Anda di halaman 1dari 8

Pengaruh Pola Makan Tidak Seimbang dan Kurangnya Gizi Dapat

Mempengaruhi Anemia Pada Ibu Hamil


Laurent Nadia Asmoro Putri, Melsya Afifah Anggraeni

Institut Ilmu Kesehatan Strada Indonesia

laurentnadia154@gmail.com, melsyafifah06@gmail.com

Abstrak

Anemia merupakan masalah kesehatan masyarakat terbesar di dunia terutama bagi kelompok
wanita usia reproduksi (WUS). Menurut WHO secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di
seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %. Salah satu penyebab anemia pada kehamilan yaitu paritas
dan umur ibu. Anemia pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, anemia
defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema kesehatan yang dialami oleh wanita
diseluruh dunia terutama dinegara berkembang. Badan kesehatan dunia (World Health
Organization = WHO) melaporkan bahwa ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi sekitar
35-75% serta semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia kehamilan. Menurut WHO
40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan disebabkan
oleh defisiensi besi dan perdarahan akut. Hasil persalinan pada wanita hamil yang menderita
anemia defisiensi besi adalah 12-28% angka kematian janin, 30% kematian.

Kata kunci : anemia,kejadian anemia,ibu hamil

1.Latar belakang

Anemia adalah suatu keadaan dimana tubuh memiliki jumlah sel darah merah (eritrosit)
yang terlalu sedikit, yang mana sel darah merah itu mengandung hemoglobin yang berfungsi
untuk membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh (Proverawati, 2013).Menurut WHO (2008),
secara global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia adalah sebesar 41, 8 %.
Prevalensi anemia pada ibu hamil diperkirakan di Asia sebesar 48,2 %, Afrika 57,1 %,
Amerika24,1 %, dan Eropa 25,1 %.

Anemia pada kehamilan tidak dapat dipisahkan dengan perubahan fisiologis yang terjadi
selama proses kehamilan, umur janin, dan kondisi ibu hamil sebelumnya. Pada saat hamil, tubuh
akan mengalami perubahan yang signifikan, jumlah darah dalam tubuh meningkat sekitar 20 - 30
%, sehingga memerlukan peningkatan kebutuhan pasokan besi dan vitamin untuk membuat
hemoglobin (Hb). Ketika hamil, tubuh ibu akan membuat lebih banyak darah untuk berbagi
dengan bayinya. Tubuh memerlukan darah hingga 30 % lebih banyak dari pada sebelum hamil.

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya anemia kehamilan diantaranya


gravid, umur, paritas, tingkat pendidikan, status ekonomi dan kepatuhan konsumsi tablet Fe,
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur seorang ibu
berkaitan dengan alat – alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang sehat dan aman adalah
umur 20 – 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas 35 tahun dapat menyebabkan
anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun secara biologis belum optimal emosinya
cenderung labil, mentalnya belum matang sehingga mudah mengalami keguncangan yang
mengakibatkan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama
kehamilannya. Sedangkan pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya
tahan tubuh serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian didapatkan
bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kejadian anemia.

2.Kasus masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas ,didapatkan rumusan masalah yaitu “Apakah
pola makan dan kurang zat besi dapat mempengaruhi anemia?”

3. Tinjauan pustaka

1.3 pengertian

Anemia adalah kondisi yang terjadi ketika tubuh kekurangan sel darah merah, jauh lebih
rendah daripada batas normalnya. Anemia juga bisa terjadi jika sel darah merah tidak
mengandung cukup hemoglobin yang bertugas menyalurkan oksigen ke seluruh
tubuh.Kekurangan darah merah dapat menyebabkan merasa lelah atau lemah karena organ dalam
tubuh tidak menerima cukup oksigen dan nutrisi. Anda juga mungkin mengalami gejala lain,
seperti sesak napas, pusing, atau sakit kepala.

Anemia pada ibu hamil umumnya diakibatkan oleh masalah kekurangan gizi. Anemia


yang dialami ibu hamil juga cenderung dipengaruhi oleh perubahan hormon tubuh yang
mengubah proses produksi sel-sel darah.

Anemia pada kehamilan merupakan masalah nasional karena mencerminkan nilai


kesejahteraan social ekonomi masyarakat, dan pengaruhnya sangat besar terhadap kualitas
sumber daya manusia. Anemia kehamilan disebut “potential danger to mother and child”
(potensi membahayakan ibu dan anak), karena itulah anemia memerlukan perhatian serius dari
semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan (Manuaba, 2010).

Anemia dalam kehamilan memberikan pengaruh yang kurang baik bagi ibu, baik dalam
kehamilan, merupakan suatu pendekatan, observasi, atau pengum-pulan dan sekaligus pada satu
saat, artinya setiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja (Notoatmodjo, 2012).
2.3 gejala

1. 3L (Tubuh terasa lemah, letih, dan lesu terus menerus)


2. Pusing
3. Sesak napas
4. Detak jantung cepat atau tidak teratur
5. Sakit/nyeri dada
6. Warna kulit, bibir, dan kuku memucat
7. Tangan dan kaki dingin
8. Kesulitan berkonsentrasi

3.3 faktor resiko

Secara umum ada beberapa faktor resiko terjadinya anemia pada ibu hamil :

1. Umur Ibu
Menilai bahwa masa reproduksi yang sehat, kurang resiko dengan komplikasi kehamilan
adalah umur 20 – 35 tahun, sedangkan kehamilan beresiko adalah < 20 dan > 35 tahun.
Hal ini terkait dengan keadaan biologis dan psikologis dari ibu hamil ( Manuaba, 2007 ).
Hubungan dengan anemia bahwa pada umur < 20 tahun dapat menyebabkan anemia
karena pada umur tersebut perkembangan biologis dalam 21 hal ini alat reproduksi belum
optimal. Pada usia belia tersebut, psikis yang belum matang juga menyebabkan wanita
hamil mudah mengalami guncangan mental yang mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan zat-zat gizi selama kehamilannya. Selain kehamilan di
bawah usia 20 tahun, kehamilan dengan usia di atas 35 tahun juga merupakan kehamilan
beresiko tinggi. Wanita yang hamil dalam usia yang terlalu tua yaitu > 35 tahun pun akan
rentan terhadap anemia. Hal ini terkait dengan penurunan daya tahan tubuh sehingga
mudah terkena berbagai infeksi selama kehamilan
( Amiruddin dan Wahyuddin, 2004 ).
2. Paritas
Paritas adalah faktor penting dalam menentukan nasib ibu dan janin selama kehamilan
maupun melahirkan. Merupakan salah satu faktor yang diasumsikan mempunyai
hubungan dengan kejadian anemia pada ibu hamil.Jumlah paritas adalah banyaknya bayi
yang dilahirkan seorang ibu dalam keadaan hidup maupun lahir mati. Hubungan kadar
Hb dengan paritas dalam SKRT 2005 menunjukkan bahwa prevalensi anemia ringan dan
berat akan lebih tinggi dengan bertambahnya paritas. Prevalensi anemia ringan 1 – 4
lebih tinggi daripada paritas 0 yaitu 70,5 % sedangkan pada paritas > 5 prevalensi anemia
lebih tinggi daripada paritas 1 – 4 yaitu 72,9% untuk anemia ringan dan untuk anemia
berat sebesar 7,6%. Pada paritas 1 – 4 anemia berat hanya 3,5% dan pada paritas 0
sebesar 2,9%. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan maka
makin banyak kehilangan zat besi dan menjadi semakin anemia. Paritas > 4 merupakan
paritas yang beresiko mengalami anemia dalam kehamilan ( Murtini, 2004 ).
3. Jarak kehamilan
Setiap kehamilan akan menyebabkan cadangan zat besi berkurang oleh karena itu pada
setiap akhir kehamilan diperlukan waktu 2 tahun untuk mengembalikan cadangan zat besi
ke tingkat normal dengan syarat bahwa selama masa tenggang waktu tersebut kesehatan
dan gizi dalam kondisi yang baik. Maka sebaiknya jarak persalinan terakhir dengan jarak
persalinan berikutnya minimal 2 tahun. Dengan adanya tenggang waktu tersebut
diharapkan ibu dapat mempersiapkan keadaan fisiknya dengan cara melengkapi diri
dengan memakan makanan yang mengandung protein dan zat besi serta bergizi tinggi
untukmenghindari terjadinya anemia disamping itu memberikan kesempatan kepada
organ-organ tubuh untukmemulihkan fungsi faal maupun anatomisnya (Manuaba, 2007 ).
Makin pendek jarak kehamilan makin besar kematian maternal bagi ibudan anak,
terutama jika jarak tersebut < 2 tahun dapat terjadi komplikasikehamilan dan persalinan
seperti anemia berat, partus lama danperdarahan. Oleh karena itu seorang wanita
memerlukan waktu 2 – 3 tahun 23 untuk jarak kehamilannya agar pulih secara fisiologis
akibat hamil atau persalinan sehingga dapat mempersiapkan diri untuk kehamilan
danpersalinan berikutnya ( Manuaba, 2007 )
4. Status gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-
zat gizi.Status gizi adalah gambaran tentang keseimbangan antara asupan dan kebutuhan
gizi seseorang.Apabila asupan tersebut sesuai maka di sebut gizi baik, jika kurang di
sebut gizi kurang dan apabila asupan lebih maka di sebut gizi lebih. Ada dua faktor yang
mempengaruhi status gizi yaitu :
 Faktor langsung Makanan dan penyakit dapat secara langsung
menyebabkan gizi kurang.Timbulnya gizi kurang tidak hanya dikarenakan asupan
makanan yang kurang, tetapi juga karena penyakit. Orang yang mendapat cukup
makanan tetapi sering menderita sakit, pada akhirnya dapat menderita gizi kurang.
Demikian pula pada orang yang tidak memperoleh cukup makan, makadaya tahan
tubuhnya akan melemah dan akan mudah terserang penyakit
 Faktor tidak langsung Faktor tidak langsung yang menyebabkan gizi kurang
yaitu :
1) Ketahanan pangan keluarga yang kurang memadai,setiap keluarga diharapkan
mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam
jumlah yang cukup, baik jumlah maupun mutu gizinya.
2) Pola pengasuhan kurang memadai, setiap keluargadan masyarakat diharapkan
dapat menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadan anak agar dapat tumbuh
kembang dengan baik fisik,mental dan social.
3) Pelayanan kesehatan dan lingkungan kurang memadai, system pelayana kesehatan
yang ada diharapkan dapat menjamin penyediaan air bersih dan sarana pelayanan
kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan Salah satu
cara melakukan penilaian status gizi pada kelompok masyarakat adalah dengan
pengukuran tubuh manusia yang dikenal dengan antropometri. Beberapa macam
antropometri yang telah digunakan antara lain : berat badan ( BB ), panjang badan
( PB ) atau tinggi badan ( TB ), lingkar lengan atas (LILA), lingkar kepala ( LK ),
lingkar dada ( LD ) dan lapisan lemak bawah kulit ( LLBK ).

4.3 Penyebab Anemia Dalam Kehamilan

Sebagian besar penyebab anemia di Indonesia adalah kurangnya kadar Fe yang


diperlukan untuk pembentukan Hb sehingga disebut anemia defisiensi Fe. Penyebab terjadinya
anemia defisiensi Fe pada ibu hamil disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor langsung dan tidak
langsung.

1) Secara langsung anemia disebabkan oleh seringnya mengkomsumsi zat penghambat


absorsi Fe, kurangnya mengkomsumsi promoter absorbsi non hem Fe serta ada infeksi
parasit.
2) Sedangkan faktor yang tidak langsung yaitu faktor-faktor yang secara tidak langsung
mempengaruhi kadar Hb seseorang dengan mempengaruhi ketersediaan Fe dalam
makanan seperti ekonomi yang masih rendah, atau rendahnya pendidikan dan
pengetahuan (Tarwoto,dkk,2007) dan (Purnawan, 1998 ). Secara umum anemia pada
kehamilan disebabkan oleh :
a. Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
b. Kurangnya asupan zat besi yang dikonsumsi oleh ibu hamil
c. Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
d. Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi ( Fe ) pada wanita akibat
persalinan sebelumnya dan menstruasi. (Prawirohardjo, 2002 ).

Menurut Julien Parise yang di kutip oleh Syarif ( 1998 ) menyebutkan status gizi dalam hal ini
adalah anemia gizi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor internal dan eksternal sebagai berikut :

a) Faktor internal meliputi antara lain umur, jarak kehamilan, berat badan, jumlah anak,
status kesehatan dan lain-lain.
b) Faktor eksternal meliputi antara lain besarnya keluarga, pendapatan pekerjaan,
pendidikan, pengetahuan, produksi dan faktor lingkungan lain.

4.Pembahasan

Status gizi merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang dikonsumsi
dengan kebutuhan tubuh. Apabila asupan gizi sesuai maka di sebut gizi baik, jika asupan kurang
di sebut gizi kurang dan apabila asupan lebih maka di sebut gizi lebih. Status gizi wanita
merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan. Rendahnya status gizi dapat menyebabkan
anemia yang 58 mengakibatkan kualitas fisik yang rendah dan berpengaruh pada efisiensi
reproduksi. Semakin tinggi status gizi seseorang maka semakin baik pula kondisi fisiknya,
sehingga secara tidak langsung mempengaruhi efisiensi reproduksi. Konsumsi protein hewani
dapat meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh. Dengan rendahnya konsumsi protein
maka dapat menyebabkan rendahnya penyerapan zat besi oleh tubuh. Keadaan ini dapat
mengakibatkan tubuh kekurangan zat besi dan dapat menyebabkan anemia. Rendahnya konsumsi
dan penyerapan zat besi oleh tubuh pada ibu hamil dapat disebabkan karena masih rendahnya
kemampuan keluarga untuk menyajikan makanan yang kaya zat besi khususnya protein hewani
dalam menu sehari-hari, kesalahan dalam pengolahan makanan terutama mengolah sayuran serta
kebiasaan minum teh atau kopi setelah makan.

Penelitian yang dilakukan oleh Erly Rambu Bita Dopi,dkk (2012) ada hubungan yang
bermakna antara kurang gizi dengan kejadian anemia pada ibu hamil. Saat hamil seorang wanita
memerlukan asupan gizi lebih banyak dan memiliki pola hidup sehat seperti makan makanan
yang bergizi, cukup olah raga, cukup istirahat, kekurangan gizi selama hamil dapat menyebabkan
anemia gizi, bayi terlahir dengan berat badan rendah dan yang sering dijumpai pada masa
kehamilan adalah anemia gizi besi dan KEK. Penyebab anemia di Indonesia adalah kekurangan
besi yang berasal dari makanan yang dimakan setiap hari dan diperlukan untuk pembentukan
hemoglobin sehingga disebut anemia kekurangan besi yang banyak diderita oleh wanita hamil
sehingga membutuhkan zat besi selama hamil relatif lebih tinggi, pola makan yang tidak baik
selama hamil dapat memperburuk keadaan anemia gizi besi, pola 59 makan yang tidak
memenuhi gizi seimbang dan sedikit bahan makanan sumber Fe seperti:

 daging, ikan, hati atau pangan hewani lainnya merupakan salah satu faktor penyebab
anemia karena pangan hewani merupakan sumber zat besi yang tinggi absorbsinya.
 Gizi seimbang dapat dicapai dengan susunan makanan sehari-hari yang terdiri dari
campuran ketiga kelompok bahan makanan yaitu sumber energi atau tenaga :
1) (padi-padian, tepung, umbi-umbian, sagu, pisang), sumber zat pembangun
2) (sayur-sayuran dan buah-buahan), sumber zat pengatur
3) (ikan, daging, telur, susu, tempe, tahu dan oncom). Kekurangan nutrisi dapat
menyebabkan turunnya kadar hemoglobin (anemia), abortus, perdarahan pasca
persalinan, sepsis puerperalis.

Anemia lebih banyak terjadi pada status sosial ekonomi rendah sehingga mempengaruhi status
gizi, pola makanan dan bahan makanan ibu hamil harus memperhatikan segi kualitas dan
kuantitas makanan yang di konsumsi sehari-hari karena sangat mempengaruhi kadar
hemoglobin, status gizi ibu hamil yang kurang sebelum hamil maupun waktu hamil merupakan
faktor yang mempengaruhi kejadian anemia.

Ketidak patuhan dalam mengkonsumsi obat tambah darah karena faktor lupa atau malas,
maupun mengganti kebiasaan konsumsi pangan sebelumnya dengan obat tambah darah yang
diberikan dengan anggapan bahwa dari obat tambah darah yang diberikan sudah cukup sehingga
tidak perlu mengokonsumsi asupan pangan sehari-hari, kandungan zat besi dari makanan yang
dikonsumsi tidak mencukupi kebutuhan, kurangnya zat gizi untuk pembentukan darah.(Jurnal
Kesehatan Masyarakat Indonesia, 2011).

5.Kesimpulan

Berdasarkan hubungan antara anemia dengan status gizi, yang mengalami anemia pada
status gizi kurang ( LILA <23,5 ) sebanyak 28 orang (56,0%),sedangkan yang mengalami
anemia pada status gizi cukup sebanyak 13 orang (26,0%). Penderita anemia pada status gizi
kurang lebih banyak namun tidak adanya hubungan yang bermakna secara statistik.

Diharapkan tenaga kesehatan khususnya petugas kesehatan dalam melakukan promosi


kesehatan khususnya promosi pada ibu hamil lebih menekankan pada perubahan-perubahan yang
terjadi pada ibu hamil khususnya promosi anemia ibu hamil dan cara meminum tablet zat besi
salah satunya dengan sosialisasi pentingnya konsumsi tablet zat besi yang tepat, makan makanan
yang mengandung sumber zat besi, dan pentingnya vitamin C untuk meningkatkan penyerapan
tablet zat besi di dalam tubuh.
6.Daftar pustaka

Amiruddin,dkk. 2004. Studi Kasus Kontrol Faktor Biomedis Terhadap Kejadian Anemia Ibu
Hamil Di Puskesmas Bantimurung Maros Tahun 2004. Makassar : Artikel Ilmiah

Erly Rambu Bita Dopi,dkk. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Anemia
Ibu Hamil Trimester III di Puskesmas Puweri Kabupaten Sumba Barat. FKM : Universitas
Muhammadiah Semarang

Manuaba. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB. Jakarta: Karisman; 2010.

Manuaba, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, Keluarga Berencana Untuk Pendidikan
Bidan. EGC : Jakarta.

Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2012

Prawihardjo, S.2010. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Sodik, M. A., & Nzilibili, S. M. M. (2017). The Role Of Health Promotion And family Support
With Attitude Of Couples Childbearing Age In Following Family Planning Program In
Health Journal of Global Research in Public Health, 2(2),82-89.

Anda mungkin juga menyukai