Anda di halaman 1dari 3

Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro atau lebih dikenal dengan panggilan Prof

Notonegoro lahir pada tanggal 27 Desember 1973. Beliau berwangsa Hamengkubuwono dari
pasangan Kolonel Kavaleri Sigim Mahmud dan Raden Ayu Nusye Retnowati.Prof.
Notonegoro dikenal sebagai filsuf terkemuka yang mengutamakan Pancasila sebagai
karakter khusus filsafat Indonesia. di ranah filsafat nasional, sumbangan pemikiran ilmiahnya
mengenai tempat dan kedudukan Pancasila di dalam ketatanegaraan Indonesia
menjadikannya salah satu filsuf penting di dalam sejarah Bangsa Indonesia.

Pandangan Kefilsafatan Notonagoro dilengkapi dengan konsep-konsep yang


mengarah kepada penyusunan Etika Pancasila, yaotu konsep Manusia Monopluralis dan
empat tabiat saleh sebagai perwujudan tingkah laku (Notonagoro, 1980). Rintisan tersebut
membuka jalan bagi Pancasila untuk berubah dari norma kefilsafatan dan norma tematis
menjadi norma imperative. Sila- sila Pancasila terdiri atas lima kata pokok yaitu Tuhan,
manusia, satu , rakyat, dan adil. Empat sila tersebut dibubuhi oleh awalan dan akhiran ke-an
dan per-an. Kedua macam awalan-akhiran tersebut menjadikan lima silabus abstrak atau
mujarad dari kata dasarnya. Pengertian yang demikian itu disebut pengertian abstrak umum
universal, berisi sedikit tetapi meluas tidak terbatas, artinya meliputi segala hal dan keadaan
yang terdapat pada bangsa dan negara Indonesia dalam jangka waktu yang tidak terbatas.
Pancasila memiliki hubungan dengan bangsa Indonesia yang berasaskan sebab akibat yang
mengandung unsur keharusan. Hal tersebut menyebabkan bangsa Indonesia tidak dapat
terlepaskan oleh Pancasila, landasan Pancasila sebagai Sebab dan bangsa Indonesia sebagai
akibatnya (Notonagoro, 1975). Hal tersebut mengandung konsekunesi logis bahwa segala
sesuatu yang berhubungan dengan bangsa harus sejalan dengan hakikat sebabnya
(Pancasila). Maka benar pemikiran Notonagoro bahwa hubungan kefilsafatan antara tuhan,
manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai landasan Pancasila, yaitu landasan yang menjelma
seluruhnya kepada akibatnya yaitu Negara Indonesia.

Isi arti Kefilsafatan Pancasila pertama yang dirumuskan oleh Notonagoro yaitu,
Ketuhanan yang Maha Esa, Tuhan merupakan pangkal segala sesuatu yang ada , sebab dari
semua sebab yang ada makan hakikat tuhan ialah Causa Prima atau sebab yang pertama.
Sebab yang pertama itu sifatnya menyebabkan, tetapi tidak disebabkan, oleh karena itu
Esalah Tuhan itu (Hanya satu). Dari hal tersebut dapat diartikan bahwa , Bagi negara dan
bangsa Indonesia tidak ada wadah untuk hidupnya atheism, dalam kehidupan beragama
seharusnya tidak ada paksaan beragama, bagi negara dan bangsa Indonesia tentang adanya
tuhan sebagai kenyataan di dalam obyektivitasnya tdak menjadi persoalan, Ilmu pengetahuan
alam dan biologi mengakui bahwa Tuhan sebagai sumber adanya kehidupan, dan Negara
Reoublik Indonesia mempunyai tertib bernegara dan tertib hokum mengenai hokum Tuhan,
humum kodrat dan hokum Susila, yang menjadi sumber nilai bagi negara dan humum positif
Indonesia.
Isi arti Kefilsafatan Pancasila kedua yang dirumuskan oleh Notonagoro yaitu,
Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, manusia merupakan kesatuan dari unsur-unsur raga
dan jiwa (akal, rasa, kehendak). Makhluk social dan individu, makhluk ciptaan tuhan dan
berpribadi berdiri sendiri yang berupa kesatuan. Hal tersebut menimbulkan kebutuhan yang
sifatnya jasmaniah dan kerohanian, yang bersifat seimbang, serasi, dan selaras, sehingga
hakikat manusia dengan kepribadian bangsa berbanding lurus. Kemanusiaan yang adil dan
beradap mengandung sikap, hakikat kemanusiaan (abstrak), hakikat pribadi kebangsaan
(jelmaan hakikat manusia), hakikat konkret kebangsaan Indonesia (jelmaan hakikat
kemanusiaan dan pribadi bangsa), hakikat pribadi perseorangan dan hakikat konkret
perseorangan.

. Isi arti Kefilsafatan Pancasila ketiga yang dirumuskan oleh Notonagoro


yaitu,Persatuan Indonesia, Sila persatuan Indonesia berasal dari kata satu, hakikat satu ialah
tidak terbagi, mempunyai diri, sifat, bentuk, susunan tersendiri. Dengan bersumber pada
hakikat satu itu dapat dirumuskan pengertian yaitu, Bangsa Indonesia tidak dapat dibagi,
yaitu mempunyai sifat kesatuan, bangsa Indonesia mempunyai tempat (wilayah) tersendiri di
bumi ini, Bhineka Tunggal Ika merupakan lambing kesatuan dan kenegaraan adalah tempat
tepat bagi bangsa Indonesia.

Isi arti Kefilsafatan Pancasila keempat yang dirumuskan oleh Notonagoro yaitu
Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan
Perwakilan, kesesuaiannya dengan hakikat rakyat yang merupakan keseluruhan jumlah dari
semua warga dalam negara yang meluputi semua warga dalam negara kesatuan dan
perseorangan dan dalam kaitannya dengan hakikat manusia semuanya itu akan terjelma
sebagai asas demokrasi (demokrasi politik dan fungsional). Negara Indonesia bukan negara
untuk seseorang dan bukan negara untuk satu golongan , tetapi negara yang berdasarkan atas
kekuasaan yang ada pada rakyat, demokrasi politik yaitu mewujudkan persamaan dalam
lapangan social ekonomi yaitu mewujudkan kesejahteraan Bersama atas dasar
permisyawaratan/ perwakilan untuk mencapai mufakat.

Isi arti Kefilsafatan Pancasila kelima yang dirumuskan oleh Notonagoro


yaitu,Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, Kesesuaian dengan hakikat adil yaitu
terpenuhinya sebagai wajib segala hal yang dalam hidup telah diakui sebagai hak dan
kaitannya dengan hakikat manusia, maka wajib diutamakan dari pada hak pemenuhan , hak
yang bersifat wajib ini meliputi hubungan tiga segi yaitu hubungan negara dan warganegara
yang disebut keadilan distributive, hubungan warganegara dengan negara yang disebut
keadilan legal, dan hubungan antara sesame warga yang disebut keadilan komutatif. Keadilan
menyimpulkan hubungan kemanusiaan, sehingga ada kewajiban untuk memenuhi
kepentingan/kebutuhan social, pribadi, jasmaniah serta kerohanian (religious), kepentingan
negara sebagai negara, kepentingan umum para warga Bersama, kepentingan khusus dari
perseorangan, keluarga, suku dan bangsa serta golongan.

Notonagoro mengemukakan peranan system filsafat Pancasila, bahwa dalam


menghadapi pengaruh ilmu pengetahuan modern dan latar belakang filsafatnya yang berasal
dari luar, telah diketemukan cara untuk memanfaatkannya yaitu secara selektis, mengambil
ilmu pengetahuan dan ajaran kesilsafatan luar tetapi melepaskan diri dari system filsafat yang
bersangkutan lalu mengcorporasikan ilmu tersebut kedalam struktur filsafat Pancasila.
Dengan demikian Pancasila bersifat terbuka bagi pengaruh dari luar dengan syarat dilepaskan
dari system filsafatnya, kemudian dijadikan unsur penguat filsafat Pancasila.

Dalam konteks diatas Notonagoro menegaskan, isi Pancasila sebagai dasar falsafah
negara semestinya tidak bisa dipengaruhi oleh segala perbedaan seperti keagamaan,
kesukuan, kewarganegaraan, golongan, dan sebagainya. Demikian pula ia tidak dapat
dipengaruhi oleh segala perubahan, seperti perubahan keadaan, peristiwa, tempat (dalam dan
luar Indonesia), waktu, komposisi penduduk, pola hubungan antar warga, bangsa, dan
negaara, dan hubungan hubungan lainnya.

Refleksi filsafati yang dikembangkan oleh Notonagoro untuk menggali nilai-nilai


abstrak, hakikat sila-sila Pancasila, kemudian dijadikan pangkal tolak pelaksanaan yang
bewujud konsep pengamalan yang bersifat subjektif dan objektif. Pengamalan secara objektif
adalah pengamalan di bidang kehidupan kenegaraan atau kemasyakaratan yang dimuat dalam
ketentuan hokum berupa pasal-pasal UUD, ketetapan MPR, Undang-Undang Organik dan
peraturan-peraturan pelaksanaanya. Sementara itu pengamalan subjektif adalah pengamalan
yang dilakukan oleh manusia individual, baik secara pribadi maupun sebagai warga negara
yang realisasinya berupa tingkah laku dan sikap dalam kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai
abstrak yang bersumber dari hakikat Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil dijabarkan
menjadi konsep Etika Pancasila, yaitu bahwa hakikat manusia Indonesia memiliki sifat dan
keadaan yang berperi ketuhanan yang Maha Esa, berperi kemanusiaan, berperi keadilan
social. Konsep filsafat Pancasila yang bercorok tematis dijabarkan menjadi system etika
Pancasila yang bercorak normatif.

Anda mungkin juga menyukai