Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

“PERKUAT LEGITIMASI MORAL UNTUK MENCEGAH KORUPSI”

Disusun oleh:

1. Laela Cahyu Andini ( 2152000041)


2. Wahidah Nur Rahmah ( 2152000045)
3. Nunik Pratiwi ( 2152000054)
4. Desy Ayu Pamungkas ( 2152000065)
5. Putri Mawarsari   ( 2152000066)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2021/2022


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan berkat, rahmat dan hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang judul “Perkuat Legitmasi Moral untuk Mencegah Korupsi”. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah
memberikan tugas ini kepada kami dan semua pihak yang telibat dalam proses pembuatan
makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan
perkembangan dunia pendidikan. Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna
dikarenakan terbatasnya pengetahuan serta pengalaman yang kami miliki. Maka dari itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak agar
kedepannya dapat menulis makalah yang lebih baik

Sukoharjo, 21 April 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PEGANTAR ........................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi ........................................................................................... 3
B. Kasus-kasus Korupsi ........................................................................................... 5
1. Kasus E-KTP ........................................................................................... 5
2. Sel Setya Novanto ........................................................................................... 7
C. Faktor-faktor Korupsi ........................................................................................... 11
D. Cara Mengatasi Korupsi ........................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 15
B. Saran ........................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 16

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas peradilan Indonesia dalam menangani kasus mega korupsi ataupun korupsi dalam
skala kecil sedang dipertanyakan khalayak ramai. Masyarakat menilai jeratan hukum Indonesia
dalam menangani tersangka korupsi sangat lemah dan adanya sesuatu yang janggal. Koruptor
kaum elit mendapat perlakuan khusus dan istimewa, seperti hal nya dalam kasus mega korupsi e-
KTP.

Berawal dari terbitnya Undang-Undang No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi


Kependudukan dalam Pasal 1 disebutkan bahwa penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu
KTP. Hal ini dimaksudkan KTP bersifat tunggal dan terwujudnya basis data kependudukan yang
lengkapdan akurat diperlukan dukungan teknologi yang dapat menjamin dengan tingkat akurasi
tinggi untuk mencegah pemalsuan dan penggandaan. Pemerintah berusaha berinovasi dengan
menerapkan teknologi informasi dalam sistem KTP dan menjadikan KTP konvensional menjadi
KTP elektronik (e - KTP) yang menggunakan pengamanan berbasis biometrik. Harapannya
adalah tidak ada lagi duplikasi KTP dandapat menciptakan kartu identitas multifungsi. Namun,
disayangkan mega proyek e- KTP ini disalahgunakan oleh segelindir oknum yang menginginkan
keuntungan pribadi dan dijadikan sumber aliran dana untuk kekayaan pribadi oknum tersebut.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari korupsi?
2. Bagaimana kronologi tindak pidana korupsi Ktp-Elektronik yang melibatkan Setya
Novanto?
3. Bagaimana keterkaitan Hotel Prodeo yang menjadikan tingkat korupsi di Indonesia masih
sangat tinggi?
4. Apa saja yang menjadi faktor-faktor yang mendorong seseorang melakukan korupsi?
5. Bagaimana bentuk penanggulangan untuk mencegah terjadinya korupsi?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian Korupsi
2. Mengetahui bagaimana kronologi tindak pidana korupsi Ktp-Elektronik yang melibatkan
Setya Novanto.
3. Mengetahui bagaimana Hotel Prodeo bisa menjadikan korupsi di Indonesia masih sangat
tinggi.
4. Mengetahui faktor-faktor apa saja yang mendorong seseorang melakukan korupsi.
5. Mengetahui bagaimana cara mencegah terjadinya korupsi.

2
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi

Korupsi adalah tindakan yang dilakukan oleh oknum dari suatu pihak untuk memperkaya
diri/golongan tertentu yang merugikan orang banyak. Korupsi atau rasuah atau mencuri (bahasa
Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok, mencuri, maling) adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun
pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan
tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak. Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara
garis besar memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

1. Perbuatan melawan hukum.


2. Penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana.
3. Memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi,.
4. Merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, memberi atau menerima hadiah atau janji
(penyuapan), penggelapan dalam jabatan, pemerasan dalam jabatan, ikut serta dalam pengadaan
(bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan menerima gratifikasi (bagi pegawai
negeri/penyelenggara negara). Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari
yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di mana
pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau berat,
terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal seperti penjualan

3
narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja.
Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk membedakan
antara korupsi dan kejahatan. Tergantung dari negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan
antara yang dianggap korupsi atau tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal
di satu tempat namun ada juga yang tidak legal di tempat lain. Kondisi yang mendukung
munculnya korupsi, antara lain :

1. Konsentrasi kekuasaan di pengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung


kepada rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratik.
2. Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah
3. Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan
politik yang normal.
4. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.
5. Lingkungan tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan "teman lama".
6. Lemahnya ketertiban hukum.
7. Lemahnya profesi hukum.
8. Kurangnya kebebasan berpendapat atau kebebasan media massa.
9. Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil.
10. Rakyat yang cuek, tidak tertarik, atau mudah dibohongi yang gagal memberikan
perhatian yang cukup ke pemilihan umum.
11. Ketidakadaannya kontrol yang cukup untuk mencegah penyuapan atau sumbangan
kampanye.

Korupsi mencakup penyalahgunaan oleh pejabat pemerintah seperti penggelapan dan


nepotisme, juga penyalahgunaan yang menghubungkan sektor swasta dan pemerintahan seperti
penyogokan, pemerasan, campuran tangan, dan penipuan. Korupsi memerlukan dua pihak yang
korup: pemberi sogokan (penyogok) dan penerima sogokan. Di beberapa negara, budaya
penyogokan mencakup semua aspek hidup sehari-hari, meniadakan kemungkinan untuk berniaga
tanpa terlibat penyogokan. Negara-negara yang paling sering memberikan sogokan pada
umumnya tidak sama dengan negara-negara yang paling sering menerima sogokan. Duabelas
negara yang paling minim korupsinya, menurut survey persepsi (anggapan tentang korupsi oleh
rakyat) oleh Transparansi Internasional pada tahun 2001 adalah sebagai berikut: Australia,

4
Kanada, Denmark, Finlandia, Islandia, Luxemburg, Belanda, Selandia Baru, Norwegia,
Singapura, Swedia, Swiss, dan Israel. Menurut survei persepsi korupsi, tigabelas negara yang
paling korup adalah: Azerbaijan, Bangladesh, Bolivia, Kamerun, Indonesia, Irak, Kenya,
Nigeria, Pakistan, Rusia. Tanzania, Uganda, dan Ukraina. Namun, nilai dari survei tersebut
masih diperdebatkan karena ini dilakukan berdasarkan persepsi subyektif dari para peserta survei
tersebut, bukan dari penghitungan langsung korupsi yg terjadi (karena survey semacam itu juga
tidak ada)

Di arena politik, sangatlah sulit untuk membuktikan korupsi, tetapi lebih sulit lagi untuk
membuktikan ketidakadaannya. Maka dari itu, sering banyak ada gosip menyangkut politisi.
Politisi terjebak di posisi lemah karena keperluan mereka untuk meminta sumbangan keuangan
untuk kampanye mereka. Sering mereka terlihat untuk bertindak hanya demi keuntungan mereka
yang telah menyumbangkan uang, yang akhirnya menyebabkan munculnya tuduhan korupsi
politis. Sering terjadi di mana politisi mencari cara untuk mencoreng lawan mereka dengan
tuduhan korupsi. Di Republik Rakyat Tiongkok, fenomena ini digunakan oleh Zhu Rongji, dan
yang terakhir, oleh Hu Jintao untuk melemahkan lawan-lawan politik mereka.

Mengukur korupsi - dalam artian statistik, untuk membandingkan beberapa negara, secara
alami adalah tidak sederhana, karena para pelakunya pada umumnya ingin bersembunyi.
Transparansi Internasional, LSM terkemuka di bidang anti korupsi, menyediakan tiga tolok ukur,
yang diterbitkan setiap tahun: Indeks Persepsi Korupsi (berdasarkan dari pendapat para ahli
tentang seberapa korup negara-negara ini); Barometer Korupsi Global (berdasarkan survei
pandangan rakyat terhadap persepsi dan pengalaman mereka dengan korupsi); dan Survei
Pemberi Sogok, yang melihat seberapa rela perusahaan-perusahaan asing memberikan sogok.
Transparansi Internasional juga menerbitkan Laporan Korupsi Global; edisi tahun 2004 berfokus
kepada korupsi politis. Bank Dunia mengumpulkan sejumlah data tentang korupsi, termasuk
sejumlah Indikator Kepemerintahan.

B. Kasus-Kasus Korupsi
Ada dua kasus yang akan kita bahas, yaitu :
1. Kasus E-KTP

5
Mantan ketua DPR, Setya Novanto, melalui perjalanan Panjang pada tahun 2017 hingga
akhirnya di sidang sebagai terdakwa kasus dugaan korupsi proyek e-KTP. Pada awalnya
mantan Direktur pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Direktorat Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kemendagri, Sugiharto dan mantan Direktur Jenderal
Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Irman menjadi terdakwa.

Dalam dakwaan yang dibacakan jaksa KPK di Pengadilan Tipikor, pada tanggal 9/3/2017)
Setya Novanto disebut memiliki peran dalam mengatur besaran anggaran e-KTP yang
mencapai nilai yang cukup besar yaitu Rp 5,9 triliun. Pada akhirnya Setya Novanto menjalani
sidang perdananya sebagai terdakwa dalam kasus korupsi e-KTP pada 13 Desember 2017.
Pada tanggal 9 Maret 2017 pengadilan Tipikor membacakan dakwaan Irman dan Sugiharto
yang menyebut keterlibatan Setnov dalam korupsi e-KTP. pada awalnya Setnov ditemui
sejumlah pejabat Kementerian Dalam Negeri untuk minta dukungan terkait proyek e-KTP
pada februari 2010 di Hotel Gran Melia, Jakarta, saat itu yang menemui Novanto adalah dua
terdakwa yang juga pejabat Kemendagri, Irman dan Sugiharto, Sekjen Kemendagri Diah
Anggraeni, dan pengusaha Andi Agustinus, Setnov menyatakan dukungan.

Saat ditanya bentuk dukungan, Setnov menjawab akan mengkoordinasikan dengan


pimpinan fraksi yang lain, kemudian sekitar Juli-Agustus 2010, proyek e-KTP dibahas dalam
pembahasan Rancangan APBN anggaran 2011, dalam dakwaan Andi Agustinus diketahui
beberapa kali melakukan pertemuan dengan Setnov dan hingga akhirnya Setnov Bersama.
Andi, Anas dan Nazaruddin disebut telah menyepakati anggaran proyek e-KTP sebesar Rp5,9
triliun. Dari anggaran itu, rencananya 51 persen atau Rp 2,662 triliun akan digunakan untuk
belanja modal pembiayaan proyek e-KTP, sementara 49 persen atau sebesar Rp 2,558 triliun,
akan dibagi-bagikan ke sejumlah pihak terkait dan Setnov, Andi, Anas dan Nazarudin disebut
mengatur pembagian anggaran dari 49 persen yang rencananya akan dibagi-nagi tersebut.
Penjelasan pembagian sebagai berikut:

a) 7 persen (Rp 365,4 miliar) untuk pejabat Kementan.


b) 5 persen (Rp261 miliar) untuk anggota Komisi II DPR.
c) 15 persen (Rp 783 miliar) untuk rekanan/pelaksana pekerjaan.
d) 11 persen (Rp 574,2 miliar) direncanakan untuk Setnov dan Andi.
e) 11 persen (Rp 574,2 miliar) direncanakan untuk Anas dan Nazaruddin.

6
Novanto membantah keterlibatan dirinya dalam kasus dugaan korupsi pengadaan e-KTP
ini. Setnov mengaku tidak mengetahui apa pun terkait pembagian uang kepada sejumlah
anggota DPR dan membantah tidak menerima sejumlah uang dari proyek tersebut senilai 11
persen. KPK mengumumkan Setya Novanto sebagai tersangka pada tanggal 17 Juli 2017 ia
diduga mengatur agar anggaran proyek e-KTP senilai Rp 5,9 triliun disetujui anggota DPR.
Selain itu Setnov juga diduga telah mengondisikan pemenang lelang dalam proyek e-KTP,
Bersama Andi Agustinus, Setnov diduga ikut menyebabkan kerugian negara Rp 2,3 triliun.

Pada tanggal 4 september 2017 Setnov melakukan praperadilan setelah satu bulan
berstatus tersangka Setnov lakukan praperadila terhadap KPK ke Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan. Gugatan terdaftar dalam nomor 97/pid.Prap/2017 PN Jak Sel dalam praperadilan ini
Setnov meminta penetapan statusnya sebagai tersangka dibatalkan KPK Lalu pada tanggal 11
September 2017 Setnov dipanggil oleh KPK sebagai tersangka namun tidak dapat hadir
dengan alasan sakit, Menurut Idrus, Novanto saat itu masih menjalani perawatan di RS
Siloam, Semanggi Jakarta. Hasil pemeriksaan medis, gula darah Novanto naik setelah
melakukan olahraga.

Kasus dimana Novanto kecelakaan adalah salah satu kasus yang sangat membingungkan
banyak orang, karena kejadian karena tercium bau bau dramatisir kejadian, atau dalam kata
lain adalah suatu kecelakaan yang dibuat buat, pada tanggal 16 November 2017 dikabarkan
mengalami kecelakaan mobil lalu dilarikan ke Rumah Sakit Medika Permata Hijau, Jakarta
Selatan. Pengacara Novanto, Fredrich Yunadi kecelakaan tersebut tidak jauh dari rumah sakit
tersebut, Setya Novanto menjalani sidang perdana sebagai terdakwa pada tanggal 13
Desember 2017 pada saat sidang Novanto sering mengelak saat diberi pertanyaan.

Pada 18 September KPK kembali memanggil Setya Novanto untuk diperiksa sebagai
tersangka. Namun lagi-lagi Novanto tidak hadir karena sakit. Bahkan kali ini kondisi
kesehatannya memburuk Novanto harus menjalani kateterisasi jantung di Rumah Sakit
Premier Jatinegara, Jakarta Timur. Tanggal 22 September Hakim Cepi menolak eksepsi yang
diajukan KPK dalam praperadilan Setya Novanto. KPK menganggap keberatan Novanto soal
status penyelidik dan penyidik KPK adalah keliru. Kepala Biro Hukum KPK Setiadi menilai,
pengacara Novanto sebaiknya mempermasalahkan status penyelidik dan penyidik melalui
Pengadilan Tata Usaha Negara, bukan praperadilan. Namun, Hakim Cepi tak sependapat

7
dengan Setiadi. Menurut dia, status penyidik dan penyelidik KPK yang dipersoalkan pihak
Novanto bukan merupakan sengketa kepegawaian tata usaha negara.

Tanggal 25 September Partai Golkar menggelar rapat pleno yang menghasilkan keputusan
agar Setya Novanto non-aktif dari posisi Ketum. Internal Partai Golkar mulai bergejolak
dengan kondisi Novanto yang berstatus tersangka KPK dan tengah sakit. Hasil kajian tim
internal, elektabilitas Golkar terus merosot tajam. Golkar ingin segera ada pelaksana tugas
ketua umum untuk menggantikan peran Novanto memimpin partai. Rapat pleno lanjutan
terkait penonaktifan Setya Novanto rencananya digelar pada 27 September. Namun, atas
permintaan Novanto, rapat pleno itu ditunda. Sampai putusan praperadilan Novanto diketok,
cepat pleci belum juga terlaksana.

Pada 26 September DPR memperpanjang masa kerja panitia khusus hak angket terhadap
KPK. Berdasarkan Undang-undang, Pansus melaporkan masa kerjanya ke rapat paripurna 60
hari setelah terbentuk. Namun dalam rapat paripurna, pansus justru meminta persetujuan agar
masa kerjanya diperpanjang. Pengesahan perpanjangan masa kerja pansus ini diwarnai aksi
walk out dari Fraksi Gerindra, PKS dan PAN karena interupsi mereka tak digubris. Di hari
yang sama, sidang praperadilan Novanto kembali berjalan. Pihak Novanto mengajukan bukti
tambahan berupa laporan hasil pemeriksaan (LHP) dari BPK terhadap KPK pada tahun 2016.
LHP itu terkait pengangkatan penyidik di KPK. Namun KPK keberatan dengan bukti itu
karena didapatkan dari pansus Angket terhadap KPK di DPR.

Lalu, 27 September Hakim Cepi menolak nintaan KPK untuk memutar rekaman di
persidangan. Padahal, KPK yakin rekaman tersebut bisa menunjukkan bukti kuat mengenai
keterlibatan Novanto dalam proyek E-KTP. Di hari yang sama, Foto Setya Novanto tengah
terbaring di rumah sakit viral jagad maya. Dalam foto tersebut, Setya Novanto tengah tertidur
dengan bantuan alat pernapasan serta infus. Ia tengah dijenguk oleh Endang Srikarti
Handayani, anggota DPR dari Fraksi Partai Golkar. Kemunculan foto Novanto tersebut tak
membuat kebanyakan netizen memperlihatkan empati. Para netizen justru menjadikan foto itu
sebagai guyonan. Pada 29 September. Setelah menjalani serangkaian sidang, Hakim tunggal
Cepi Iskandar mengabulkan sebagian permohonan Novanto, Penetapan Novanto sebagai
tersangka oleh KPK dianggap tidak sah alias batal. Hakim juga meminta KPK untuk
menghentikan penyidikan terhadap Novanto Hakim Cepi beralasan, penetapan tersangka

8
Setya Novanto tidak sah karena dilakukan di awal penyidikan, bukan di akhir penyidikan
Hakim juga mempermasalahkan alat bukti yang digunakan KPK untuk menjerat Novanto.
Sebab, alat bukti itu sudah digunakan dalam penyidikan terhadap Irman dan Sugiharto, dua
pejabat Kementerian Dalam Negeri yang sudah divonis di pengadilan.

Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid mengatakan, putusan praperadilan tidak
berkaitan dengan dinamika politik di internal partai. Apapun hasil praperadilan atas penetapan
tersangka Setya Novanto, Golkar akan tetap melakukan evaluasi terhadap kinerjanya selama
memimpin partai. Hal ini menyusul hasil Tim Kajian Elektabilitas Partai Golkar yang
menyatakan bahwa partai berlambang pohon beringin itu mengalami penurunan elektabilitas
karena status tersangka Setya Novanto dalam kasus korupsi E-KTP. Dalam persidangan yang
digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta pada kamis (29/03) dari pukul 11 hingga
pukul 16. Jaksa menilai Setya Novanto memiliki peran yang penting dalam skandal korupsi
bersama 9 orang lainnya yang merugikan negara. Maka dari itu jaksa menuntut bahwa Setyo
Novanta bersalah dan “menjatuhkan hukuman selama 16 tahun dan denda 1 miliar, apabila
tidak dibayar dapat diganti dengan kurungan selama 6 bulan,” ujar jaksa Abdul Basir.
“Berdasarkan fakta hukum, maka dapat disimpulkan bahwa terdakwa telah menerima
pemberian fee seluruhnya sejumlah US 7,3 juta dan menerima satu jam tangan merk Richard.
Mille seharga USD 135 ribu,“ ujar jaksa Wawan. dalam fakta persidangan yng terungkap dari
keterangan 81 saksi dan 9 ahli terdakwa dan barang bukti yang jelas, jaksa menilai bahwa
Setya Novanto menyalahgunakan wewenang dan kedudukannya sebagai ketua DPR dalam hal
pengadaan barang dan jasa.

2. Terkuaknya Sel Tahanan seperti Hotel Berbintang Setya Novanto

Tersangka kasus mega korupsi proyek pengadaan e-KTP, Setya Novanto terbukti sebagai
tersangka korupsi e -KTP. Jaksa menilai Setya Novanto memiliki peran penting dalam
skandal korupsi yang merugikan negara senilai 2,3 triliun, Setya Novanto melakukan korupsi
tersebut bersama 9 orang lainnya.

Walaupun ia seorang ketua Golkar dan DPR, atas bukti dan saksi mengadah kepadanya,
Setya Novanto tidak bisa lagi mangkir dari kasus korupsi yang menjeratnya. Ia digelandang
ke rumah tahanan KPK dan menjalani rangkaian persidangan. Dalam putusan hakim, 24 April
2018 Setya Novanto divonis 16 tahun penjara dan denda Rp. 1 Milyar, jika denda tidak

9
dibayar maka diganti dengan kurungan 6 bulan serta sanksi dicabut hak politiknya selama 5
tahun.

Namun, tidak berhenti disitu dan tidak dianggap selesai penanganan kasus korupsi
Setya Novanto memunculkan babak kontroversi baru yakni adanya ketidakadilan hukum
dalam sel tahanan Setya Novanto yang dinilai mewah dan dinilai bukan sel tahanan
sesungguhnya. Bermula dari temuan Ombudsman saat inspeksi mendadak (sidak) ke lapas
tersebut pada Kamis 13 September 2018. Sejumlah anggota Ombudsman menemukan bahwa
kamar milik Setya Novanto lebih luas dibandingkan tahanan yang lainnya. Menteri Hukum
dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna Laoly bereaksi. Dia mengutus Irjen
Kemenkumham Aidir Amin Daud untuk mengecek sel Setya Novanto di Lapas Sukamiskin,
Bandung. Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas 1A Sukamiskin, Tejo Harwanto
membenarkan sel yang dihuni Setya Novanto lebih luas dengan ukuran 300 cm hingga 500
cm. Tak hanya itu, sel tahanan Setya Novanto dinilai bak hotel berbintang dengan segala
fasilitas yang tidak masuk logika jika disebut sebagai ruang sel tahanan. Kondisi ruangan
yang luas, arsitektur mewah dan segala fasilitas mewah rupanya bukan mencerminkan ruang
sel tahanan yang ditujukan untuk oknum terpidana.

Tak hanya itu, tim mata najwa berkesempatan menengok keadaan ruang sel tahanan Setya
Novanto. Setelah heboh OTT KPK dan penemuan fasilitas mewah dalam sel di Lapas
Sukamiskin, Ditjen Pemasyarakatan (Pas) Kemenkum HAM melakukan sidak ke Sukamiskin.
Sidak itu diikuti tim Mata Najwa, yang kemudian menayangkan hasil kunjungannya ke Lapas
Sukamiskin. Dalam acara Mata Najwa, yang dihadiri Menkum HAM Yasonna Laoly, Najwa
menyebut menemukan kejanggalan saat mendatangi sel nomor 29 Blok Timur yang ditempati
Novanto. Begitu masuk ke sel Novanto, terlihat kamar yang begitu ditata rapi, kecil, dan
terkesan sederhana. Tapi ada beberapa hal yang dicurigai. Salah satunya papan nama di pintu
yang terkesan baru dipasang. Barang-barang yang berada di dalam sel Novanto juga tidak
mencerminkan pribadi mantan Ketua DPR itu. Ada sejumlah parfum perempuan hingga cat
rambut yang berharga murah.

10
C. Faktor- Faktor Korupsi
Dari kasus korupsi yang terjadi itu kita dapat melihat apa saja faktor yang mempengaruhinya,
antara lain :
1. Lemahnya Pemimpin

Suatu pimpinan dalam negara atau pemimpin harus bertanggung jawab terhadap
bawahnnya, karena seorang pemimpin adalah sebagai leadership yang artinya harus
memberikan contoh yang baik, berkharisma agar tidak dipermainkan anak buahnya. Agar
bawahan tidak berani untuk berbuat korupsi atau berperilaku menyimpang.

2. Lemahnya Pengajaran Etika

Hal ini berkaitan dengan pengajaran etika yang kurang ditekankan kepada semua orang.
Karena dalam suatu pemerintahan harus memiliki etika yang baik yaitu perilaku atau
tindakan.

3. Moralitas

Suatu moralitas itu sangat di perlukan dalam suatu pemerintahan yang di tujukan untuk
kepentingan bersama agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.

4. Rendahnya Pendidikan

Kurangnya suatu pendidikan dapat menjadi timbulnya korupsi karena dengan berbagai
keterbatasan itulah mereka mencari luang untuk memperoleh keuntungan yang besar.Tidak
adanya tindakan hukum yang tegas Seharusnya pihak hukum lebih tegas lagi dalam
menangani sebuah masalah yang dampaknya sangat merugikan sebuah negara. Dan jangan
mau jika ada suap menyuap karena itu sama saja tidak membuat para pelaku korupsi sadar
diri. Lebih baik mendapatkan hukuman berupa dihukum mati atau penjara seumur hidup agar
menuntaskan tindak korupsi.

5. Rendahnya Sumber Daya Manusia

Seseorang kurang keterampilan dan kemampuan dalam mengemban tugas dan tanggung
jawab yang di berikan.

6. Masalah ekonomi

11
Yaitu rendahnya penghasilan yang diperoleh di banding dengan pengeluaran yang begitu
banyak dan gaya hidup yang kosumtif.

7. Kemiskinan

Kemiskinan yang merajalela menjadi dampak terjadinya korupsi dan tidak memikirkan
apa dampak yang akan terjadi karena hanya mementingkan kepentingan pribadi untuk
mendapat keuntungan.

D. Cara Mengatasi Korupsi


Ada tiga upaya, yaitu :
1. Upaya Pencegahan

Tindakan ini di gunakan agar masyarakat memiliki benteng diri yang kuat agar tidak
terjerumus atau terhindar dari perbuatan yang merigukan negara atau korupsi dalam
kehidupan sehari – hari mereka. Upaya ini dilakukan pemerintah berdasarkan nilai – nilai
Pancasila agar dalam pencegahannya tidak bertentangan dengan nilai – nilai dari Pancasila
itu.

2. Upaya Penindakan

Upaya penindakan dilakukan oleh pemerintah terhadap tindakan korupsi yang di bantu
oleh sebuah lembaga independen pemberantasan korupsi yaitu KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi). tindakan ini dilakukan sejak KPK berdiri pada tahun 2002.

3. Upaya Edukasi

Upaya edukasi ini dilakukan pemerintah dalam usahaya untuk memberantas korupsi
melalui proses pendidikan. Yang dilakukan dalam tiga jenis yaitu pendidikan formal,
informal, dan non formal. lewat upaya edukasi ini masyarakat sadar bahaya korupsi bagi
negara.

Selain itu, ada juga beberapa cara lain, antara lain :

1. Berikan Hukuman Berat Pada Koruptor

12
Memberikan hukuman berat bagi para pelaku koruptor, akan memunculkan efek jera. Hal
ini juga dapat menjadi pelajaran bagi seluruh kalangan agar tidak melakukan hal yang serupa.
Tak hanya di pemerintahan, hukuman berat bagi pelaku koruptor dalam kehidupan sehari-
hari juga harus diterapkan.
2. Jadi Pemimpin yang Berintegritas
Sebagai seorang pemimpin sudah seharusnya menjadi contoh yang baik bagi setiap
anggotanya. Jika seluruh pemimpin suatu negara, pemerintahan, perusahaan atau usaha tidak
melakukan tindak korupsi maka ini bisa menghalangi orang-orang yang berada di bawahnya
melakukan tindak korupsi.
3. Manfaatkan Teknologi Pada Sistem
Teknologi digital kini berkembang dengan pesat. Teknologi juga dapat digunakan untuk
mempermudah sistem birokrasi baik di pemerintahan, perusahaan, bisnis maupun lembaga
pendidikan. Dengan memanfaatkan teknologi maka setiap aktivitas dapat dipantau sehingga
meminimalisir kesempatan untuk melakukan korupsi.
4. Bangun Pendidikan Moral Sejak Kecil
Pendidikan moral merupakan pondasi yang harus diberikan sedari kecil. Dengan
pendidikan moral maka setiap insan tidak mudah tergiur dengan praktik korupsi. Orang yang
bermoral tidak akan berlaku adil, berintegritas dan bermartabat. Mereka menyadari bahwa
perbuatan korupsi akan merugikan orang lain.
5. Tanamkan Nilai Religi Secara Intensi
Sudah bukan rahasia lagi jika menanamkan nilai-nilai religi maka dapat berperan
memberantas korupsi. Setiap agama pada dasarnya tidak pernah mengajarkan perbuatan
tercela. Maka orang-orang yang beriman biasanya tidak akan terjebak dalam tindak korupsi.
6. Supremasi Hukum yang Kuat
Kekuatan hukum sangat diperlukan untuk menegakkan keadilan. Ketika hukum tidak
berfungsi sebagai mana fungsinya, maka kepercayaan publik akan hilang. Dengan
membangun supremasi hukum yang kuat, maka pelaku-pelaku koruptor tidak menemukan
celah untuk melancarkan aksi. Dengan memberlakukan hukuman secara adil tanpa pilih kasih
sehingga tak ada lagi manusia yang kebal hukum.
7. Menutup Celah Internasional

13
Hal lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi korupsi adalah dengan menutup celah
internasional. Banyak koruptor yang melakukan pencucian uang dan menyembunyikannya di
negara lain. Dengan menutup celah internasional maka para koruptor akan lebih mudah
dilacak.

14
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari kesimpulan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa hukuman antara hukum dan
kekuasaan tidak berjalan dengan baik di Indonesia ini, biasanya orang yang cenderung
mempunyai kekuasaan cenderung ingin mengendalikan hukum. Hukum perlu kekuasaan
agar hukum dapat berjalan dan kekuasaan perlu hukum sebagai pembatas jalannya
kekuasaan.
Kasus korupsi pengadaan KTP-el ini melibatkan beberapa tersangka yang bersasal dari
kementrian dalam negeri. Selain itu juga di butuhkan keberanian dari KPK sendiri agar di
harapkan mampu mengusut kasus korupsi ini hingga tuntas agar tidak terjadi lagi. Karena
kasus korupsi sampai saat ini masih belum dapat di katakan selesai. Maka suatu tindakan
hukum harus diperkuat lagi agar tidak terjadi lagi. Dan legitimasi moral di pergunakan
dengan sebaik-baiknya untuk memberantas korupsi.

B. Saran
Menurut saya korupsi memang harus diberantas secara tuntas, untuk bisa memberantas
korupsi maka pemerintah harus lebih tegas terhadap hal yang berkaitan dengan korupsi,
jika seseorang yang melakukan tindakan korupsi maka orang tersebut harus mendapat
ganjaran sesuai dengan hukum yang ada di indonesia dan pemerintah jangan mudah di
sogok atau suap oleh orang yang melakukan korupsi.

15
DAFTAR PUSTAKA

https://brainly.co.id/tugas/4464352

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Korupsi

https://id.scribd.com/document/415962005/MAKALAH-PENDIDIKAN-
KEWARGANEGARAAN-KASUS-KORUPSI-E-KTP

https://m.liputan6.com/news/read/3645369/sel-mewah-setya-novanto-di-lapas-sukamiskin

https://news.detik.com/berita/d-4214904/drama-sel-palsu-novanto-yang-terungkap

https://www.indozone.id/amp/V6sJkXV/7-cara-efektif-memberantas-korupsi

16

Anda mungkin juga menyukai