Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi ”

Gerakan Ayo Lawan Anti Korupsi

Nama pembimbing

ABD GAFAR,S.Kep.MPH

Nama kelompok

ANINDA ZAHRA CLARISSA. E ( 223210323 )

DELIMA SARI HSB ( 223210325 )

MELI MELIANA PUTRI ( 223210339 )

MICHELL EGIDIA FARZA ( 223210340 )

NURSEPTI LAILA FASLI ( 223210346 )

RISKA MAYANG SARI ( 223210352 )

SELVI AULIA PUTRI ( 223210354 )

URWATUL WUSQA DASRIL ( 223210359 )

Lokal

I.A

Prodi D III keperawatan Solok

Poltekkes kemenkes padang

Tahun 2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat dan hidayah Nya kepada kita semua, sehingga dalam kehidupan kita dapat
melaksanakan tugas dan kewajiban kita. Semoga kita semua selalu mendapat petunjuk dan
perlindungan Nya. Dan dengan izin Nya, penyusun dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.

Makalah ini berisikan tentang gerakan melawan korupsi. Makalah ini disusun dengan
maksud untuk memenuhi tugas pendidikan budaya anti korupsi. Adapun isi makalah ini
disusun secara sistematis dan merupakan referensi dari beberapa sumber yang menjadi acuan
dalam penyusunan makalah.

Makalah ini di susun dengan bahasa yang sederhana dengan tujuan untuk
mempermudah pemahaman mengenai teori yang di bahas. Penyusun menyadari bahwa dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh karena itu penyusun terbuka dengan
senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.

Penyusun berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
menambah pemahaman wawasan tentang gerakan anti korupsi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Solok, 04 Agustus 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................

DAFTAR ISI......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................

A. Latar Belakang....................................................................................................
B. Rumusan Masalah...............................................................................................
C. Tujuan ................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

A. Pengertian Korupsi............................................................................................
B. Pengertian Penyebab Seseorang melakukan Korupsi........................................
C. pengertian Peran Anak Bangsa dalam memerangi korupsi
D. Pengertian Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi ............................

BAB III PENUTUPAN......................................................................................................

A. Kesimpulan ......................................................................................................
B. Saran.................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Korupsi telah menjadi perhatian semua pihak pada saat ini. Bentukbentuk dan
perwujudan korupsi jauh lebih banyak daripada kemampuan untuk melukiskannya.
Iklim yang diciptakan oleh korupsi menguntungkan bagi tumbuh suburnya berbagai
kejahatan. Korupsi pun menjadi permasalahan yang sungguh serius dinegeri ini.
Kasus korupsi sudah tidak terhitung lagi jumlahnya. Berkembang dengan pesat,
meluas dimana–mana, dan terjadi secara sistematis dengan rekayasa yang canggih dan
memanfaatkan teknologi modern. Kasus terjadinya korupsi dari hari kehari kian
marak. Hampir setiap hari berita tentang korupsi menghiasi berbagai media. Bahkan
Korupsi dianggap biasa dan dimaklumi banyak orang sehingga masyarakat sulit
membedakan nama perbuatan korup dan mana perbuatan yang tidak korup.
Meskipun sudah ada komisi pemberantasan korupsi (KPK) dan beberapa instansi
antikorupsi lainnya, faktanya negeri ini menduduki rangking teratas sebagai negara
terkorup di dunia. Tindak korupsi di negeri ini bisa dikatakan mulai merajalela,
bahkan menjadi kebiasaan, dan yang lebih memprihatinkan adalah korupsi dianggap
biasa saja atau hal yang sepele. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mencegah terjadinya korupsi, namun tetap saja korupsi menjadi hal yang sering
terjadi.
B. Rumusan Masalah
1. Menjelaskan Pengertian Korupsi
2. Menjelaskan Tentang Penyebab Seseorang Melakukan Korupsi
3. Menjelaskan Peran Anak Bangsa dalam Memerangi Korupsi
4. Menjelaskan Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Korupsi
2. Untuk Mengetahui Penyebab Seseorang Melakukan Korupsi
3. Untuk Mengetahui Peran Anak Bangsa dalam Memerangi Korupsi
4. Untuk Mengetahui Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata Bahasa Indonesia,
adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan
ketidakjujuran” Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang,
penerimaan uang sogok, dan sebagainya” Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain,
disebutkan bahwa korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai
kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya; korupsi artinya perbuatan busuk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya; dan koruptor
artinya orang yang melakukan korupsi.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak,
berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat
amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur
pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut
faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam
kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.
Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud
corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang
merugikan keuangan negara.Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat David
M.Chalmers, menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang
menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang
ekonomi, dan yang menyangkut bidang kepentingan umum.

B. Penyebab Seseorang Melakukan Korupsi


Banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam
diri pelaku atau dari luar diri pelaku. Sebagaimana dikatakan Yamamah bahwa ketika
perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih
“mendewakan” materi maka dapat “memaksa” terjadinya permainan uang dan korupsi
“Dengan kondisi itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat kemudian terpaksa
korupsi kalau sudah menjabat”. Nur Syam memberikan pandangan bahwa penyebab
seseorang melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau
kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak
mampu ditahan sementara akses ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui cara
berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melaksanakan korupsi.
Secara umum faktor penyebab korupsi karena beberapa hal:
1. Faktor Politik.
Politik merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal ini
dapat dilihat ketika terjadi instabilitas politik, kepentingan politis para
pemegang kekuasaan, bahkan ketika meraih dan mempertahankan kekuasaan.
Perilaku korup seperti penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang
sering terjadi. Terkait dengan hal itu memberikan gambaran bahwa politik
uang (money politics) sebagai use of money and material benefits in the
pursuit of political influence. Politik uang (money politics) merupakan tingkah
laku negatif karena uang digunakan untuk membeli suara atau menyogok para
pemilih atau anggota-anggota partai supaya memenangkan pemilu si pemberi
uang.
Penyimpangan pemberian kredit atau penarikan pajak pada
pengusaha, kongsi antara penguasa dengan pengusaha, kasus-kasus pejabat
Bank Indonesia dan Menteri di bidang ekonomi pada rezim lalu dan
pemberian cek melancong yang sering dibicarakan merupakan sederet kasus
yang menggambarkan aspek politik yang dapat menyebabkan korupsi.
Menurut Susanto korupsi pada level pemerintahan adalah dari sisi penerimaan,
pemerasan uang suap, pemberian perlindungan, pencurian barang-barang
publik untuk kepentingan pribadi, tergolong korupsi yang disebabkan oleh
konstelasi politik. Sementara menurut De Asis, korupsi politik misalnya
perilaku curang (politik uang) pada pemilihan anggota legislatif ataupun
pejabat-pejabat eksekutif, dana illegal untuk pembiayaan kampanye,
penyelesaian konflik parlemen melalui cara-cara illegal dan Teknik lobi yang
menyimpang.
2. Faktor Hukum
Faktor hukum bisa dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari aspek perundang-
undangan dan sisi lain lemahnya penegakkan hukum. Penyebab keadaan ini
sangat beragam, namun yang dominan adalah:
a. Tawar menawar dan pertarungan kepentingan antara kelompok dan
golongan diperlemen, sehingga sehingga memunculkan aturan yang
bias dan diskriminatif.
b. Praktek politik uang dalam pembuatan hukum berupa suap menyuap,
utamanya menyangkut perundang-undangan dibidang ekonomi dan
bisnis.
3. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya korupsi.
Hal ini dapat dijelaskan dari pendapatan atau gaji yang tidak mencukupi
kebutuhan. Pendapat ini tidak mutlak benar karena dalam teori kebutuhan
Maslow, sebagaimana dikutip oleh Sulistyantoro, korupsi seharusnya hanya
dilakukan oleh orang untuk memenuhi dua kebutuhan yang paling bawah dan
logika lurusnya hanya dilakukan oleh komunitas masyarakat yang pas-pasan
yang bertahan hidup. Namun saat ini korupsi dilakukan oleh orang kaya dan
berpendidikan tinggi. Pendapat lain menyatakan bahwa kurangnya gaji dan
pendapatan pegawai negeri memang merupakan faktor yang paling menonjol
dalam arti menyebabkan merata dan meluasnya korupsi di Indonesia.
4. Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas, termasuk
sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi yang menjadi
korban korupsi atau dimana korupsi terjadi biasanya memberi andil terjadinya
korupsi karena membuka peluang atau kesempatan untuk terjadinya korupsi.
Bilamana organisasi tersebut tidak membuka peluang sedikitpun bagi
seseorang untuk melakukan korupsi, maka korupsi tidak akan terjadi. Aspek-
aspek penyebab terjadinya korupsi dari sudut pandang organisasi ini meliputi:
a. Kurang adanya teladan dari pimpinan
b. tidak adanya kultur organisasi yang benar
c. sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang memadai.
d. manajemen cendrung menutupi korupsi didalam organisasinya.

C. Peran Anak Bangsa dalam Memerangi Korupsi


Penanganan korupsi akan lebih efektif apabila menggunakan pendekatan yang
kolektif apabila menggunakan pendekatan yang kolektif komprehensif, menyeluruh
dan secara bersama- sama.Sejak berdirinya negara kesatuan republic Indonesia, sudah
banyak niatan bahkan usaha untuk mencegah dan menentang korupsi. Cukup banyak
lembaga yang dibentuk untuk memberantas korupsi. Tonggak upaya mencegah
korupsi dimulai pada tahun 1957 dengan dikeluarkannya tiga peraturan penguasa
militer, yaitu peraturan penguasa militer No.PRT/PM/06/1957, peraturan penguasa
militer No.PRT/PM/08/1957, dan peraturan penguasa militer No.PRT/PM/011/1957
yang semuanya berkaitan dengan perbuatan korupsi.
Peraturan tersebut merupajan wujud usaha yang membuktikan niat pemerintah
untuk membersihkan aparatur negara dari perbuatan korupsi. Pada tahun 1959,
presiden soekarno membentuk badan pengawas kegiatan aparatur negara (Bapekan)
melalui perpres RI No.1 tahun 1959. Bapekan bertugas untuk melakukan penelitian
(pengawasan) terhadap kewajaran kegiatan-kegiatan aparatur negara. Pemerintah juga
membentuk panitia retooling aparatur negara (PARAN) yang diketahui oleh jendral
A.H nasution.
1. Usaha Kuratif atau Penindakan
Usaha kuratif merupakan upaya pemberantasan korupsi melalui
penegakan hukum (law enforcement) setelah terjadinya korupsi. Dalam
beberapa teori usaha kuratif juga sering disebut sebagai usaha represif,
dengan arti yang sama. Penindakan korupsi merupakan upaya penanganan
korupsi melalui jalur hukum. Para pelaku korupsi dijerat pasal hukum
pidana dengan tujuan untuk menghukum, agar jera dan tidak melakukan
korupsi. Usaha kuratif masih memiliki keterbatasan. Nawawi arif 2008
sebagaimana disebutkan dalam tim penulis buku pendidikan anti korupsi,
2019 menyatakan bahwa upaya berupa sanksi hukum seharusnya hanya
digunakan sebagai subside. Adapun yang menjadi pertimbangan adalah:
a. Secara dogmatis, sanksi hukum harus digunakan sebagai
ultimatum remedium, yang artinya bahwa sanksi hukum
merupakan solusi terakhir bila bidang lain sudah tidak dapat
digunakan .
b. Secara fungsional, penerapan sanksi hukum memerlukan biaya
operasional yang besar.
c. Sifat kontradiktif yang mengandung efek negatif. yang dapat
dilihat dari efek yang kerap terjadi dilembaga permasyarakatan.
d. Upaya sanksi hukum tidak memberikan solusi pemecahan atas apa
yang menjadi penyebab perbuatan.
e. Uoaya sanksi hukum hanya merupakan bagian kecil dari control
sosial yang tidak mungkin memecahkan masalah sosial yang
kompleks.
f. System hukum bersifat individual Efektivitas sanksi hukum
tergantung pada banyak faktor dan masih sering menjadi bahan
perdebatan para ahli.

2. Usaha Preventif atau Pencegahan


Usaha preventif dilakukan sebelum korupsi terjadi dengan tujuan agar
para calon pelaku mengurungkan niatnya untuk melakukan korupsi dan
masyarakat pada umumnya tidak memiliki niat untuk melakukan tindakan
korupsi. Beberapa upaya preventif yang dilakukan sebagai upaya
pencegahan korupsi, diantaranya:
a. Menciptakan undang –undang maupum regulasi yang memperkecil
kemungkinan terjadinya korupsi.
b. Edukasi masyarakat sejak usia dini.
c. Gerakan sosial budaya untuk menanamkan nilai-nilai anti korupsi.
d. Penggunaan teknologi dalam mempromosikan transparansi.
e. Pemberdayaan masyarakat melalui lembaga swadaya masyarakat.

D. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi


1. Strategi Preventif
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak
korupsi.Upaya preventif dapat dilakukan dengan: Memperkuat Dewan
Perwakilan Rakyat atau DPR.Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran
peradilan di bawahnya.Membangun kode etik di sektor publik.Membangun
kode etik di sektor partai politik, organisasi profesi, dan asosiasi bisnis.
Meneliti lebih jauh sebab-sebab perbuatan korupsi secara
berkelanjutan.Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia atau SDM
dan peningkatan kesejahteraan pegawai negeri mewajibkan pembuatan
perencanaan strategis dan laporan akuntabilitas kinerja bagi instansi
pemerintah. Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen.
Penyempurnaan manajemen barang kekayaan milik negara atau BKMN.
Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat. Kampanye untuk
menciptakan nilai atau value secara nasiona
2. Strategi Detektif
Upaya detektif adalah usaha yang diarahkan untuk mendeteksi terjadinya
kasus-kasus korupsi dengan cepat, tepat, dan biaya murah. Sehingga dapat
segera ditindak lanjuti.
a. Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari masyarakat.
b. Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu.
c. Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi publik.
d. Partisipasi Indonesia pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian
uang di kancah internasional.
a. Peningkatan kemampuan Aparat Pengawasan Fungsional
Pemerintah ata APFP dalam mendeteksi tindak pidana korupsi
3. Strategi Represif
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi
yang telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya
murah. Sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai
peraturan perundangan yang berlaku

Ada yang mengatakan bahwa upaya yang paling tepat untuk


memberantas korupsi adalah menghukum seberat beratnya pelaku korupsi.
Dengan demikian, bidang hukum khususnya hukum pidana akan dianggap
sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas korupsi. Merupakan
sebuah realita bahwa kita sudah memiliki berbagai perangkat hukum untuk
memberantas korupsi yaitu peraturan perundangundangan. Kita memiliki
lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan
tersebut baik kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan.
Kita bahkan memiliki sebuah lembaga independen yang bernama
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang kesemuanya dibentuk salah
satunya untuk memberantas korupsi. Namun apa yang terjadi? Korupsi tetap
tumbuh subur dan berkembang dengan pesat. Sedihnya lagi, dalam realita
ternyata lembaga dan aparat yang telah ditunjuk tersebut dalam beberapa
kasus justru ikut menumbuh suburkan korupsi yang terjadi di Indonesia. Ada
pula pendapat yang mengatakan bahwa bekal pendidikan (termasuk
Pendidikan Agama) memegang peranan yang sangat penting untuk mencegah
korupsi. Benarkah demikian? Yang cukup mengejutkan, negara-negara yang
tingkat korupsinya cenderung tinggi, justru adalah negara-negara yang
masyarakatnya dapat dikatakan cukup taat beragama.
Ada yang mengatakan bahwa untuk memberantas korupsi, sistem dan
lembaga pemerintahan serta lembaga-lembaga negara harus direformasi.
Reformasi ini meliputi reformasi terhadap sistem, kelembagaan maupun
pejabat publiknya. Ruang untuk korupi harus diperkecil. Transparansi dan
akuntabilitas serta akses untuk mempertanyakan apa yang dilakukan pejabat
publik harus ditingkatkan. Penting pula untuk membentuk lembaga
independen yang bertugas mencegah dan memberantas korupsi.
Lembaga ini harus mempertanggung jawabkan apa yang dilakukannya
kepada rakyat. Ruang gerak serta kebebasan menyatakan pendapat untuk
masyarakat sipil (civil society) harus ditingkatkan, termasuk di dalamnya
mengembangkan pers yang bebas dan independen.Berbagai upaya atau
strategi yang dilakukan untuk memberantas korupsi antara lain seperti yang
dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan the Global Program
Against Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations Anti Coruption
Toolkit (UNODC:2004). Selain itu, ada pembentukan lembaga anti korupsi.
Lembaga ini pertama kali didirikan oleh Parlemen Swedia dengan nama
Justitieombudsmannen pada tahun 1809.
Di Indonesia ada ombudsman adalah mengembangkan kepedulian
serta pengetahuan masyarakat mengenai hak mereka untuk mendapat
perlakuan yang baik, jujur dan efisien dari pegawai pemerintah
(UNODC:2004). Upaya pencegahan korupsi di sektor publik adalah antara
lain dengan mewajibkan pejabat publik untuk melaporkan harta kekayaan
yang dimiliki Pencegahan sosial dan pemberdayaan masyarakat, memberi hak
pada masyarakat untuk mendapatkan akses terhadap informasi Instrumen
hukum pendukung pencegahan dan pemberantasan korupsi, monitoring dan
evaluasi untuk mencari cara untuk menemukan solusi memberantas korups,
kerjasama Internasional dengan negara lain maupun dengan International.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan
korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan
tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan
keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah,
penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor
ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di
bawah kekuasaan jabatan.
Upaya preventif adalah usaha pencegahan korupsi yang diarahkan untuk
meminimalisasi penyebab dan peluang seseorang melakukan tindak korupsi.Upaya
preventif dapat dilakukan dengan: Memperkuat Dewan Perwakilan Rakyat atau
DPR.Memperkuat Mahkamah Agung dan jajaran peradilan di bawahnya.Membangun
kode etik di sektor publik.
Upaya represif adalah usaha yang diarahkan agar setiap perbuatan korupsi
yang telah diidentifikasi dapat diproses dengan cepat, tepat, dan dengan biaya murah.
Sehingga para pelakunya dapat segera diberikan sanksi sesuai peraturan perundangan
yang berlaku

B. Saran
Demikian makalah ini ditulis, dengan adanya uraian dari makalah ini semoga
dapat dan bisa kita pehami dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Saadah. 2019. Pengaruh pemahaman dampak korupsi. Jurnal vol 2, no.2

Ita Suryani .2013. Penanaman Nilai Anti Korupsi di Perguruan Tinggi. Jurnal Visi
Komunikasi vol.XII, No.02.

Anton widyanto. 2018. Anti Korupsi. Banda aceh; NASA

Jusuf kristianto. 2022. pengetahuan dasar anti korupsi dan integritas. Bandung; Cv.
media sains Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai