145030401111021
1. Pendahuluan
Maraknya kasus korupsi yang muncul di media seringkali hanya
seperti perumpamaan gunung es di permukaan air, bongkahan es yang
terdapat di bawah air dan tidak terdeteksi ternyata lebih besar dari pada
gunung es yang terlihat. Begitu pula korupsi, kasus yang diberitakan
media sebenarya hanya menceritakan segelintir kasus yang bernilai
besar. Padahal kasus kecil dan yang sering terjadi dalam kehidupan kita
sehari-hari ternyata lebih banyak dan bahkan membudaya. Misalnya,
melakukan penyuapan kepada aparat kepolisian saat terkena razia lalu
lintas.
Kasus korupsi kecil yang kerap terjadi pada kehidupan sehari-hari
di sebut dengan petty corruption, di mana korupsi ini jika dilakukan sekali
tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan. Namun masalahnya
petty corruption ini telah menjadi budaya dan dianggap biasa oleh para
pelaku mau pun masyarakat. Sehingga tidak ada sanksi yang tegas untuk
menindak perbuatan petty corruption. Adanya sanksi pun tidak
diberlakukan secara konsisten dan tegas oleh aparat yang berwenang,
sehingga para pelaku masih merasa untuk aman melakukan tindakan
tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, bahwa petty corruption ini dapat menjadi
salah satu akar penyebab terjadinya korupsi besar (grand corruption)
yang sering muncul di media massa. Karena melakukan perbuatan besar
biasanya terjadi didahuluin dengan melakukan perbuatan kecil yang
diulang-ulang sehingga menjadi sebuah kebiasaan. Kebiasaan itu lah
yang mendorong seseorang untuk lebih berani lagi melakukan tindakan
yang lebih besar. Masalah yang muncul kemudian adalah tindakan petty
corruption yang telah menjadi kebiasaan dan membudaya pada suatu
masyarakat.
Untuk melakukan pencegahan tindakan korupsi, tidak dapat
dilakukan hanya dengan mensosialisasikan dampak buruk yang terjadi
akibat melakukan korupsi. Karena petty corruption menjadi salah satu
penyebab adanya grand corruption maka pencegahan tindakan korupsi
perlu dilakukan pada akar masalah terlebih dahulu. Oleh karena itu,
dalam laporan ini akan dideskripsikan bagaimana dampak jangka pendek
dan jangka panjang petty corruption yang menjadi akar masalah dari
tindakan grand corruption.
2. Tindakan Penyuapan dan Pungutan Liar dalam Razia Lalu Lintas
a. Lokasi
Investigasi ini dilakukan di Jl. MT Haryono, tepatnya di depan gerbang
Universitas Brawijaya
b. Kasus Penyuapan dan Pungutan Liar dalam Razia Lalu Lintas
(Deskripsi Kasus)
Setiap harinya penulis berjalan kaki dari arah Jl. Soekarno-Hatta
menuju FIA, sehingga setiap harinya penulis akan melewati pos polisi
yang berada di depan gerbang Universitas Brawijaya. Pada hari Rabu
30 Mei 2017 tepatnya pukul 12.00 WIB penulis berjalan kaki menuju
FIA, di depan persimpangan gerbang Universitas Brawijaya. Di sana
terdapat banyak personil polisi yang berjaga di berbagai arah.
Kemudian dari arah keluar gerbang Universitas Brawijaya seorang
pengendara motor diberhentikan oleh polisi karena tidak
menggunakan helm dan selanjutnya di bawa ke pos polisi.
Pengendara motor tersebut ternyata merupakan salah satu
mahasiswa FIA Universitas Brawijaya (UB). Pengendara motor
tersebut dikenai pasal berlapis yang mengakibatkan ia harus
membayar sejumlah Rp200.000,- kepada polisi.
c. Teknik Investigasi Kasus
Investigasi kasus ini dilakukan dengan mengumpulkan data primer
dengan teknik yang dilakukan yaitu dengan wawancara atau
mengajukan beberapa pertanyaan pada korban razia lalu lintas
sekaligus pelaku penyuapan.
d. Data Hasil Investigasi
Berikut merupakan data yang di dapat dari hasil investigasi kepada
informan :
Rekaman Audio
Terlampir pada CD