Anda di halaman 1dari 3

HASIL ANALISIS MASALAH PEMBERIAN UANG DAMAI KEPADA POLISI OLEH

MASYARAKAT SAAT DI RAZIA

DI SUSUN OLEH:
CAHYANI PAULANGAN 1901414051
KELAS 7G

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO PALOPO
2022
HASIL ANALISIS MASALAH PEMBERIAN UANG DAMAI KEPADA POLISI OLEH
MASYARAKAT SAAT DI TILANG

Masalah suap adalah salah satu masalah yang sudah sangat lama terjadi dalam
masyarakat. Pada umumnya suap diberikan kepada orang yang berpengaruh atau pejabat agar
melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang berhubungan dengan jabatannya. Orang yang
memberikan suap biasanya memberikan suap agar keinginannya tercapai baik berupa
keuntungan tertentu atau terbebas dari hukuman atau proses hukum. Maka tidaklah heran yang
paling banyak disuap adalah pejabat dilingkungan birokraksi pemerintah yang mempunyai peran
penting untuk memutuskan sesuatu umpanya dalam pemberian proyek pemerintah.

Seperti yang terkadang kita dijumpai, ada beberapa oknum polisi yang melaksanakan
Razia dijalan kerap kali diberikan uang damai agar urusan selesai. Bahkan bukan hal tabu lagi,
perbuatan semacam ini adalah hal yang lumrah dimasyarakat. Kalau merasa lengkap surat
kendaraan (STNK dan SIM C),tidak perlu takut saat bertemu dengan Razia. Selain itu Razia
digelar untuk mengurangi angka kriminalitas dan menjaring pemotor yang tidak membayar
pajak. Tapi fakta dilapangan, ada saja oknum pemotor yang melakukan pelanggaran lalu lintas.
Namu nada Sebagian masyarakat yang menyelesaikan masalah ini dengan memberikan sejumlah
uang damai kepada oknum polisi. Hal itu dilakukan dengan anggapan bahwa mengurus tilang
itu sangatlah sulit meskipun ini adalah konsekuensi bagi pengendara yanag tidak mematuhi
aturan yang dibuat pemerintah.

Namun siapa sangka memberikan uang damai oleh masyarakat kepada polisi termasuk
dalam kasus korupsi tindak pidana. Jika merujuk pada peraturan perundang-undangan, praktik
uang damai merupakan bentuk dari suap menyuap. Praktik uang damai termasuk kategori tindak
pidana.berdasarkan UU NO 11 tahun 1980 tentang pidana suap dijelaskan bahwa orang/pihak
yang memberikan suap akan dipidanakan selama-lamnya 5 (lima) tahun dan denda sebanyak-
banyaknya Rp 15.000,000 (lima belas juta). Sedangkan bagi yang menerima suap akan dipidana
penjara selama-lamnya 3 (tiga) tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 15.000,000 ( lima
belas juta).

Meskipun pelanggaran ini diatur dalam undang-undang masih banyak pengendara yang
terjaring Razia dan juga oknum polisi ini melakukan hal tersebut demi menghindari pengurusan
yang ribet. Mengapa hal ini terjadi? Menurut saya karena lemahnya penegakan hukum dari
instansi kepemerintahan dan kurangnya kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat sehinggah hal
ini menjadi suatu hal yang biasa terjadi dalam lingkungan masyarakat dan menjadikan suatu hal
yang menguntungkan atau terjadinya simbiosi mutualisme antara masyarakat dengan polisi di
mana para oknum polisi mendapatkan uang dan para pelanggar terbebas dari penilangan.

Hal ini menjadi sesuatu hal yang sangat disayangkan pada sistem hukum dinegeri kita ini.
Jika peraturan yang kecil saja kita tidak jalankan dengan baik lalu bagaimana dengan peraturan-
peraturan yang lain. Banyak orang beranggapan bahwa hukum sekarang bisa kita beli dengan
uang. Dengan adanya uang masalah apapun bisa diselesaikan dikalangan pengamat hukum
mengenal adanya saatu ungkapan “ Bila ingin melihat hukum yang hidup dimasyarakat maka
dapat fdilihat di jalan raya”. Karena dijalan raya dapat dilihat perilaku dan disiplin masyarakat
pemakai jalan dalam berlalu lintas. Perilaku dan disiplin pemakai jalan secara tidak langsung
atau tidak langsung dapat dijadikan tolak ukur tingkat kedisiplinan masyarakat khususnya
terhadap norma-norma hukum yang berlaku di Indonesia

SEKIAN DAN TERIMAH KASIH

Anda mungkin juga menyukai