Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN PEMBERIAN TABLET FE DAN STATUS GIZI


DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL
TRIMESTER III DI PUSKESMAS LAMBANDIA
KABUPATEN KOLAKA TIMUR

NURSANI
NIM : Pbd21.059

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PELITA IBU


PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN
KENDARI
TAHUN 2021/2022
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Umum Tentang Anemia pada Kehamilan

1. Definisi Anemia dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah kelainan pada ibu hamil dengan

kadar hemoglobin < 11g/dl pada trimester I dan III atau < 10,5g/dl pada

trimester II. Penyebab paling sering pada anemia dalam kehamilan adalah

defisiensi besi, perdarahan akut, dan defisiensi asam folat (Ilham, Marsis,

2017).1

2. Penyebab Anemia dalam Kehamilan

Penyebab anemia umumnya adalah:

a. Kurang Gizi (Malnutrisi)

b. Kurang Zat Besi dalam Diet

c. Mal Absorpsi

d. Kehilangan darah dalam persalinan yang lalu, haid, dan lain – lain.

e. Penyakit – Penyakit kronik: TBC, Paru, Cacing usus, Malaria, dan lain-

lain. (Sofian, Amru, 2012)2

Dalam kehamilan, jumlah darah bertambah (Hiperemia/Hipervolumia)

karena itu terjadi pengenceran darah karena sel–sel darah tidak sebanding
1
Ilham, Marsis. 2017. Anemia Gizi pada Ibu Hamil. Jogjakarta: Bina Pustaka

2
Sofian, Amru. 2012. Sinobsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC
pertambahannya dengan plasma darah. Perbandingan pertambahan tersebut

adalah :

a. Plasma darah bertambah: 30%

b. Sel-sel darah bertambah: 18%

c. Hemoglobin bertambah: 19%

Secara fisiologis, pengenceran darah ini ialah untuk membantu

meringankan kerja jantung.

3. Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, Persalinan, dan Nifas:

a. Keguguran

b. Partus Prematurus

c. Inersia Uteri dan Partus Lama, Ibuh lemah.

d. Atonia Uteri yang menyebabkan perdarahan

e. Syok

f. Afibrinogenemia dan Hipobfibrinogemia

g. Infeksi Intrapartum dan dalam nifas

h. Bila terjadi anemia gravis (Hb di bawah 4 gr%) terjadi payah jantung,

yang bukan saja menyulitkan kehamilan dan persalinan, bahkan bisa fatal.

4. Pengaruh Anemia terhadap Hasil Konsepsi

Hasil konsepsi (janin, plasenta, darah) membutuhkan zat besi dalam

jumlah besar untuk pembuatan darah merah dan pertumbuhannya yaitu

sebanyak berat besi. Jumlah ini 1/10 dari seluruh zat besi dalam tubuh.
Selama masih mempunyai persedian zat besi, Hb tidak akan turun dan

bila persedian ini habis, Hb menurun. Ini terjadi pada bulan ke 5-6 kehamilan,

pada waktu janin membutuhkan banyak zat besi. Bilah terjadi anemia,

pengaruhnya terhadap hasil konsepsi ialah :

a. Kematian mudigah (keguguran),

b. Kematian janin dalam kandungan,

c. Kematian janin waktu lahir(stillbirth),

d. Kematian perinatal,

e. Prematuritas,

f. Dapat terjadi cacat bawahan,

g. Cadangan zat besi kurang.

5. Diagnosis anemia pada kehamilan

Diagnosis anemia pada kehamilan yang berat tidak sulit ditandai

dengan defisiensi besi, yakni mikrositosis dan hipokromaksia. Anemia yang

ringan tidak selalu menunjukkan ciri tersebut. Bahkan banyak yang bersifat

normositer dan normokrom. Hal itu karena defisiensi bensi berdampingan

dengan defisiensi asam folik. Yang terakhir menyebabkan anemia

megaloblastik yang sifatnya makrositer dan hiperkrom. Anemia ganda disebut

anemia dimorfis yang dapat, dibuktikan dengan kurva Price Jones.

Sifat khas yaitu: kadar zat besi serum rendah, daya ikat zat besi serum

tinggi, protoporfirin eritrosit tinggi, dan tidak ditemukan hemosidering

(stainable iron) dalam sumsum tulang.


Pengobatan percobaan (therapia ex juvantibus) dengan zat besi dapat

juga dipakai untuk membuktikan defisiensi besi: jikalau dengan pengobatan

jumlah retikulosit, kadar Hb, dan Besi serum naik sedang daya ikat zat besi

serum dan protopofirin eritrosit turun, maka anemia itu disebabkan

kekurangan zat besi.

6. Terapi

Apabila pada pemeriksaan kehamilan hanya Hb yang diperiksa dan Hb

itu <10 g/100 ml maka wanita dapat dianggap menderita anemia defisiensi

besi, baik yang murni maupun yang dimorfis, karena tersering anemia dalam

kehamilan ialah anemia defisiensi besi.

Pengobatan dapat dimulai dengan preparat besi per os. Biasanya

diberikan garam besi sebanyak 600-1000 gr/hari, seperti sulfas-ferosus atau

glukonas ferosus. Hb dapat dinaikkan sampai 100 gr/100 ml atau lebih asal

masih ada cukup waktu sampai janin lahir. Peranan vitamin C dalam

pengobatan dengan zat Besi masih diragukan oleh beberapa penyidik.

Mungkin vitamin C mempunyai khasiat mengubah ion ferri menjadi ion ferro

yang lebih mudah diserap oleh selaput usus.

Terapi parenteral baru digunakan apabila penderita tidak tahan akan

sat besi per os, ada gangguan penyerapan, penyakit saluran pencernaan, atau

apabila kehamilan sudah tua. Besi parenteral diberikan dalam bentuk ferri.

Secara intramuskulus dapat disuntikkan dextran besi (imferon) atau sorbitol


besi (jechtover). Hasilnya lebih cepat dicapai, hanya penderita mengalami

nyeri di tempat suntikan.

Juga secara intravena perlahan zat besi dapat diberikan seperti, ferrum

oksidum sakkaratum (Ferrigen, Ferrivenin, Proferrin, Vitis), sodium diferrat

(Ferronascin), dan desktran besi (Imferom). Imferon banyak diberikan dengan

infus dalam dosis total antara 1000-2000 mg unsur besi sekaligus, dengan

hasil yang sangat memuaskan (Prawirohardjo, Sarwono, 2005).3

7. Prinsip Diet pada Ibu Hamil dengan Anemia

Kebutuhan kehamilan perlu 20 mg/hari, kebutuhan zat besi ini dapat

dipenuhi dengan mengkonsumsi zat besi atau bahan makanan yang

mengandung zat besi. Oleh karena itu prinsip diet ibu hamil harus

memperhatikan :

a. Ibu hamil mengkonsumsi tablet besi sesuai anjuran selama kehamilan

yang dimulai pada trimester II dan III.

b. Diet sehari-hari harus mengandung zat besi seperti daging, ayam, ikan,

telur, kacang,-kacangan, sayuran hijau dan buah.

c. Konsumsi makanan yang mengandung vitamin C meningkatkan

penyerapan zat besi.

d. Menghindari the dan kopi pada saat makan.

3
Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
e. Menghindari makanan yang mengandung EDTA (Mentega, kerang

kalengan, bumbu salad), karena dapat mengurangi tersedianya zat besi

non-heme sebesar 50%.

f. Memasak menggunakan panic besi.

g. Hindari faktor diet lainnya yang membatasi zat besi seperti fitat, zat yang

terdapat pada gandum.

h. Konsumsi bahan makanan yang mengandung asam folat, dan vitamin

B12, karena anemia dapat terjadi karena kombinasi kekurangan asam folat

dan vitamin B12 (Fairus, Martini, 2012).4

B. Tinjauan Umum Pemberian Zat Besi (Tablet Fe) pada Ibu Hamil

1. Definisi Zat Besi

Zat besi merupakan mikroelemen esensial bagi tubuh. Zat ini

diperlukan untuk pembentukan darah yaitu sintesis hemoglobin (Hb) yaitu

suatu oksigen yang mengantarkan eritrosit berfungsi penting bagi tubuh

(Direktorat Gizi Masyarakat, 2001).5

Kekurangan zat besi selama kehamilan dapat menyebabkan anemia

gizi besi. Kebutuhan ibu hamil terhadap zat gizi mikro terutama zat besi (Fe)

4
Fairus, Martini. 2012. Buku Saku; Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
EGC

5
Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat Depkes, 2001.
meningkat selama kehamilan sebesar 200-300% yang digunakan untuk

pembentukan plasenta dan sel darah merah. Banyaknya jumlah yang

dibutuhkan tidak mungkin tercukui hanya melalui diet, sehingga suplementasi

zat besi (Fe) sangat diperlukan bahkan pada wanita dengan status gizi baik

(Arisman, 2010).6

Tablet besi (Fe) atau tablet tambah darah (TTD) merupakan suplemen

yang mengandung zat besi dan folat yang diberikan kepada ibu hamil untuk

mencegah anemia gizi besi selama masa kehamilan yang berfungsi sebagai

pembentuk hemoglobin (Hb) dalam darah (Kementerian Kesehatan, 2013).7

2. Kebutuhan zat Besi (Fe) dan Suplemen Zat Besi pada Masa Kehamilan

Zat besi pada masa kehamilan dibutuhkan untuk membentuk sel darah

merah, pertumbuhan dan metabolisme energi, serta meminimalkan peluang

terjadinya anemia. Kebutuhan zat besi pada masa kehamilan menjadi dua kali

lipat, yaitu dari 18 mg menjadi 30-60 mg per hari. Zat besi berperan dalam

membentuk hemoglobin dan protein di dalam sel darah merah yang membawa

oksigen ke jaringan tubuh lain, mencegah anemia, mencegah pendarahan saat

melahirkan, serta mencegah cacat pada janin. Zat besi bagi ibu hamil

6
Arisman, M. B. (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi-2.
Jakarta: EGC

7
Kemenkes RI. 2013. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2010. Jakarta:
Kemenkes RI
digunakan untuk pembentukan dan mempertahankan sel darah merah,

sehingga menjamin sirkulasi oksigen dan metabolism zat gizi lainnya. Asupan

zat besi yang baik selama kehamilan akan berperan untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin (Arisman, 2010).8

Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu 800 mg – 1040 mg. kebutuhan ini

diperlukan:

a. ± 300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.

b. ± 50-75 mg untuk pembentukan plasenta

c. ± 500 mg digunakan untuk meningkatkan masa haemoglobin maternal/sel

darah merah.

d. ± 200 mg lebih akan di ekskresikan lewat usus, urin, kulit.

e. ± 200 mg lenyap ketika melahirkan.

Perhitungan makan 3x sehari atau 1000-2500 kkal akan menghasilkan

sekitar 10-15 mg zat besi per hari, namun hanya 1-2 mg yang di absorbs. Jika

ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat besi dapat di

absorpsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat besi yang di absorpsi

adalah 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian

Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia kehamilan

atau kebutuhan zat besi tiap semester yaitu:

8
Arisman, M. B. (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi-2.
Jakarta: EGC
a. Trimester I: ± 1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40

mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.

b. Trimester II: ± 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah

kebutuhan sel darah merah 300 mg dan konceptus 115 mg.

c. Trimester III: ± 5 mg/hari, ditambah kebutuhan sel darah merah 150 mg

dan konceptus 223 mg.

Tablet besi (Fe) dapat diberikan dalam keadaan perut kosong (1 jam

sebelum makan) sehingga akan memberikan keluhan yang biasa terjadi di

saluran pencernaan berupa rasa tidak enak di ulu hati, mual, muntah, sulit

buang air besar (konstipasi), serta tinja menjadi hitam (Proverawati dan

Asfuah, 2009). Mengkosumsi zat besi bersama makanan dapat mengurangi

munculnya keluhan namun jumlah zat besi yang diserap tidak akan maksimal.

Menurut Almatsier dalam Susiloningtyas (2012), apabila terjadi konstipasi

setelah mengkonsumsi tablet Fe, ibu hamil dapat mengatasinya dengan

meningkatkan konsumsi air putih dan makanan yang mengandung serat.

Sedangkan untuk mengurangi terjadinya mual setelah mengkonsumsi tablet

Fe yaitu dengan mengurangi dosisnya menjadi 2x1/2 tablet per hari. Petugas

kesehatan juga menyarankan untuk mengkonsumsi tablet Fe di malam hari

sebelum tidur untuk menghindari keluhan mual setelah mengkonsumi tablet

Fe (Susiloningtyas, 2012).9

9
Susiloningtyas, I. 2012. Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan. Jurnal.
Majalah Ilmiah Sultan Agung. Volume 03. Jakarta
3. Program Pemerintah dalam Pencegahan Anemia dengan Pemberian Zat Besi

Setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90 tablet selama kehamilannya.

Tablet besi yang diberikan menhgandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan

asam folat 0,25 mg. program tersebut bertujuan mencegah dan menangani

masalah anemia pada ibu hamil. Adapun program tersebut departemen

kesehatan dalam mencegah anemia meliputi:

a. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin sebanyak 90 tablet untuk

meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet Fe untuk ibu hamil

sudah tersedia dan didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya

dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu, dan Bidan di

Desa. Dan secara teknis diberikan setiap bulan sebanyak 30 tablet.

b. Diterbitkannya buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun

1995, dan poster-poster mengenai tablet besi dibagikan.

c. Diterbitkan buku pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi

bagi Petugas tahun 1996 (Direktorat Gizi Masyarakat, 2001).10

C. Tinjauan Umum Status Gizi Ibu Hamil

1. Status Gizi Ibu Hamil

Status gizi ibu hamil adalah suatu keadaan keseimbangan dalam tubuh

ibu hamil sebagai akibat pemasukan konsumsi makanan dan penggunaan zat-

10
Direktorat Gizi Masyarakat. 2001. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat Depkes.
zat gizi yang digunakan oleh tubuh untuk kelangsungan hidup dalam

mempertahankan fungsi-fungsi organ tubuh. Status gizi ibu hamil dapat

diketahui dengan melakukan pengukuran lingkar lengan atas (LILA).

Pengukuran LILA cukup representatif, dimana ukuran LILA ibu hamil erat

dengan IMT ibu hamil yaitu semakin tinggi LILA ibu hamil diikuti pula

dengan semakin tinggi IMT ibu. (Hidayati, 2012)11

Status Gizi menggambarkan jumlah kecikupan makanan dan mutu gizi

yang di konsumsi ibu hamil selama kehamilan. Untuk mengetahui status gizi

ibu hamil maka dilakukan pengukuran, antara lain: mengukur lingkar lengan

atas (LiLa), memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur

hemoglobin (Hb).

a. Mengukur lingkar lengan atas (Lila)

Pengukuran LiLa adalah suatu cara untuk mengetahui resiko

kekurangan energy kronis (KEK) wanita usia subur (WUS) usia 14-45

tahun yang terdiri dari kelompok remaja , ibu hamil, ibu menyusui, dan

pasangan usia subur (PUS). Batas ambang LiLa WUS dengan resiko KEK

23,5 cm. Apabila batas LiLa < 23,5 cm atau dibagian merah pita LiLa,

maka ibu tersebut resiko KEK dan diperkirakan dapat melahirkan bayi

dengan berat lahir rendah (BBLR).

11
Hidayati. 2012. Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Pengukuran dengan pita LiLa dilakukan di bagian tengah antara

bahu dan siku lengan kiri. Lengan harus dalam posisi bebas dari baju, otot

lengan dalam keadaan tidak tegang atau keras.

1. Cara mengukur Lingkar Lengan Atas (Lila)

Lingkar lengan atas (LILA) adalah suatu cara untuk mengetahui resiko

kekurangan energi kronis atau kelebihan energi kronis pada wanita subur

usia 15-45 tahun atau ibu hamil. LILA merupakan salah satu pilihan untuk

menentukan status gizi ibu hamil, karena mudah dilakukan dan tidak

memerlukan alat-alat yang sulit diperoleh dengan harga yang lebih murah.

LILA digunakan untuk perkiraan tebal lemak dibawah kulit (D. Almatsier,

2011).12

Tujuan pengukuran LILA adalah mencakup masalah wanita usia subur

baik ibu hamil maupun sebelum hamil dan masyarakat umum. Adapun

tujuan tersebut yaitu :

a) Mengetahui resiko kelebihan energi kronis baik ibu hamil maupun

calon ibu untuk mengatasi bayi dengan obesitas.

b) Meningkatkan perhatian dan kesadaran masyarakat agar lebih

beperan dalam mencegah dan menanggulangi kelebihan energi

kronis pada ibu hamil.

12
Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.
Pustaka Utama
Lingkar lengan atas ibu hamil dibagi menjadi 3 kategori yaitu

kurang (<23,5 cm), normal (23,5 – 28,5 cm), lebih (28,5 cm).

Apabila LILA ibu hamil lebih dari 28,5 maka ibu hamil mengalami

obesitas (D. Almatsier, 2011).

Cara mengukur LILA menurut (D. Almatsier, 2011) :

a) Lengan kiri diistirahatkan dengan telapak tangan menhadap ke paha

(sikap tegak)

b) Cari pertengahan lengan atas dengan memposisikan siku

membentuk sudut 900. Kemudian ujung skala cliper (pita ukur)

yang bertulisan angka 0 diletakan di tulang yang menonjol di bagian

bahu.

c) Pertengahan lengan diberi tanda dengan spidol, lengan kemudian

diluruskan dengan telapak tangan menghadap ke paha.

d) Cliper dilingkarkan (tidak dilingkarkan terlalu erat dan tidak

longgar) pada bagian dan bagian trisep lengan dengan memasukan

ujung pita kedalam ujung yang lain: angka yang tertera pada cliper

(beberapa pita ukuran bertanda panah) menunjukan ukuran LILA.13

b. Pemantauan Pertambahan Berat Badan Selama Hamil

13
Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia.
Pustaka Utama
Pemantauan BB selama kehamilan bertujuan untuk memantau

pertumbuhan janin. Penilaian status gizi didasarkan pada pertambahan

berat badan ketika hamil. Pada Trimester I pertambahan berat badan

sebanyak 3,5-4 kgsetiap minggu. Trimester II pertambahan berat badan

tiap minggunya 0,5 kg. Selama kehamilan pertambahan BB sekitar 10-12

kg, dimana pada trimester 1 pertambahan kurang dari 1 kg, trimester II

sekitar 3 kg, trimester III sekitar 6 kg.

Pertambahan berat badan pada ibu hamil dapat juga berpatokan

pada Body Mass Index (BMI) yang dimiliki ibu sebelum hamil. Semakin

rendah BMI yang dimiliki ibu sebelum masa konsepsi maka semakin

tinggi kuantitas pertambahan berat badan yang diharapkan. Wanita dengan

BMI <20 dianjurkan menambah BB 12,5-18 kg selama kehamilan. Wanita

dengan BMI normal sebelum hamil (20-26) idealnya BB yang harus

dicapai adalah 11,5-16 kg. sebaliknya wanita yang masuk kategori

obesitas hanya dianjurkan mengalami kenaikan BB tidak lebih dari 6 kg

hingga akhir masa kehamilannya.

a. Pengukuran Kadar Hemoglobin

Pengukuran kadar Hb bertujuan untuk mengetahui apakah ibu hamil

menderita anemia atau tidak. Kebanyakan ibu hamil mengalami anemia

cukup tinggi karena adanya kenaikan volume darah selama kehamilan. Di

Indonesia umumnya anemia disebabkan karena kekurangan zat besi. Ibu


hamil dikatakan anemia jika kadar Hb dibawah 11 g/dl (Fairus Martini,

2012).14

2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Gizi Ibu Hamil

a. Kebiasaan dan Pandangan Wanita Terhadap Makanan

Ibu hamil biasanya lebih memperhatikan zat gizi untuk keluarganya

padahal ibu hamil harus lebih serius pada dirinya dalam penambahan zat

gizi demi pertumbuhan dan perkembangan janin.

b. Status Ekonomi

Ekonomi seseorang memengaruhi dalam pemilihan makanan yang

akan dikonsumsi sehari – harinya. Seorang dengan ekonomi yang tinggi

kemudian hamil maka kebutuhan gizi yang dibutuhkan tercukupi

ditambah lagi adanya pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpantau.

c. Pengetahuan Zat Gizi Pada Makanan

Pengetahuan yang dimiliki oleh seorang ibu akan memengaruhi

dalam pengambilan keputusan dan juga akan berpengaruh pada

perilakunya. Ibu dengan pengetahuan yang baik, kemungkinan akan

memberikan gizi yang cukup bagi bayinya.

d. Status Kesehatan

Status kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap nafsu

14
Fairus, Martini. 2012. Buku Saku; Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta:
EGC
makannya. Seorang ibu yang dalam keadaan sakit otomatis aan memiliki

nafsu makan yang berbeda dengan ibu yang dalam keadaan sehat.

e. Aktivitas

Seseorang dengan gerak yang aktif memerlukan energi yang lebih

besar daripada mereka yang hanya duduk diam. Setiap aktifitas

memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas yang

dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.

f. Berat Badan

Berat badan seorang ibu yang sedang hamil akan menentukan zat

makanan yang diberikan agar kehamilannya dapat berjalan lancar. Pada

trimester I harus ada penambahan berat badan meskipun ibu hamil dalam

kondisi mual dan muntah yang tidak karuan.

g. Umur

Semakin muda dan semakin tua umur seorang ibu yang sedang

hamil, akan berpengaruh terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Umur

muda perlu tambahan gizi yang banyak karena selain digunakan untuk

pertumbuhan dan perkembangan dirinya sendiri juga harus berbagi

dengan janin yang dikandung (Hidayati, 2012)15

15
Hidayati. 2012. Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia. Pustaka
Utama
Arisman, M. B. (2010). Buku Ajar Ilmu Gizi Dalam Daur Kehidupan. Edisi-2.
Jakarta: EGC
Direktorat Gizi Masyarakat. 2001. Jakarta: Direktorat Jendral Bina Kesehatan
Masyarakat Depkes.
Fairus, Martini. 2012. Buku Saku; Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
Hidayati. 2012. Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
Ilham, Marsis. 2017. Anemia Gizi pada Ibu Hamil. Jogjakaeta: Bina Pustaka
Kemenkes RI. 2010. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kemenkes RI
Sofian, Amru. 2012. Sinobsis Obstetri Jilid 1. Jakarta: EGC
Sulistyoningsih, Hariyani. 2011. Gizi: Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta:
Penerbit Graha
Susiloningtyas, I. 2012. Pemberian Zat Besi (Fe) dalam Kehamilan. Jurnal. Majalah
Ilmiah Sultan Agung. Volume 03. Jakarta
Prawirohardjo, Sarwono (2005). Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta: PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai