Anda di halaman 1dari 3

Sebelumnya, marilah kita telaah kembali Gratifikasi yang dianggap suap atau tidak

dianggap suap karena banyak yang salah paham antara keduanya. Ilustrasinya sbagai berikut.

Jika seorang ibu penjual makanan di sebuah warung memberi makanan kepada anaknya
yang dating ke warung, maka itu merupakan pemberian keibuan. Pembayaran dari si anak bukan
suatu yang di harapkan oleh sang Ibu. Balasan yang diharapkan lebih berupa kasing saying anak,
dan balasan yang lainnya. Keduanya tidak termasuk gratifikasi dianggap suap.

Pada saat yang lain, datang seorang inspektur kesehatan yang sedang inspeksi kualitas
restorannya dan si Ibu memberikan makanan kepada si Inspektur serta menolak menerima
pembayaran. Tindakan sang ibu menolak pembayaran dari sang inspektur adalah sebuah
tindakan gratifikasi dianggap suap karena ibu itu berharap dengan jabatannya inspektur dapat
memberikan nilai plus pada restorannya.

1. Gratifikasi pada Perpajakan


2. Gratifikasi pada Retribusi
3. Gratifikasi pada pembuatan KTP
4. Gratifikasi pada pembuatan SIM
Kasus

Jakarta (ANTARA News) - Pembuatan surat izin mengemudi (SIM) merupakan


salah satu layanan yang sering disalahgunakan oleh para oknum polisi untuk
melakukan pungutan liar (pungli).

"Di (Satuan) Lalu Lintas, ada tiga hal yang jadi peluang pelanggaran, pembuatan
SIM, penindakan tilang (bukti pelanggaran) di jalan dan pembuatan BPKB atau
STNK," kata Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Polri Kombes
Pol Martinus Sitompul di Mabes Polri, Jakarta, Selasa.

Untuk mendapatkan SIM, kata Martinus, pemohon harus lulus menjalani ujian
tulis dan ujian praktik.

"Bagi pemohon yang gagal dalam ujian itu cari jalan pintas. Nah dari internal
anggota (polisi) juga memberikan peluang terjadinya pungli. Jadi ada dua unsur
di sini antara peserta ujian yang ingin cepat lulus dan aparatnya," katanya.

Selain itu para calo yang menawarkan jasa pembuatan SIM juga berpotensi
memberikan pungli kepada para oknum polisi. "Ada calo yang ditunjuk oleh
(oknum) aparat, ada calo yang berkedok biro jasa," katanya.
Ke depan, dikatakannya, Polri akan mengevaluasi materi ujian tulis dalam
pembuatan SIM. Hal ini agar jumlah pemohon SIM yang lulus ujian lebih banyak
sehingga menekan jumlah kasus pungli dalam pembuatan SIM.

Sebelumnya, Mabes Polri merilis data bahwa ada sebanyak 235 kasus pungli
yang melibatkan oknum polisi dalam kurun waktu tiga bulan yakni dari tanggal 17
Juli hingga 17 Oktober 2016.

"Itu ada di seluruh Indonesia," kata perwira menengah berpangkat melati tiga itu.

Ia merinci, dari data tersebut, Satuan Lalu Lintas menempati urutan pertama
dengan jumlah kasus pungli terbanyak yakni sebanyak 160 kasus, disusul
Reserse Kriminal 26 kasus, Baharkam 39 kasus dan fungsi Intel 10 kasus.

Sementara berdasarkan wilayah polda, Polda Metro Jaya berada di urutan


pertama dengan 33 kasus, lalu Polda Jabar dan Polda Sumut di urutan kedua
dan ketiga dengan masing-masing 19 kasus.

Pembahasan

Dalam kasus tersebut di katakana bahwa Polisi sering melakukan Pungli


dan Pungli termasuk tindak pidana korupsi menurut beberapa pihak dan menurut
kelompok kami. Menurut Dr Cris Kuntadi dalam AntaraNews, pungli sendiri bisa
masuk beberapa kategori. Contohnya yaitu:
1. Pungli bisa dikategorikan sebagai suap apabila masyarakat ingin mendapat
perlakuan khusus dari penyelenggara negara dengan memberikan uang atau
barang kepada petugas. Dalam Pasal 13 UU Tipikor, pelaku suap bisa
dipidana dengan penjara paling lama 3 tahun, dan denda paling banyak
Rp150 juta.

Sedangkan pegawai negeri yang menerima suap, sesuai Pasal 5 ayat (2) UU
Tipikor bisa dipidana penjara paling singkat 1 tahun, dan paling lama 5 tahun.
Atau pidana denda paling sedikit Rp50 juta, dan paling banyak Rp250 juta.
Dari dua kategori tersebut, pemerasan dianggap tindak pidana korupsi yang
paling tinggi dengan hukuman yang juga dapat maksimal, sampai dengan
pidana seumur hidup. Dari segi pelaku, penerima suap juga dihukum lebih
tinggi dibanding pelaku suap. Hal ini menunjukkan, PNS atau penyelenggara
harus dapat menolak jika ada upaya suap terhadap dirinya.
2. Pungli juga bisa dikategorikan sebagai bentuk gratifikasi. Hal tersebut terjadi
jika masyarakat memberi uang tambahan kepada penyelenggara negara
dengan alasan puas atas pelayanan yang diberikan. Tak sampai di situ. Jika
nilai gratifikasi Rp10 juta atau lebih, pembuktian pembuktian tersebut bukan
merupakan suap oleh petugas. Sementara jika kurang dari Rp 10 juta,
pembuktian gratifikasi dilakukan oleh penuntut.

Dalam kategori ini, pegawai negeri terancam pidana penjara paling singkat 4
tahun, dan paling lama 20 tahun. Serta pidana denda paling sedikit Rp200
juta, dan paling banyak Rp 1miliar. Namun gratifikasi tersebut bisa gugur jika
penyelenggara negara yang menerima melaporkan kepada Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) paling lambat 30 hari setelah menerima.
Dengan demikian, paling lama 30 hari setelah mendapat laporan KPK wajib
menetapkan gratifikasi milik penerima atau milik negara.

Jadi berdasarkan kasus di atas, menurut kelompok kami, banyak masyarakat yang
melakukan suap pada awal melakukan tes SIM karena mereka sudah memiliki mindset
jika saya tidak bayar maka kemungkinan saya tidak lulus akan besar dan saya akan
mengelurkan uang yang semakin banyak pada tes-tes berikutnya. Ya, banyak
masyarakat yang berfikiran seperti itu, sehingga mereka memutuskan untuk membuat
pilihan membayar di awal dengan nominal yang cukup merogok kantong.

Namun kasus di atas dapat di katakan gratifikasi jika, dia sudah membayar hal yang
sebenarnya namun menambah dengan tujuan agar dipercepat dan sang pembuat sim
menolak dan terpaksa menerima uang tambahan tersebut, maka hal tersebutlah yang di
katakan gratifikasi dianggap suap. Banyak juga masyarakat yang melakukan hal tersebut,
namun tidak terekspos ke media, karena tak lain yang menjadi calo di sini adalah
masyakat dan anggota aparat kepolisian yang sudah mempunyai link di berbagai bidang
yang membuat SIM.

Gratifikasi memiliki arti yang luas, dan Pungli bisa termasuk Gratifikasi jika perilakunya
beda dengan suap sesuai dengan contoh yang sebelumnya kami paparkan. Maka kita
sebagai masyarakat, lebih baik menghindari jika mendapatkan sesuatu dengan timbale
balik yang jelas dan sesuai aturan karena Gratifikasi termasuk salah satu tindakan korupsi
yang sangat alot yang sering kita pegang.

5. Gratifikasi pada rekrutmen pegawai

Anda mungkin juga menyukai