Anda di halaman 1dari 9

MENAGIH JANJI PEMERINTAH DALAM

MENANGANI GELANDANGAN DAN PENGEMIS


JALANAN
Dosen pengampu : Dr. Indra Muda , MAP

Disusun Oleh :
ADRIAN ANDARESTA : 228520069
ALFA JAYA NADEAK : 228520073
NITOLO ZEBUA : 228520074
OSCAR YOHANES :
RANTOLIUS BAWAMENEWI : 228520005
STANLEY YEREMIA WARUWU : 228520021
VANWAN WIJAYA :

PRAKTIKUM ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK


PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS MEDAN AREA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

sebagian mereka menjadi demikian karena malas, tidak adanya rasa malu serta pola
fikir yang rendah dan perilaku yang merasa diliputi kebodohan dan akses kemudahan dan
kesenangan dalam mendapatkan uang dari hasil meminta-minta. Akhirnya mereka menjadi
”manja” karena dengan belas kasih orang lain mereka mendapatkan uang tanpa harus bekerja
keras2 .

Dampak dari meningkatnya gelandangan dan pengemis adalah munculnya ketidak


teraturan sosial (social disorder) yang ditandai dengan kesemrawutan, ketidaknyamanan,
ketidaktertiban serta mengganggu keindahan kota. Padahal disisi lain mereka adalah warga
negara yang memiliki hak dan kewajiban yang sama, sehingga mereka perlu diberikan
perhatian yang sama untuk mendapatkan penghidupan dan kehidupan yang layak.

B.RUMUSAN MASALAH

1. Apa saja faktor yang menyebabkan seseorang menjadi gelandangan dan pengemis
jalanan ?
2. Bagaimana tanggung jawab pemerintah dalam menangani gelandangan dan pengemis
jalanan di kota Medan ?
3. Upaya apa yang sudah dilakukan Pemerintah dalam menangani gelandangan dan
pengemis jalanan ?

C Tujuan

Untuk mengetahui sejauh mana pemerintah sudah menangani masalah sosial terutama
gelandangan dan pengemis jalanan di kota Medan
BAB II

HASIL RISET DAN WAWANCARA

1. DOSEN BELTAHMAMERO SIMAMORA S.IP, M.AP

Sebenarnya pertanyaan ini cukup menarik ya? Dan sering kita lihat selama kita
keliling di Kota Medan banyaknya pengemis atau gelandangan yang meminta minta di
pinggir jalan khususnya di simpang simpang lampu merah gitu ya. Nah, sebenarnya Kota
Medan ini sudah memiliki peraturan daerah Kota Medan pemko medan. Nomor 6 tahun 2003
itu terkait dengan pelarangan dan gelandangan. Nah, di dalam peraturan ini di pasal 2 itu
ada ayat pertama itu menyampaikan bahwa dilarang melakukan kegiatan penggalangan dan
pengisan yang tujuannya untuk membalas khasiat.

Nah di pasal 2 ayat 2 itu dilarang juga untuk memperhajat bayi anak kecil itu kan
banyak dijalankan untuk melakukan kegiatan pengemis. Nah itu udah tertera pada peraturan
Kota Medan dan bagi warga yang ataupun ada kegiatan yang berbau gelandangan ataupun
pengemis itu akan dikenakan shh anksi penjara paling lama 6 bulan dan dikenakan denda
sebesar 5 juta. Nah sebenarnya secara peraturan itu sudah ada pemko medan, tapi kenapa
masih banyaknya berkeliaran pengemis dan gelandangan yang ada di titik titik Kota Medan
lampu merah? Hal ini saya rasa itu harus ada penegasan dari pemerintah bekerja sama dengan
Satpol PP untuk menertibkan yang mana kegiatan pengemis dan gelandangan karena ketika
di lakukan operasi kegiatan operasi oleh satpol PP dan pemko medan itu.Ternyata yang
banyak melakukan kegiatan pengemis dan gelandangan ini dari luar Kota Medan.Ada yang
dari luar Kota Medan lebih banyak. Cuman rasa saya perlu ada tindakan khusus dan
perbaikan peraturan bagi kumendan untuk menegakkan peraturan yang ada.Yang kedua apa?
Menurut solusinya menurut bapak tentang mengenai gelandangan dan oke solusi ya. Nah
yang pertama tadi perlu ada atasi peraturan itu harus diimplementasi. Jangan hanya sekedar
hitam di atas putih. Oke, ya kan sudah ada peraturan turunan 2003 tentang gelandangan
dengan pengemis di Kota Medan. Nah kalau di Jogjakarta ini saya bandingkan ya supaya ada
solusi mungkin untuk implementasi. Kalau di Jogjakarta itu punya peraturan provinsi daerah
istimewa Jogjakarta nomor satu tahun 2014. Nah di mana peraturan ini sebenarnya sama
dengan pemko medan cuma yang pertama dilarang bagi bagi itu di pasal 2 4 ayat pertama di
situ dilarang melakukan kegiatan gelandangan bagi perorangan.

Apabila melakukan pelanggaran maka akan dikenakan sanksi selama 2 bulan dan dikenakan denda
sebesar 10 juta. Nah, tapi ketika ada masyarakat di dalam pasal 24 itu dilarang melakukan kegiatan
gelandangan atau pengemis baik individu maupun secara berkelompok maka akan digunakan yang
sanksi pidana selama penjara 3 bulan dan akan dikenakan denda sebesar 20 juta. Kalau perorangan
bagi pengemis dan gelandangan yang sifatnya mengancam meminta-minta maka akan dipenjara
selama satu tahun dan akan dikenakan denda sebesar 40 juta. Nah yang paling menarik itu ada di
dalam peraturan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta di situ ada penambahan ayat ayat yang
terakhir ke 4 di situ berbunyi. Akan dikenakan sanksi bagi yang memberi jadi siapa yang akan
memberikan uang itu akan dikenakan sanksi penjara selama 6 hari, sanksi pidana sama dan
dikenakan denda selama 5 juta. Nah artinya ini perlu dipertimbangkan bagi Kota Medan, jadi yang
memberi aja dikenakan sanksi. Nah solusinya bagaimana tidak hanya di peraturan peraturan itu kan
regulasi untuk penguat.

Jadi ada legalitas untuk pemerintah Kota Medan untuk melakukan penegakan atau
penertiban pengemis dan gelandangan. Nah solusinya pengemis dan gelandangan ini selain
dilakukan penertiban itu harus dirangkul. kalau kita berbanding dengan daerah Jogjakarta, kalau di
Daerah Istimewa Jogjakarta itu pemerintahnya itu merangkul pengemis dan gelandangan dan itu
dilatih untuk melakukan kegiatan. Seperti melatih kegiatan ekonomi kreatif atau dilatih untuk
bermain seni atau apa nanti tujuannya supaya bisa meningkatkan kesejahteraan mereka. Jadi bukan
penertiban hilang dan tiba tiba muncul lagi, tetapi harusnya dirangkul karena kemiskinan dan
gelandangan ini tertuang dalam Undang-Undang yaitu Hidup orang banyak itu diatur oleh
pemerintah sehingga kemiskinan sebenarnya menjadi program Pemerintah. Gelandangan dan
pengemis ini hadir karena secara ekonomi mereka tidak mampu sehingga mereka mengemis.
Harusnya pemerintah Kota Medan merangkul dan memberi pelatihan seperti menjahit, memasak,
mendaur ulang sampah menjadi suatu kerajinan supaya mereka bisa bekerja dan mandiri dan tidak
akan terulang lagi hal yang seperti itu.

2. JURNALIS DINAS SOSIAL KOTA MEDAN BAPAK FERNANDO


SITANGGANG

Seperti yang kita lihat gelandangan dan pengemis jalanan sekarang sudah sangat
meresahkan bahkan cukup banyak kita lihat di persimpangan persimpangan pengemis. Banyak
dipinggir pinggir ruko, terutama di pusat kota. Seharusnya itu langsung dihandle oleh
pemerintah untuk segera ditertibkan dan di lakukan pengumpulan di satu tempat untuk
diberdayakan menjadi orang orang yang bisa mandiri dengan pelatihan-pelatihan tertentu.
Karena di dalam undang-undang Tahun 45 juga dikatakan bahwa fakir miskin dan orang tidak
mampu Dilindungi oleh negara dan Dibiayai oleh negara. Jadi kita dari masyarakat berharap
pemerintah bisa segera melakukan penertiban itu supaya juga masyarakat ketika didalam mobil
di persimpangan lampu merah ada perasaan iba, apalagi bapak dan anak-anak yang ingin
memberi sebagai rasa kemanusiaan. Akhirnya mereka menjadi terbiasa meminta-minta. Tidak
bisa mandiri, tapi akhirnya akhirnya menjadi malas. Nah makanya itu supaya kita masyarakat
tidak merasa kebingungan antara mau memberi atau tidak memberi supaya membuat mereka
mandiri. Artinya kalau masyarakat ingin menyumbang pun ada lembaga lembaga khusus yang
lain seperti lembaga sosial bahkan di agama mungkin ada juga baznas dan lainnya. Nah ini
yang harusnya kita lakukan bukan langsung memberi kepada mereka yang berada di tengah
jalan seperti itu, bahkan ada eksploitasi pada anak-anak yang sengaja membawa anak anak
untuk meminta dan mengemis, yang seharusnya bermain dan bersekolah, tetapi kenyataannya
dipaksa dengan situasi keadaan seperti itu.

Penyebabnya, pertama persoalan sosial karena ketidakmampuan mereka memenuhi


kebutuhan mereka. Yang kedua,orangtuanya yang memaksa mereka untuk melakukan itu
supaya mendapatkan uang dengan cara mudah dan yang ketiga bisa jadi ini semacam sindikat.
Dimana dikumpulkan orang-orang untuk mengumpulkan uang sedemikian rupa.

3. GELANDANGAN DAN PENGEMIS JALANAN

Pertama Tidak ada pekerjaan yang bisa menerima saya yang berikutnya faktor ekonomi
keluarga. Karena keluarga ini makan sekali setiap hari. Jadi sementara kita kalau mau
mencari pekerja kantoran itu kan bulanan, jadi apa boleh buat belas supaya kehidupan
mengemis agar bisa menghidupi tanggung jawab pada anak dan istri. Lebih kurangnya ya
saya syukuri apa pun yang dapat yang pastinya kalau tidak pernah mencuri kriminal dan saya
rasa banyak juga gelandangan dan pengemis di luar sana yang mungkin secara

Aktivitas meresahkan masyarakat itu bagi mereka yang mungkin sudah terlanjur narkoba
ataupun terlibat dalam kenakalan.

Saya berharap kepada kepemerintah supaya betul-betul menggerakkan aparatnya


mulai dari tingkat gubernur, Bupati bahkan sampai ke desa agar apa tepat sasaran. Nah
karena seperti yang kita lihat, kami ini tidak mendapatkan bantuan yang ada malahan yang
sudah berkecukupan diperkaya bahkan kita tahu sendiri kan? Sekarang ini banyak aparat
mempersulit sehingga banyak masyarakat yang tidak punya e KTP yang sudah sengsara
disengsarakan. Gak ampai muluk muluk lah kami yang gelandangan dan pengemis ini kalau
sudah penanganan atau penyuluhan dari pemerintah dan tidak mempersulit saya rasa seperti
kami ini bisa dengan mudah mencari pekererjaan baru. Seperti yang kita lihat sekarang ini
dalam pembuatan KPT dipersulit. Nah, sehingga syarat untuk mendapatkan bantuan program
pemerintah itu tidak kami dapati. Jadi harapan saya kepada pemerintah, tolong lah pak kami
ini yang muluk muluk tidak perlu kami dikasih uang, tapi kami dibantu untuk menyelesaikan
administrasi kami sebagai warga negara yang baik, sehingga ketika kami punya administrasi
punya KTP,KK yang bagus.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Medan di Tahun 2021 yaitu mewujudkan tercapainya Kota Medan menjadi Kota Bestari,
perlu meningkatkan pelaksanaan penanggulangan gelandangan dan pengemis dan anak jalanan
secara terpadu di Kota Medan. untuk itu dengan semakin meningkatnya dan perkembangan
jumlah gelandangan dan pengemis serta anak jalanan, yang melakukan kegiatan pengemisan di
jalan, traffic light, pelataran masjid-masjid dan jembatan-jembatan penyebrangan serta kegiatan
ditempat-tempat umum, taman-taman, pinggiran sungai, bawah jembatan dan tempat lainnya
di Kota Medan. untuk itu Dinas Sosial Kota Medan melaksanakan kegaiatan Operasi Penertiban
Gelandangan Pengemis dan Anak Jalanan yang dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan. Dalam pelaksanaan kegiatan Operasi Penertiban Gelandangan Pengemis dan Anak
Jalanan Dinas Sosial Kota Medan juga berkoordinasi dengan pihak-pihak Instansi/OPD dari
internal maupun external seperti Dinas Sosial Provinsi Sumatera Utara, Polrestabes Kota Medan,
Lembaga Perlindungan Anak Indonesia Sumut, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan
Anak dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Medan dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Medan.
sebagai dari amat Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 6 Tahun 2003 tentang Larangan
Gelandangan dan Pengemis serta Peraktek Susila di Kota Medan.
Implementasi kebijakan program pembinaan Gepeng oleh Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kota Medan belumlah berjalan dengan efektif, hal ini terlihat dengan adanya berbagai kendala-
kendala hambatan yang muncul, seperti keterbatasan dana untuk mendirikan rumah singgah
panti sosial yang milik Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Medan, karena rumah singgah panti
sosial yang selama ini digunakan adalah milik Pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Disamping
itu, sumber daya manusia dari Dinas Sosial dan Tenaga Kerja sendiri hanya sedikit dan sangat
kurang untuk diturunkan dalam membina dan membimbing Gepeng, sehingga instansi lain turut
ikut serta menangani pembinaan Gepeng tersebut.. Maka dari itu mereka belum bisa
menjalankan implementasi tersebut secara efektif dan efisien secara maksimal.

Anda mungkin juga menyukai