Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Anemia Masa Kehamilan


1. Definisi Anemia
Anemia yaitu kadar Hb dalam darah kurang dari normal yang
berdampak pada daya tahan tubuh, kebugaran tubuh, kemampuan dan
konsentrasi belajar, tumbuh kembang menjadi terhambat, dan dapat
membahayakan kehamilannya (Kemenkes RI, 2010). Anemia adalah suatu
keadaan saat jumlah eritrosit atau konsentrasi Hb tidak mencukupi seluruh
kebutuhan fisiologis tubuh (Kemenkes RI, 2013).
Anemia kehamilan adalah suatu keadaan dimana kadar Hb < 11
gr/dl pada trimester I dan III atau kadar Hb < 10,5 gr/dl pada trimester II
(Aritonang, 2015).

2. Klasifikasi Anemia Kehamilan


Menurut Manuaba dkk., (2010), klasifikasi anemia dalam kehamilan
sebagai berikut :
a. ≥ 11 gr/dl : normal
b. 9-10 gr/dl : anemia ringan
c. 7-8 g/dl : anemia sedang
d. < 7 gr/dl : anemia berat
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Prawirohardjo (2010)
antara lain :
a. Defisiensi Besi
Ketidakadekuatan asupan zat besi dibandingkan kebutuhan
pertumbuhan janin yang cepat meningkatkan risiko terjadinya anemia
defisiensi zat besi pada masa kehamilan. Pengalihan besi maternal ke
janin untuk eritropoienis menyebabkan kehilangan zat besi. Sebagian
perempuan memiliki simpanan besi yang rendah di awal kehamilannya
yang berakibat pada defisiensi zat besi karena kebutuhan tambahan ini.

8
9

b. Defisiensi Asam Folat


Transfer asam folat dari ibu ke janin menyebabkan dilepasnya
cadangan folat maternal sehingga kebutuhan asam folat pada masa
kehamilan ini meningkat 5-10 kali lipat. Kehamilan ganda, diit yang
buruk, infeksi, dan adanya anemia hemolitik dapat meningkatkan
kebutuhan asam folat yang lebih besar. Tingginya kadar estrogen dan
progesteron selama masa kehamilan dapat menyebabkan absorbsi folat
menjadi terhambat. Penyebab utama anemia megaloblastik pada
kehamilan yaitu defisit asam folat dan defisiensi asam folat ini sangat
umum terjadi pada masa kehamilan. Anemia defiensi folat ialah anemia
terbanyak kedua setelah anemia defisiensi zat besi. Penyebab anemia
defiensi folat yaitu gangguan sintesis DNA dan ditandai adanya sel-sel
megaloblastik yang khas.
c. Anemia Aplastik
Pada beberapa kasus eksaserbasi terjadi karena anemia aplastik
yang telah ada sebelumnya saat masa kehamilan dan hanya membaik
setelah selesai masa kehamilan. Aplasia terjadi selama masa kehamilan
dan dapat kambuh pada kehamilan berikutnya. Berakhirnya masa
kehamilan atau persalinan dapat memperbaiki fungsi sumsum tulang
tetapi dengan terminasi kehamilan yang efektif, imunosupresi, terapi
suportif, atau transplantasi sumsum tulang setelah persalinan.
d. Anemia Sel Sabit
Ibu hamil yang menderita anemia sel sabit biasanya disertai
dengan meningkatnya kejadian infark pulmonal, pielonefritis,
pneumonia, perdarahan antepartum, prematuritas, dan abortus. Bayi yang
lahir dari ibu dengan anemia sel sabit umumnya bayi dengan berat
kurang dan kematian janin sangat tinggi. Menurunnya angka kematian
ibu dengan anemia sel sabit pada masa kini dari sekitar 33% menjadi
1,5% karena perbaikan pada pelayanan prenatal.
10

3. Penyebab Anemia
Menurut Prawirohardjo (2010), Proverawati (2011), dan Pratami
(2016), penyebab anemia antara lain:
a. Defisiensi zat besi yang menyebabkan kekurangan Hemoglobin, dimana
salah satu pembentuk Hb ialah zat besi
b. Volume plasma yang meningkat sementara jumlah sel darah merah tidak
sebanding dengan meningkatnya volume plasma
c. Tidak mampu memenuhi asupan gizi dan nutrisi serta ketidaktahuan
mengenai pola makan yang benar
d. Kehilangan darah akibat perdarahan luka maupun akibat menstruasi yang
banyak
e. Mengalami dua kehamilan dalam waktu yang berdekatan
f. Mengalami menstruasi berat sebelum kehamilan
g. Hamil saat masih remaja

4. Tanda dan Gejala Anemia


Menurut Proverawati (2011), tanda dan gejala anemia antara lain:
a. Kelelahan
b. Energi menurun
c. Sesak nafas
d. Pucat dan kulit dingin
e. Tekanan darah rendah
f. Nafas menjadi cepat
g. Jaundice (kulit kuning). Biasanya terjadi karena kerusakan eritrosit
h. Tidak mampu berkonsentrasi
i. Rambut rontok
j. Malaise
11

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil


a. Faktor Dasar
1) Sosial dan ekonomi
Keadaan lingkungan sosial bekaitan dengan keadaan ekonomi
di suatu daerah yang menentukan pola konsumsi makanan dan gizi
masyarakat. Misalnya, perbedaan pola konsumsi pangan di desa dan
kota. Keadaan ekonomi individu sangat menentukan dalam
menyediakan makanan dan kualitas gizi. Jika kondisi ekonomi
individu baik maka kualitas gizi akan baik pula dan sebaliknya
(Irianto, 2014).
2) Pengetahuan
Pengetahuan yang kurang baik pada ibu hamil berisiko terjadi
kekurangan zat besi. Defisit pengetahuan mengenai kekurangan zat
besi akan mempengaruhi perilaku kesehatan ibu hamil dan berdampak
pada kurangnya konsumsi makanan yang mengandung zat besi karena
ketidaktahuannya sehingga menimbulkan anemia (Wati, 2016).
3) Pendidikan
Seseorang dengan pendidikan yang baik akan memiliki
pengetahuan yang baik pula tentang kesehatannya. Tingkat pendidikan
yang rendah dapat berdampak pada keterbatasan dalam upaya
menangani masalah gizi dan kesehatan keluarganya (Nurhidayati,
2013).
4) Budaya
Banyak dijumpai pola pantangan makanan tertentu yang
berkaitan dengan makanan yang biasanya dianggap pantas dan tidak
pantas untuk dikonsumsi. Contoh pada budaya yaitu sebagian besar
ibu hamil melakukan pantangan makan ikan lele, sembilan, dan semua
ikan yang berpatil dengan alasan karena bayinya dapat mati dalam
kandungan (Harnany, 2006). Selain itu, beberapa ibu hamil juga
memiliki pantangan makan telur karena dikhawatirkan bayinya saat
lahir tidak lincah dan menjadi bodoh (Harnany, 2006).
12

b. Faktor tidak langsung


1) Frekuensi Antenatal Care (ANC)
Antenatal care merupakan pelayanan kepada ibu hamil dalam
memelihara kesehatannya yang dilakukan oleh petugas kesehatan
yang bertujuan untuk dapat mengidentifikasi dan mengetahui
permasalahan yang terjadi selama masa kehamilan sehingga kesehatan
ibu dan bayi yang dikandung akan sehat sampai persalinan nantinya.
Pelayanan Antenatal Care dapat dipantau melalui kunjungan ibu hamil
dalam memeriksakan kehamilannya. Pelayanan kunjungan ibu hamil
paling sedikit 4 kali dengan distribusi 1 kali pada triwulan ke-I, 1 kali
pada triwulan ke- II, dan 2 kali pada triwulan ke-III. Kegiatan di
pelayanan ANC untuk ibu hamil yaitu memberikan penyuluhan
tentang informasi kehamilan seperti informasi gizi pada ibu hamil dan
pemberian tablet tambah darah secara gratis pada ibu hamil serta
informasi mengenai tablet tambah darah yang dapat memperkecil
terjadinya anemia masa kehamilan (Depkes RI, 2009)
2) Paritas
Paritas adalah frekuensi ibu yang sudah melahirkan anak baik
hidup atau mati, tetapi bukan aborsi (Nurhidayati, 2013). Seorang
wanita yang sering hamil dan melahirkan maka semakin banyak
kehilangan zat besi dan semakin mengalami anemia (Fatkhiyah,
2018).
3) Umur Ibu
Kelompok umur 20-35 tahun merupakan kelompok ideal
wanita untuk hamil dan pada umur tersebut meminimalkan risiko
terjadi komplikasi kehamilan serta mempunyai reproduksi yang sehat.
Hal ini berkaitan dengan kondisi biologis dan psikologis dari ibu
hamil. Ibu hamil kelompok umur < 20 tahun berisiko mengalami
anemia kehamilan karena pada kelompok usia tersebut reproduksi
belum optimal. Kehamilan pada kelompok usia > 35 tahun merupakan
kehamilan dengan risiko tinggi. Wanita hamil dengan usia > 35 tahun
13

akan rentan mengalami anemia. Hal ini meyebabkan menurunnya


daya tahan tubuh dan mudah terkena berbagai infeksi selama masa
kehamilan (Fatkhiyah, 2018).
4) Dukungan suami
Peran penting suami yaitu dalam memberikan dukungan
informasi dan emosional. Dukungan informasi ialah membantu
individu menemukan alternatif dalam penyelesaian masalah, misalnya
mengahadapi masalah ketika istri menemukan kesulitan selama masa
hamil, suami dapat memberikan informasi berupa petunjuk, saran,
nasihat, mencari informasi dari sumber lain seperti dari elektronik,
media cetak, tenaga kesehatan, bidan, dan dokter. Dukungan
emosional ialah empati dan kepedulian yang diberikan suami atau
orang lain yang dapat meyakinkan ibu hamil bahwa dirinya
diperhatikan (Anjarwati, 2016).
c. Faktor langsung
1) Pola Konsumsi
Pola konsumsi ialah suatu cara individu atau kelompok orang
dalam memilih makanan dan memakannya sebagai tanggapan
terhadap pengaruh fisiologi, psikologi budaya, dan sosial (Waryana,
2010). Kejadian anemia sering dikaitkan dengan pola konsumsi yang
rendah kandungan zat besinya serta makanan yang dapat menghambat
dan memperlancar absorbsi zat besi (Bulkis, 2013).
2) Infeksi
Beberapa penyakit infeksi seperti TBC, cacingan, dan malaria
memperbesar risiko anemia karena penyakit infeksi tersebut
mengakibatkan terjadinya peningkatan penghancuran eritrosit dan
terganggunya eritrosit. Cacingan jarang sekali mengakibatkan
kematian secara langsung, namun sangat mempengaruhi kualitas
hidup penderitanya. Infeksi cacing akan mengakibatkan malnutrisi dan
dapat menimbulkan anemia defisiensi besi.
14

3) Perdarahan
Anemia dalam kehamilan lebih banyak disebabkan oleh
kekurangan zat besi dan perdarahan akut bahkan keduanya saling
berkaitan. Terjadinya perdarahan ini mengakibatkan banyak unsur
besi yang hilang sehingga dapat menyebabkan terjadinya anemia
(Bulkis, 2013).

6. Patofisiologi Anemia Kehamilan


Selama kehamilan mulai usia kehamilan 10-12 minggu, aliran darah
dan volume volume darah meningkat dan terjadi secara progresif hingga
usia kehamilan 30-34 minggu. Kebutuhan oksigen meningkat pada masa
kehamilan sehingga produksi eritropoietin di ginjal juga meningkat.
Akibatnya, eritrosit meningkat sebesar 20-30%. Namun, peningkatan
eritrosit ini tidak sebanding dengan bertambahnya volume plasma yang
progresif yaitu sebesar 40-45% sehingga terjadi proses pengenceran darah
(hemodilusi) yang mengakibatkan konsentrasi hemoglobin menurun. Oleh
karena itu, risiko anemia pada masa kehamilan meningkat sehingga
kebutuhan zat besi pada ibu hamil meningkat dua kali lipat untuk
mencukupi kebutuhan ibu dan pertumbuhan janin (Roosleyn, 2016).
15

7. Pathway Anemia Kehamilan


Kebutuhan zat besi
meningkat

Kekurangan zat besi Malnutrisi pada ibu hamil Penurunan imun Penggunaan bat-obatan tertentu
Usia ibu saat hamil

< 20 tahun >35 tahun


Risiko infeksi
Defisiensi vit. B2
Defisiensi vit. A
Peradangan pada
lambung dan saluran
Perkembangan cerna
biologis Gangguan
Terganggunya sintesisRBC dalamabsorbsi
Hb zat be
Kegagalan Transport cadanganFe
Coenzim untuk pengaktifan dalamtubuh nenurun
asamfolat menurun
belum optimal
Kehilangan zat besi

Peningkatan
Hemolysis meningkat
Konsentrasi sel darah kebutuhan
merah menurun nutrisi ibu
dan janin

Hemoglobin rendah
Ketidakseimbang
Transport oksigen ke ibu menurun an nutrisi Defisit
Nutrisi ke janin dan plasenta
pengetahuan

Anemia
Suplai Padaoksigen
Ibu Hamiltidak Kekuatan selaput
Kebutuhan oksigen tidak terpenuhi Janin kekurangan O2 dan
terpenuhi plasenta berkurang
CO2 meningkat

Aliran darah ke jaringan menurun Janin kekurangan zat


Risiko terhambatnya
perkembangandan pertumbuhan janin
Ketuban pecah dini

Hipoksia, lemah, letih, lesu, pusing, tidak


nyaman, distress, sulit tidur, tidak mampu rileks Penurunan fungsi respirasi Kelahiran prematur

Cacat bawaan
Gangguan nyaman
rasa Risiko gangguan
Keletihan
hubungan ibu-janin

Sumber : Afniannisa (2019) dikembangkan oleh Nida (2021)


Risiko cedera
pada ibu Gambar 2. 1 Pathway Anemia Kehamilan
16

8. Dampak Anemia pada Ibu Hamil


Pengaruh Anemia dalam Kehamilan menurut (Pratami, 2016) :
a. Bahaya selama kehamilan
1) Abortus
2) Persalinan prematur
3) Mudah terjadi infeksi
4) Tumbuh kembang janin dalam rahim terhambat
5) Hiperemesis gravidarum
6) Perdarahan anterpartum
7) Ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6g%)
8) Ketuban pecah dini (KPD)
b. Bahaya saat persalinan
1) Gangguan His (kekuatan mengejan)
2) Kala I dapat berlangsung lama
3) Kala II berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering
membutuhkan tindakan operasi kebidanan
4) Kala III atau kala uri dapat diikuti retensio plasenta
5) Perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri
c. Pada Masa Nifas
1) Sub involusi uteri yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum
2) Pengeluaran ASI berkurang
3) Memudahkan infeksi puerperalis
4) Terjadi dekompensasi kordis mendadak setelah persalinan
5) Anemia masa nifas
6) Mudah terjadi infeksi mamae
d. Bahaya Anemia terhadap janin
1) Abortus
2) Kematian
3) Intrauterine
4) Persalinan prematur
5) Berat badan lahir rendah
17

6) Cacat bawaan
7) Bayi mudah terinfeksi
8) Kematian perinatal

9. Penatalaksanaan Anemia Kehamilan


a. Penatalaksanaan Secara Medis
Penanganan anemia yang dilakukan secara tepat merupakan hal
penting untuk mengatasi anemia sebagai awal untuk mencegah atau
meminimalkan resiko perdarahan yang serius. Penanganan anemia secara
efektif perlu dilaksanakan. Pengobatan yang aman dan efektif akan
mencegah tindakan transfusi darah dan memastikan ibu dengan kadar
hemoglobin yang normal.
Tinjauan Cochrane terhadap 17 penelitian telah mengemukakan
bahwa pemberian zat besi oral pada ibu hamil dapat mengurangi anemia
defisiensi zat besi selama masa trimester II masa kehamilan dan
meningkatkan kadar Hb serta ferritin serum dibandingkan dengan
pemberian plasebo.
Penelitian tersebut berasal dari 101 penelitian yang sebagian
besar uji cobanya lebih berfokus pada hasil laboratorium tentang efek
tindakan berbeda terhadap ibu hamil yang mengalami anemia defisiensi
zat besi, penilaian morbiditas ibu dan bayi, parameter faal darah, dan
efek samping pengobatan. Terdapat satu uji acak terkontrol yang
menunjukkan bahwa pemberian zat besi secara oral harian selama 4
minggu memiliki hasil yang lebih baik dalam meningkatkan kadar Hb
rata-rata 19,5 g/dl. Zat besi oral dan iron polymaltose aman diberikan dan
dapat meningkatkan kadar Hb dengan lebih efektif daripada pemberian
zat besi oral secara terpisah pada anemia defisiensi besi yang berkaitan
dengan kehamilan (Pratami, 2016).
18

Konsumsi suplemen zat besi setiap hari berkaitan erat dengan


peningkatan kadar Hb ibu sebelum dan post partum. Selain itu, tindakan
tersebut juga dapat mengurangi resiko anemia yang berkepanjangan. Ibu
hamil yang mengkonsumsi suplemen zat besi atau asam folat yang
dikonsumsi secara harian atau intermiten, tidak menunjukkan perbedaan
efek yang signifikan. Ibu hamil yang mengkonsumsi zat besi oral yang
melebihi dosis tidak meningkatkan hematokrit, tetapi meningkatkan
kadar Hb. Pemberian suplemen zat besi oral seing menimbulkan efek
mual dan sembelit. Sekitar 10-20% ibu yang mengkonsumsi zat besi oral
mengeluhkan efek samping, seperti konstipasi, mual, muntah, atau diare.
Pemberian suplemen zat besi secara rutin pada ibu hamil yang
tidak menunjukkan tanda defisit zat besi dan mempunyai kadar Hb >
10,0 g/dl terbukti memberikan efek yang baik yaitu prevalensi anemia
kehamilan dan anemia selama enam minggu pasca melahirkan berkurang.
Dalam menangani anemia, kesehatan profesional harus melakukan
strategi yang sesuai dengan kondisi yang sedang dialami oleh ibu hamil.
Penanganan anemia defisiensi zat besi yang tepat akan meningkatkan
parameter kehamilan fisiologis dan mencegah kebutuhan akan
perencanaan yang lebih lanjut (Pratami, 2016).
b. Penatalaksanaan Keperawatan Di Rumah
Penyuluhan kesehatan pada ibu hamil dengan anemia yaitu
dengan mengkonsumsi nutrisi yang baik, makan makanan yang tinggi zat
besi seperti daging, telur, kacang tanah, sereal, dan sayuran berwarna
hijau yang dapat membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan
besi yang diperlukan tetap berfungsi dengan baik. Selain itu, cara terbaik
untuk memastikan bahwa tubuh mempunyai cukup zat besi dan asam
folat yaitu dengan pemberian vitamin dan memastikan tubuh
mendapatkan paling sedikit 27 mg zat besi tiap harinya dengan cara
mengkonsumsi makanan yang tinggi zat besi (Proverawati, 2011).
19

B. Konsep Dasar Kebutuhan Rasa Nyaman


1. Pengertian Kenyamanan
Kenyamanan adalah keadaan seseorang merasa tenteram atau
nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat dkk., 2015).
Menurut Keliat, dkk (2015), kenyamanan dibagi menjadi tiga antara lain:
a. Kenyamanan fisik merupakan perasaan tenteram atau nyaman secara
fisik.
b. Kenyamanan lingkungan merupakan perasaan tenteram atau rasa nyaman
yang dirasakan terhadap lingkungannya.
c. Kenyamanan sosial merupakan perasaan tenteram atau rasa nyaman
dengan keadaan sosialnya.

2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman


Rasa nyaman ialah keadaan terpenuhinya kebutuhan dasar manusia
yaitu kebutuhan rasa tentram (kepuasan yang dapat meningkatkan
penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan yang telah terpenuhi), dan
transenden (Potter & Perry yang dikutip dalam buku Iqbal Mubarak et al.,
2015). Rasa nyaman seharusnya dipandang secara holistik mencakup empat
aspek antara lain :
a. Fisik, berkaitan dengan sensasi tubuh
b. Sosial, berkaitan dengan interpersonal, keluarga, dan sosial
c. Psikospiritual, berkaitan dengan kesiapsiagaan dalam diri seseorang yang
meliputi harga diri, seksualitas, dan arti kehidupan.
d. Lingkungan, berkaitan dengan latar belakang pengalaman ekstern
manusia seperti cahaya, suhu, warna, suara, dan unsur ilmiah lainnya.
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman dapat diartikan bahwa
perawat telah memberikan ketangguhan, keinginan, dukungan, hiburan,
anjuran, dan bantuan (Iqbal Mubarak et al., 2015).
20

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aman dan Nyaman


Menurut Yusuf (2015), faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan
dan kenyamanan antara lain :
a. Emosi
Ansietas, tekanan mental, dan amarah akan memudahkan mengalami dan
mempengaruhi keamanan dan kenyamanan seseorang.
b. Status Mobilisasi
Ketidakmandirian dalam beraktivitas, kelumpuhan, otot lemah, kesadaran
menurun memudahkan mengalami risiko injury.
c. Gangguan Persepsi Sensori
Gangguan persepsi sensori ini mempengaruhi adaptasi terhadap
rangsangan yang berbahaya seperti gangguan penglihatan dan
penciuman.
d. Keadaan Imunitas
Gangguan ini akan mengakibatkan daya tahan tubuh menurun yang
memudahkan terjangkit penyakit.
e. Tingkat Kesadaran
Berkurangnya respon terhadap stimulus, distorientasi, kelumpuhan, dan
kurang tidur pada klien koma.
f. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menyebabakan kecelakaan.
g. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
h. Penggunaan Antibiotik yag Tidak Rasional
Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resisten dan anafilatik syok.
i. Status Nutrisi
Defisit nutrisi dapat menyebabkan kelemahan dan mudah menimbulkan
penyakit, demikian sebaliknya dapat berisiko terhadap penyakit tertentu.
21

j. Usia
Perbedaan perkembangan yang terjadi antara kelompok usia anak-anak
dan lansia mempengaruhi reaksi yang terjadi dari apa yang dilakukan.
k. Jenis Kelamin
Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara beramakna dalam
merespon terhadap tingkat kenyamanannya.
l. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara seseorang
meningkatkan dan mengatasi kenyamanan dalam hidupnya.

C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Rasa Nyaman pada Ibu


Hamil dengan Anemia
1. Pengkajian
a. Data Biografi
Mencakup nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan,
pekerjaan, agama, suku bangsa, diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Bertujuan untuk mengetahui kesehatan yang dialami klien saat
pemeriksaan serta berkaitan dengan kehamilan (Nursalam, 2009).
Biasanya ditemukan keluhan cepat lelah, letih, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan badan terasa lemas sehingga klien merasa tidak
nyaman dengan kondisi yang dirasakannya.
c. Riwayat menstruasi
Pengkajian riwayat menstruasi ini bertujuan untuk mengetahui
lamanya menstruasi, menstruasi teratur atau tidak, bagaimana siklus
menstruasi, banyaknya darah menstruasi, sifat darah, dan dismenore atau
tidak.
d. Riwayat kehamilan sekarang
Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui HPHT, ANC dimana,
berapa kali, teratur atau tidak, taksiran persalinan, imunisasi TT berapa
22

kali, masalah kehamilan sekarang, penggunaan obat-obatan, berapa


jumlah tablet besi yang didapatkan, dan keluhan selama kehamilan.
e. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Mengkaji riwayat kesehatan sekarang bertujuan untuk
mengetahui penyakit yang dialami ibu hamil saat ini dan mengetahui
penyakit lain yang dapat memperburuk kondisi ibu dan janin.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya ditemukan riwayat kehamilan yang berdekatan dan
riwayat penyakit tertentu seperti infeksi yang dapat memungkinkan
terjadinya anemia.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji apakah ada keluarga dengan riwayat kehamilan
ganda, mengkaji apakah ada keluarga yang menderita penyakit
menular dan penyakit keturunan.
4) Riwayat penyakit yang lain atau operasi
Mengkaji apakah pasien pernah menderita penyakit atau
operasi yang sekiranya dapat mengganggu persalinan dan memerlukan
pengawasan.
f. Riwayat pernikahan
Mengkaji status perkawinan : apabila pasien sudah menikah,
apakah ini pernikahan yang pertama. Pengkajian riwayat pernikahan ini
bertujuan untuk mengetahui berapa kali menikah, usia pernikahan, lama
pernikahan, dan jumlah anak.
g. Riwayat keluarga berencana
Mengkaji riwayat jenis kontrasepsi yang pernah digunakan
setelah persalinan dan berapa jumlah anak yang direncanakan.
h. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
1) Kehamilan
Mengkaji apakah klien ada gangguan selama kehamilan seperti
muntah berlebihan, hipertensi, dan perdarahan pada hamil muda.
23

2) Persalinan
Mengkaji waktu persalinaan, umur kehamilan, jenis
persalinan, dimana tempat bersalin, dan persalinan dibantu oleh siapa.
3) Nifas
Mengkaji apakah klien pernah mengalami perdarahan, infeksi,
dan bagaimana proses laktasi.
4) Anak
Mengkaji kelahiran anak sebelumnya yaitu jenis kelamin,
panjang badan, berat badan, hidup atau mati.
i. Pola Aktivitas Sehari-Hari
1) Pola Makan/Nutrisi
Data yang dikaji mencakup kebiasaan sehari-hari pasien
seperti fekuensi makan berapa kali, menu apa yang biasanya dimakan
(nabati dan hewani), porsi makan, bagaimana menjaga kebersihan
makanan dan bagaimanan pola makan setiap harinya. Kebutuhan
nutrisi pasien ibu hamil dengan anemia harus ditingkatkan. Biasaya
ibu hamil dengan anemia kurang mengkonsumsi makanan yang kaya
nutrisi seperti daging merah, sayuran berdaun hijau, dan tidak
mengkonsumsi tablet Fe.
2) Pola Eliminasi
Pola eliminasi ini yang perlu dikaji yaitu frekuensi BAB dan
BAK pasien yang bertujuan untuk mengetahui intake dan output
cairan pasien seimbang atau tidak.
3) Pola Personal hygiene
Pengkajian personal hygiene ini bertujuan untuk mengetahui
tingkat kebersihan pasien yang meliputi berapa kali pasien mandi,
gosok gigi, perawatan kulit, dan kebersihan genitalianya.
4) Pola Istirahat dan tidur
Pola istirahat dan tidur yang dikaji yaitu lama tidur pasien
dalam sehari dan apakah ada gangguan dalam pola istirahat dan
tidurnya. Biasanya pada ibu hamil dengan anemia ini mudah
24

kelelahan, keletihan, malaise sehingga kebutuhan tidur dan istirahat


lebih banyak.
5) Pola Hubungan Seksualitas
Pengkajian pola hubungan seksualitas ini bertujuan untuk
mengetahui berapa kali ibu melakukan hubungan seks. Hubungan
seksualitas pada masa kehamilan diperbolehkan, namun pada kasus
ibu hamil dengan anemia ringan dimana ibu sudah merasa lelah, letih
dapat mengurangi libido pada masa kehamilan sehingga yang
berdampak pada penurunan seksualitas.
6) Data psikososial
Apakah mengalami gangguan kenyamanan selama kehamilan,
bagaimana cara mengatasinya, apa yang diharapkan dari perawat
untuk mengatasi kenyamanan tersebut.
7) Obat-obatan
Pengkajian obat-obatan ini dilakukan untuk mengetahui
kebiasaan merokok, alkohol, penggunaan obat-obatan, dan jumlah
tablet zat besi yang diminum.
j. Pemeriksaan
Fisik
1) Keadaan Umum
Biasanya ibu hamil dengan anemia terlihat lemah, lesu, letih,
tekanan darah menurun, nadi menurun, dan pernafasan lambat.
a) Kepala
i. Rambut
Biasanya rontok dan terdapat bintik hitam diwajah
ii. Mata
Biasanya konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, dan bola
mata tampak lebar.
iii. Mulut
Biasanya bibir pucat, dan membran mukosa kering
iv. Abdomen
Inspeksi : pembesaran perut terlalu kecil dari usia kehamilan
25

Palpasi : tidak teraba jelas bagian janinnya


Auskultasi : denyut jantung janin antara 120-130 kali/menit
b) Ekstremitas
CRT > 2 detik, tidak ada udema, akral biasanya dingin, dan
terdapat varises di kaki.
2) Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium
Dasar
a) Hb : kadar Hb ibu hamil dengan anemia biasanya
pada trimester I dan III kurang dari 11 g/dl dan
pada Trimester II < 10,5 g/dl
b) Hematokrit : kadar hematokrit pada ibu hamil dengan
anemia biasanya yaitu < 37 % (normal 37-41
%)
c) Eritrosit : kadar eritrosit pada ibu hamil dengan anemia
biasanya < 2,8 juta/mm3 (normal 4,2-5,4
juta/mm3)
d) Trombosit : kadar trombosit pada ibu hamil dengan
anemia biasanya < 200.000/mm3 (normal
200.000-400.000/ mm3)

2. Diagnosa Keperawatan
Merumuskan diagnosa keperawatan ini berdasarkan masalah utama
dan kebutuhan klien yang didapatkan dari hasil pengkajian klien. Dalam
menetapkan diagnosa keperawatan ini terdapat perbedaan antara diagnosa
teori dengan kasus yang dialami klien saat di lapangan. Diagnosa
keperawatan yang mungkin muncul yaitu :
a. Gangguan rasa nyaman (D.0074)
Kategori : Psikologis
Subkategori : Nyeri dan
Kenyamanan
26

1) Pengertian Gangguan Rasa Nyaman


Gangguan rasa nyaman adalah suatu perasaan, kurang senang,
perasaan kurang lega, dan kurang sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan serta sosial (SDKI, 2017).
2) Penyebab Gangguan Rasa Nyaman
Menurut buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI,
2017), penyebab gangguan rasa nyaman antara lain :
a) Gejala penyakit
b) Kurang pengendalian situasional/lingkungan
c) Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial,
sosial, dan pengetahuan)
d) Kurangnya privasi
e) Gangguan stimulus lingkungan
f) Efek samping terapi (misalnya medikasi, radiasi, dan kemoterapi)
g) Gangguan adaptasi kehamilan
3) Gejala dan Tanda Gangguan Rasa Nyaman
Berdasarkan buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI, 2017), gejala dan tanda gangguan rasa nyaman dibagi menjadi
antara lain :
Tabel 2. 1 Tanda dan Gejala Gangguan Rasa Nyaman
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
Data Subjektif : Data Subjektif :
1. Mengeluh tidak nyaman 1. Mengeluh sulit tidur
Data Objektif : 2. Tidak mampu rileks
1. Gelisah 3. Mengeluh
kedinginan/kepanasan
4. Merasa gatal
5. Mengeluh mual
6. Mengeluh lelah
27

Data Objektif :
1. Menunjukkan gejala distres
2. Tampak merintih/menangis
3. Pola eliminasi berubah
4. Postur tubuh berubah
5. Iritabilitas
(Sumber : SDKI, 2017, p.166)
4) Kondisi Klinis Terkait
a) Penyakit Kronis
b) Keganasan
c) Distres psikologis
d) Kehamilan

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan dilakukan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dengan kriteria hasil berdasarkan
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI, 2019) :
a. Gangguan rasa nyaman (D.0074)
1) Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status
kenyamanan meningkat (SLKI, 2019, p.110 kode L.08064).
2) Kriteria hasil menurut (SLKI, 2019, p.110 kode L.08064) :
a) Kesejahteraan fisik dan psikologis meningkat
b) Dukungan sosial dari keluarga dan teman meningkat
c) Perawatan sesuai kebutuhan meningkat
d) Rileks meningkat
e) Keluhan tidak nyaman menurun
f) Gelisah menurun
g) Keluhan sulit tidur menurun
h) Lelah menurun
i) Merintih menurun
28

j) Menyalahkan diri sendiri menurun


k) Kewaspadaan membaik
l) Pola hidup membaik
m) Pola tidur membaik
3) Intervensi Keperawatan :
Terapi relaksasi (I. 09326)
4) Intervensi Keperawatan :
Terapi relaksasi (I. 09326)
Observasi
a) Identifikasi penurunan tingkat energi, ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala lain yang mengganggu kemampuan
kognitif
Rasional : untuk mengetahui gejala yang dirasakan klien yang
mengganggu kemampuan kognitif
b) Identifikasi teknik relaksasi yang pernah efektif digunakan
Rasional : untuk mengetahui teknik relaksasi yang pernah
efektif digunakan
c) Identifikasi kesediaan, kemampuan, dan penggunaan teknik
sebelumnya
Rasional : untuk mengetahui kemampuan teknik relaksasi yang
pernah digunakan
d) Periksa ketegangan otot, frekuensi nadi, tekanan darah, dan suhu
sebelum dan sesudah latihan
Rasional : otot tidak mengalami ketegangan, rekuensi nadi,
tekanan darah dan suhu tetap berada dalam batas nilai normal
e) Monitor respons terhadap terapi relaksasi
Rasional : untuk mengetahui respon setelah melakukan teknik
relaksasi
29

Terapeutik
a) Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa gangguan dengan
pencahayaan dan suhu ruang yang nyaman, jika
memungkinakan
Rasional : menciptakan lingkungan yang nyaman
b) Berikan informasi tertulis tentang persiapan dan prosedur teknik
relaksasi
Rasional : untuk memberikan informasi tentang prosedur teknik
relaksasi
c) Gunakan pakaian longgar
Rasional : untuk meningkatkan kenyamanan
d) Gunakan nada suara lembut dengan irama lambat dan
berirama Rasional : untuk menciptakan kenyamanan
e) Gunakan relaksasi sebagai strategi penunjangn dengan analgetik
atau tindakan medis lain, jika sesuai
Rasional : untuk mengurangi ketidaknyaman
Edukasi
a) Jelaskan tujuan, manfaat, serta prosedur teknik relaksasi nafas
dalam dan teknik relaksasi benson
Rasional : untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang
tujuan, manfaat, dan prosedur teknik relaksasi
b) Jelaskan secara rinci intervensi relaksasi yang dipilih
Rasional : klien mengetahui terapi relaksasi yang dipilih secara
rinci
c) Anjurkan mengambil posisi yang nyaman
Rasional : memberikan kenyamanan pada
klien
d) Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Rasional : untuk meningkatkan pikiran klien menjadi lebih
tenang dan rileks
e) Anjurkan sering mengulangi atau melatih teknik yang
dipilih Rasional : mengurangi ketidaknyamanan pada klien
30

f) Demonstrasikan dan latih teknik relaksasi nafas dalam dan


teknik relaksasi benson
Rasional : teknik relaksasi berguna untuk menurunkan
ketidaknyamanan dan menurunkan kecemasan

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tahap dimana perawat melaksanakan
tindakan keperawatan yang telah direncanakan. Implementasi keperawatan
dilakukan dalam rangka membantu pasien untuk mencegah, mengurangi,
dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah
keperawatan dan kesehatannya.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahap kelima dari asuhan keperawatan yang
bertujuan untuk menilai dan mengobservasi apakah tindakan keperawatan
yang telah dilakukan tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu masalah
keperawatan yang dialami oleh pasien. Evaluasi dilaksanakan untuk
mengetahui perkembangan klien atas tindakan yang sudah dilakukan
sehingga dapat disimpulkan bahwa apakah tujuan asuhan keperawatan
sudah tercapai atau belum.
Evaluasi disusun menggunakan metode SOAP, yaitu :
a. S (Subjektif) : data yang diungkapkan secara langsung dari subjek
melalui anamnesa (wawancara).
b. O (Objektif) : data yang diperoleh dari hasil observasi melalui
pemeriksaan fisik.
c. A (Assesment) : membandingkan antara informasi data subjektif
dan objektif dengan tujuan dan kriteria hasil yang selanjutnya diambil
kesimpulan apakah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, atau
masalah belum teratasi.
d. P (Planning) : intervensi yang akan diberikan untuk masalah pada
subjek yang belum teratasi.

Anda mungkin juga menyukai