harus dilakukan secara terintegrasi.

3) Peran serta masyarakat.

Strategi ini harus dibuat dan dilaksanakan terutama dengan diarahkan agar

apabila suatu perbuatan korupsi terlanjur terjadi, maka perbuatan tersebut

akan dapat diketahui dalam waktu yang sesingkat-singkatnya dan

seakurat-akuratnya, sehingga dapat ditindak lanjunti dengan tepat. Dengan

dasar pemikiran ini banyak sistem yang harus dibenahi, sehingga sistem-

sistem tersebut akan dapat berfungsi sebagai aturan yang cukup tepat

memberikan sinyal apabila terjadi suatu perbuatan korupsi. Hal ini sangat

membutuhkan adanya berbagai disiplin ilmu baik itu ilmu hukum,

ekonomi maupun ilmu politik dan sosial.

Secara umum upaya dan pencegahan dari korupsi itu sendiri adalah

sebagai berikut :

1) Membentuk lembaga independen yang khusus menangani korupsi

2) Mewajibkan pejabat public melaporkan dan mengumumkan jumlah

kekayaan yang dimiliki baik sebelum dan sesudah menjabat. Masyarakat


9

ikut memantau tingkat kewajaran peningkatan jumlah kekayaan setelah

selesai menjabat. Kesulitan timbul ketika kekayaan yang didapatkan

dengan melakukan korupsi dialihkan kepemilikannya ke orang lain

3) Memberi hak kepada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap

informasi. Perlu dibangun system dimana masyarakat (termasuk media)

diberikan hak meminta segalain formasi sehubungan dengan kebijakan

pemerintah yangberkaitan dengan hajat hidup orang banyak.

4) Pemberantasan tindak pidana korupsi harus dimulai dari diri sendiri dari

hal-hal yang kecil dan mulai hari ini agar setiap daerah terbebas dari

korupsi

5) Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau kegiatan

pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah dilakukan.

Melalui pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi atau program yang

sukses dan gagal. Program yang sukses sebaiknya silanjutkan, sementara

yang gagal dicari penyebabnya.

D. Penegakan Hukum Terhadap Kasus Korupsi

Berdasarkan ketentuan UU Nomor 31 Tahun 1999, jenis-jenis tindak

pidana yang dapat dilaksanakan hakim terhadap terdakwa tindak pidana

korupsi adalah sebagai berikut:

1) Pidana mati

Pasal 2 ayat (2) yang dilakukan dalam “keadaan tertentu” adalah

pemberatan pelaku pidana korupsi jika dilakukan saat negara sedang dalam

keadaan bahaya sesuai dengan peraturan yang berlaku, seperti teradinya


10

bencana alam nasional, sebagaipengulangan tindak pidana korupsi, atau

pada saat negara dalam keadaan krisis ekonomi (moneter).

2) Pidana penjara

a) Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4

(empat) hingga 20 (dua puluh) dan denda bagi orang-orang yang

melawan hukum, melakukan perbuatan yang memperkaya diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi sehingga dapat

merugikan keuangan Negara dan perekonomian Negara. (Pasal 2

ayat (1)).

b) Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1

(satu) tahun dan/atau denda bagi orang yang menguntungkan diri

sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, kewenangan,

kesempatan, atau sarana yang disalah gunakan padanya karena

jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara.

(Pasal 3).

c) Pidana penjara paling singkat 1(satu) tahun sampai 5 (lima) tahun

atau denda bagi orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 209. (Pasal 5)

d) Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun sampai 15 (tlima belas)

tahun atau denda bagi orang yang melakukan tindak pidana

sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 210 Kitab UU Hukum

Pidana. (Pasal 6)
11

e) Pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun sampai 7 (tujuh) tahun

atau denda bagi orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana

yang dimaksud dalam Pasal 387 atau Pasal 388 Kitab UU Hukum

Pidana. (Pasal 7)

f) Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun sampai 5 (lima) tahun

atau denda bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 415 Kitab UU Hukum Pidana.

(Pasal 8).

g) Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun sampai 5 (lima) tahun

atau denda bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 416 Kitab UU Hukum Pidana.

(Pasal 9).

h) Pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun sampai 7 (tujuh) tahun

atau denda bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 427 Kitab UU Hukum Pidana.

(Pasal 10).

i) Pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun sampai 5 (lima) tahun

dan denda bagi setiap orang yang melakukan tindak pidana

sebagaimana dimaksud dalam pasal 418 Kitab UU Hukum Pidana.

(Pasal 11).

j) Pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun sampai 20 (dua

puluh) tahun dan denda bagi orang yang melakukan tindak pidana
12

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423,

Pasal 425, Pasal 435 Kitab UU Hukum Pidana. (Pasal 12)

k) Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun sampai 12 (dua belas)

tahun dan denda bagi orang yang sengaja mencegah atau

menggagalkan secara langsung maupun tidak penyelidikan,

penuntutan dan pemeriksaan disidang pengadilan, penuntutan

pemeriksaan terhadap tersangka atau terdakwa ataupun para saksi

dalam perkara korupsi. (Pasal 21)

l) Pidana penjara selama 3 (tiga) tahun dan/atau denda untuk saksi

dimaksud Pasal 31

3) Pidana tambahan

a) Mengambil paksa barang bergerak dalam wujud/bergerak atau yang

tidak berwujud yang dipakai pelaku, dan segala kepemilikan usaha

milik terpidanatempat yang dilakukan.

b) Pembayaran jumlah uang yang harus dibayar sama dengan harta yang

didapat dari korupsi.

c) Penutupan perusahaan untuk waktu paling lama 12 bulan.

d) Pencabutan atau penghapusan seluruh/sebagian keuntungan tertentu,

setelah ditentukan oleh pemerintah kepada pelaku.

e) Jika belum melunasi uang ganti oleh terpidana paling lama waktu 30

hari setelah putusan pengadilan maka seluruh harta disita dan dilelang

untuk mengganti uang tersebut.


13

4) Gugatan perdata kepada ahli warisnya

Jika saat melakukan pemeriksaan di pengadilan terdakwa

meninggal dunia, pada saat terbukti pelaku melakukan korupsi, maka

penuntut umum segera menyerahkan tuntutan kepada Jaksa Pengacara atau

diserahkan kepada ahli warisnya.

5) Pelanggaran yang dilakukan atas nama suatu korporasi.

Pidana pokok yang akan diberi hukuman denda dengan ketentuan

maksimal 1/3(sepertiga). Penjatuhan pidana ini melalui proceduralketentuan

Pasal 20 (Ayat 1-6)UUNomor 31 Tahun 1999, sebagai berikut :

a) Korupsi dilakukan okeh suatu korporsi, maka penjatuhan hukuman dapat

dilaksanakan di korporasi dan pengurusnya.

b) Korupsi di dalam koporasi dilaksanakan oleh orang-orang baik dalam

hubungan kerja maupung hubungan lain dalam ruang lingkup korporasi

baik dilakukan sendiri atau bersama-sama.

c) Korporasi dapat diwakilkan kepada pengurusnya jika dalam hal tuntunan

pidana,kemudian pengurus dapat diberi kuasa kepada orang lain.

E. Contoh Kasus Korupsi Yang Terjadi di Indonesia

Adapun deretan kasus korupsi yang terjadi di Indonesia adalah sebagai


berikut:
1. Siti Fadilan Supari
Siti Fadilan Supari yang menjabat sebagai Menteri Kesehatan pada
2004-2009 dan 2010 sampai 2014 terjerat kasus pengadaan alat kesehatan
pada tahun 2005 serta telah menerima gratifikasi.
14

2. Andi Mallarangeng
Andi Mallarangeng sebagai menteri Pemuda dan Olahraga pada
periode 2009 - 2012 telah terjerat korupsi proyek pembangunan lanjutan
pusat pendidikan dan Sekolah Olahraga atau P3SON hambalang.
3. Suryadarma Ali 
Suryadarma Ali menjabat Menteri Agama pada tahun 2009 sampai
2014 telah terjerat kasus korupsi mengenai penyelenggaraan dana haji
pada tahun 2010 sampai 2013.
4. Jero Wacik 
Jero Wacik yang menjabat sebagai Menteri ESDM pada tahun
2011 sampai 2014 telah terjerat kasus penyalahgunaan dana dan
operasional menteri serta telah menerima gratifikasi.
5. Idrus Mahram
Idrus Mahram yang merupakan Menteri Sosial pada periode
Januari sampai Agustus 2018 telah terjerat kasus suap proyek PLTU
Muluta Tamang Riau - 1 sehingga dijerat 2 tahun penjara serta denda
sebesar Rp50 juta.
6. Imam Nahrawi
Imam Nahrawi selaku Menteri Pemuda dan Olahraga pada periode
2014 sampai 2918 telah tersandung kasus Suap serta gratifikasi dari
sejumlah pejabat Kemenpora serta Komite Olahraga Nasional atau KONI.
7. Edhy Prabowo
Edhy Prabowo merupakan Menteri Kelautan dan Perikanan pada
Kabinet Indonesia Maju telah tersandung kasus dugaan suap terkait
perizinan tambak, usaha dan atau pengelolaan perikanan atau komoditas
perairan jenis lainnya pada tahun 2020 saat ini berstatus sebagai tersangka.
8. Juliari P Batubara
Juliari P Batubara yang juga masih satu kabinet dengan Edhy
Prabowo telah tersandung kasus pengadaan bantuan sosial Covid-19 untuk
wilayah Jabodetabek
15

9. Fayakhun Andriadi
KPK menetapkan anggota Komisi Pertahanan DPR Fayakhun
Andriadi menjadi tersangka kasus suap terkait proyek pengadaan drone
dan satelit monitoring di Badan Keamanan Laut (Bakamla) pada 14
Februari 2018. KPK menyangka politikus Golkar itu menerima suap
senilai Rp 12 miliar untuk mengawal anggaran proyek tersebut di DPR.
10. Amin Santono
Menerima hadiah atau janji terkait usulan dana perimbangan
keuangan daerah pada RAPBN Perubahan Tahun Anggaran 2018. KPK
mendakwa Amin dibantu orang kepercayaannya Eka Kamaludin,
mencari para kepala daerah yang ingin mengajukan tambahan anggaran
menggunakan usulan atau aspirasinya dengan kompensasi 7 persen dari
dana yang diterima daerah.
11. Eni Maulani Saragih
KPK menangkap Wakil Ketua Komisi Energi DPR Eni Maulani
Saragih pada 13 Juli 2018. KPK menyangka politikus Partai Golkar itu
menerima suap Rp 4,75 miliar dari pemilih Blackgold Natural Resources
Ltd Johannes Budisutrisno Kotjo. Menurut KPK, Kotjo memberikan
uang itu supaya Eni membantunya memfasilitasi pertemuan dengan salah
satunya, Direktur Utama PLN Sofyan Basir.
12. Lutfi Hasan Ishaaq
Anggota DPR sekaligus Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS),
Lutfi Hasan Ishaaq terjerat kasus korupsi suap terkait pemberian
rekomendasi kuota impor daging kepada Kementerian Pertanian.
13. Anas Urbaningrum
Mantan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum terlibat
kasus korupsi proyek Hambalang. Ia diduga telah menerima pemberian
hadiah terkait proyek Hambalang saat masih menjadi anggota DPR RI.
Sebelum menjabat sebagai Ketua Umum Partai Demokrat, Anas
merupakan Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI.
16

14. Setya Novanto


Mantan Ketua DPR RI, Setya Novanto terjerat kasus tindak pidana
korupsi proyek pengadaan kartu tanda penduduk berbasis elektronik (e-
KTP). Ia diduga telah memperkaya diri sendiri sebanyak 7,3 juta dollar AS
atau sekitar Rp71 miliar tahun 2010 dari proyek pengadaan e-KTP.
15. Romahurmuziy
Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Rmahurmuziy
dijerat KPK dalam kasus tindak pidana korupsi terkait kasus suap jual-beli
jabatan dan menerima uang sebesar Rp300 juta dari kedua pejabat
Kementerian Agama (Kemenag) di Jawa Timur.
16.  Wahyu Setiawan
KPK menetapkan Komisioner Komisi Pemilihan Umum Wahyu
Setiawan sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait penetapan anggota
DPR terpilih periode 2019-2024.
17. Wenny Bukamo
KPK menetapkan Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo sebagai
tersangka kasus dugaan suap terkait pengadaan barang/jasa di Pemkab
Banggai Laut. 
18. Saiful Ilah
Di awal tahun 2020, KPK menangkap Bupati Sidoarjo Saiful Ilah
pada Januari 2020. Saiful Ilah diduga menerima suap senilai total Rp
550.000.000 dari pihak swasta terkait proyek infrastruktur di Kabupaten
Sidoarjo.
19. Ismunandar (Bupati Kutai Timur)
Ditangkap diduga terkait tindak pidana korupsi pengadaan barang
dan jasa di lingkungan Pemerintah Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan
Timur.
20. Khamami (Bupati Mesuji, Lampung)
Suap pembangunan proyek infrastruktur di Kabupaten Mesuji,
Lampung, tahun anggaran 2018.
17

21. Mustafa (Mantan Bupati Lampung )


Suap kepada anggota DPRD Lampung Tengah terkait pinjaman
daerah tahun anggaran 2018.
22. Samin Tan (Pemilik PT Borneo Lumbung Energy Metal (BORN))
Menyuap mantan Wakil Ketua Komisi VII DPR Eni Maulani
Saragih sebesar Rp5 miliar. Suap diberikan agar Eni mempengaruhi
Kementerian ESDM untuk menyelesaikan persoalan terminasi kontrak
PKP2B PT AKT yang sebelumnya telah diakuisisi PT BORN.
23. Supian Hadi
KPK resmi menetapkan Bupati Kotawaringin Timur Supian
Hadi sebagai tersangka atas kasus korupsi penerbitan Izin Usaha
Pertambanga (IUP)
24. Irvan Rivano Muchtar
KPK menangkap Bupati Cianjur Irvan Rivano Muchtar diduga
meminta, menerima, atau memotong dana alokasi khusus (DAK)
pendidikan Kabupaten Cianjur sekitar 14,5 persen dari total Rp 46,8
miliar.
25. Ahmad Marzuki (Bupati Jepara)
Menyuap hakim pada Pengadilan Negeri Semarang, Lasito sebesar
Rp 700 juta. Baca juga: Fakta-fakta Dugaan Suap Rp 700 Juta Bupati
Jepara kepada Hakim LAS Diduga uang itu untuk memengaruhi putusan
gugatan praperadilan yang diajukan Ahmad atas penetapan dirinya sebagai
tersangka oleh Kejaksaan Tinggi Jawa Tengah di PN Semarang.
26. Sunjaya Purwadisastra (Bupati Cirebon)
Sunjaya menjadi tersangka karena diduga menerima hadiah atau
janji terkait mutasi jabatan, proyek, dan perizinan di Kabupaten Cirebon.
27. Neneng Hassanah Yasin (Bupati Bekasi)
Neneng bersama empat pejabat dinas di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Bekasi menjadi tersangka karena diduga dijanjikan menerima
suap sekitar Rp 13 miliar dari pengembang Lippo Group
18

28. Setiyono (Wali Kota Pasuruan)


Wali Kota Setiyono terjaring dalam OTT KPK pada Kamis
(4/10/2018). Ia ditetapkan sebagai tersangka karena diduga menerima suap
dari pengusaha Muhammad Baqir. Dugaan suap itu terkait proyek belanja
modal gedung dan bangunan pengembangan pusat layanan usaha terpadu
pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Pemkot Pasuruan.
29. Irwandi Yusuf (Gubernur Aceh)
Irwandi terindikasi menerima suap dari Ahmadi sebesar Rp 500
juta bagian dari Rp 1,5 miliar terkait fee ijon proyek-proyek pembangunan
infrastruktur yang bersumber dari Dana Otonomi Khusus Aceh Tahun
2018. Dalam pengembangan kasusnya, Irwandi juga terjerat dalam kasus
dugaan penerimaan gratifikasi terkait pembangunan Dermaga Sabang
yang dibiayai oleh APBN 2006-2011.
30. Agus Feisal Hidayat (Bupati Buton Selatan)
Tim penindakan KPK melakukan OTT di Kabupaten Buton
Selatan, Sulawesi Tenggara, Rabu (23/5/2018). Dalam OTT itu, KPK
mengamankan Bupati Agus Feisal Hidayat. Dalam kasus ini ia diduga
menerima gratifikasi sebesar Rp 409 juta dari kontraktor terkait proyek-
proyek pekerjaan di Pemerintah Kabupaten Buton Selatan.
19

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Namun sampai saat ini masih banyak kasus korupsi hasilnya dirasakan

belum optimal sesuai tuntutan masyarakat, hal ini disebabkan karena dalam

upaya penegakan hukum menghadapi berbagai kendala yang menjadi faktor

penghambat penegakan hukum penanggulangan tindak pidana

korupsi.Berbagai kendala yang menjadi faktor penegakan hukum tindakpidana

korupsi terkait dengan masalah penerapan undang-undang, factor aparat

penegak hukum, sarana dan prasarana,serta peran serta masyarakat.

Diantara faktor-faktor tersebut, faktor aparat penegak hukum (jaksa)

memegang peranan penting dalam penegakan hukum. Namun demikian,

kendalanya adalah diperhadapkan pada kualitas dan integritas para penegak

hukum (kejaksaan) yang masih rendah. Hal inilah yang mengakibatkan

penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi selama ini belum

memuaskan sebagaimana yang diharapkan dan dituntut oleh masyarakat

B. Saran

Sikap untuk menghindari anti korupsi menjadi dasar yang penting

dalam pencegahan korupsi. Dan kemudian lembaga-lembaga Negara yang

mempunyai kuasa atas kasus korupsi agar lebih tegas terhadap kasus-kasus

terpidana korupsi. Undang-undang yang adapun dapat dipergunakan dengan

sebaik-baiknya agar korupsi tidak lagi menjadi budaya di negara ini.


DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang


Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi
Wijayanti, Daru. (2016). Revolusi Mental: Menumbuhkan Jiwa Antikorupsi.
Indoliterasi. Yogyakarta.
Agus Wibowo. 2013. Pendidikan Antikorupsi di Sekolah Strategi Internalisasi
Pendidikan Antikorupsi di Sekolah. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Chaerudin,.dkk 2008. Strategi Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi, Bandung: Adi Tama. Hal.2
Evi Hartanti,2005, Tindak Pidana Korupsi , Sinar Grafika, Jakarta.
Wibowo, Agus. Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah: Strategi Internalisasi
Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah. 2013. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Lisdiana dan Saputro (2014:147) menyatakan bahwa upaya mengatasi korupsi

Anda mungkin juga menyukai