Anda di halaman 1dari 6

Catatan TWK IKDIN 1

* Nilai – nilai Luhur Pancasila

1. SILA 1 : Bebas memeluk agama dan kepercayaan (AGAMA)

2. SILA 2 : Memperlakukan manusia sesuai harkat dan martabat ( Persamaan HAK)

3. SILA 3 : Kepentingan Bangsa di atas Kepentingan Pribadi ( Cinta Tanah Air)

4. SILA 4 : Tidak Memaksakan Kehendak (Musyawarah)

5. SILA 5 : Tindakan dan Perbuatan Luhur dengan Suasana Kekeluargaan (gotong royong)

* Ideologi Terbuka dan Tertutup

Ideologi tertutup adalah cita-cita dari sebuah kelompok yang digunakan sebagai pedoman
untuk mengubah masyarakat di negara tersebut. Dalam negara yang memiliki ideologi
tertutup, nilai-nilai, norma yang suda ada di kehidupan masyarakat akan diubah sesuai
dengan ideologi dari kelompok yang menguasai negara tersebut. Ideologi tertutup bersifat
totaliter, hal ini berarti ideologi tertutup mengatur semua bidang kehidupan bernegara.

Sedangkan ideologi terbuka adalah ideologi yang memiliki nilai dan cita-citanya tidak
dimutlakkan dan tidak dipaksakan. Ideologi terbuka dibentuk berdasarkan kekayaan budaya
dan nilai-nilai dari masyarakat negara itu sendiri. Ideologi terbuka bersifat dinamis, sehingga
bisa mudah berinteraksi dengan seiring perkembangan zaman. Ideologi terbuka bukanlah
berdasarkan dari pemikiran suatu kelompok saja.

*Nilai Pancasila dalam ideologi terbuka

1. Nilai Dasar

Nilai dasar yang dimaksud adalah nilai-nilai dasar yang ada di dalam ideologi tidak berubah.
Nilai-nilai tersebut adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Nilai-nilai tersebut merupakan inti dari sila-sila Pancasila. Pancasila yang memiliki sifat
universal mengandung cita-cita yang baik dan benar. Nilai dasar ideologi Pancasila terdapat
dalam pembukaan UUD 1945. Pembukaan UUD 1945 adalah norma dasar yang merupakan
hukum tertinggi sebagai sumber hukum negara Indonesia.

2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental adalah sebuah arahan, kebijakan, sasaran dan lembaga-lembaga


pelaksanaanya. Nilai instrumental dalam ideologi pancasila merupakan penjabaran lebih dari
nilai-nilai dasar. Penjabaran nilai pancasila ini dimasukan ke dalam UUD 1945, Ketetapan
MPR dan peraturan perundang-undangan. Penjabaran ini merupakan penyesuaian dalam
pelaksanaan ideologi Pancasila. Contohnya, GBHN yang selalu disesuaikan dalam rentang
lima tahun sekali. Begitu juga aspirasi masyarakat, undang-undang dan lembaga-lembaga
pelaksana.

3. Nilai Praksis

Nilai praksis adalah sebuah bentuk realisasi dari nilai-nilai instrumental dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara. Dalam realisasi nilai praksis ini, penjabaran nilai-nilai
Pancasila akan selalu berkembang dan bisa dilakukan untuk perubahan bahkan perbaikan
sesuai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang tumbuh dalam
masyarakat.

*Dimensi Pancasila sebagai ideologi terbuka

1. Dimensi Pancasila Yang Idealistas

Dimensi idealitas memiliki maksud bahwa di dalam Pancasila ada nilai-nilai dasar sebagai
pedoman hidup dan cita-cita. Cita-cita tersebut diwujudkan untuk mencapai masa depan
negara yang lebih baik. Nilai-nilai dasar dimensi pancasila  tersebut bersifat sistematis,
menyeluruh dan juga rasional. Nilai-nilai dasar tersebut yang terkandung dalam Pancasila
adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Idealisme yang ada dalam dimensi Pancasila bisa memberikan harapan, semangat dan
motivasi untuk masyarakat sehingga bisa mewujudkan cita-cita bersama. Dimensi pancasila
yang idealis membuat ideologi sebuah bangsa menjadi kuat dan tangguh dalam perannya
sebagai bentuk negara.

2. Dimensi Pancasila Yang Normatif

Dimensi normatif memiliki maksud bahwa nilai-nilai dasar di dalam Pancasila diajarkan
dalam norma yang merupakan norma dari kenegaraan. Pancasila ada di dalam pembukaan
UUD 1945, hal ini merupakan norma tertib hukum yang paling tinggi di negara Indonesia.
Pancasila dan UUD 1945 juga merupakan pokok kaidah negara fundamental. Hal ini berarti
bahwa ideologi Pancasila bisa dijabarkan dalam langkah-langkah operasional.

3. Dimensi Pancasila Yang Realitas

Dimensi realitas memiliki maksud bahwa nilai-nilai yang ada di dalam Pancasila berakar dari
masyarakat dan juga hidup di dalam masyarakat itu sendiri. Selain dimensi-dimensi yang ada
di atas, Pancasila harus bisa dijabarkan dalam masyarakat secara konkrit atau nyata. Pancasila
harus dijabarkan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari.
* BPUPKI

Mempersiapkan Kemerdekaan

Pertama 29 mei-1 juni 1945 Merumuskan Dasar Negara (Pancasila)

Kedua 10 juli- 17 juli 1945 Merancang UUD, Bentuk negara dan susunan Pemerintahan

*Kedudukan Pancasila:

a. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Negara

Fungsi pokok dari pancasila adalah sebagai dasar Negara. Hal ini dikemukakan dalam
pembukaan UUD 1945 alinea IV.

… maka disusun lah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Indonesia yang
berkedaulatan rakyat yang berdasar kepada: ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijkasanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia …” Dari kalimat ‘berdasar kepada’ dalam alinea IV, menunjukan bahwa Pancasila
berfungsi sebagai dasar filsafat Negara.

b. Kedudukan Pancasila Sebagai Dasar Filsafat Negara

Pancasila sebagai dasar filsafat Negara merupakan cerminan dari pemikiran yang rasional
dan kritis tentang kedudukan Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa secara menyeluruh.
Ada beberapa aspek sudut pandang yang mendasari Pancasila sebagai filsafat diantaranya
yaitu aspek ontologi, aksiologi, dan epistemologi.

Menurut Aristoteles, ontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakikat dari sebuah hal
yang memiliki arti dengan metafisika, atau keberadaan dan realitas yang menyertai. Maksud
dari penjelasan tersebut berarti, ontologi adalah bidang filsafat yang mempelajari sebuah arti
dari keberadaan suatu hal.

Dalam aspek ontologi, eksistensi Pancasila adalah suatu hal yang realistis dan nyata. Hal ini
disebabkan karena di dalam Pancasila dijelaskan tentang keberadaan tuhan serta kehidupan
bangsa Indonesia yang majemuk merupakan hal yang nyata.

Dari sila pertama ‘Ketuhanan yang maha Esa’, menunjukkan bahwa Pancasila mengakui
adanya keberadaan Tuhan yang maha Esa sebagai pencipta alam semesta ini.
Dalam sila kedua pancasila, manusia merupakan makhluk Tuhan yang membutuhkan
kejiwaan dan religius, yang seharusnya dipelihara secara baik dalam kesatuan yang harmonis
dan dinamis.

Dalam sila ketiga, ‘Persatuan Indonesia’, Pancasila mengakui adanya metafisis ‘satu’, tidak
dapat dibagi dan utuh.

Dalam sila keempat ‘Kerakyatan yang dipimpin dalam kebijaksaan dalam permusyawaratan
dan perwakilan, Pancasila mengakui adanya rakyat. Hakikat rakyat merupakan pilar dari
sebuah Negara yang berdaulat.

Dari sila kelima, Pancasila mengakui adanya metafisis ‘baik’ yaitu sebuah keadilan. Keadilan
akan terpenuhi jika masyarakat melaksanakan kewajiban dan hak-hakya sebagai masyarakat
individu dan bernegera juga terpenuhi.

c. Kedudukan Pancasila Sebagai Sumber Segala Sumber Hukum di Indonesia

Kedudukan Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum Negara memiliki arti bahwa
setiap peraturan perundang-undangan hukum di Indonesia tidak boleh bertentangan dengan
nilai-nilai yang ada dalam Pancasila.

Namun perlu diingat bahwa Pancasila bukan merupakan dasar hukum tertinggi dalam
peraturan perundang-undangan.

Sesuai pasal 7 ayat (1) UU 12/2011, dasar hukum tertinggi dalam hierarki perundang-
undangan adalah UUD 1945. Tetapi, Pancasila memiliki kedudukan sebagai sumber dari
segala sumber hukum yang ada.

d. kedudukan Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Pancasila sebagai pandangan hidup memiliki arti bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan
sebagai arahan dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Semua lapisan masyarakat maupun
penyelenggara Negara harus turut menerapkan nilai-nilai Pancasila. Pancasila sebagai
pandangan hidup terdapat dalam kelima sila.

Dari sila pertama, memiliki arti bahwa Indonesia mempercayai adanya ketuhanan.
Masyarakat Indonesia sendiri adalah masyarakat yang majemuk, masyarakat yang menganut
beberapa agama. Maka dari itu, dari sila pertama ini kita perlu saling menghormati umat
beragama satu sama lain sehingga terciptanya kehidupan yang tentram dan rukun.

Dari sila kedua, sebagai masyarakat Indonesia kita harus memahami bahwa manusia
memiliki derajat atau kedudukan yang setara. Maka dari itu manusia tidaklah seharusnya
menguasai manusia yang lainnya, hal ini tentunya bertentangan dengan peri kemanusian.
Sebagai masyarakat, hendaklah kita menjaga dan membantu sesama untuk kedamaian Negara
Indonesia.
Dari sila ketiga, Persatuan Indonesia, masyarakat di Indonesia harus menempatkan terlebih
dahulu kesatuan dan kepentingan negara daripada kepentingan diri masing-masing. Dengan
dasar nasionalisme, diharapkan warga Indonesia saling bersatu tanpa membeda-bedakan
suku, ras atau agama untuk rela berkorban demi Negara Indonesia. Masyarakat juga
diharapkan memiliki rasa cinta dan bangga pada negaranya sendiri.

Dari sila keempat, masyarakat Indonesia diharuskan untuk tidak memaksakan kehendaknya
kepada orang lain demi mengutamakan kepentingannya sendiri. Dan hendaknya masyarakat
Indonesia selalu menjunjung tinggi musyawarah yang jujur dan bertanggung jawab untuk
mencapai mufakat.

Dari sila kelima, ditegaskan bahwa prinsip keadilan sosial adalah prinsip yang harus
ditegakkan dalam masyarakat. Keadilan sosial bertujuan untuk membahagiakan semua
masyarakat dengan adil, tidak ada penindasan atau penghinaan. Dari sila ini juga diharapkan
bahwa masyarakat Indonesia mendapat perlakuan yang adil dari segi hukum, politik,
ekonomi sosial dan budaya.

e. Kedudukan Pancasila Sebagai Jati Diri Bangsa

Pancasila sebagai jati diri bangsa memiliki arti bahwa Pancasila menjadi khas Negara
Indonesia yang tidak ditemukan pada bangsa lain. Pancasila disebut menjadi jati diri bangsa
karena di dalam Pancasila berisikan nilai-nilai yang merupakan gagasan dasar bangsa
Indonesia tentang kehidupan yang baik dan mencirikan masyarakat Indonesia. Selain itu,
nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila juga dapat digunakan untuk membangun
identitas bangsa.

Jati diri merupakan hal penting bagi suatu bangsa. Pembangunan jati diri atau identitas suatu
bangsa merupakan bagian penting dari perjuangan bangsa Indonesia. Maka dari itu, setiap
masyarakat hendaknya menghayati nilai-nilai yang ada di dalam pancasila. Hal ini untuk
menghindari bergesernya nilai-nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
melemahnya kemandirian bangsa, dan terlupakannya nilai–nilai Pancasila dalam kehidupan
masyarakat Indonesia.

f. Kedudukan Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Pancasila sebagai ideologi negara memiliki maksud bahwa Pancasila bukan hanya sekedar
pemikiran seseorang atau sekelompok orang, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat,
kebudayaan serta nilai-nilai religius yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Ideologi sendiri
memiliki arti bahwa semua pandangan cita-cita dan keyakinan yang ingin diwujudkan dalam
kehidupan. Ideologi diyakini mampu menjadi semangat bagi kehidupan masyarakat.

Ideologi terbagi menjadi dua macam yaitu, ideologi terbuka dan ideologi tertutup. Ideologi
tertutup adalah ide atau pemikiran yang berasal dari luar masyarakat sehingga keberadaan
dari pemahaman tersebut adalah sesuatu yang dipaksakan dan masyarakat jadi kurang merasa
memiliki. Sedangkan ideologi terbuka berarti pemikiran yang berasal dari dalam diri
masyarakat itu sendiri dan masyarakat jadi merasa memiliki dan tidak ada unsur paksaan.

Frans Magnus Suseno berpendapat bahwa suatu ideologi dapat dikatakan sebagai ideologi
terbuka jika nilai-nilai dan cita-citanya bersumber dari masyarakat itu sendiri, atau bisa
dikatakan bahwa nilai tersebut bukan adaptasi dari luar. Selain itu, ideologi terbuka memiliki
nilai-nilai operasional yang didahului oleh penjabaran nilai instrumental. Dari kriteria
tersebut dapat ditemukan bahwa Pancasila adalah ideologi yang terbuka.

Pancasila sebagai ideologi yang terbuka merupakan sebuah perwujudan dari ide, cita-cita,
keyakinan dari masyarakat Indonesia itu sendiri. Karena Pancasila merupakan ideologi
terbuka, sifat dari Pancasila tidaklah kaku namun bersifat dinamis. Selain itu Pancasila juga
mampu menyesuaikan perkembangan zaman tanpa berubah nilai-nilai yang ada didalamnya.
Pancasila juga dapat dikembangkan dengan kreatif dan disesuaikan dengan masyarakat
Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai