D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
ERNA WATI
ROSY GUSMELY
ROSIDA
RAHMAYANI
MEURAH INTAN
HOESLI SAPITRI
MURNI
NASLINDA
ROSMANITA
HENY SATRIANI
JASWANI H
MAWADDAH
STIKES MEDICA NURUL ISLAM
SARJANA KEBIDANAN
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini sebatas pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki.
Dan juga kami berterima kasih pada Dosen Pembimbing yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat
kekurangan-kekurangan dan jauh dari apa yang kami harapkan. Untuk itu, kami
berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan
datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang
membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
A. Latar Belakang............................................................................. 1
B. Rumusan Makalah....................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 2
A. Pengertian Korupsi...................................................................... 2
B. Strategi Pemberantasan Korupsi.................................................. 3
C. Pembentukan Lembaga Pemberantasan Korupsi.................... 9
D. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik......................................... 14
E. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat.................... 17
F. Pengembangan dan Pembuatan Insrtumen Hukum..................... 18
BAB IV PENUTUP......................................................................................... 24
A. Kesimpulan................................................................................... 24
B. Saran.............................................................................................. 24
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tindak perilaku korupsi akhir-akhir ramai di perbincangkan, baik di media
massa maupun maupun media cetak. Tindak korupsi ini mayoritas dilakukan oleh
para pejabat tinggi negara yang sesungguhnya dipercaya oleh masyarakat luas
untuk memajukan kesejahteraan rakyat sekarang malah merugikan negara.Hal ini
tentu saja sangat memprihatinkan bagi kelangsungan hidup rakyat yang dipimpin
oleh para pejabat yang terbukti melekukan tindak korupsi. Maka dari itu, di sini
kami akan membahas tentang korupsi di Indonesia dan upaya untuk
memberantasnya.
Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih
dibandingkan dengan tindak pidana lainnya.Fenomena ini dapat dimaklumi
mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini.Dampak yang
ditimbulkan dapat menyentuh berbagai bidang kehidupan.Korupsi merupakan
masalah serius, tindak pidana ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan
masyarakat, membahayakan pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta
dapat merusak nilai-nilai demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan
ini seakan menjadi budaya.Korupsi merupakan ancaman terhadap cita-cita menuju
masyarakat adil dan makmur.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah korupsi kami membatasi permasalahan
mengenai :
1 Apa itu Korupsi
2 Bagaimana strategi dalam memberantasan korupsi
3 Bagaimana cara memberantas korupsi
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah memenuhi salah satu
mata kuliah
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Korupsi
Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruption dari kata kerja corrumpere
yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah
tindakan pejabat publik, baikpolitisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang
terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal
menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk
mendapatkan keuntungan sepihak.
Dari sudut pandang hukum, tindak pidana korupsi secara garis besar
memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:
perbuatan melawan hukum,
penyalahgunaan kewenangan, kesempatan, atau sarana,
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korporasi, dan
merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.
Jenis tindak pidana korupsi di antaranya, namun bukan semuanya
memberi atau menerima hadiah atau janji (penyuapan),
penggelapan dalam jabatan,
pemerasan dalam jabatan,
ikut serta dalam pengadaan (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara), dan
menerima gratifikasi (bagi pegawai negeri/penyelenggara negara).
Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi.Semua bentuk pemerintah|pemerintahan
rentan korupsi dalam prakteknya.Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling
ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan
sebagainya. Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada
sama sekali.
B. Strategi Pemberantasan Korupsi
Tidak ada cara lain, korupsi harus diberantas. Selain merusak sendi-sendi
kehidupan berbangsa dan bernegara, korupsi juga merusak sistem perekonomian.
Imbasnya, apa lagi kalau bukan membuat negeri kita yang kaya raya itu masih
belum juga bisa mewujudkan kemakmuran dan kesejahteraan. Segala potensi
yang dimiliki pun seakan tidak berarti.Layanan publik masih buruk, tingkat
kesehatan rendah, pendidikan yang tidak terjamin, tingkat pendapat masyarakat
yang masih memprihatikan, dan banyak lagi indikator negara makmur yang belum
bisa dicapai.
Dengan kata lain, harapan untuk mewujudkan indonesia sebagaimana negeri
impian pun, bak jauh panggaang dari api. Maka itu, korupsi memang harus
dimusnahkan antara lain dengan cara; Represif, perbaikan sistem dan edukasi dan
kampanye. Agar berjalan lebih efektif, ketiganya harus dilakukan.
a. Represif
Melalui strategi represif, KPK menyeret koruptor kemeja hijau, membacakan
tuntutan, serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang menguatkan.
Beberapa tahap yang dilakukan :
1 Penanganan laporan pengaduan masyakarakat
Bagi KPK, pengaduan masyarakat merupakan salah satu sumber informasi
yang sangat penting. Hampir sebagian besar kasus korupsi terungkap,
berkat adanya pengaduan masyarakat. Sebelum memutuskan apakah suatu
pengaduan bisa dilanjutkan ke tahap penyelidikan, KPK melakukan proses
verifikasi dan penelaahan.
2 Penyelidikan
Kegiatan yang dilakukan KPK dalam rangka menemukan alat bukti yang
cukup. Bukti permulaan yang cukup dianggap telah ada apabila telah
ditemukan sekurang- kurangnya 2 alat bukti*. Jika tidak diketemukan
bukti permulaan yang cukup, penyelidik menghentikan penyelidikan.
Dalam hal perkara tersebut diteruskan, KPK melaksanakan penyidikan
sendiri atau dapat melimpahkan perkara tersebut kepada penyidik
kepolisian atau kejaksaan. Jika penyidikan dilimpahkan kepada kepolisian
atau kejaksaan, kepolisian atau kejaksaan wajib melaksanakan koordinasi
dan melaporkan perkembangan penyidikan kepada KPK.
3 Penetapan Tersangka
Tahap ini, salah satunya ditandai dengan ditetapkannya seseorang menjadi
tersangka.Atas dasar dugaan yang kuat adanya bukti permulaan yang
cukup, penyidik dapat melakukan penyitaan tanda izin Ketua Pengadilan
Negeri. Ketentuan juga membebaskan penyidik KPK untuk terlebih dahulu
memperoleh izin untuk memanggil tersangka atau menahan tersangka
yang berstatus pejabat negara yang oleh undang- undang, tindakan
kepolisian terhadapnya harus memerlukan izin terlebih dahulu.
Untuk kepentingan penyidikan, seorang tersangka wajib memberikan
keterangan kepada penyidik tentang seluruh harta bendanya dan harta
benda istri atau suami, anak, dan harta benda setiap orang atau korporasi
yang diketahui atau diduga mempunyai hubungan dengan korupsi yang
dilakukan oleh tersangka. KPK tidak berwenang mengeluarkan surat
perintah penghentian penyidikan dan penuntutan dalam perkara tindak
pidana korupsi. Artinya sekali KPK menetapkan seseorang menjadi
tersangka, maka proses harus berjalan terus hingga ke penuntutan.
4 Penuntutan
Kegiatan penuntutan dilakukan dilakukan penuntut umum setelah
menerima berkas perkara dari penyidik. Paling lama 14 hari kerja terhitung
sejak diterimanya berkas tersebut, wajib melimpahkan berkas perkara
tersebut ke Pengadilan Negeri. Dalam hal ini, Penuntut Umum KPK dapat
melakukan penahanan terhadap tersangka selama 20 hari dan dapat
diperpanjang lagi dengan izin pengadilan untuk paling lama 30 hari.
Pelimpahan ke Pengadilan Tipikor disertai berkas perkara dan surat
dakwaan. Dengan dilimpahkannya ke pengadilan, kewenangan penahanan
secara yuridis beralih ke hakim yang menangani.
5 Pelaksanaan penuntutan pengadilan (eksekusi)
Eksekusi yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dilakukan oleh
jaksa.Untuk itu, panitera mengirimkan salinan putusan kepada jaksa.
b. Perbaikan sistem
Tak dimungkiri, banyak sistem di Indonesia yang justru membuka celah
terjadinya tindak pidana korupsi. Misalnya, prosedur pelayanan publik
menjadi rumit, sehingga memicu terjadinya penyuapan, dan sebagainya.
Lainnya tentu masih banyak. Tidak saja yang berkaitan dengan pelayanan
publik, tetapi juga perizinan, pengadaan barang dan jasa, dan sebagainya.
Tentu saja harus dilakukan perbaikan. Karena sistem yang baik, bisa
meminimalisasi terjadinya tindak pidana korupsi. Misalnya melalui
pelayanan publik yang serba online, sistem pengawasan terintegrasi, dan
sebagainya.
KPK pun sudah banyak melakukan upaya perbaikan sistem. Dari
berbagai kajian yang dilakukan, KPK memberikan rekomendasi kepada
kementerian/lembaga terkait untuk melakukan langkah-langkah perbaikan.
Selain itu, juga dengan penataan layanan publik melalui koordinasi dan
supervisi pencegahan (korsupgah), serta mendorong transparansi
penyelenggara negara (PN). Sementara, guna mendorong transparansi
penyelenggara negara (PN), KPK menerima pelaporan LHKPN dan
gratifikasi. Untuk LHKPN, setiap penyelenggara negara wajib melaporkan
harta kekayaan kepada KPK. Sedangkan untuk gratifikasi, penerima wajib
melaporkan kepada KPK dalam jangka waktu 30 hari sejak diterimanya
gratifikasi atau pegawai negeri bersangkutan dianggap menerima suap.
c. Edukasi dan Kampanye
Salah satu hal penting dalam pemberantasan korupsi, adalah kesamaan
pemahaman mengenai tindak pidana korupsi itu sendiri. Dengan adanya
persepsi yang sama, pemberantasan korupsi bisa dilakukan secara tepat dan
terarah. Sayangnya, tidak semua masyarakat memiliki pemahaman seperti itu.
Contoh paling mudah, adalah pandangan mengenai pemberian “uang terima
kasih” kepada aparat pelayan publik, yang dianggap sebagai hal yang wajar.
Contoh lain, tidak semua orang memiliki kepedulian yang sama terhadap
korupsi. Hanya karena merasa “tidak kenal” si pelaku, atau karena merasa
“hanya masyarakat biasa,” banyak yang menganggap dirinya tidak memiliki
kewajiban moral untuk turut berperan serta.
Itulah sebabnya, edukasi dan kampanye penting dilakukan. Sebagai
bagian dari pencegahan, edukasi dan kampanye memiliki peran strategis
dalam pemberantasan korupsi. Melalui edukasi dan kampanye, KPK
membangkit kesadaran masyarakat mengenai dampak korupsi, mengajak
masyarakat untuk terlibat dalam gerakan pemberantasan korupsi, serta
membangun perilaku dan budaya antikorupsi. Tidak hanya bagi mahasiswa
dan masyarakat umum, namun juga anak usia dini, taman kanak-kanak, dan
sekolah dasar.
Dengan sasaran usia yang luas tersebut, KPK berharap, pada saatnya
nanti di negeri ini akan dikelola oleh generasi antikorupsi, pencegahan
korupsi harus dilakukansejak dini agar terbentuk generasi pelurusan
berintegritas tak heran jika KPK sangat serius melakukan penanaman nilai-
nilai antikorupsi sejak dini kepada pelajaran dari jenjang PAUD/TK hingga
SMA. Selain menerbitkan buku dalam permainan, KPK juga melakukan
beragam aktifitas yang ditujukan kepada pelajar.Selain anak dan pelajaran,
KPK juga tak lupa melakukan pendidikan antikorupsi yang ditujukan untuk
mahasiswa, pns, dan perempuan.Alasannya karena mereka berperan penting
dalam pemberantasan korupsi.Mahasiswa adalah agen perubahan, perempuan
adalah tiang negra, dan pns adalah pelayanan masyarakat.KPK sepenuhnya
menyadari bahwa dukungan dan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi merupakan salah saru faktor penting keberhasilan.Dalam setiap
kesempatan menyelenggarakan event kampanye antikorupsi, KPK selalu
mengajak partisipasi masyarakat. Dan masyarakat pun menunjukan
dukungannya kepada pemberantasan korupsi dengan berbagai aksi kreatif
(KPK 2014).
Di dalam Perpres Nomor 55 Tahun 2012 menyatakan bahwa strategi
Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) memiliki visi jangka panjang
dan menengah. Visi periode jangka panjang (2012-2025) adalah:
“terwujudnya kehidupan bangsa yang bersih dari korupsi dengan didukung
nilai budaya yang berintegritas”. Adapun untuk jangka menengah (2012-
2014) bervisi “terwujudnya tata kepemerintahan yang bersih dari korupsi
dengan didukung kapasitas pencegahan dan penindakan serta nilai budaya
yang berintegritas”. Visi jangka panjang dan menengah itu akan diwujudkan
di segenap ranah, baik di pemerintahan dalam arti luas, masyarakat sipil,
hingga dunia usaha. Untuk mencapai visi tersebut, maka dirancang 4 strategi
yaitu:
1 Pencegahan
Korupsi masih terjadi secara masif dan sistematis.Praktiknya bisa
berlangsung dimanapun, di lembaga negara, lembaga privat, hingga di
kehidupan sehari-hari.Melihat kondisi seperti itu, maka pencegahan
menjadi layak didudukkan sebagai strategi perdananya. Melalui strategi
pencegahan, diharapkan muncul langkah berkesinambungan yang
berkontribusi bagi perbaikan ke depan. Strategi ini merupakan jawaban
atas pendekatan yang lebih terfokus pada pendekatan represif.Paradigma
dengan pendekatan represif yang berkembang karena diyakini dapat
memberikan efek jera terhadap pelaku tindak pidana korupsi
(tipikor).Sayangnya, pendekatan represif ini masih belum mampu
mengurangi perilaku dan praktik koruptif secara sistematis-massif.
Keberhasilan strategi pencegahan diukur berdasarkan peningkatan nilai
Indeks Pencegahan Korupsi, yang hitungannya diperoleh dari dua sub
indikator yaitu Control of Corruption Index dan peringkat kemudahan
berusaha (ease of doing business) yang dikeluarkan oleh World Bank.
Semakin tinggi angka indeks yang diperoleh, maka diyakini strategi
pencegahan korupsi berjalan semakin baik.
2 Penegakan Hukum
Masih banyak kasus korupsi yang belum tuntas, padahal animo dan
ekspektasi masyarakat sudah tersedot sedemikian rupa hingga menanti-
nanti adanya penyelesaian secara adil dan transparan.Penegakan hukum
yang inkonsisten terhadap hukum positif dan prosesnya tidak transparan,
pada akhirnya, berpengaruh pada tingkat kepercayaan (trust) masyarakat
terhadap hukum dan aparaturnya.Dalam tingkat kepercayaan yang lemah,
masyarakat tergiring ke arah opini bahwa hukum tidak lagi dipercayai
sebagai wadah penyelesaian konflik.Masyarakat cenderung menyelesaikan
konflik dan permasalahan mereka melalui caranya sendiri yang, celakanya,
acap berseberangan dengan hukum.
Belum lagi jika ada pihak-pihak lain yang memanfaatkan inkonsistensi
penegakan hukum demi kepentingannya sendiri, keadaaan bisa makin
runyam.Absennya kepercayaan di tengah-tengah masyarakat, tak ayal,
menumbuhkan rasa tidak puas dan tidak adil terhadap lembaga hukum
beserta aparaturnya. Pada suatu tempo, manakala ada upaya-upaya
perbaikan dalam rangka penegakan hukum di Indonesia, maka hal seperti
ini akan menjadi hambatan tersendiri. Untuk itu, penyelesaian kasus-kasus
korupsi yang menarik perhatian masyarakat mutlak perlu dipercepat.
Tingkat keberhasilan strategi penegakan hukum ini diukur berdasarkan
Indeks Penegakan Hukum Tipikor yang diperoleh dari persentase
penyelesaian setiap tahapan dalam proses penegakan hukum terkait kasus
Tipikor, mulai dari tahap penyelesaian pengaduan Tipikor hingga
penyelesaian eksekusi putusan Tipikor. Semakin tinggi angka Indeks
Penegakan Hukum Tipikor, maka diyakini strategi Penegakan Hukum
berjalan semakin baik.
3 Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan
Meratifikasi UNCAC, adalah bukti konsistensi dari komitmen Pemerintah
Indonesia untuk mempercepat pemberantasan korupsi. Sebagai
konsekuensinya, klausul-klausul di dalam UNCAC harus dapat diterapkan
dan mengikat sebagai ketentuan hukum di Indonesia.Beberapa klausul ada
yang merupakan hal baru, sehingga perlu diatur/diakomodasi lebih-lanjut
dalam regulasi terkait pemberantasan korupsi selain juga merevisi
ketentuan di dalam regulasi yang masih tumpang-tindih menjadi prioritas
dalam strategi ini.Tingkat keberhasilan strategi ini diukur berdasarkan
persentase kesesuaian regulasi anti korupsi Indonesia dengan klausul
UNCAC. Semakin mendekati seratus persen, maka peraturan perundang-
undangan terkait pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia
semakin lengkap dan sesuai dengan common practice yang terdapat pada
negara-negara lain.
4 Kerjasama Internasional dan Penyelamatan Aset Hasil Tipikor
Berkenaan dengan upaya pengembalian aset hasil tipikor, baik di dalam
maupun luar negeri, perlu diwujudkan suatu mekanisme pencegahan dan
pengembalian aset secara langsung sebagaimana ketentuan
UNCAC.Peraturan perundang-undangan Indonesia belum mengatur
pelaksanaan dari putusan penyitaan (perampasan) dari negara lain, lebih-
lebih terhadap perampasan aset yang dilakukan tanpa adanya putusan
pengadilan dari suatu kasus korupsi (confiscation without a criminal
conviction). Penyelamatan aset perlu didukung oleh pengelolaan aset
negara yang dilembagakan secara profesional agar kekayaan negara dari
aset hasil tipikor dapat dikembalikan kepada negara secara
optimal.Keberhasilan strategi ini diukur dari persentase pengembalian aset
hasil tipikor ke kas negara berdasarkan putusan pengadilan dan persentase
tingkat keberhasilan (success rate) kerjasama internasional terkait
pelaksanaan permintaan dan penerimaan permintaan Mutual Legal
Assistance (MLA) dan Ekstradisi.Semakin tinggi pengembalian aset ke
kas negara dan keberhasilan kerjasama internasional, khususnya dibidang
tipikor.
Oleh karena itu, keberadaan produk regulasi yang diberikan Negara untuk
menyelamatkan keuangan Negara dari perilaku korupsi, sangatlah dituntu kepada
para aparat penegak hokum lainnya untuk semkasimal mungkin dapat memahami
rumusan delik yang terkait dan menyebar di setiap pasal yang ada agar tepat
dalam menerapkan kepadapara pelaku.selain itu juga diperlukan
strategi pemberantasan korupsi yang sangat jitu dan tepat.
Penerapan sangsi normatif mengenai korupsi kepada para pelakunya tidakakan
bermanfaat dan bernilai penyesalan bilamana tidak diikutkan juga beberapa
strategi. Ada 3 hal yang harus dilakukan guna mengurangi sifat dan perilaku
masyarakat untuk korupsi, anatara lain;
(1) menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah,
(2) menaikkan moral pegawai tinggi, serta
(3) legislasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.
A. Kesimpulan
Korupsi ialah perilaku yang buruk yang tidak legal dan tidak wajar untuk
mengambil keuntungan pribadi atau orang lain serta selalu mengandung unsur
“penyelewengan” atau dishonest (ketidakjujuran). Korupsi dinilai dari sudut
manapun ia tetap suatu pelanggaran. Korupsi mengakibatkan kurangnya
pendapatan Negara dan kurangnya kepercayaan.Fenomena umum yang biasanya
terjadi di Indonesia yaitu selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik,
namun sebenarnya banyak di antara mereka yang tidak mampu.Mereka hanya ingin
memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih “kepentingan rakyat”.
Oleh karenanya, disetiap negara harus memiliki strategi dan berupaya
menindak dan mencegah tindakan korupsi dengan kebijakan pemerintah masing-
masing.Seperti di Indonesia yang memberikan hukum pidana kepada pelaku
korupsi dan ditangani oleh lembaga-lembaga seperti BPK, KPK, dll. Yang paling
penting agar tidak terjadi korupsi adalah disetiap diri harus memiliki nilai-nilai
kejujuran dan rasa takut akan hal-hal yang haram.
B. Saran
Tindak pidana korupsi sangat merugikan bangsa dan negara, terutama bagi
negara yang masih berkembang.Karena hal tersebut dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan negara.Sebagai insan bermoral dan berpendidikan,
marilah jauhi segala tindakan yang menjurus pada tindak pidana korupsi demi
kemajuan bangsa dan negara.
DAFTAR PUSTAKA
Tim penulis buku pendidikan anti korupsi.(2011) Pendidikan Anti Korupsi Untuk
Perguruan Tinggi. JAKARTA: kementrian pendidikan dan kebudayaan RI
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Bagian Hukum Kepegawaian