KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah yang berjudul
“Kebijakan pemerintah daerah dalam menanggulangi gelandangan dan pengemis
dipontianak” ini dapat diselesaikan dengan baik. Adapun tujuan dari penyusunan
makalah ini adalah untuk memenuhi uas Hukum Pemerintah Daerah.
Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan
mendukung dalam penyusunan makalah ini. Dan saya juga menyadari akan
pentingnya sumber bacaan dan referensi internet yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah.
Saya sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.
Debora Priscila
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1. LATAR BELAKANG 1
1.2. PERUMUSAN MASALAH 2
1.3. TUJUAN PENULISAN 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB III PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
- KESIMPULAN
- SARAN
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Kota Pontianak menghadapi tantangan yang signifikan terkait gelandangan dan pengemis.
Fenomena ini dapat merusak citra kota, menciptakan ketidaknyamanan bagi warga, dan
memperburuk kondisi sosial. Keadaan seperti ini tentu membuat masyarakat berfikir untuk
melakukan perkerjaan agar bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka, seperti mengemis,
mengamen, bahkan mencuri. Adapun Teori Anomie yang mengatakan bahwa penyimpangan
merupakan akibat dari adanya ketegangan dalam struktur sosial yang membuat individu
mengalami tekanan sehingga hal ini akan menyebabkan terjadinya penyimpangan sosial.
Pandangan ini dikemukakan oleh Robert K. Merton.
Sama halnya dengan kota pontianak, keberadaan gelandangan dan pengemis itu ada dasarnya
pelaku penyimpangan ini bertujuan untuk mencapai kesuksesan dengan melakukan cara yang
tidak sah. Masalah sosial seperti ini merupakan suatu pesan secara non formal terkhususnya
pemerintah dikota pontianak mengenai jaminan sosial bagi masyarkat yang sebagaimana telah
diatur dalam Undang-undang 1945 tentang perlindungan hukum yang sudah diberikan oleh
negara kepada fakir miskin dan tertulis dalam peraturan daerah Pasal 12 Tahun 2012 tentang
penanggulangan kemiskinan yang ada dikota pontianak sendiri. Dan juga terdapat di Undang-
undang Nomor 11 Tahun 2019 tentang ketertiban umum ada dibahas tentang gelandangan dan
pengemis dinomor 39 dan 40. Dimana hal ini, pemandangan pengemis dikota pontianak, bisa
terlihat disudut-sudut tempat yang menjanjikan untuk pengemis, seperti dilampu merah tanjung
pura, sungai jawi, dll. Pekerjaan ini terbilang sangat menjanjikan, karena penghasilannya yang
besar. Pengemis dan gelandangan termasuk contoh masalah sosial yang muncul dimasyarakat.
Yang disebabkan oleh pemenuhan terhadap kebutuhan hidup. Bisa dilihat dari segi fisik
pengemis terbilang masih mampu untuk melakukan perkerjaan yang layak, tetapi sangat
disayangkan profesi pengemis sulit untuk dihilangkan. Buktinya meskipun mereka dilarang keras
oleh pihak pemerintah yang dilakukan dengan berbagai cara, seperti razia,dll. Mereka tidak
berhenti untuk mengemis dan hanya saja berpindah tempat. Tentu ini sangat sulit untuk diatasi.
Berbeda dengan pengemis yang kondisinya dalam keadaan tidak normal, seperti lansia, tentu ini
nantinya akan ada penanggulangan yang berbeda dari pengemis yang normal.
Dari data yang saya dapatkan melalui web resmi dinas sosial dikota pontianak sepertinya belum
ada penangganan PMKS(Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) untuk kota pontianak
sendiri. Malah justru terjadi peningkatan kasus ini disetiap tahunnya, cukup memprihatinkan,
dikarenakan banyak pengemis yang masih dibawah umur. Meningkatnya pengemis tidak bisa
dihindari keberadaannya dalam kehidupan masyarakat. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi
seperti keterbatasannya lapangan pekerjaan. Bisa disimpulkan bahwa belum ada penangganan
secara khusus untuk pengemis dan gelandangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah
dipontianak.
PERUMUSAN MASALAH :
Berdasarkan latar belakang diatas, penyusunan perumusan masalah yang akan dibahas dalam
makalah ini sebagai berikut:
1. Kebijakan apa yang dapat dilakukan pemda pontianak dalam mengatasi gepeng?
2. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap Gelandangan dan Pengemis di Kota
Pontianak?
TUJUAN PENULISAN
a. Untuk mengetahui kebijakan apa yang dapat dilakukan pemerintah dalam menanggulangi
gelandangan dan pengemis dikota pontianak?
b. Untuk mengetahui hambatan dalam penegakan hukum terhadap Gelandangan dan
Pengemis di Kota Pontianak?
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Tentang Sosiologi Hukum
Sosiologi hukum bukanlah sosiologi ditambah hukum. Itulah sebabnya sehinga pakar
sosiologi hukum adalah seorang yuris dan bukan seorang sosiolog. Tidak lain karena
seorang sosiolog hukum harus mampu membaca, mengenal, dan memahami berbagai
fenomena hukum sebagai objek kajiannya. Menurut Soerjono Soekanto sosiologi hukum
adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang secara analitis dan empiris menganalisa atau
mempelajari hubungan timbal balik antara hukum dengan gejala-gejala lainnya.19
Sosiologi Hukum adalah satu cabang dari Sosiologi yang merupakan penerapan
pendekatan Sosiologis terhadap realitas maupun masalah- masalah hukum. Oleh karena
itu harus dipahami bahwa Sosiologi Hukum bukanlah suatu cabang dari studi ilmu
hukum, melainkan cabang dari studi Sosiologi. Sosiologi Hukum berkembang atas dasar
suatu anggapan bahwa proses hukum berlangsungnya di dalam suatu jaringan atau sistem
sosial yang dinamakan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Nano Prawoto. Memahami kemiskinan dan cara penanggulangannya. Jurnal Ekonomi dan Studi
Pembangunan Vol.9, No.1 april 2009. Fakultas ekonomi UMY. Yogyakarta
1 Durkheim, Emile. The Division of Labor in Society. New York: Free Press, 1997
Anesh Viduka, (2016) "Pengemis Beroperasi pada Momen Hari Raya", Di Akses dari :
https://pontianak.tribunnews.com/2016/07/08/foto-foto-pengemis-beroperasi-pada-momen-hari-
raya
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Penanggulangan Anak Jalanan dan Pengemis,
Nomor 15 Tahun 2017,
Peraturan Daerah. PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KOTA PONTIANAK. Nomor 12
Tahun 2012, Pasal 12.
Peraturan Daerah. Ketertiban Umum. Nomor 11 Tahun 2019, Pasal 39-40.
Soerjono Soekanto, 2008, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta.
Umanailo, Chairul Basrun, 2016, Sosiologi Hukum, Fam Publishing, Namle
Magfud Ahmad, Strategi Kelangsungan Hidup Gelandangan dan Pengemis (Gepeng), Jurnal
Penelitia STAIN Pekalongan: Vol. 7. No. 2, Pekalongan, 2010, hlm 2.
Engkus Kuswarno, Metode Penelitian Komuniaksi Contoh- Contoh Penelitian Kualitatif Dengan
Pendekatan Praktis: “Manajemen Komunikasi Pengemis”, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2008, hlm. 88.
Peraturan Daerah Kota Pontianak Nomor 1Tahun 2010 Tentang PerubahanKedua Atas Peraturan
DaerahNomor 3 Tahun 2004 TentangKetertiban Umum