Anda di halaman 1dari 162

PANCASILA

Dr. Ismiyarto, SH, M.Si


MATERI PEMBELAJARAN
1. Filsafat Pancasila
2. Kedudukan dan fungsi Pancasila bagi Bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai Ideologi Negara
4. Pancasila dalam hubungan dengan UUD 1945
5. Pancasila sebagai jiwa dan kepribadian bangsa
Indonesia
6. Pancasila, integralistik dan ideologi terbuka
7. Kedudukan dan sifat UUD 1945
MATERI PEMBELAJARAN (lanjutan)

8. Kedudukan UUD 1945,perjalanan sebagai


sejarah peraturan perundang-undangan
9. Cita-cita nasional, tujuan nasional dan tujuan
pembangunan nasional
10.Pengertian dan pemahaman pembangunan jangka
pendek, menengah dan jangka panjang
11. Aktualisasi nilai-nilai Panasila dalam kehidupan sehari-
hari.
FILSAFAT PANCASILA
1. Rumusan dan pengertian kesatuan sila-sila Pancasila
sebagai sistem filsafat
 Kesatuan sila-sila Pancasila pada hakikatnya bukanlah hanya
merupakan kesatuan yang bersifat formal logis saja, namun
meliputi kesatuan dasar ontologis, dasar epistemologis serta
dasar aksiologis dari sila-sila Pancasila, berbeda dengan
sistem filsafat lainnya misalnya materialisme, liberalisme,
komunisme, idealisme dan lain paham filsafat di dunia.
Lanjutan……………………..

Dasar Ontologis sila-sila Pancasila


 Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah
merupakan asas yang berdiri sendiri, melainkan memiliki
satu kesatuan dasar ontologis.
 Dasar ontologis Pancasila  manusia yang memiliki
hakikat mutlak monopluralis,OKI disebut sebagai dasar
antropologis;
 Pendukung pokok rakyat dan unsur rakyat adalah
manusia itu sendiri, sehingga tepat jika dalam filsafat
Pancasila hakikat dasar antropologis sila-sila Pancasila -
manusia.
LANJUTAN………………..

Kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri


sendiri dan sebagai makhluk Tuhan inilah, maka secara
hirarkhis sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa mendasari
dan menjiwai keempat sila-sila Pancasila yang lainnya
(Notonagoro, 1975:53).
ONTOLOGIS  ilmu yang menyelidiki hakikat sesuatu dan
artinya disamakan dengan metafisika (Aristoteles).
Menyelidiki makna yang ada (eksistensi), sumber ada, jenis
ada dan hakikat ada, termasuk ada alam, manusia,
metafisika, dan kesemestaan atau kosmologi.
2. Dasar Epistemologis sila-sila Pancasila
Epistemologi bidang atau cabang filsafat yang menyelidiki
asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu
pengetahuan.
Bagaimana manusia mengetahui bahwa ia tahu, atau
bagaimana manusia mengetahui bahwa sesuatu itu ilmu
pengetahuan, hal ini menjadi penyelidikan epistemologi.
Sumber pengetahuan Pancasila dapat ditelusuri melalui
sejarah terbentuknya Pancasila.
Lanjutan…………..

Akar sila-sila Pancasila ada dan berpijak pada nilai serta budaya
masyarakat bangsa Indonesia.
Nilai budaya masyarakat bangsa Indonesia dapat diuangkap
mulai abad IV – diambil dari nilai asli Indonesia juga diperkaya
masuknya nilai budaya dari luar Indonesia. Dari agama Hindu,
Budha, Islam, serta nilai-nilai demokrasi yang dibawa dari Barat.
Pancasila mengakui kebenaran pengetahuan bersumber dari
wahyu atau agama, kebenaran yang bersumber dari akal pikiran
manusia, serta kebenaran bersifat emperis pada pengalaman.
Pengetahuan Pancasila mencerminkan adanya pemikiran
masyarakat tradisional dan modern.
3. Dasar Aksiologi nilai-nilai Pancasila
Aksiologi ialah cabang filsafat yang menyelidiki makna nilai,
sumber nilai, jenis dan tingkatan nilai, serta hakikat nilai.
Pancasila tidak hanya mencerminkan identitas manusia
Indonesia, melainkan juga berfungsi sebagai cara (mean)
dalam mencapai tujuan, bahwa dalam mewujudkan cita-cita
negara bangsa.
Indonesia menggunakan cara-cara berketuhanan,
berketuhanan yang adil dan beradab, berpersatuan,
berkerakyatan yang menghargai musyawarah dalam
mencapai mufakat, dan bereadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
LANJUTAN……………………..

Pancasila mencerminkan nilai realitas dan


idealitas.
Pancasila mencerminkan nilai realitas,
karena di dalam sila-sila Pancasila berisi nilai
yang sudah dipraktekkan dalam hidup sehari-
hari oleh bangsa Indonesia.
Pancasila bearisi nilai-nilai idealitas, yaitu
nilai yang diinginkan untuk dicapai.
PANCASILA sebagai NILAI DASAR FUNDAMENTAL
Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat
nilai yang terpadu berkenaan dengan hidup bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
Pokok-pokok pikiran dalam Pembukaan UUD1945 hakikatnya nilai-
nilai Pancasila, yaitu:
1.Pokok pikiran pertama, negara Indonesia adalah negara
persatuan, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia. Negara mengatasi segala
paham golongan dan perseorangan. Hal ini merupakan penjabaran
dari sila ketiga.
Lanjutan…………….

2.Pokok pikiran kedua, menyatakan bahwa negara


hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Dalam hal ini negara berkewajiban mewujudkan
kesejahteraan umum bagi seluruh rakyat Indonesia,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Pokok pikiran ini penjabaran dari sila kelima.
Lanjutan…………….

3.Pokok pikiran ketiga, menyatakan negara berkedaulatan


rakyat, berdasarkan atas kerakyatan dan
permusyawaratan/perwakilan.
Pokok pikiran ini menunjukkan negara Indonesia
demokrasi, yaitu kedaulatan di tangan rakyat, sesuai
dengan sila keempat.
4.Pokok pikiran keempat, bahwa negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
Pokok pikiran ini sebagai penjabaran dari sila pertama dan
kedua.
Lanjutan…………….

Pembukaan UUD 1945 itu memuat nilai-nilai


dasar yang fundamental, maka Pembukaan
UUD 1945 yang di dalamnya terdapat
Pancasila tidak dapat diubah secara hukum.
Apabila terjadi perubahan berarti
pembubaran neganra Proklamasi 17 Agustus
1945.
PRINSIP FILSAFAT PANCASILA
1. Kausa Material: Diambil dari Nilai Sosial Budaya Indonesia
Prinsip-prinsip filsafat Pancasila di Indonesia yang pertama ialah
berdasarkan kausa material, yaitu prinsip Pancasila digali dari
nilai dan norma yang ada di dalam bangsa Indonesia, bukan
berasal dari bangsa yang lainnya.
Terdapat begitu banyak keanekaragaman yang dapat kita
temukan di Indonesia. Setiap keanekaragaman tersebut
dijadikan satu dalam rumusan Pancasila.
Dengan mengambil prinsip dari nilai dan norma yang ada di
Indonesia, maka pelaksanaan dari Pancasila menjadi lebih
mudah diterima dan mudah untuk dilaksanakan. Hal ini sekaligus
menjadi salah satu upaya menjaga keutuhan NKRI. 
Lanjutan…………….

2. Kausa Formalis: Tercantum Secara Resmi dalam UUD


1945
Prinsip-prinsip filsafat Pancasila di Indonesia yang
selanjutnya dapat dijelaskan dengan kausa formalis.
Berdasarkan kausa ini, Pancasila terdapat di dalam
pembukaan UUD 1945 sehingga menjadikan
keberadaannya resmi atau formal karena telah memenuhi
syarat kebenaran formal. Hubungan di antara Pancasila
dan UUD ini menjadi salah satu prinsip-prinsip Pancasila di
Indonesia.
Lanjutan…………….

3. Kausa Efisiensi: Rumusannya Tepat dengan Bangsa Ini


Prinsip-prinsip filsafat Pancasila di Indonesia yang ketiga
dapat dijelaskan dengan kausa efisiensi, yaitu ketepatan
segala hal yang dilakukan oleh BPUPKI dan PPKI dalam
merancang dan merumuskan Pancasila sebagai dasar
negara Indonesia.
Kata efisiensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
memiliki arti yaitu ketepatan cara, usaha, dan kerja dalam
menjalankan sesuatu dengan tidak membuang waktu,
tenaga, dan biaya.
Lanjutan…………….

4. Kausa Finalis: Isinya Sesuai Dengan Tujuan


Prinsip-prinsi filsafat Pancasila di Indonesia yang terakhir
kita bahas dalam kesempatan ini dapat dijelaskan dengan
kausa finalis, yaitu segala rumusan Pancasila berhubungan
dengan tujuan dari keberadaan Pancasila itu sendiri.
Adapun tujuan dari adanya Pancasila ialah untuk menjadi
dasar negara Indonesia.
Sebagai dasar negara, dapat dikatakan bahwa Pancasila
merupakan dasar negara yang mendekati sempurna
KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA
Inti Isi Sila-Sila Pancasila
Sila-sila Pancasila pada hakekatnya
merupakan suatu kesatuan, meskipun setiap
sila terkandung nilai-nilai yang memiliki
perbedaan antara satu dengan lainnya,
namun kesemuanya ini tidak lain merupakan
suatu kesatuan yang sistematis.
Lanjutan…………….

1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa, terkandung nilai
bahwa negara yang didirikan adalah sebagai
pengejawantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan
Yang Maha Esa.
Segala hal yang berkaitan dengan:
 pelaksanaan dan penyelenggaraan negara,
moral negara, moral penyelenggara negara,
politik negara, pemerintahan negara,
hukum dan peraturan perundang-undangan negara,
kebebasan dan hak asasi warga negara
harus dijiwai nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa.
Lanjutan…………….

2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai
bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sebagai makhluk yang beradab.
Nilai kemanusiaan yang adil mengandung suatu
makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk
yang berbudaya harus berkodrat adil terhadap
masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya.
Lanjutan................

Menurut Darmodihardjo 1996, Konsekuensi nilai yang terkandung


dalam Kemanusiaan yang adil dan beradab adalah:
a. Menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa
b. Menjunjung tinggi HAM
c. Menghargai atas kesamaan hak dan derajat tanpa membedakan
suku, ras, keturunan, status sosial maupun agama.
Lanjutan................

d. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia,


menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhaan
yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hal ini terkandung nilai bahwa nasionalisme Indonesia adalah
nasionalisme religius.
OKI nilai-nilai nasionalisme harus tercermin dalam segala aspek
penyelenggaraan negara termasuk dalam era reformasi dewasa
ini.
Lanjutan.............

Proses reformasi tanpa mendasarkan pada


moral Ketuhanan, Kemanusiaan yang
memegang teguh persatuan dan kesatuan,
maka bukan tidak mungkin akan membawa
kehancuran bagi bangsa Indonesia seperti
halnya telah terbukti pada bangsa lain
misalnya Yugoslavia, Srilangka dsb.
Lanjutan.............

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksnaan


dalam permusyawaratan/ perwakilan.
Sila kerakyatan terkandung nilai demokrasi yang secara
mutlak harus dilaksanakan dalam hidup negara, maka
nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi,yaitu:
a.Adanya kebebasan yang harus disertai dengan
anggungjwab baik erhadap masyarakat bangsamauun
secara moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Lanjutan..............

b. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan


c. Menjamin dan memperkokoh persatuan dan kesatuan dalam
hidup bersama
d. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama,
karena perbedaan merupakan suatu bawaan kodrat manusia;
e. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap
individu, kelompok, ras,suku maupun agama
f. Mengarahkan peredaan dalam suatu kerjasama kemanusiaan
yang beradab;
Lanjutan...............
g. Menjungjung tinggi asas musyawarah sebagai moral
kemanusiaan yang beradab;
h. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam
kehidupa sosial agar tercapainya tujuan bersama.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan dimaksud didasari dan dijiwai oleh hakikat
keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam hubungan
manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia
lain, manusia dengan masyarakt, bangsa dan negaranya
serta hubungan manusia dengan Tuhannya.
Lanjutan...............
Nilai-nilai keadilan yang harus terwujud dalam
hidup bersama, meliputi:
a. Keadilan distributif, yaitu suatu hubungan
keadilan antara negara terhadap warganya,
dalam arti pihak negaralah yang wajib
memenuhi keadilan dalam bentuk keadilan
membagi, dalam bentuk kesejaheraan,
bantuan, subsidi serta kesempatan dalam hidup
bersama yang didasarkan atas hak dan
kewajiban.
Lanjutan...............
b. Keadilan Legal (Keadilan bertaat), yaitu suatu hubungan
keadilan antara warga negara terhadap negara dan dalam
masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan
dalam bentuk mentaati peraturan perundang-undangan yang
berlaku dalam negara Republik Indonesia.
c. Keadilan Komutatif, yaitu suatu hubungan keadilan antara
warga satu dengan lainnya secara tibal balik.
Keadilan tersebut sebagai dasar dalam pergaulan antara sesama
bangsa di dunia dan prinsip ingin menciptakan ketertiban hidup
bersama dalam suatu pergaulan antar bangsa didunia berdasrkan
suatu prinsip kemerdekaan bagi setiap bangsa, perdamaian abadi
dan keadilan sosial dalam hidup bersama (keadilan sosial).
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA
A.Pancasila sebagai ideologi negara
1. Nilai Dasar  hakikat kelima pancasila yaitu ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan.
Nilai dasar tersebut merupakan esensi dari nilai-nilai Pancasila yang
bersifat universal sehingga dalam nilai tersebut terkandung cita-cita,
tujuan serta nilai nilai yang baik dan benar.
Nilai ideologi tersebut tertuang dalam pembukaan UUD 1945,sehingga
pembukaan memuat nilai-nilai dasar ideologi Pancasila, maka UUD
1945 merupakan suatu norma dasar yang merupakan tertib hukum
tertinggi, sehingga sumber hukum positif di dalam negara memiliki
kedudukan sebagai staats fundamental norm atau pokok kaidah
negara yang fundamental.
Lanjutan...............
2. Nilai Instrumental  yang merupakan arahan,
kebijakan, strategi, saran, serta lembaga pelaksanaannya.
Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi, penjabaran
lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila,
Misalnya GBHN yang lima tahun senantiasa disesuaikan
dengan perkembangan zaman serta aspirasi masyarakat,
undang-undang, kementerian-kementerian, sebagai
lembaga pelaksanaan dan lain sebagainya. Pada aspek ini
senantiasa dapat dilakukan perubahan (reformatif).
Lanjutan...............
3. Nilai Praktis  merupakan nilai-nilai realisasi
instrumental dalam suatu realisasi pengalaman yang
bersifat nyata, dalam kehidupan sehari-hari dalam
masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam realisasi praktis inilah maka penjabaran nilai-nilai
Pancasila senantiasa berkembang dan selalu dapat
dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai
dengan perkembangan zaman ilmu pengetahuan dan
teknologi serta aspirasi masyarakat.
Lanjutan...............
Selain memiliki tiga nilai, juga mengandung tiga
dimensi,yaitu:
1. Dimensi Idealistis, Nilai dasar yang terkandung dalam
sila-sila Pancasila bersifat sistematis, rasional dan
menyeluruh. Kadar serta idealisme yang terkandung
dalam Pancasila mampu memberikan harapan untuk
berupaya mewujudkan apa yang dicita-citakan.
2. Dimensi Normatif, yaitu nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila perlu dijabarkan dalam suatu sisten
norma, sebagaimana terkandung dalam norma-norma
kenegaraan.
Lanjutan...............

3. Dimensi Realistis, yaitu suatu ideologi


harus mampu mencerminkan realitas yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat.
Pancasila sebagai ideologi terbuka tidak
bersifat utopis yang hanya berisi ide-ide yang
bersifat mengawang, melainkan suatu
ideologi yang bersifat realistis, artinya
mampu dijabarkan dalam segala aspek
kehidupan nyata.
Lanjutan...............
B. Pancasila sebagai ideologi terbuka.
Ciri khas ideologi terbuka, bahwa nilai-nilai dan cita-citanya tidak
dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari harta
kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
Dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan
hasil musyawarah dan konsensus dari masyarakat tersebut.
Ideologi terbuka tidak diciptakan oleh negara malainkan digali
dan ditemukan dalam masyarakat itu sendiri.
Ideologi terbuka milik seluruh rakyat, dan masyarakat dalam
menemukan “dirinya” “kepribadiannya” di dalam ideologi
tersebut.
Lanjutan………………………….

OKI, Ideologi terbuka sebagaimana yang


dikembangkan oleh bangsa Indonesia senantiasa
terbuka untuk proses reformasi dalam bidang
kenegaraan, karena ideologi terbuka berasal dari
masyarakat yang sifatnya dinamis.
Selain itu sifat ideologi terbuka juga senantiasa
berkembang seiring dengan perkembangan aspirasi,
pemikiran serta akselerasi dari masyarakat dalam
mewujudkan cita-citanya untuk hidup berbangsa
dalam mencapai harkat dan martabat kemanusiaan .
Lanjutan………………………….

C. Pancasila sebagai ideologi tertutup.


Ciri ideologi tertutup bahwa atas nama ideologi
dibenarkan pengorbanan-pengorbanan yang dibebankan
kepada masyarakat.
Demi ideologi masyarakat harus berkorban, dan kesediaan
untuk menilai kepercayaan ideologi para warga
masyarakat serta kesetiannnya masing-masing sebagai
warga masyarakat.
Intinya terdiri dari tuntutan-tuntutan konkrit dan
operasional yang keras, yang diajukan dengan mutlak.
Lanjutan………………………….

Betapapun bersarnya perbedaan antara tuntutan berbagai


ideologi yang memungkinkan hidup dalam masyarakat itu,
akan selalu ada tuntutan mutlak bahwa orang harus taat
kepada ideologi tersebut.
Hal itu berarti orang harus taat kepada elite yang
mengembannya, taat terhadap tuntutan ideolgis dan
tuntutan ketaatan itu mutlak dari nuraninya, tanggung
jawabnya atas hak-hak asasinya.
Kekuasaannya selalu condong kearah total, jadi bersifat
totaliter dan akan menyangkut segala segi kehidupan.
HUBUNGAN PANCASILA DAN UUD 1945

Pancasila Dalam Konteks Ketatanegaraan RI


Negara Indonesia adalah negara demokrasi berdasarkan
atas hukum, OKI segala aspek dalam pelaksanaan dan
penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem
peraturan perundang-undangan.
Negara dilaksanakan berdasarkan pada suatu konstitusi
atau Undang-Undang Dasar negara. Pembagian
kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi negara, hak dan
kewajiban warga negara, keadilan sosial dan lainnya diatur
dalam suatu Undang Undang Dasar negara.
Lanjutan………….

UNDANG-UNDANG DASAR 1945


BAB I - Bentuk dan Kedaulatan
 Negara Indonesia iala Negara Kesatuan berbentuk Repubik
 Kedaulatan berada di tangan rkyat dan dilaksanakan menurut UUD
 Negara Indonesia adalah negara hukum
BAB II – Majelis Permusyawaratan Rakyat
BAB III – Kekuasaan Pemerintahan Negara – Presiden dan Wakil Presiden
BAB V – Kementerian Negara
BAB VI – Pemerintahan Daerah
BAB VII – Dewan Perwakilan Rakyat
BAB VIIA – Dewan Perwakilan Daerah
BAB VIIB – Pemilihan Umum
BAB VIII – Hal Keuangan
BAB VIIIA – Badan Pemeriksa Keuangan
BAB IX – Kekuasaan Kehakiman
BAB IXA – Wilayah Negara
BAB X – Warga Negara dan Penduduk
BAB XA – Hak Asasi Manusia
BAB XI – Agama
BAB XII – Pertahanan dan Keamanan Negara
BAB XIII – Pendidikan dan Kebudayaan
BAB XIV – Perekonoian Nasional dan Kesejahteraan Sosial
BAB XV – Bendera, Bhasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan
Lanjutan...............
Pembukaan UUD 1945 yang merupakan deklarasi
bangsa dan negara Indonesia, yang memuat
Pancasila sebagai dasar negara, tujuan negara
serta bentuk negara RI. OKI Pembukaan UUD 1945
dalam konteks ketatanegaraan RI memiliki
kedudukan yang sangat penting karena merupakan
staast fundamentalnorm dan berada pada
hierarkhi tertib hukum tertinggi di Negara
Indonesia.
Pembukaan UUD 1945
memenuhi Syarat Tertib Hukum Indonesia
1. Adanya kesatuan subyek  penguasa yang
mengadakan peraturan hukum. Hal ini terpenuhi
dengan adanya suatu Pemerintahan Negara RI
(Pembukaan UUD 1945 dalam alinea IV).
2. Adanya kesatuan asas kerokhanian, yang merupakan
suatu dasar dari keseluruhan peraturan-peraturan
hukum, yang merupakan sumber dari segala sumber
hukum….dasar filsafat negara Pancasila….. Alinea IV.
Lanjutan...............
3. Adanya kesatuan daerah  dimana peraturan-
peraturan hukum itu berlaku, terpenuhi oleh kalimat
seluruh tumpah darah Indonesia, sebagaimana tercantum
dalam alinea ke IV Pembukaan UUD 1945;
4. Adanya kesatuan waktu  seluruh peraturan-
peraturan hukum itu berlaku……. maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia…..
Hal ini menunjukkan saat mulai berdirinya negara RI
disertai dengan suatu tertib hukum sampai seterusnya
selama kelangsungan hidup Negara RI.
HUBUNGAN PANCASILA
DAN PEMBUKAAN UUD 1945
Pembukaan UUD 1945 bersama-sama dengan UUD 1945
diundangkan dalam berita RI tahun II No.7, ditetapkan
oleh PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Inti dari Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya terdapat
dalam Alinea IV, artinya segala aspek penyelenggaraan
pemerintahan negara yang berdasarkan Pancasila
terdapat dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV.
Lanjutan…………..

Pembukaan UUD 1945


Alinea ke 4
……………….yang terbentuk dala suatu susunan Negara Republik
Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepad:
 Ketuhanan Yang Maha Esa
 Kemanusiaan yang adil dan beradab
 Persatuan Inonesia, dan
 Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan, serta
 Dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Lanjutan...............
Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 adalah bersifat
timbal balik dengan Pancasila, sbb:
A.Hubungan secara FORMAL
1. Rumusan Pancasila sebagai dasar negara RI adalah
seperti yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945
alinea IV;
2. Pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah
merupakan pokok kaidah negara yang fundamental
dan tertib hukum yang mutlak dan merupakan tertib
hukum tertinggi;
Lanjutan...............
3. Pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan berfungsi
selain sebagai Mukadimah dari UUD 1945 dalam
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, berkedudukan
sebagai suatu yang bereksistensi sendiri, pada
hakikatnya kedudukannya berbeda- beda dengan
pasalnya, artinya tidak tergantung pada batang tubuh
UUD 1945;
4. Pancasila mempunyai hakikat, sifat, kedudukan dan
fungsi pokok kaidah negara yang fundamental, sebagai
dasar kelangsungan hidup negara RI yang
diproklamirkan 17 Agustus 1945;
Lanjutan...............
5. Pancasila sebagai inti Pembukaan UUD 1945,
mempunyai kedudukan yang kuat,tetap dan tidak dapat
diubah dan melekat pada kelangsungan hidup negara
Republik Indonesia.
B.Hubungan secara MATERIAL
1. Secara kronologis, materi yang dibahas oleh BPUPKI
adalah dasar filsafat Pancasila, kemudian Pembukaan
UUD 1945, berikutnya tersusunlah Piagam Jakarta oleh
Panitia 9, sebagai wujud bentuk pertama Pembukaan
UUD 1945;
Lanjutan...............
2. Pancasila sebagai sumber tertib hukum Indonesia,
artinya secara material tertib hukum Indonesia
dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila. Pancasila sebagai sumber tertib hukum
Indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi,
sumber bentuk dan sifat.
3. Sebagai pokok kaidah negara yang fundamental, maka
sebenarnya secara material yang merupakan esensi
atau inti sari dari pokok kaidah negara fundamental
tersebut, tidak lain adalah Pancasila.
TUJUAN PENDIDIKAN PANCASILA
Tujuan mempelajari pendidikan Pancasila, yaitu:
Menghasilkan peserta didik yang beriman dan
bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, dengan
sikap dan perilaku:
1. Memiliki kemampuan untuk mengambil sikap
yang bertanggungjawab sesuai dengan hati
nuraninya;
2. Memiliki kemampuan untuk mengenali
masalah hidup dan kesejahteraan serta cara-
cara pemecahannya;
Lanjutan...............
3. Mengenali perubahan-perubahan dan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi dan seni;
4. Memiliki kemampuan untuk memaknai peristiwa
sejarah dan nilai-nilai budaya bangsa untuk
menggalang persatuan Indonesia.
Melalui pendidikan Pancasila, warga negara RI
diharapkan mampu memahami, menganalisis dan
menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh
masyarakat bangsanya secara berkesinambungan dan
konsisten berdasarkan cita-cita dan tujuan bangsa
Indonesia.
NILAI-NILAI LUHUR DALAM PANCASILA
Dalam Pancasila terdapat nilai-nilai luhur, pandangan
tentang nilai sangat tergantung pada titik tolak dan sudut
pandangnya masing-masing dalam menentukan tentang
pengertian serta hierarkhi nilai. Ada yang berpandangan
bahwa nilai tertinggi adalah nilai material, ada juga nilai
tertinggi adalah kesejahteraan.
Menurut Max Sceler mengemukakan bahwa nilai-nilai
yang ada, tidak sama luhurnya dan sama tingginya.
Menurut tinggi rendahnya, nilai-nilai dapat
dikelompokkan dalam empat tingkatan, sbb:
Lanjutan...............

1. Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkatan ini


terdapat deretan nilai-nilai yang
mengenakan dan tidak mengenakan, yang
menyebabkan orang senang atau menderita
tidak enak;
2. Nilai-nilai kehidupan dalam tingkat ini
terdapatlah nilai-nilai yang penting bagi
kehidupan, misalnya: kesehatan, kesegaran
jasmani, kesejahteraan umum;
Lanjutan...............

3. Nilai-nilai kejiwaan, dalam tingkat ini terdapat


nilai-nilai kejiwaan yang sama sekali tidak
tergantung dari keadaan jasmani maupun
lingkungan. Nilai-nilai semacam ini ialah
keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni
yang dicapai dalam fillsafat;
4. Nilai-nilai kerohanian: dalam tingkat ini
terdapatlah modalitas nilai dari yang suci dan
tidak suci. Nilai-nilai semacam ini terutama terdiri
dari nilai-nilai pribadi.
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
(cara deduktif dan induktif)

Pembahasan mengenai Pancasila sebagai


sistem filsafat dapat dilakukan dengan cara
DEDUKTIF dan cara INDUKTIF:
1. Cara DEDUKTIF (umum  empiris)
Adalah dengan mencari hakikat Pancasila
serta menganalisis dan menyusunnya secara
sistematis menjadi keutuhan pandangan
yang komprehensif;
Lanjutan...............
2. Cara INDUKTIF (hal khusus  lebih umum)
Yaitu dengan mengamati gejala-gejala sosial, budaya
masyarakat, merefleksikannya, dan menarik arti dan
makna yang hakiki dari gejala-gejala itu.
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat.
Sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling
berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu
dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang
utuh.
Lanjutan...............
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis.
Artinya antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar
yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang:
 manusia yang berhubungan dengan Tuhan,
 diri sendiri,
 sesama,
 masyarakat bangsa
yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.
Lanjutan...............

Dengan demikian Pancasila


sebagai sistem filsafat memiliki
ciri khas yang berbeda dengan
sistem- sistem filsafat lainnya,
seperti materialisme, idealisme,
rasionalisme, liberalisme,
komunisme, dan sebagainya.
NEGARA INTEGRALISTIK
(MENURUT PEMIKRAN SOEPOMO)

“Maka semangat kebatinan sruktur kerokhanian dari bangsa


Indonesia bersifat dan cita-cita persatuan hidup, yaitu persatuan
antara dunia luar dan dunia bathin, antara macrokosmos dan
mikrokosmos, antara rakyat dan pemimpin-pemimpinnya. Segala
manusia sebagai golongan manusia itu tiap-tiap masyarakat
dalam pergaulan hidup di dunia dianggap mempunyai tempat
dan kewajiban hidup (dharma) sendiri-sendiri menurut kodratnya
dan segala-galanya ditujukan kepada keseimbangan lahir dan
batin. Manusia sebagai seseorang tidak terpisah dari seseorang
yang lain atau dunia luar, dari golongan manusia, maka segala
sesuatu bercampur baur bersangkut paut, segala sesuatu
berpengaruh dan kehidupan mereka bersangkut paut”
(Sekretariat Negara 1995).
lNjutan………………………..

Pemikiran negara integralistik yang telah berakar pada


budaya bangsa Indonesia sejak dahulu kala menurut
Soepomo  Negara Indonesia pada hakikatnya terdiri
atas bagian-bagian yang secara mutlak membentuk suatu
kesatuan.
Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-manusia sebagai
individu, keluarga-keluarga, kelompok-kelompok,
golongan-golongan, suku bangsa-suku bangsa, adapun
wilayah terdiri atas pulau-pulau keseluruhannya itu
merupakan suatu kesatuan baik lahir maupun bathin.
Lanjutan...............

Bangsa Indonesia terdiri atas manusia-


manusia sebagai individu, keluarga-keluarga,
kelompok-kelompok, golongan-golongan,
suku bangsa-suku bangsa, yang hidup dalam
satu wilayah yang terdiri atas beribu-ribu
pulau yang memiliki kekayaan budaya yang
beraneka ragam, keseluruhannya itu
merupakan suatu kesatuan integral baik lahir
maupun bathin (Kaelan, 1996:132).
Lanjutan...............
Cara pandang prinsip-prinsip Pancasila sebagai pola berfikir
integralistik:
Prinsip-prinsip nasionalisme Indonesia berdasarkan Pancasila
adalah bersifat “majmeuk tunggal”. Adapun unsur-unsur yang
membentuk nasionalisme (bangsa) Indonesia adalah:
a. Kesatuan Sejarah  Bangsa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari suatu proses sejarah, yaitu sejak zaman
prasejarah, zaman Sriwijaya, Majapahit kemudian datang
penjajah, tercetus Sumpah Pemuda 1928 dan akhirnya
memproklamasikan sebagai bangsa yang merdeka pada
tanggal 17 Agustus 1945, dalam suatu wilayah negara
Republik Indonesia.
Lanjutan……….

b. Kesatuan nasib, yaitu bangsa Indonesia terbentuk karena


memiliki kesamaan nasib yaitu penderitaan penjajahan
selama tiga setengah abad dan memperjuangkan demi
kemerdekaan secara bersama dan akhirnya mendapatkan
kegembiraan bersama atas karunia Tuhan Yang Maha Esa
tentang kemerdekaan.
c. Kesatuan Kebudayaan  Walaupun bangsa Indonesia
memiliki keanekaragaman kebudayaan, namun
keseluruhannya itu merupakan satu kebudayaan yaitu
kebudayaan nasional Indonesia. Jadi kebudayaan nasional
Indonesia tumbuh dan berkembang di atas akar-akar
kebudayaan daerah yang menyusunnya.
Lanjutan……….

d. Kesatuan Wilayah  Bangsa ini hidup dari mencari


penghidupan dalam wilayah Ibu Pertiw, yaitu satu
tumpah darah Indonesia;
e. Kesatuan Asas Kerokhanian  Bangsa ini sebagai satu
bangsa memiliki kesamaan cita-cia, kesamaan
pandangan hidup dan filsafat hidup yang berakar dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri yaitu
pandangan hidup Pancasila.
(Notonagoro, 1975:106).
Lanjutan...............
Kesatuan integral bangsa dan negara Indonesia, dipertegas dalam pokok
Pikiran Pertama Pembukaan UUD 1945:
“…..Negara melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah
Indonesa”.
Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu penjelmaan dari
sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
pengertian yang demikian ini maka manusia pada hakikatnya merupakan
makhluk yang saling tergantung, sehingga hakikat manusia itu bukanlah
total individu dan juga bukan total makhluk sosial. Relasi yang saling
tergantung tersebut menunjukan bahwa manusia adalah merupakan
suatu totalitas makhluk individu dan makhluk sosial. Adapun penjelmaan
dalam wujud persekutuan hidup bersama adalah terwujud dalam suatu
bangsa yang memiliki kesatuan yang integralistik (Besar, 1995:77-78).
Lanjutan……….

Azas-aszs Pola berpikir Integralistik:


Azas kebersamaan hidup, mendambakan keselarasan
dalam hubungan antar individu maupun masyarakat.
Dalam pengertian ini paham negara integralistik tidak
memihak kepada yang kuat, tidak mengenal dominasi
mayorias dan juga tidak mengenal tirani minoritas. Maka
di dalamnya terkandung nilai keberamaan, kekeluargaan
ke Bhinneka tunggal Ika-an, nilai religius, serta keserasian.
Lanjutan……….

Pelaksanaan nilai instuental tidak boleh bertentangan dengan


nilai dasar
Pengertian nilai instrument Pancasila merupakan suatu
rangkaian penjabaran secara lebih kreatif dan dinamis,
dilakukan atas beragam nilai-nilai dasar Pancasila yang bisa
disesuaikan dengan perkembangan zaman serta aspirasi
masyarakat yang ada di dalamnya.
Perwujudan pada nilai instrumental ini bisa dilakukan dalam
beragam aspek-aspek yang senantiasa dapat dilakukan suatu
perubahan atau reformatif, dimana disesuaikan dengan
keadaan zaman sesuai iklim keteraturan yang selalu
berkembang.
Lanjutan………..

Perwujudan nilai instrumental dibagi atas:


 Undang-Undang

Adanya undang-undang yang memberikan pasal-pasal


mengenai keteraturan hidup masyarakat dengan tegas
menjelaskan tentang bagaimana pentingnya nilai
instrumental terhadap Pancasila ini, bahkan demi proses
penyesuaian aturan ini dapat dilaukan amandemen,
seperi misalnya amandemen UUD 1945.
Lanjutan…………

 Peraturan Pemerintah

Kondisi ini menjadi salah satu pembuktian otentik


mengenai keterbukaan Pancasila yang diambil atas suatu
alasan keterdesakan agar terhindar dari konflik
masyarakat.
CONTOH Nilai Instrumental:
Ketuhanan Yang Maha Esa, perwujudan atas nilai
instrumental ini dapat dilihat dalam Undang-Undang,
khususnya di dalam pasal 29 yang memberikan penegasan
jika Indonesia merupakan negara beragama, yang
memberikan keleluasaan kepada tiap warga negaranya,
untuk memeluk sesuai legalitas agama yang diinginkan.
Lanjutan……….

Nilai dasar dalam pembukaan UUD 1945


Nilai-nilai dasar yang terkandung dalam filsafat negara
sebagai dasar filosofis ideologis untuk mewujudkan cita-cita
negara, baik dalam arti tujuan prinsip konstitusionalisme
sebagai suatu negara hukum formal, maupun empat cita-cia
kenegaraan yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
yaitu: 1) melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia; 2) memajukan (meningkatkan)
kesejahteraan umum; 3) mencerdasaskan kehidupan
bangsa dan 4) ikut melaksanakan ketertiban dunia
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
PENGERTIAN, KEDUDUKAN
DAN SIFAT UUD 1945

1. UUD 1945 keseluruhan naskah terdiri dari pembukaan dan pasal-


pasal.
Sebagaimana isi yang terkandung dalam penjelasan resmi Pembukaan
UUD 1945, maka konsekuensinya nilai-nilai yang terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945 selanjutnya harus dikongkritisasikan ke dalam
pasal-pasal UUD 1945 atau verfassungnorm dan selanjutya dalam
realisasinya -- dijabarkan dalam peraturan-peraturan hukum positif di
bawahnya seperti Ketetapan MPR atau grundgesetznorm, Undang-
Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti UU, Peraturan Pemerintah
dan peraturan perundang-undangan lainnya atau gesetznorm.
Lanjutan…………

2. Naskah UUD 1945 dirancang oleh team yang dibentuk


oleh BPUPKI dan disahkan oleh PPKI.
Secara kausalitas Pancasila sebelum disahkan menjadi
dasar filsafat negara nilai-nilainya telah ada dan berasal
dari bangsa Indonesia sendiri berupa nilai-nilai adat
istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius.
Kemudian para pendiri negara Indonesia mengangkat
nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah
mufakat berdasarkan moral yang luhur, antara lain dalam
sidang-sidang BPUPK, yaitu:
Lanjutan……….

Pertama, Sidang Panitia Sembilan yang kemudian


menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat
Pancasila yang pertama kali, kemudian dibahas lagi
dalam siding BPUPK;
Kedua, Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum
sidang resmi PPKI, Pancasila sebagai calon dasar
filsafat negara dibahas serta disempurnakan
kembali dan akhirnya pada tanggal 18 Agustus
1945 disahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat
negara Republik Indonesia.
Lanjutan…………

3. Makna Pembukaan UUD 1945 bagi perjuangan bangsa.


Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia disamping sebagai
suatu bukti obyektif atas penjajahan pada bangsa Indonesia,
juga sekaligus mewujudkan suatu hasrat yang kuat dan bulat
untuk menentukan nasib sendiri terbebas dari kekuasaan
bangsa lain.
Hasil dari perjuangan bangsa Indonesia itu terjelma dalam suatu
negara Indonesia.
Menyusun suatu negara atas kemauan dan kekuatan sendiri dan
selanjutnya untuk menuju pada suatu cia-cta bersama yaitu suatu
masyarakat yang berkeadilan dan berkemakmuran.
Demi terwujudnya cita-cita tersebut, maka. bangsa Indonesia
harus merdeka, bersatu dan mempunyai suatu kedaulatan
Lanjutan…………

4. Makna alinea-alinea Pembukaan UUD 1945:


Alinea pertama, kedua dan ketiga menjelaskan tentang alasan
dasar, hubungan langsung dengan kemerdekaan, maka dalam alinea
keempat sebagai kelanjutan berdirinya negara Republik Indonesia
tanggal 17 Agustus 1945, dirinci lebih lanjut tentang prinsip dan
pokok kaidah pembentukan pemerintahan negara Indonesia, dalam
kalimat  “…..Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia”.
Pemeritahan Negara Indonesia  sebagai penyelenggara
keseluruhan aspek kegiatan negara dan segala kelengkapannya
(government) yang berbeda dengan pemerintahan negara yang
hanya menyangkut salah satu aspek saja dari kegiatan
penyelenggaraan negara yaitu aspek pelaksana (executive).
Lanjutan…………

5. Sifat UUD 1945:


a. Sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas, merupakan suatu
hukum positif yang mengikat pemerintah sebagai penyelenggara
negara, maupun mengikat bagi setiap warga negara;
b. Singkat dan Supel, memuat aturan-aturan pokok yang setiap
kali harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman,
serta memuat hak-hak asasi manusia  sebagai hukum dasar;
c. Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan yang
dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional;
d. Merupakan hukum positif yang tertinggi, disamping itu sebagai
alat kontrol terhadap norma-norma hukum positif yang lebih
rendah dalam hierarkhi tertib hukum Indonesia  sebagai tolok
ukur bagi peraturan perundang-undangan di bawahnya.
Lanjutan…………

6. Amandemen pertama sampai keempat UUD 1945:


Pentingnya amandeman UUD 1945 yang sangat mendasar
adalah tidak adanya sistem kekuasaan dengan “checks
and balances” terhadap kekuasaan eksekutif.
OKI bagi bangsa Indonesia proses reformasi terhadap UUD
1945 adalah merupakan suatu keharusan, karena hal itu
akan mengantarkan bangsa Indonesia ke arah tahapan
baru melakukan penataan terhadap ketatanegaraan.
Lanjutan…………

Amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan oleh bangsa


Indonesia sejak tahun 1999:
Amandemen pertama, memberikan tambahan dan
perubahan terhadap 9 pasal UUD 1945;
Amandemen kedua tahun 2000, amandemen ketiga
dilakukan pada tahun 2001, dan amandemen keempat
tahun 2002 dan disahkan pada tanggal 10 Agustus 2002.
Lanjutan…………

7.UUD 1945 sebagai:


a. Tolok ukur bagi peraturan perundang-undangan dibawahnya
b. Peraturan perundang-undangan tertinggi
TATA URUTAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan.
Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang ini, jenis dan hierarki peraturan
perundang-undangan Republik Indonesia adalah sebagai berikut :
1)       UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
2)       Ketetapan MPR;
3)       UU/Perppu;
4)       Peraturan Presiden;
5)       Peraturan Daerah Provinsi;
6)       Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Lanjutan……………….

UUD 1945 merupakan sumber hukum tertinggi dari hukum yang


berlaku di Indonesia, sedangkan Pembukaan UUD 1945
merupakan sumber dari motivasi dan aspirasi perjuangan serta
tekad bangsa Indonesia untuk mencapai tujuan nasional;
 Pembukaan juga merupakan sumber dan cita-cita hukum dan
cita-cita moral yang ingin ditegakan, baik dalam lingkungan
nasional maupun dalam hubungan pergaulan bangsa-bangsa di
dunia.
 Pembukaan UUD 1945 mempunyai arti yang dalam dan lestari,
karena dia mampu menampung dinamika masyarakat dan akan
tetap menjadi landasan perjuangan bangsa Indonesia selama
bangsa Indonesia tetap setia kepada negara Proklamasi 17
Agustus 1945.
Lanjutan…………

 Peraturan Perundang-undangan adalah peraturan tertulis yang


memuat norma hukum yang mengikat secara umum dan dibentuk
atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan Perundang-
undangan.
 UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah hukum dasar
(konstitusi) yang tertulis yang merupakan peraturan negara tertinggi
dalam tata urutan Peraturan Perundang-undangan nasional.
 Ketetapan MPR merupakan putusan MPR yang ditetapkan dalam
sidang MPR, yang terdiri dari 2 (dua) macam yaitu : Ketetapan yaitu
putusan MPR yang mengikat baik ke dalam atau keluar majelis,
Keputusan yaitu putusan MPR yang mengikat ke dalam majelis saja.
Lanjutan…………

 Undang-Undang (UU) adalah Peraturan Perundang-undangan yang


dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat dengan Persetujuan
bersama Presiden.
 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu) adalah
Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden dalam
hal ihwal kegentingan yang memaksa, dengan ketentuan : Perppu
diajukan ke DPR dalam persidangan berikut; DPR dapat
menerima/menolak Perppu tanpa melakukan perubahan; Bila
disetujui oleh DPR, Perrpu ditetapkan menjadi Undang-Undang; Bila
ditolak oleh DPR, Perppu harus dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
 Peraturan Pemerintah (PP) adalah Peraturan Perundang-undangan
yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang
sebagaimana mestinya.
Lanjutan…………

 Peraturan Presiden (Perpres) adalah Peraturan Perundang-


undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan
perintah Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi
atau dalam menyelenggarakan kekuasaan pemerintahan.
 Peraturan Daerah (Perda) Provinsi adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi dengan persetujuan Gubernur.
 Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten/Kota adalah Peraturan
Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan
Bupati/Walikota.
HUBUNGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA
1. Hubungan antara MPR dan Presiden
MPR sebagai pemegang kekuasaan tinggi sebagai wakil rakyat,
disamping DPR dan Presiden.
Dasar Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 6A ayat (1).
Presiden dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya, baik karena
permintaan sendiri atau karena tidak dapat melakukan kewajibannya
maupun diberhentikan oleh MPR.
Alasan pemberhentian:
Jikalau Presiden sungguh-sungguh telah melanggar hukum berupa
pengkhianatan terhadap negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana
berat lainnya, atau perbuatan tercela maupun apabila terbukti tidak lagi
memenuhi syarat sebagai dan atau wakil presiden – Pasal 7A.
Lanjutan…………

Presiden tidak diangkat oleh MPR, maka Presiden tidak


bertanggungjawab kepada MPR, melainkan kepada rakyat
Indonesia.
b. Hubungan MPR dan DPR
MPR terdiri atas anggota DPR dan anggota DPD yang dipilih
melalui pemilu. Dengan demikian seluruh anggota MPR dipilih
melalui Pemilu.
Oleh karena anggota DPR seluruhnya merangkap anggota
MPR, maka MPR menggunakan DPR sebagai tangan kanannya
dalam melakukan pengawasan pelaksanaan kebijakan yang
dilakukan oleh Presiden sebagaimana ditetapkan oleh MPR.
Lanjutan…………

Pasal 20A
DPR menggunakan hak-hak tertentu yang dimiikinya seperti
hak angket, hak amandemen, hak interpelasi, hak budget,
hak tanya inisiatif.
c. Hubungan antara DPR dan Presiden
DPR dan Presiden bersama-sama mempunyai tugas:
Membuat undang-undang (Pasal 5 ayat 1, 20 dan 21);
 Menetapkan UU APBN (Pasal 23 ayat 1)

Presiden bertanggungjawab kepada DPR (Presidentil)


Presiden tidak dapat dijatuhkan oleh DPR.
Lanjutan…………

Dekrit Presiden 5 Juli 1959, Isinya:


 Membubarkan konstituante
 Menetapkan berlakunya kembali UUD 1945, tidak
berlakunya kembali UUDS tahun 1950
 Dibentuknya MPRS dan DPAS dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Arti Dekrit suatu putusan dari organ tertinggi (kepala negara
atau organisasi lain) yang merupakan penjelmaan kehendak
yang sifatnya sepihak. Dekrit dilakukan bilamana negara dalam
keadaan darurat, keselamatan bangsa dan negara terancam
oleh bahaya. Landasan hukum Dekrit adalah “Hukum Darurat’
Lanjutan…………

Faktor penyebab Dekrit Presiden 5 Juli 1959:


 Makin berkuasanya modal-modal raksasa terhadap
perekonomian Indonesia;
 Akibat silih berganti kabinet, maka Pemerintah tidak
mampu menyalurkan dinamika masyarakat ke arah
pembangunan terutama pembangunan bidang ekonomi
 Sistem liberal yang berdasarkan UUDS 1950
mengakibatkan kabinet jatuh bangun, sehingga
pemerintah tidak stabil.
Lanjutan…………

Faktor yang paling menentukan adanya dekrit presiden 5 Juli


1959 adalah karena Konstituante yang bertugas membentuk
UUD yang tetap bagi negara RI, ternyata gagal, walaupun telah
bersidang selama dua setengah tahun.
Bahkan separoh anggota siding menyatakan tidak akan hadir
dalam pertemuan-pertemuan konstituante.
Hal ini disebabkan konstituante yang seharusnya bertugas
membuat UUD negara RI ternyata membahas kembali dasar
negara. Atas dasar hal tersebut maka Presiden sebagai badan
yang harus bertanggungjawab menyatakan bahwa hal-hal yang
demikian akan mengakibatkan keadaan ketatanegaraan yang
membahayakan persatuan dan kesatuan, keselamatan negara.
CITA-CITA DAN TUJUAN
PEMBANGUNAN NASIONAL
CITA-CITA NASIONAL:
 Negara pada hakikatnya merupakan lembaga kemanusiaan, lembaga
kemasyarakatan yang merupakan suatu organisasi.
 Negara memiliki suatu dasar filsafat sebagai sumber cita-cita serta
sumber nilai-nilai bagi segala aspek dalam penyelenggaraan negara.
 Negara memiliki dasar-dasar sebagai sumber cita-cita untuk
membangun, dorongan untuk membangun dan cara-cara
pembangunan pada hakikatnya berpangkal pada cita-cita agar
manusia sebagai warga negara hdup lebih sesuai dengan
martabatnya.
Lanjutan…………

Hakikat Pembangunan Nasional


 Hakikat pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia
Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat
Indonesia seluruhnya. Ini berarti dalam pelaksanaan
pembangunan nasional diperlukan hal-hal sebagai berikut:
 Ada keselarasan, keserasian, kesimbangan, dan kebulatan
yang utuh dalam seluruh kegiatan pembangunan.
Pembangunan ialah untuk manusia dan bukan sebaliknya
manusia untuk pembangunan. Dalam pembangunan dewasa
ini, unsur manusia, unsur sosial-budaya, dan unsur lainnya
harus mendapatkan perhatian yang seimbang.
LANJUTAN…………

 Pembangunan harus merata untuk seluruh masyarakat dan di


seluruh wilayah tanah air.
 Subjek dan objek pembangunan ialah manusia dan masyarakat
Indonesia, sehingga pembangunan harus berkepribadian
Indonesia pula.
 Pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dan
pemerintah. Masyarakat ialah pelaku utama pembangunan dan
pemerintah berkewajiban untuk mengarahkan, membimbing,
serta menciptakan suasana yang menunjang. Kegiatan
masyarakat dan kegiatan pemerintah mesti saling mendukung,
saling mengisi, dan saling melengkapi dalam satu kesatuan
langkah menuju tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Lanjutan…………

Pengertian Pembangunan Nasional


 Pembangunan nasional adalah serangkaian usaha pembangunan yang
berkelanjutan meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
untuk mewujudkan tujuan nasional yang termaksud dalam Pembukaan
UUD 1945 yaitu melindungi segenap bangsa, dan seluruh tumpah darah
Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
 Pelaksanaan pembangunan mencakup semua aspek kehidupan bangsa,
yaitu aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan
secara berencana, menyeluruh, terarah, terpadu, bertahap dan
berkelanjutan untuk memacu peningkatan kemampuan nasional dalam
rangka untuk mewujudkan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan
bangsa lain yang lebih maju.
PENGERTIAN DAN PEMAHAMAN
PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG
Secara filosofis hakikat, kedudukan Pancasila sebagai
paradigma pembangunan nasional mengandung suatu
konsekuensi bahwa dalam segala aspek pembangunan nasional
kita harus mendasarkan pada hakikat atau nilai-nilai sila-sila
Pancasila.
Oleh karena hakikat nilai-nilai sila Pancasila mendasarkan diri
pada dasar ontologis manusia seabagai subjek pendukung
pokok sila-sila Pancasila sekaligus sebagai pendukung pokok
negara.
ONTOLOGIS  bagaimanakah kita menerangkan tentang
hakekat dari segala sesuatu yang ada (kenyataan).
Lanjutan…………

Negara dalam rangka mewujudkan tujuannya melalui


pembangunan nasional untuk mewujudkan tujuan
seluruh warganya harus dikembalikan pada dasar-
dasar hakikat manusia “monopluralis”.
Unsur-unsur hakikat manusia ”monopluralis” meliputi
susunan kodrat manusia, rokhani (jiwa) dan raga, sifat
kodrat manusia makhluk individu, sosial serta
kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi
berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan YME.
Lanjutan…………

Azas Pembangunan Nasional:


a. Azas Keimanan dan Ketaqwaan terhadap Tuhan YME;
b. Azas manfaat, kegiatan pembangunan memberikan
manfaat bagi peningkatan kesejahteraan;
c. Azas demokrasi Pancasila, kegiatan pembangunan
nasional dilakukan berdasarkan kekeluargaan;
d. Azas keseimbangan, keserasian dan keselarasan dalam
perikehidupan, dalam pembangunan adanya
keseimbangan, keserasian dan keselarasan antara
dunia dan akhirat, materiil dan spiritual dan lain-lain
Lanjutan…………

e. Azas Hukum, dalam penyelenggaraan pembangunan


nasional, masyarakat harus taat dan patuh kepada hukum;
f. Azas Kemandirian, pembangunan nasional berlandaskan
kepercayaan akan kemampuan diri sendiri;
g.Azas Kejuangan, dalam penyelenggaraan pembangunan
masyarakat harus memiiki mental, tekad, jiwa dan
semangat;
h. Azas ilmu Pengetahuan dan Tekkonologi, dalam
pembangunan dapat memberikan kesejahteraan rakyat
lahir dan batin yang setinggi-tingginya.
Lanjutan…………

Modal dasar dan faktor dominan dalam pembangunan


nasional:
a. Kemerdekaan bangsa yang merupakan hasil
perjuangan rakyat yang mengantarkan Indonesia
sebagai negara yang berdaulat;
b. Jiwa, semangat dalam persatuan dan kesatuan;
c. Wilayah Indonesia yang berada pada lokasi strategis;
d. Segenap kekayaan alam yang ada di Indonesia, baik di
darat, laut maupun udara (dirgantara);
e. Penduduk dalam jumlah yang besar.
Lanjutan…………

LANDASAN PENYELENGGARAAN
PEMBANGUNAN NASIONAL:
Pertama, landasan konstitusional pembangunan
adalah UUD 1945.
UUD 1945 merupakan arahan yang paling dasar
dalam menyusun tujuan pokok pembangunan
nasional sebagai suatu visi pembangunan
nasional guna dijadikan landasan dalam
Keputusan/Ketetatapan MPR.
Lanjutan…………..

Khusus dalam Pembukaan UUD 1945 disebutkan


empat pokok tujuan pembangunan nasional
mencakup:
1) mencerdaskan kehidupan bangsa,
2) menciptakan kesejahteraan umum,
3) melindungi seluruh tumpah darah Indonesia,
dan
4) berperanserta dalam membantu ketertiban
dunia dan perdamaian abadi.
Lanjutan…………..

Kedua, landasan idiil pembangunan adalah


Pancasila.
Pancasila merupakan arahan yang paling dasar
guna menjiwai seluruh pelaksanaan pembangunan
nasional dalam rangka memperkokoh perwujudan
visi pembangunan yang termuat dalam UUD 1945
guna dijadikan menjiwai penyusunan
Keputusan/Ketetatapan MPR.
Lanjutan…………

Ketiga, landasan operasional pembangunan adalah


Keputusan/Ketetapan MPR.
Keputusan/Ketetapan MPR terutama Ketetapan
tentang Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
merupakan arahan paling dasar sebagai misi
pembangunan nasional lima tahunan guna dijadikan
landasan dalam penyusunan pembangunan nasional-
lima tahunan. GBHN disusun oleh MPR.
Dasar penyusunan GBHN adalah UUD 1945.
Lanjutan…………….

Keempat, landasan perencanaan pembangunan


nasional adalah Program Pembangunan Nasional-lima
tahun (Propenas).
Propenas merupakan arahan paling dasar sebagai
strategi pembangunan lima tahunan guna dijadikan
landasan dalam penyusunan prioritas kebijakan
pembangunan sektoral nasional dan pembangunan
sektoral di daerah (pembangunan daerah).
Propenas disusun oleh Pemerintah bersama DPR.
Dasar penyusunan Propenas adalah GBHN.
ANALISIS IMPLEMENTASI PANCASILA

Patung Bung Karno sedang duduk di dekat pohon sukun di kompleks


Pelabuhan Bung Karno, Kota Ende, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur
(10-05-2015).Di taman ini dalam masa pembuangan di Ende (1934-
1938) Bung Karno kerap merenungkan pemikirannya, yang antara lain
Pancasila.
Renungan Pancasila
Bung Karno pernah bertanya kepada Presiden Yugoslavia, Josep
Broz Tito, kurang lebih sebagai berikut: "Tuan Tito, jika anda
meninggal nanti, bagaimana nasib bangsa anda?“
Dengan bangga, Josep berkata, "Aku memiliki tentara-tentara yang
berani dan tangguh untuk melindungi bangsa kami."Setelah
menjawab pertanyaan ini, Josep ternyata gantian bertanya, "Lalu
bagaimana dengan negara anda, sahabatku?" Dengan tenang Bung
Karno berkata,
"Aku tidak khawatir, karena aku telah meninggalkan warisan utk
bangsaku yaitu Kerangka dasar berpikir sebuah 'way of life' yaitu
Pancasila."Menurut para ahli sejarah di Serbia, di antara Indonesia
dan Yugoslavia, yang paling berkemungkinan pecah atau mengalami
disintegrasi seharusnya Indonesia
Lanjutan………….

Alasannya, Yugoslavia lebih beruntung dibandingkan Indonesia, karena


wilayahnya tidak terpisah-pisah dan tidak beretnis sebanyak Indonesia.
Namun, ternyata bangsa Yugoslavia pecah menjadi 6 (enam) negara-
negara kecil seperti Serbia, Kroasia, Bosnia, dan lain-lain.
Menurut mereka, bangsa Indonesia ternyata lebih beruntung karena
memiliki pegangan hidup Pancasila yang menyatukan penduduknya
yang terdiri atas berbagai suku/golongan dan memeluk berbagai
agama dan kepercayaan.
"Aku tidak mengatakan aku yang menciptakan Pancasila. Apa yang
kukerjakan hanyalah menggali jauh ke dalam bumi kami - tradisi-tradisi
kami sendiri dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah."(Bung
Karno).
ANALISIS IMPLEMENTASI PANCASILA

PANCASILA PADA MASA ORDE LAMA


 Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden
Soekarno, Pancasila mengalami ideologisasi. Pada masa ini
Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai
keyakinan, kepribadian bangsa Indonesia. Presiden
Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi Pancasila
berangkat dari mitologi atau mitos, yang belum jelas bahwa
pancasila dapat mengantarkan bangsa Indonesia ke arah
kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani membawa
konsep Pancasila ini untuk dijadikan ideologi bangsa
Indonesia.
Lanjutan…………..

 Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan


paradigma yang berkembang pada situasi dunia
yang ketika itu. diliputi oleh kekacauan dan kondisi
sosial-budaya berada di dalam suasana
transisional dari masyarakat terjajah menjadi
masyarakat merdeka.
Masa ini adalah masa pencarian bentuk
implementasi Pancasila terutama dalam sistem
kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam
bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama.
LANJUTAN……………………………..

 Periode 1945-1950

Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah


Pancasila dan UUD 1945 yang presidensil, namun
dalam prakteknya system ini tidak dapat
terwujudkan setelah penjajah dapat diusir.
Persatuan rakyat Indonesia mulai mendapatkan
tantangan, dan muncul upaya-upaya untuk
mengganti Pancasila sebagai dasar Negara dengan
faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan
di Madiun pada tahun 1948 dan olen DI/TII yang
ingin mendirikan Negara dengan agam Islam.
Lanjutan……………

 Periode 1950-1959

Pada periode ini, penerapan pancasila diarahkan


sebagai ideologi liberal yang pada nyatanya tidak
dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun
dasar Negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila
keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat,
melainkan suara terbanyak. Dalam bidang politik,
demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya
pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis.
LANJUTAN……………………………..

 Periode 1956-1965

Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi


demokrasi justru tidak berada kekuasaan rakyat sehingga yang
memimpin adalah nilai-nilai pancasila tetapi kepemimpinana
berada pada kekuasaaan pribadi presiden Soekarno. Maka
terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap
Pancasila dalam konstitusi. akibatnya presiden Soekarno
menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup,
politik konfrontasi, dan menggabungkan Nasionalis, Agama,
dan Komunis, yang ternyata tidak cocok dengan kehidupan
Negara Indonesia. Terbukti dengan adanya kemerosotan moral
di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-
nilai pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila
dengan ideologi lain.
Lanjutan……………

 Dalam mengimplementasikan pancasila, presiden


Soekarno melaksanakan pemahaman pancasila
dengan paradigma yang disebut dengan USDEK
(UUD 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi
Terpimpin). Untuk mengarahkan perjalanan bangsa,
beliau menekankan pentingnya memegang teguh
UUD 1945, sosialisme ala Indonesia, demokrasi
terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian
nasional.. Akan tetapi hasilnya terjadilah kudeta PKI
dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan.
LANJUTAN……………………………..

Implementasi Pancasila Masa Orde Baru


Pada masa orde baru, pemerintah
berkehendak ingin melaksanakan Pancasila
dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen sebagai kritik terhadap orde
lama yang menyimpang dari pancasila
melalui program P4 (Pedoman
Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila)
atau Ekaprasetia Pancakarsa.
Lanjutan……………….

 Orde baru berhasil mempertahankan Pancasila


sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus
berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia.
Akan tetapi implementasi dan aplikasinya sangat
mengecewakan. Beberapa tahun kemudian
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata
tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila
ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan
pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain.
LANJUTAN……………………………..

 Pancasila
justru dijadikan sebagai indoktrinasi.
Presiden Soeharto menggunakan  Pancasia
sebagai alat untuk melanggengkan
kekuasaannya. Ada beberapa metode yang
digunakan dalam indoktrinasi Pancasila, yaitu:
Pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di
sekolah-sekolah melalui pembekalan atau seminar.
Kedua, masa tunggal, yaitu presiden Soeharto
membolehkan rakyat untuk membentuk
organisasi-organisasi dengan syarat harus
berasaskan Pancasila.
Lanjutan……………….

Ketiga, stabilisasi yaitu presiden Soeharto melarang


adanya kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan
pemerintah.
Karena presiden Soeharto beranggapan bahwa
kritikan terhadap pemerintah menyebabkan
ketidakstabilan di dalam negara. Dan untuk
menstabilkannya presiden Soeharto menggunakan
kekuatan militer sehingga tak ada yang berani
untuk mengkritik pemerintah.
LANJUTAN……………………………..

 Dalam pemerintahannya presiden Soeharto melakukan


beberapa penyelewengan dalam penerapan Pancasila,
yaitu:
Diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang
berpusat pada pemerintah . selain itu presiden juga
memegang kendali terhadap lembaga legislative, eksekutif
dan yudikatif sehingga peraturan yang di buat harus sesuai
dengan persetujuannya.
Penyelewengan yang lain adalah pelanggengan korupsi,
kolusi, dan nepotisme sehingga pada masa ini banyak
pejabat negara yang melakukan korupsi.
Lanjutan………….

Pada masa orde baru, negara Indonesia


juga mengalami krisis moneter yang di
sebabkan oleh keuangan negara yang
tidak stabil dan banyaknya hutang
kepada pihak negara asing.
Pelanggaran HAM terjadi dimana-mana
yang dilakukan oleh aparat pemerintah
atau negara.
LANJUTAN……………………………..

PANCASILA SEBAGAI DASAR CITA-CITA REFORMASI


Gerakan reformasi harus tetap diletakkan dalam
kerangka perspektif Pancasila sebagai landasan cita-
cita dan ideologi, sebab tanpa adanya suatu dasar
nilai yang jelas, maka suatu reformasi akan
mengarah pada suatu disintegrasi, anarkisme,
brutalisme serta pada akhirnya menuju pada
kehancuran bangsa dan negara Indonesia
(Hamengkubuwono X, 1998).
Lanjutan………….

Maka reformasi dalam perspektif Pancasila


pada hakikatnya harus berdasarkan pada
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia. Berkerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta
berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
LANJUTAN……………………………..

Eksistensipancasila masih banyak dimaknai


sebagai konsepsi politik yang substansinya
belum mampu diwujudkan secara riil.
Reformasi belum berlangsung dengan baik
karena Pancasila belum difungsikan secara
maksimal sebagaimana mestinya. Banyak
masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila
tetapi belum memahami makna
sesungguhnya.
Lanjutan…………….

Pada masa reformasi, Pancasila sebagai re-


interprestasi, yaitu Pancasila harus selalu di
interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan
zaman, berarti dalam menginterprestasikannya harus
relevan dan kontekstual dan harus sinkron atau sesuai
dengan kenyataan pada zaman saat itu.
Setelah di atas telah banyak di jelaskan mengenai
pelaksanaan  Pancasila mulai dari orde lama, orde baru
sampai reformasi, telah terlihat jelas mengenai
penerapan Pancasila dari waktu ke waktu ini erat
kaitannya dengan kesadaran setiap warga negara.
LANJUTAN……………………………..

Kesadaran untuk melaksanakan pancasila adalah buah


dari akal pikiran manusia, apabila akalnya telah tertanam
Pancasila maka untuk meng-implementasikannya akan
lebih mudah dan terlaksana dengan baik.
Dan kesadaran itu akan mencapai tingkat yang sebaiknya,
apabila keadaan terdorong dan taat itu selalu ada pada
kita, sehingga lambat laun melekat pada diri pribadi kita,
menjadi sifat kita, lahir batin, melekat pada akal kita,
melekat pada kehendak kita, baik didalam hidup kita
pribadi maupun didalam hidup kita bersama dengan
sesama warga keluarga, sesama warga masyarakat,
sesama warga  negara, sesama manusia.
Lanjutan………………

Terdorong dan taat untuk melaksanakan


Pancasila itu juga meliputi seluruh
lingkungan  hidup kemanusiaan, baik
badaniah maupun yang rohaniah, yang
sosial-ekonomis, sosial-politik,
kebudayaan, mental, kesusilaan,
keagamaan, serta kepercayaan.
PANCASILA
SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA
DAN NEGARA INDOESIA

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sultan Hamengku Buwono X


berpidato dalam pembukaan Kongres Pancasila XI, Kamis (14/8/2019), di
Balai Senat UGM, Kabupaten Sleman, DIY. Kongres Pancasila merupakan
Lanjutan………….

Pancasila diangkat dari nilai-nilai, adat


istiadat, nilai-nilai kebudayaan serta nilai
religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia sebelum
membentuk negara;
Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan
hidup masyarakat Indonesia sendiri, sehingga
bangsa ini merupakan kausa materialis (asal
bahan) Pancasila;
LANJUTAN………………….

 Unsur-unsur Pancasila tersebut kemudian


diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri
negara, sehingga Pancasila berkedudukan
sebagai dasar negara dan ideologi bangsa dan
negara Indonesia;
 Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia berakar pada pandangan hidup dan
budaya bangsa, dan bukannya mengangkat atau
mengambil ideologi dari bangsa lain.
PANCASILA MEMPUNYAI WATAK DAN
FUNGSI
Watak Pancasila
 Dasar kemerdekaan itulah yang disampaikan Bung Karno
agar ”jembatan emas” memiliki pilar-pilar yang benar-
benar kokoh. Tidak goyah dalam bencana, ancaman, atau
serangan apa pun juga. Setelah menguraikan empat
prinsip (kebangsaan, internasionalisme dan
perikemanusiaan, mufakat atau demokrasi, kesejahteraan
sosial), Bung Karno justru menekankan prinsip kelima.
”Saudara-saudara apakah prinsip kelima? Prinsip yang
kelima hendaknya menyusun Indonesia merdeka dengan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.”
LANJUTAN……..

 Bung Karno melanjutkan, ”Prinsip ketuhanan….


Hendaknya negara Indonesia ialah negara yang tiap-tiap
orangnya dapat menyembah Tuhannya dengan cara
leluasa. Segenap rakyat hendaknya ber-Tuhan secara
kebudayaan, yakni dengan tiada egoisme agama.
 Dan, hendaknya negara Indonesia satu negara yang ber-
Tuhan! Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam
maupun Kristen, dengan cara yang berkeadaban.
 Apakah cara yang berkeadaban itu? Ialah hormat-
menghormati satu sama lain.” Suara Bung Karno terhenti
sesaat karena disambut tepuk tangan mereka yang hadir.
Lanjutan……………

 Kisah itu telah 72 tahun. Sebuah titik awal perjalanan


negeri ini. Kini, jembatan emas yang dibayangkan Bung
Karno dan para pendiri bangsa itu boleh jadi penuh debu.
Pilar-pilarnya lapuk dan bisa keropos. Kebersamaan
bangsa terlukai ketika sikap-sikap radikal dan intoleran
marak. Terutama di media sosial; kehidupan bersama
bangsa ini dilandasi saling cibir, saling sindir, saling curiga,
saling fitnah, saling membunuh karakter, dan teror-
meneror. Benar-benar ancaman jika sel kelompok radikal
Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) terdeteksi di 16
daerah.
LANJUTAN………….

 Maka, pembentukan Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi


Pancasila (UKP-PIP) mesti dipandang sebagai langkah konkret
penguatan ideologi Pancasila. Pengalaman di masa Orde Baru
yang mengajarkan dan mengamalkan Pancasila secara
doktriner tentu menjadi pelajaran berharga.
 Pancasila adalah ideologi yang hidup. Ia tidak hanya hidup di
awang-awang. Pancasila adalah soal sikap dan perilaku
hidup sehari-hari. Misalnya, tidak melanggar lalu lintas, itu
watak Pancasila. Sebaliknya, korupsi adalah watak yang anti-
Pancasila. Dan, di negeri ini, tidak sedikit petinggi negara
(terutama politikus) yang korup.
Lanjutan…………..

Fungsi Pancasila
 Secara yuridis Pancasila sebagai dasar filsafat Negara
terdapat dalam Pembukaan UUD1945 alinea IV yang
berbunyi “…..maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan
Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan
NegaraIndonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasar kepada :ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuanIndonesia dan kerakyatan
yang oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan,….”.Berdasar pada pernyataan “…dengan
berdasar kepada….”
LANJUTAN……………….
 Dapat dipahami sebagai dasar filsafat Negara Indonesia.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara ,Philosofische
Gronslagdari Negara mengandung konsekuensi bahwa dalam
setiap aspek penyelenggaraan Negara harus sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila.
 Hal itu meliputi segala
peraturan perundang-undangan dalam
Negara, moral Negara, kekuasaan Negara, rakyat, bangsa,
wawasan nusantara, pemerintahan dan aspek-aspek
kenegaraaan lainnya.
 Negara adalah lembaga kemasyarakatan dalam hidup bersama.
Suatu Negara akan hidup dan berkembang dengan baik
manakala Negara tersebut memiliki dasar filsafat sebagai
sumber nilai kebenaran, kebaikan, dan keadilan.
BUTIR BUTIR PANCASILA
DALAM TAP MPR NO. I/MPR/2003
Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya serta
ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh Penerapan : Mempunyai serta meyakini satu agama dengan
menjalankan perintah dan menjauhi larangan sesuai aturan atau norma
dalam agama yang dianutnya.
2. Warga Indonesia percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
sesuai dengan agama serta kepercayaannya masing-masing
berlandaskan dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
Contoh Penerapan : Menjalankan perintah dan menjauhi larangan sesuai
dengan norma agama yang dianut serta tidak menganggu penganut
agama yang lain.
3. Mengembangkan rasa sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-
beda kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh Penerapan : Menghormati serta mau bekerjasama walaupun
dengan pemeluk agama yang berbeda.
LANJUTAN………………

4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama serta kepercayaan


terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh Penerapan : Kita harus hidup rukun walaupun berbeda agama karena kita
tetap satu bangsa Indonesia.
5. Mengembangkan sikap rasa saling menghormati kebebasan melaksanakan
ibadah sesuai pada agama serta kepercayaannya masing-masing.
Contoh Penerapan : Sesama saling menghormati ketika tersirat pemeluk agama
lain yang sedang menjalankan ibadah.
6. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan masalah
yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh Penerapan : Tiap manusia bebas memilih agama yang sudah disahkan oleh
pemerintah.
7. Tidak melakukan pemaksaan suatu agama serta kepercayaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa terhadap orang lain.
Contoh Penerapan : Tidak memaksakan suatu agama kepada orang sekitar karena
hal itu merupakan urusannya dengan Tuhannya.
LANJUTAN………………

Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab


1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa.
Contoh Penerapan : Tidak boleh memperlakukan manusia secara sewenang-wenang atau kurang
adab bermartabat karena semua manusia mempunya hak asasi (HAM) yang sama.
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak atau kewajiban asasi tiap manusia, tanpa
membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, kedudukan sosial, jenis kelamin, warna
kulit ataupun hal lainnya.
Contoh Penerapan : Menghargai suatu perbedaan yang ada, karena kita harus menyadari jika hidup
memang berbeda-beda mulai dari suku, ras, ataupun agama, maka perbedaan itu memang muncul.
3. Meningkatkan sikap tidak semena-mena kepada orang lain.
Contoh Penerapan : Tidak boleh memperlakukan orang lain secara semena-mena khususnya pada
hal yang buruk serta merugikan orang lain.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa serta tepa selira.
Contoh Penerapan : Ingin mengikuti kerja bakti serta berbaur terhadap masyarakat yang lain.
5. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama umat manusia.
Contoh Penerapan : Tidak boleh semena-mena terhadap sesama manusia supaya dapat hidup
berdampingan serta rukun.
LANJUTAN………………

6. Berani dalam membela kebenaran serta keadilan.


Contoh Penerapan : Sebagai umat manusia kita wajib menjunjung suatu kebenaran,
jangan yang salah tetapi dibenarkan. Kita harus hidup adil kepada sesama umat
manusia.
7. Senang melakukan suatu kegiatan bersifat kemanusiaan. 
Contoh Penerapan : Ikut serta memberikan bantuan kepada orang lain yang
membutuhkan.
8. Menjunjung sangat tinggi nilai-nilai kemanusiaan tersebut.
Contoh Penerapan : Berusaha saling menghormati dan menghargai sesama manusia.
9. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama terhadap bangsa
lain.
Contoh Penerapan : Manusia merupakan mahkluk sosial. Sehingga manusia tidak
dapat hidup sendiri, perlu adanya saling membantu satu sama lain.
10. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari semua umat manusia.
Contoh Penerapan : Sebagai bangsa Indonesia, saat saudara kita tertimpa musibah,
kita perlu ikut andil membantunya karena mereka masih satu bangsa dengan kita.
Lanjutan………………..

 Sila 3: Persatuan Indonesia


1. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Lanjutan………….

 Sila 4: Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam permusyawaran/perwakilan
1. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
Lanjutan………….

6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan


melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan
persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk
melaksanakan pemusyawaratan.
Lanjutan………….

 Sila 5: Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang


mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan
kegotongroyongan.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat
berdiri sendiri.
Lanjutan………….

6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat


pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9. Suka bekerja keras.
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.
HUBUNGAN NEGARA DAN AGAMA MENURUT PANCASILA

 Menurut Pancasila, negara adalah berdasar atas Ketuhanan yang Maha


Esa atas dasar Kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini termuat
dalam Penjelasan Pembukaan UUD 1945 yaitu Pokok Pikiran keempat.
 Bahwa negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila bukan negara
sekuler yang memisahkan negara dengan agama, karena hal ini
tercantum dalam Pasal 29 ayat (1), bahwa negara adalah bardasar atas
Ketuhanan yang Maha Esa. Hal ini berarti bahwa negara sebagai
persekutuan hidup adalah Berketuhanan yang Maa Esa.
 Konsekuensinya segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara harus sesuai dengan hakikat nilai-nilai yang berasal dari Tuhan.
Nilai-nilai yang berasal dari Tuhan yang pada hakikatnya adalah
merupakan Hukum Tuhan dan merupakan sumber material bagi segala
norma, terutama bagi Hukum Positif di Indonesia.
HUBUNGAN NEGARA DENGAN AGAMA
MENURUT PAHAM THEOKRASI

Umat lintas agama berbincang di patung Garuda Pancasila di Gereja Katedral,


Jakarta, saat kumpul menjelang buka bersama lintas agama dengan tema
Menguatkan Toleransi, Persaudaraan, dan Solidaritas Kemanusiaan, Jumat
(1/6/2018). Berkumpulnya umat lintas agama di saat Hari Lahir Pancasila ini
menjadi salah satu bentuk nyata kuatnya kebersamaan lintas iman yang penting
menguatkan persatuan dan kesatuan bangsa.
Lanjutan………………
 Bahwa antara negara dengan agama tidak dapat dipisahkan.
menyatu dengan agama, pemerintahan dijalankan beardasarkan
firman-firman Tuhan,segala tata kehidupan dalam masyarakat,
bangsa dan negara didasarkan atas firman-firman Tuhan. Dengan
demikian agama menguasai masyarakat politis.
 Negara Theokrasi Langsung

Dalam sistem negara Theokrasi langsung, kekuasaan adalah


langsung merupakan otoritas Tuhan. Adanya negara di dunia ini
adalah atas kehendak Tuhan, dan yang memerintah adalah Tuhan.
Dalam sejarah Perang Dunia II rakyat Jepang rela mati berperang
demi kaisarnya, karena menurut kepercayaannya kaisar adalah
sebagai anak Tuhan.
LANJUTAN………………

 Negara Theokrasi Tidak langsung

Kepala Negara atau Raja memerintah negara atas kehendak


Tuhan sehingga kekuasaan dalam negara merupakan suatu
karunia dari Tuhan. Dalam sejarah kenegaraan kerajaan Belanda,
raja mengemban tugas suci yang kekuasaannya merupakan
amanat dari Tuhan (mission sacre). Raja mengemban tugas suci
dari Tuhan untuk memakmurkan rakyatnya.
Politik yang demikian inilah yang diterapkan Belanda terhadap
wilayah jajahannya sehingga dikenal dengan Ethische Politik
(politik etis). Kerajaan Belanda mendapat amanat dari Tuhan
untuk bertindak sebagai wali dari wilayah jajahan Indonesia.
MAKNA PEMBUKAAN UUD 1945
 Alinea I
“Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa dan oleh sebab itu,
maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan perikadilan”
Kalimat “Kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa”….. Adalah merupakan HAK
MORAL,dan oleh karena sifatnya yang mutlak dan melekat pada kodrat manusia,
makajuga merupakan suatu HAK KODRAT. Maka konsekuensinya dalam Pembukaan
Alinea I ini terkandung pengakuan adanya HUKUM KODRAT yang merupakan HUKUM
MORAL.
 Alinea II
“Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur” merupakan CITA-CITA KEMERDEKAAN.
LANJUTAN………………

 Alinea III
“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya”.
Kalimat”……Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa”, adalah merupakan suatu
pengakuan adanya Hukum Tuhan. Adapun kalimat “….dengan didorong oleh keinginan
luhur….” adalah adanya HUKUM tuHAN. Adapun kalimat “……dengan didorong oleh
keinginan luhur…….” adalah merupakan suatu pengakuan adanya suatu HUKUM MORAL
atau HUKUM ETIS.
 Alinea IV
Kalimat “…………dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, ………………
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi saeluruh rakyat Indonesia”, atau berdasarkan
Pancasila.
Alinea IV ini Panasila sebagai asas-asas dasar umum dari hukum atau dalam istilah filsafat
hukum disebut sebagai HUKUM FILOSOFIS.
BAGAN NILAI-NILAI HUKUM TUHAN, HUKUM KODRAT,HUKUM ETIS
DALAM PEMBUKAAN UUD 1945

HUKUM KODRAT
 Alinea I ---------- HUKUM ETIS
SUMBER BAHAN
CITA-CITA
 DAN
Alinea II---------- KEMERDEKAAN
SUMBER NILAI
HUKUM TUHAN
 Alinea III--------- HUKUM ETIS

HUKUM FILOSOFIS SUMBER BENTUK


 Alinea IV--------- DAN SIFAT
(PANCASILA)

PELAKSANAAN HUKUM POSITIF DAN PELAKSANAAN NEGARA


NEGARA INDONESIA PELAKSANAANNYA INDONESIA
PANCASILA DAN ARAH KEBIJAKAN
PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL
 sistem ekonomi Pancasila maka akan menerapkan nilai-nilai
ekonomi yang di amanatkan oleh Pancasila.
Sistem ekonomi kekeluargaan atau kelembagaan yang
diamanatkan oleh Pancasila adalah sistem ekonomi
kekeluargaan, penjelasannya sistem ekonomi kapitalis yang
mengabsahkan penindasan kepada yang lemah, eksploitasi,
individualisme.
Sedangkan sistem ekonomi kekeluargaan tidak ada penindasan.
Semuanya diatur secara keluarga pastinya hal-hal yang bersifat
musyawarah dan mufakat yang tentunya sudah di jabarkan
dalam pasal 33.
Lanjutan……………….

 Sistem ekonomi kekeluargaan juga dapat diartikan


membangun perekonomian secara mandiri dengan pengertian
tidak diperbolehkan menggantungkan pada asing atau biasa di
sebut ekonomi kerakyatan.
 (Pancasila sebagai cita-cita dan UUD 1945 sebagai cara untuk
mencapai cita-cita tersebut) oleh karena itu Pancasila harus
jadi acuan pasal-pasal UUD 1945.
 Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia menjadi acuan
Undang-Undang Dasar 1945, seharusnya menjadi acuan
kebijakan, dan turunan dari kebijakan ini adalah undang-
undang dan peraturan dibawahnya, dari perumusan kebijakan,
implementasi sampai pada evaluasi kebijakan.
LANJUTAN………………

 Kebijakan ekonomi bangsa Indonesia tentunya harus


mengacu pada Pancasila dan UUD 1945. Pancasila sebagai
suatu ilmu tentunya dapat menjadi sebuah pisau analisis
sebuah kebijakan ekonomi.
 Proses pembuatan kebijakan harus sejalan dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam Pancasila, karena itu bagian
dari perintah konstitusi kita.
 Namun dalam pelaksanaannya implementasi nilai-nilai
Pancasila dalam proses pembuatan kebijakan publik dalam
hal ini kebijakan ekonomi tentu ada kendalanya.
Lanjutan…………

 Kendala internal seperti orang atau pembuat kebijakan itu


tahu atau tidak mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila, kemudian ada tidaknya itikad baik dari pembuat
kebijakan untuk membuat kebijakan mengacu pada
Pancasila, kecenderungannya adalah pembuat kebijakan
sudah terkontaminasi oleh neoliberalisme.
 Dengan adanya kendala-kendala tersebut, lalu bagaimana
solusi dari permasalahan itu? Solusinya adalah dengan
pencerahan Pancasila itu yang utama, pencerahan Pancasila
pada para pembuat kebijakan, kemudian kaum
penyelenggara negara, dan para elit politik kita.
LANJUTAN………………

 Pengimplementasian nilai-nilai Pancasila dalam


kebijakan selalu di upayakan oleh orang-orang yang
peduli terhadap Pancasila, oleh karenanya para
pemerhati Pancasila selalu mengupayakan agar
Pancasila selalu hadir pada sanubari masyarakat,
terutama setiap kegiatan masyarakat.
 Salah satu yang menjadi sorotan adalah
menurunnya nilai-nilai Pancasila yaitu gotong-
royong dalam tradisi kehidupan bangsa indonesia
dan meningkatnya materialisme sehingga
menjadikan masyarakat bersifat individual.
Lanjutan…………..

 Gotong-royong mengendap dalam diri masyarakat dan


elemen bangsa ini. Karakteristik gotong-royong adalah
kebersamaan bukan individu, individu tumbuh sejalan
dengan atmosfer globalisasi.
 Tujuan dari globalisasi antara lain menguasai bangsa
Indonesia dengan IPTEK, semua negara yang menerima
IPTEK harus punya daya saing. Globalisasi menganut
pasar bebas, lemahnya daya saing akan membuat
bangsa ini mudah dikuasai, kemudian globalisasi juga
mendorong kepada ideologi dan konstitusi yang bersifat
neoliberal.
Membangun SDM Unggul

1. beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang


Maha Esa (YME), dan berakhlak mulia.
2. mandiri.
3. bernalar kritis.
4. berkebinekaan global.
5. bergotong royong.
6. kreatif.
Lanjutan…………………………………..

Memperkuat nilai-nilai
 Religiositas dan semangat kebangsaan. Bahwa Negara
Berketuhanan YME, merupakan konsep yang mencerminkan sikap
religius bangsa Indonesia. Ia tidak menunjuk pada ajaran agama
tertentu. Kehidupan beragama dan kehidupan berkebangsaan tak
bisa saling meminggirkan satu sama lain. Keduanya penting untuk
menjaga keberlanjutan bangsa.
 Penghormatan HAM. Bahwa kehidupan masyarakat Indonesia tak
bisa dilepaskan dari fenomena globalisasi yang telah memberi
implikasi pada kesadaran HAM. Namun, harus dilakukan
penyeimbangan antara kepentingan kebebasan individu, warga
negara, dengan kepentingan keamanan negara.
Lanjutan…………………………………..

 Keniscayaan tentang pluralisme. Bahwa persatuan Indonesia


adalah sikap kebangsaan yang saling menghormati perbedaan
dan keberagaman.
 Berperspektif jender. Artinya, ada kesadaran bahwa atribut
jender selalu harus diperhitungkan dan dihargai dalam setiap
pengambilan keputusan.
 Berwawasan lingkungan. Sadar bahwa pengelolaan lingkungan
hidup merupakan keharusan untuk menjamin keadilan antar
generasi (intergenerational equity) dan lebih dari itu, wujud cinta
terhadap Tanah Air. Kebangsaan Indonesia bukan sekadar timbul
karena persatuan perangai yang tumbuh karena persatuan nasib,
tetapi lebih dari itu, karena adanya persatuan antara orang dan
tanah air yang didiaminya.
Lanjutan…………………………………..

Karakter-karakter baru sebagai dampak kemajuan teknologi komunikasi,


yang sejatinya merupakan ancaman bagi eksistensi Pancasila, yaitu:
 Sikap individualistis yang menjadi semakin kuat ketika suatu masyarakat
berubah dari masyarakat tradisional (yang sangat memiliki kesadaran
kolektif berdasarkan kebudayaan dan religiositas) menuju masyarakat
modern.
 Sikap kosmopolitan, yaitu sikap yang berkecenderungan menolak untuk
diikat dalam satu kebangsaan sekalipun hidup dan bertempat tinggal di
suatu wilayah negara tertentu.
 Sikap ahistoris, yaitu sikap yang tak mau menyadari bahwa apa yang
terjadi pada masa kini tak lepas dari perjuangan di masa lalu. Pada masa
kini, sikap ahistoris tumbuh sebagai dampak tumbuhnya cara berpikir
pragmatis, sangat realis sebagai dampak dominannya rasionalitas dalam
kehidupan, pasca globalisasi tahun 1990.
KISI – KISI UAS PANCASILA
 Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara serta Pancasila
mempunyai watak dan fungsi
 Butir-butir yang terkandung dalam sila Pancasila
 Hubungan negara dengan agama menurut Pancasila
 Pancasila sebagai prinsip pembangunan membutuhkan prinsip-prinsip
etis, arah kebijakan pembangunan serta percepatan pembangunan
daerah tertinggal
 Pembukaan UUD 1945 merupakan sumber tertib hukum tertinggi terdiri
dari 4 alinea, keempat alinea tersebut dari nilai-nilai Hukum Tuhan,
Hukum Kodrat dan Hukum Etis yang terkandung dalam Pembukaan
UUD 1945 disertai bagan
 Hubungan negara dengan agama menurut paham Theokrasi
PENUTUP
MEMANG BAIK JADI ORANG PENTING,
TETAPI JAUH LEBIH PENTING UNTUK
JADI ORANG BAIK "Pesan Manis dari Kang Ebet",.

Anda mungkin juga menyukai