Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN

ANEMIA PADA KEHAMILAN


ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN
Disusun guna memenuhi Tugas Praktik Kerja Lapangan

Disusun Oleh :
Khania Wahyu Maulidah
NIM.P17311203016

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN MALANG
TAHUN 2024
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Pendahuluan
Anemia Pada Kehamilan
Asuhan Kebidanan Kehamilan

Disusun oleh :
Mahasiswa

Khania Wahyu Maulidah


NIM.P17311203016

Pembimbing Institusi

Sheilla Tania M, S.Keb.,Bd.,M.Kes


NIP. 919910309202008201

ii
1. Pengertian
Anemia merupakan suatu keadaan adanya penurunan kadar hemoglobin,
hematokrin dan jumlah eritrosit dibawah nilai normal. Pada penderitan anemia, lebih
sering disebut kurang darah, kadar sel darah merah (hemoglobin/Hb) dibawah nilai
normal. Penyebabnya bisa karena kurangnya zat besi untuk pembentukan darah merah,
misalnya zat besi, asam folat, dan vitamin B12. Tetapi yang sering terjadi adalah anemia
karena kekurangan zat besi.(Prawirohardjo, 2014)
Anemia pada kehamilan didefinisikan sebagai kadar Hb <11 g pada trimester
pertama dan ketiga, serta Hb<10,5 g/dl pada trimester kedua. Perubahan pisiologi pada
kehamilan terjadi ekspansi volume plasma relatif lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan jumlah sel darah merah. Volume plasma naik sebanyak 40-45%, disproporsi
ini paling besar saat trimester kedua. Pada trimester ketiga, volume plasma menurun dan
masa hemoglobin meningkat. Diperkirakan selama kehamilan volume plasma meningkat
tiga kali lebih banyak dibandingkan peningkatan eritrosit. Anemia pada kehamilan
mempengaruhi vaskularisasi plasenta. Angiogenesis, yang terjadi pada masa awal
kehamilan menjadi tidak optimal. (Asrina Dkk, 2013)
2. Etiologi
Menurut Mochtar (2008) penyeban anemia pada umunya adalah :
a. Perdarahan
b. Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.
c. Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
d. Kelainan darah
e. Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
f. Malabsorpsi
Penyebab anemia pada kehamilan :
1) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
2) Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
3) Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
4) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe)
5) Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
3. Patofisiologis
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena dalam kehamilan keperluan akan
zat-zat makanan bertambah dari terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan
sumsum tulang. Dalam kehamilan terjadi peningkatan jumlah darah dimana jumlah sel-

1
sel darah lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah plasma (hidremia), yaitu plasma
bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Hal itu bisa
menyebabkan terjadinya pengenceran darah (hemodelusi) yang disertai anemia fisiologi
(Indah Permata Sari et al., 2022).
Semakin meningkatnya umur kehamilan, kebutuhan akan zat besi dan asam folat
untuk ibu dan janin juga akan meningkat. Terlebih pada trimester akhir yang jika tidak
dipenuhi dari tambahan dari luar akan meningkatkan resiko tinggi terjadinya anemia pada
ibu (Yuli Astutik & Ertiana, 2018).
4. Manifestasi Klinis
a. Ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing
b. Mata berkunang-kunang
c. Malaise
d. Lidah luka
e. Nafsu makan turun( anoreksia)
f. Konsentrasi hilang
g. Nafas pendek ( pada anemia parah)
h. Keluhan mual muntah pada hamil muda
i. Palpitasi (Indah Permata Sari et al., 2022).
5. Klasifikasi
a. Anemia defisiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang paling sering dijumpai ialah anemia akibat
kekurangan besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur
besi dengan makanan, karena gangguan resorpsi, gangguan penggunaan, atau karena
terlalu banyaknya besi ke luar dari badan, misalnya pada pendarahan. Keperluan
akan besi bertambah dalam kehamilan , terutama pada trisemester terakhir. Apabila
masuknya besi tidak bertambah dalam kehamilan, maka mudah terjadi anemia
defisiensi besi, lebih-lebih pada kehamilan kembar (Fifi Wulandari et al., 2021).
Prognosis anemia defisiensi besi dalam kehamilan umumnya baik bagi ibu
dan anak. Persalinan dapat berlangsung seperti biasa tanpa perdarahan banyak atau
komplikasin lain. Anemia berta yang tidak diobati dalam kehamilan muda dapat
menyebabkan abortus, dan dalam kehamilan tua dapat menyebabkan partus lama,
perdarahan post partum, dan infeksi (Soekmawaty, 2022).

2
b. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik dalam kehamilan disebabkan karena difisiensi asam
folat ( pteroylglutamic acid, jarang sekali karena difiesiensi vitamin B12
( cynocobalamin). Diagnosis anemia megaloblastik dibuat apabila ditemukan
megaloblas atau promegaloblas dalam darah atau sumsum tulang. Defisiensi asam
folik sering berdampingan dengan defisiensi besi dalam kehamilan. Anemia
megaloblastik dalam kehamilan pada umumnya berat sehingga tranfusi darah
kadang-kadang diperlukan apabila tidak cukup waktu karena kehamilan dekat aterm,
atau apabila pengobatan dengan pelbagai obat penambah darah tidak berhasil
(Priyanti et al., 2020).
c. Anemia Hipoblastik
Anemia pada wanita hamil yang disebabkan karena gangguan sumsum tulang
kurang mampu membuat sel – sel darah baru, dinamakan anemia hipoplastik dalam
kehamilan. Darah tepi menunjukan gambaran normositer dan normokrom, tidak
ditemukan ciri – ciri defisiensi besi, asam folat, atau vitamin B12. Etiologi anemia
hipoplastik karena kehamilan hingga kini belum diketahui dengan pasti, kecuali
yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun atau obat obatan
(Yuli Astutik & Ertiana, 2018)
.
Salah satu pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita anemia
hipoblastik adalah dengan pemberian tranfusi darah yang perlu diulang sampai
beberapa kali. Anemia hipoblastik berat yang tidak diobati mempunyai prognosis
buruk, baik bagi ibu maupun bagi anak. Dalam pemberian obat-obat pada bumil
selalu harus dipikirkan pengaruh samping obat-obat itu. Khususnya obat-obat yang
mempunyai pengaruh hemotoksik (Priyanti et al., 2020).
d. Anemia hemolitik
Anemia hemolitik disebakan karena pengghancuran sel darah merah
berlangsung lebih cepat dari pembuatannya. Wanita dengan anemia hemolitik sukar
menjadi hamil, apabila hamil maka anemianya akan menjadi lebih berat. Sebaliknya
mungkin pula bahwa kehamilan menyebabkan krisis henolitik pada wanita yang
sebelumnya tidak menderita anemia (Kurnia & Yonathan, 2019).
6. Penatalaksaan
a. Terapi oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagian
besar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu polisakarida.

3
Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan.
Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus
untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis
yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan
pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi
berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan
biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu
hamil daripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat
daripada wanita normal. Pengobatan yang lain:
1) Asam folik 15 – 30 mg per hari
2) Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
3) Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
4) Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat
diberikan transfusi darah (Priyanti et al., 2020).
b. Terapi parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan
penyerapan penyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua. Terapi
parenteral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan
dextran besi (imferon) atau sorbitol besi (Jectofer) (Soekmawaty, 2022).
c. Terapi non medika mentosa
Konsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi: hati, daging merah,
sayuran hijau. Selain itu meningkatkan konsumsi penyerapan besi: buah-buahan dan
sayuran (vitamin c) Menghindari atau menghambat penyerapan besi seperti kopi dan
teh, Pemberian tablet vitamin C (Fifi Wulandari et al., 2021).

4
DAFTAR PUSTAKA
Fifi Wulandari, A., Sutrisminah, E., & Susiloningtyas, I. (2021). Dampak Anemia Defisiensi Besi pada
Ibu Hamil . Jurnal Ilmiah Pannmed , 16(3), 892–898.
http://repository.urecol.org/index.php/proceeding/article/view/1093
Indah Permata Sari, S., Roitu harahap, J., & Helina, S. (2022). ANEMIA KEHAMILAN.
Irianto Koes. 2015. Kesehatan Reproduksi. Bandung :Alfabeta
Kurnia, B., & Yonathan, T. T. (2019). Anemia Hemolitik Autoimun pada Anak.
Manuaba gde. 2012. Ilmu Kebidanan Penyakit kandungan dan Kb. JakartaEGC
Priyanti, S., Irawati, D., & Dwi Syalfina, A. (2020). Anemia dalam kehamilan (E. Diah
Kartiningrum, Ed.). Stikes Majapahit .
Prawirohardjo, Sarwono. 2014. IlmuKebidanan. Jakarta : EGC
Soekmawaty, D. (2022). Anemia pada ibu hamil berdasarkan umur, pengetahuan, dan status
gizi . Journal of Midwefery, 10(2), 97–104.
Yuli Astutik, R., & Ertiana, D. (2018). Anemia Dalam Kehamilan . In T. Novitasari & F.
Oktavia (Eds.), Pustaka Abadi. Pustaka Abadi .

Anda mungkin juga menyukai