Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MAKALAH PKN

“ANALISIS KASUS YANG TERJADI DALAM KEHDUPAN SEHARI-HARI DI


INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU :

SUBIYATNO,SH.MH

DI SUSUN OLEH :

EVIRA ESTER

A1011211054

C/REGULER

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

2021/2022
A. RINGKASAN KASUS

Seorang Petani Bunuh Istrinya yang Menuntut Hidup Mewah

Sumber:
https://regional.kompas.com/read/2018/11/30/19373921/seorang-petani-bunuh-istrinya-
yangmenuntut-
hidup-mewah

KEBUMEN, KOMPAS.com- DR (38) pria asal Dukuh Tugusari, Desa Bonorowo,


Kebumen, Jawa Tengah berkali-kali menyapu air mata saat mengenang mendiang Eni
Hermawati (27), istri tercinta yang tewas di tangannya sendiri. Batin DR semakin sesaktatkala
dia harus mereka ulang adegan aksi pembunuhan di rumahnya sendiri, Kamis (29/11/2018) pagi.
"Reka ulang ini untuk melengkapi berkas penyidikan. Dari reka ulang ini kami bisa mengetahui
gambaran bagaimana tersangka melakukan penganiayaan kepada istrinya," kata Kasat Reskrim
Polres Kebumen AKP Aji Darmawanasat. Aji menjelaskan, tragedi berdarah tersebut terjadi
pada Kamis (15/11/2018) dini hari. Motif yang melatarbelakangi aksi penganiayaan berujung
maut ini adalah percekcokan keluarga.

Kronologi bermula saat tersangka memasuki rumah sepulang dari kegiatan ronda malam.
Selanjutnya, tersangka berbaring di samping istrinya di depan televisi, namun posisinya saling
membelakangi karena sedang tidak harmonis. “Saat berbaring tersangka merasa tersinggung
karena istrinya (korban) berkali-kali meludah ke tembok. Tersangka menegur korban karena
dianggap tidak sopan,” ujar Aji. Selanjutnya tersangka keluar untuk buang air besar. Namun
setelah kembali dari kamar kecil, tersangka justru memasuki gudang dan mengambil sebilah
sabit yang biasa digunakan untuk merumput. “Setelah menemukan sabit, tersangka menghampiri
istrinya yang masih tiduran dan menyabetkannya ke tubuh sang istri,” jelasnya. Pada posisi ini,
sang istri tak berdaya. Sementara sang suami yang kalap semakin menjadi. Dia menganiaya Eni
hingga tewas di tempat. Mengetahui korban sudah tak bergerak, tersangka lalu kembali pergi ke
gudang dan menemukan obat pembasmi serangga Lenit. Tersangka pun berusaha mengakhiri
hidupnya dengan menenggak obat serangga itu. Namun upayanya untuk bunuh diri gagal setelah
tim dokter dari RSUD Prembun berhasil mengatasi keracunannya tersebut. Istri menuntut lebih
Saat gelar perkara, Senin (26/11/2018), Kapolres Kebumen Ajun Komisaris Besar Arief Bahtiar
mengungkapkan, tersangka DR tega menganiaya Eni Hermawati hingga tewas karena sakit hati
yang menumpuk. Sang istri yang baru dinikahinya April 2018 lalu itu menuntut lebih kepada
tersangka yang sehari-hari bekerja sebagai petani. “Istri ingin gaul pergi ke salon dan
mempunyai barang mewah. Selanjutnya suami merasa sakit hati kepada istrinya yang sudah
disimpan lama," katanya. Tersangka menganggap korban tidak menghargai pekerjaan dan
penghasilan sebagai petani. Bahkan, saat malam kejadian, keduanya terlibat percekcokan hebat.
“Korban tidur membelakangi suami. Keterangan tersangka DR, korban beberapa kali meludah ke
tembok dan ditegur oleh tersangka,” ungkapnya.

Tersangka menegur korban agar sopan saat meludah. Namun korban malah menjawab,
"Umah urung dicat, urung dikeramik beh ora ulih diidoni. Apa maning nek wis dicat, dikramik.
(Rumah belum dicat, belum dikeramik saja tidak boleh diludahi. Apalagi kalau sudah dicat sama
dikeramik)," katanya menirukan tersangka. Perkataan korban membuat tersangka marah dan
gelap mata. Tepat pukul 02.30 WIB, tersangka mengambil sabit yang ada di gudang rumahnya
hingga akhirnya terjadilah tragedi berdarah tersebut. Untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya, polisi menjerat tersangka dengan Pasal 338 KUHP subs Pasal 44 ayat (3) UU RI
No. 23 Th 2004 tentang KDRT ancaman 15 tahun penjara. Saat rekonstruksi, tersangka berulang
kali mengucapkan kata-kata penyesalan. Bahkan ia mengungkapkan jika ia sangat mencintai
istrinya. Setelah berakhirnya rekonstruksi, tersangka menghambur ke arah ayahnya dan bersujud
serta menangis di kakinya. Reka ulang menyita perhatian warga sekitar yang ikut menyaksikan
dari balik garis polisi. Warga sekitar tidak pernah menyangka tersangka yang dikenal pendiam
tersebut tega melakukan aksi keji tanpa belas kasih.

B. ANALISIS TEORI PANCASILA

1. PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT


Pancasila adalah filsafat Negara yang lahir sebagai ideology kolektif (cita-cita bersama)
seluruh bangsa Indonesia. Pancasila dikatankan sebagai filsafat karena merupakan hasil
perenungan jiwa yang mendalam yang dilaukan oleh para pendahul kita, yang kemudian
dituangkan dalma suatu system yang tepat. Notonagoro berpendapat bahwa filsafat pancasila ini
memberikan pengetahan dan pengertian ilmiah yaitu tentang hakikat pancasila. Jika pancasila
mau dipertanggung jawab kan secara sahih, logis, koheren, dan sistematis, di dalamnya harus
memuat kaidah-kaidah filosofis. Pancasila harus memuat juga dimensi metafisis (ontologis),
epitemologis, dan aksiologi. Jika ditilik dari soal tempat, filsafat pancasila merupakan bagian
dari Filsafat Timur (karena Indonesia kerap digolongkan sebagai Negara yang ada di belahan
bagian Timur). Sebenarnya, ada banyak nilai ketimuran yang termuat dalam Pancasila, misalnya
soal pengakuan akan adanya Tuhan, kerakyatan, keadilan yang diidentikan dengan paham
mengenai ‘ratu adil’ dan seterusnya. Pancasila juga memuat paham-paham Barat, seperti
:Kemanusiaan, demokrasi, dan seterusnya. Sebagai sistem filsafat,

Pertama, secara onotologis, kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai


upaya untuk mengetahui hakikat dasar sila-sila Pancasila. Menurut Notonarogo, hakikat dasar
ontologies Pancasila adalah manusia, karena manusia ini yang merupakan subjek hukum pokok
sila-sila Pancasila. Pancasila sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia memiliki susunan
lima sila yang merupakan suatu persatuan dan kesatuan serta mempunyai sifat dasar kesatuan
yang mutlak, yang berupa sifat kodrat monodualis yaitu sebagai makhluk individu sekaligus juga
sebagai makhul social, serta kedudukannya sebagai makhlik Tuhan. Konsekuensinya, pancasila
dijadikan dasar Negara diliputi oleh nilai-nilai Pancasila yang merupakan kodrat manusia
monodualis tersebut.

Kedua, kajian epistemologi Filsafat Pancasila dimaksudkan sebagi upaya untuk mencari
hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan. Hal ini dimungkinkan adanya karena
epsitemologi merupakan bidang filsafat yang membahas hakikat ilmu pengetahuan (ilmu tentang
ilmu). Kajian epistemologi Pancasila ini tidak bisa dipisahkan degan dasar onotologisnya. Oleh
karena itu, dasar epitemologi Pancasila sangat berkaitan dengan konsep dasarnya hakikat tentang
manusia. Sebagai suatu paham epistemology, Pancasila medasarkan pandanganya bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatnya tidak bebas nilai karena harus diletakan pada kerangka moralitas
kodrat manusia serta moralitas religious dalam upaya untuk mendapatkan suatu tingkatan
pengetahuan dalam kehidupan manusia, oleh karena itu, Pancasila secara epistemologis harus
menjadi dasar moralitas bangsa dalam membangun perkembangan sains dan teknologi pada saat
ini.
Ketiga, kajian aksiologi Filsafat Pancasila pada hakikatnya membahas nilai praksis atau
manfaat suatu pengetahuan mengenai Pancasila. Hal ini disebabkan karena sila-sila Pancasila
sebagai suatu sistem filsafat memiliki sutu kesatuan dasar aksiologi, nilai-nilai dasar yang
terkandung di dalam Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan yang utuh. Aksiologi
Pancasila ini mengandung arti bahwa kita membahas filsafat nilai Pancasila. Secara aksiologi,
bangasa Indonesia pendukung nilai-nilai Pancasila. Sebagai pendukung nilai, bangsa Indonesia
itulah yang mengakui, menghargai, menerima Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai.
Pengakuan, penerimaan, dan penghargaan Pancasila sebagai sesuatu yang bernilai itu akan
tampak menggejala dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan bangsa Indonesia.

Pancasila sebegai filsafat bangsa dan Negara Republik Indonesia mengandung makna
bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan harus didasarkan
pada nila-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kenyataan, dan yang terakhir keadilan.
Pemikiran filsafat kenegaraan ini betolak dari pandangan bahwa Negara merupakan suatu
persekutuan hidup manusia atau organisasi kemasyrakatan, dimana merupakan masyrakat
hukum.
“Dalam Pancasila sebagai filsafat hidup (Weltanschauung): Perikemanusiaan diambil
dalam arti yang seluas-luasnya, sedang sebagai dasar Negara Perikemanusiaan terutama berarti
internasionalisme. Dalam Pancasila sebagai filsafat hidup (Weltanschauung): Keadilan Sosial
diambil dalam arti yang seluas-luasnya, harus dilakukan dalam semua kerja sama manusia,
sedang sebagi dasar Negara mempunyai arti yang khusus, yaitu Keadilan Sosial seperti yang
harus dijelmakan oleh Negara. Demikian juga demokrasi dalam filsafat hidup (Weltanschauung)
berarti tiap-tiap kesatuan-karya harus melaksanakan Demokrasi, sedangkan sebagai dasar Negara
Demokrasi mempunyai arti yang tertentu pula, yaitu cara menegara. Juga Kebangsaan, dalam
rumusan filsafat dan dalam undang-undang Negara artinya tidak tepat sama. Dalam filsafat hidup
kebangsaan dinyatakan bahwa manusia itu dilahirkan dan dicap oleh tanha airnya (bangsanya),
dan bahwa dalam membentuk kesatuankarya. Dalam undang-undang Negara, bangsaan
mempunyai arti yang khusus, yaitu kesatuan yang sudah ada, yang kita sebut bangsa, itu harus
menjadi landasan menegara. Demikian jugahalnya dengan sila KeTuhanan”.

Gotong royong menggarambarkan secara filsuf manusia dan bangsa Indonesia. Gotong
royong mengandaikan pengakuan akan yang lain (manusia dan Tuhan), kebersamaan, kerja sama
demi keadilan, dan musyawarah. Driyarkara kemudianmenguraikan manusia dan bangsa
Indonesia yang bergotong royong ini menjadi lengkap secara ontologies, epistemologis, dan
aksiologis.

“Sebagai dalil filsafat, Pancasila dapat dijelaskan sebagi berikut:


1. Aku manusia mengakui bahwa adaku itu merupakan ada bersama-dengan-cintakasih,
yang disebut perikemanusiaan.
2. Perikemanusiaan itu harus kujalani bersama-sama menciptakan, dan mengguankan
barang dunia demi keadilan sosial.
3. Perikemanusiaan harus kulaksanakan juga dalam masyarakat. Aku manusia niscaya
memasyarakat …, dan berdemokrasi.
4. Perikemanusiaan harus juga kulaksanakan dalam hubunganku dengan kesatuan ….
Kesatuan yang besar itu, tempat aku pertama harus melaksanakan perikemanusaan,
disebut dengan Kebangsaan.
5. Aku mengakui bahwa adaku itu bersama, serba terhubung, serba tersokong, serba
terganung. Jadi adaku tidak sempurna, tidak atas kekuatan sendiri. Jadi adaku bukanlah
sumber dari adaku … melainkan kepada Yang Mutlak, sang Maha-ada …. Itulah Tuhan
Yang Maha Esa”

Analisis filsuf menunjukan bahwa gotong royong adalah filosofi hidup yang mengakar lama
dalam budaya Indonesia, dan kemudian diusulkan menjadi dasar Negara. Bangsa kita dahulu
memang belum berfilsafat secara sistematis, akan tetapi nilai-nilai filsuf yang berkembang sejak
dulu kala kemudian disistematisasi oleh soekarno, dan kemudian diringkasnya menjadi gotong
royong. Formulasi formal dari Pancasila (atau bisa disebut sebagai Pancasila formal) itu
mempunyaiakar yang dalam pada kegotongroyongan masyarakat Indonesia. Akar inilah yang
kemudian disebut Pancasila material oleh Notonagoro. Pancasila formal tak lain adalah cetusan
rasional (lewat penggalian bertahun-tahun) dari Pancasila material yang hidup dan berkembang
dalam sejarah, peradaban agam, hidup ketatanegaraan, lembaga sisial, dan lain sebagainya yang
bercirikan semangat gotong royong.

C. RELEFANSI NIALI-NILAI PANCASILA DAN KAITANNYA DENGAN KASUS


YANG TERJADI

Ditinjau dari sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, kasus ini termasik melanggar sila
pertama yang dimana dijelaskan bahwa Negara Indonesia adalah rakyak yang beragama.
membunuh sama dengan megambil nyawa seserorang dengan sengaja maupu tidak, dalam kasus
ini seorang pembunuh telah melanggara nilai-nilai agama. Agama manapun tidak
memperbolehkan umatnya melakukan pembunuhan. Manusia diciptakan Tuhan saling menjaga,
mengasihi daan saling menyayangi satu sama lain. Di setiap agama tentunya mengajarkan nilai-
nilai kebaikan. Dari kasus ini sungguh menjadi suatu keprihatinan bagi Bangsa Indonesia dimana
semakin maraknya kejahatan menjadi-jadi setiap tahunnya yang dipengaruhi oleh
perkembangnya teknologi dan pengaruh ekonomi. Di setiap tahunnya pengganguran semakin
meningkat, lapangan perkerjaan yang tidak sebanding dengan tenaga kerja yang dibutuhkan ini
juga suatu hal yang mempengaruhi semakin meningkatnya kriminalitas di Indonesia termasuk
kasus pembunuhan ini. Banyak hal yang mempengaruhi pelaku melakukan hal ini factor
ekonomi atau faktor lainnya sehingga pelaku dengan teganya melakukan hal yang tidak
berprikemanusiaa dan seperti bukan umat bergama. Seharusnya umat beragama saling
menghargai satu sama lain, mengasihi serta menebarkan kebaikan kepada sesama sesuai
Pancasila sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” bukan saling membunuh dan mengambil
nyawa orang lain yang dilarang oleh agama manapun.

Ditinjau dari sila kedua, kemausiaan yang adil dan beradab, Kasus ini juga termasuk
pelanggaran sila kedua, dimana dalam sila kedua ini menjelaskan bahwa sebagai rakyat
Indonesia sebaiknya memperlakukan setiap manusia secara adil dan beradab dengan cara saling
mengasihi sesama manusia, mengembangkan sikap rasa toleransi, tidak semena-mena terhadap
orang lain dan menjujung tinggi nilai kemanusiaan. Dari sila kedua ini juga menjelaskan kita
sebagai manusia seharusnya saling mengasihi sesama manusia dan memperlakukan manusia
sewajarnya. Dalam kasus ini Sungguh tidak mencerminkan sebagai rakyat Indonesia yang
menjujung Pancasila sebagai pedoman Bangsa Indonesia yang disusun dengan proses yang
begitu panjang. Kasus pembunuhan ini sangat melanggar niali pancasila yang pertama dan
kedua. Sungguh ini tidak mencerminkan sebagai rakyat Indonesia yang “Ketuhanan Yang Maha
Esa” dan “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” dimana dengan kejam dan ganasnya pelaku
merenggut milik orang lain dengan cara yang tidak wajar serta membunuh para korban dengan
cara yang sangat-sangat tidak berprikemanusiaan. Sesama rakyat Indonesia seharusnya
mencerminkan Pancasila itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari dengan cara saling menghargai,
memiliki sikap toleransi di tengah keberagaman Indonesia, bukan dengan cara mengambil hak
milik orang lain, membunuh, melakukan tindakan kekerasan yang tidak sewajarnya dilakukan
oleh rakyat Indonesia yang berdasar kepada Pancasila. Seharusnya sesama rakyat Indonesia
saling menjaga satu dengan lainnya karena Pancasila adalah pedoman kehidupan Bangsa dan
dasar Negara Indonesia. Rakyat Indonesia seharusnya memiliki kesadaran sikap dan berperilaku
sesuai dengan nilai-nilai moral serta norma yang ada yang berlandaskan Pancasila dan
memperlakukan sesuatu hal sebagaiman mestinya.

Dalam Filsafat Pancasila “Sebagai bangsa dan negara Republik Indonesia mengandung
makna bahwa setiap aspek kehidupan kebangsaan, kenegaraan dan kemasyarakatan harus
didasarkan pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan yang terakhir
keadilan”. Dari kasus Perampokan dan pembunuhan di Pulomas Jakarta Timur pelaku melanggar
nilai-nilai Ketuhanan dan Kemanusiaan. Dalam kasus ini, polisi menjerat tersangka dengan Pasal
338 KUHP subs Pasal 44 ayat (3) UU RI No. 23 Th 2004 tentang KDRT ancaman 15 tahun
penjara. Dari kasus ini menjadi pembelajaran bagi Bangsa Indonesia untuk bersama-sama
menjujung tinggi Pancasila sebab Pancasila adalah pedoman kehidupan Bangsa Indonesia.
Masyarakat Indonesia juga harus bersama-sama menjunjung tinggi nilai kemanusiaan,
melakukan kegiatan-kegiatan kemanusiaan dan berani membela kebenaran serta keadilan.
Rakyat Indonesia harusnya menerapkan pedoman ini dalam kehidupan seahari-hari. Memiliki
kesadaran untuk bersama membangun Indonesia menjadi lebih baik dan memberantas tindakan-
tindakan yang melanggar hukum dan Pancasila. Agar peristiwa-peristiwa seperti ini tidak terjadi
lagi di Indonesia. Indonesia dapat menjadi Negara yang sadar hukum bagi rakyatnya dan ini
bukan perkerjaan pemerintah atau siapapun ini adalah tugas kita semua sebagai rakyat Indonesia
agar Indonesia dapat menjadi Negara yang adil, damai dan sejahtera.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

Dari keterkaitan kasusu yang saya analisis, saya menarik kesimpulan bahwa masih maraknya
kasus pembunuhan karna masih kurangnya kesadaran masyarakat akan nilai-nilai pancasila.
Jika warga Indonesia sudah memiliki kesadaran yang tinggi akan nilai-nilai Pancasila
tentunya tidak akan ada terjadi kasus-kasus yang seperti di bahas dalam paper ini. Karena
dari keterkaitan teori yang saya ambil yaitu terkait dalam nilai-nilai sila pertama dan kedua
kasus ini menunjukan pelanggaran akan sila-sila tersebut adapun kasus ini termasuk
melanggar sila pertama yang dimana dijelaskan bahwa Negara Indonesia adalah rakyak yang
beragama. membunuh sama dengan megambil nyawa seserorang dengan sengaja maupu
tidak, dalam kasus ini seorang pembunuh telah melanggara nilai-nilai agama. Agama
manapun tidak memperbolehkan umatnya melakukan pembunuhan. Manusia diciptakan
Tuhan saling menjaga, mengasihi daan saling menyayangi satu sama lain. Di setiap agama
tentunya mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Dari kasus ini sungguh menjadi suatu
keprihatinan bagi Bangsa Indonesia dimana semakin maraknya kejahatan menjadi-jadi setiap
tahunnya yang dipengaruhi oleh perkembangnya teknologi dan pengaruh ekonomi dan Kasus
ini juga termasuk pelanggaran sila kedua, dimana dalam sila kedua ini menjelaskan bahwa
sebagai rakyat Indonesia sebaiknya memperlakukan setiap manusia secara adil dan beradab
dengan cara saling mengasihi sesama manusia, mengembangkan sikap rasa toleransi, tidak
semena-mena terhadap orang lain dan menjujung tinggi nilai kemanusiaan. Dari sila kedua
ini juga menjelaskan kita sebagai manusia seharusnya saling mengasihi sesama manusia dan
memperlakukan manusia sewajarnya. Dalam kasus ini Sungguh tidak mencerminkan sebagai
rakyat Indonesia yang menjujung Pancasila sebagai pedoman Bangsa Indonesia yang disusun
dengan proses yang begitu panjang, karena tidak termuat dalam nilai-nilai sila tersebut yang
mengizinkan kita untuk membunuh atau mencabut nyawa orang lain. Terkait kasus
pembunuhan ini perlindungan akan HAM seharusnya lebih di perhatikan oleh pemerintah,
seiring sering terjadinya kasus yang sama dan dengan ditingkatkannya kesadaran akan HAM
tetntunya manusia akan lebih menghargai sesamanya dan tidak akan terjadi kasus
pembunuhan lagi. Dalam kasus ini dikarenakan para pelaku sering diberikan keringanan
hukuman sehingga kasus seperti ini masih sering terjadi di Negara kita.

Anda mungkin juga menyukai