Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PANCASILA

BAB IV MENGAPA PANCASILA MENJADI IDEOLOGI NEGARA

Disusun oleh :
Kelompok 9
Muhammad Ariq Pratama (1907036012)
Hendrica Mini Vera (1907036046)
Intan Dessy Puspitasari (1907036056)
Mirna Hidaya tullah (1907036061)
Nadira Oliviani (1907036062)

Pembina Mata Kuliah


Dr. Azainil, M.Si
UNIVERSITAS MULAWARMAN
TAHUN AJARAN 2019/2020

A. Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi


Negara

1. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara

Pancasila Sebagai Ideologi Negara adalah nilai-nilai yang terkandung di dalam


pancasila menjadi cita-cita normatif di dalam penyelenggaraan negara. Secara luas
PengertianPancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia adalah visi atau arah dari
penyelenggaraankehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia ialah terwujudnya
kehidupan yangmenjunjung tinggi ketuhanan, nilai kemanusiaan, kesadaran akan
kesatuan, berkerakyatanserta menjunjung tinggi nilai keadilan.
Ketetapan bangsa Indonesia mengenai pancasila sebagai ideologi negara tercantum
dalam ketetapan MPR No. 18 Tahun 1998 tentang pencabutan dari ketetapan MPR
No. 2 Tahun 1978 mengenai Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila dan
Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai (asar Negara. Pada pasal 1 ketetapan
MPR tersebut menyatakan bahwa pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan
UUD 45 ialah dasar negara dari negara NKRI yang harus dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan bernegara. Dari ketetapan MPR tersebut dapat kita ketahui
bahwa di Indonesia kedudukan pancasila sebagai ideologi nasional, selain
kedudukannya sebagai dasar negara.
Pancasila sebagai ideologi negara yang berarti sebagai cita-cita bernegara dan sarana
yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan operasional
aplikatif,sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam ketetapan MPR No. 18
dinyatakan bahwa pancasila perlu diamalkan dalam bentuk pelaksanaan yang
konsistem dalamkehidupan bernegara.
2. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara

Pancasila sebagai ideologi nasional mengatasi faham perseorangan, golongan,


suku bangsa, dan agama. Sehingga semboyan ‘Bhineka Tungga Ika’ diterapkan bagi
segala masyarakat Indonesia dalam kesatuan yang utuh Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pancasila sebagai ideologi nasional berupaya meletakkan kepentingan
bangsa dan Negara Indonesia ditempatkan dalam kedudukan utama di atas
kepentingan yang lainnya. Sebagai suatu dasar filsafat negara maka sila-sila Pancasila
merupakan suatu sistem nilai, oleh karena itu sila-sila dalam Pancasila pada
hakikatnya merupakan satu-kesatuan. Meskipun dalam setiap sila terkandung
nilai-nilai yang memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya namun
keseluruhannya itu tidak lain merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” memiliki nilai sebagai segala hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral negara,
moral penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintah negara, hukum dan
peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi warga negara dijiwai
oleh nilai-nilai Ketuhanan YME.
Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” mimiliki nilai-nilai bahwa
negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang
beradab. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung nilai suatu kesadaran
sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada budi nurani manusia
dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan. Nilai Kemanusiaan yang Adil
mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai mahkluk yang berbudaya
dan beradab harus adil.
Sila ketiga “Persatuan Indonesia” memiliki nilai bahwa negara merupakan
suatu persukutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara
berupa, suku, ras, kelompok, golongan, maupun golongan agama. Oleh karena itu,
perbedaan adalah ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara.

Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan


diarahkan pada sutu hubungan yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam
kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai bangsa.
Sila keempat “Kerakyatan yag Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan” memiliki nilai bahwa hakikat rakyat adalah
mewujudkan harkat dan mastabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat
merupakan pendukung negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat. Oleh
karena itu rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.
Sehingga dalam sila keempat terkandung nilai demokrasi yaitu kebebasan
berpendapat, mengkiritk, berasosiasi dan lain sebagainya.
Sila kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” memiliki nilai :
keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap warganya,
dalam arti negara yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk kesejahteraan,
bantuan, subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama yang didasarkan atas hak
dan kewajiban. Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan antara warga terhadap
negara dan dalam masalah ini warga yang wajib memenuhi keadilan untuk menaati
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadilan komutatif yaitu suatu
hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya secara timbal balik.

B. Menanya Alasan Diperlukannya Kajian Pancasila sebagai


Ideologi Negara

1. Warga Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai Ideologi


Negara

Pancasila bukanlah hanya sekedar lambang negara Indonesia. Lebih dari itu,
Pancasila memiliki banyak makna dan peran bagi bangsa Indonesia. Jika UUD 1945
adalah landasan konstitusional negara Indonesia, Pancasila adalah landasan idiil
negara Indonesia. ada juga yang mengatakan Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia. Selain itu, Pancasila juga dikenal sebagai ideologi negara Indonesia.
Sebagai warga negara, Anda perlu memahami kedudukan Pancasila sebagai ideologi
negara karena ideologi Pancasila menghadapi tantangan dari berbagai ideologi dunia
dalam kebudayaan global. Pada bagian ini, perlu diidentifikasikan unsur-unsur yang
memengaruhi ideologi Pancasila sebagai berikut:
a. Unsur ateisme yang terdapat dalam ideologi Marxisme atau komunisme
bertentangan dengan sila ketuhanan Yang Maha Esa.
b. Unsur individualisme dalam liberalisme tidak sesuai dengan prinsip
nilai gotong royong dalam sila keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. Kapitalisme yang memberikan kebebasan indi idu untuk menguasai sistem
perekonomian negaratidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan. Salah satu
dampak yang dirasakan dari kapitalisme ialah munculnya gaya hidup konsumtif.

2. Penyelenggara Negara Memahami dan Melaksanakan Pancasila sebagai


Ideologi Negara

Kita menggunakan Pancasila sebagai dasar atau pondasi berdirinya Negara


Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dasar negara Pancasila dapat memenuhi
keinginan semua pihak. Dasar negara Pancasila dapat mempersatukan bangsa
Indonesia yang terdiri dari banyak suku, agama, dan adat istiadat atau kebudayaan.
Dasar negara Pancasila sangatlah lengkap, berisikan sila-sila sesuai keinginan atau
kebutuhan bangsa Indonesia seperti kebutuhan akan kehidupan yang berketuhanan
atau beragama, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan atau demokrasi, dan kebutuhan
akan keadilan sosial.
Apakah yang dimaksud dengan mempertahankan Pancasila?
Mempertahankan berarti mengusahakan agar silasila dalam Pancasila dilaksanakan
dengan baik dalam kehidupan bermasyarakat maupun bernegara. Dengan kata lain,
mempertahankan Pancasila berarti mengusahakan agar dasar negara Republik
Indonesia tidak diganti dengan dasar negara lain. Ya, usaha pertama adalah dengan
jalan melaksanakan sila-sila Pancasila dalam kehidupan bernegara.
Pemerintah dalam semua tindakannya hendaknya didasarkan atas Pancasila.
Secara rinci, pemerintah Republik Indonesia hendaknya memperhatikan kehidupan
beragama, memperhatikan hak-hak setiap warganegara, menekankan pentingnya
persatuan, memperhatikan suara rakyat dan memperhatikan keadilan sosial. Usaha
kedua adalah dengan jalan melaksanakan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat hendaknya senantiasa memperhatikan
kehidupan beragama, memperhatikan hak-hak orang lain, mementingkan persatuan,
menjunjung tinggi demokrasi, dan memperhatikan keadilan sosial bagi semua anggota
masyarakat.
Di lingkungan sekolah antara lain misalnya, seorang siswa harus dapat
menerima pendapat siswa lain yang berbeda dengan dirinya, siswa saling
menghormati hakhak siswa lain sebagai anggota masyarakat sekolah, siswa harus
selalu menghindarkan diri dari perkelahian dengan siswa lain demi rasa persatuan
bangsa, seorang guru tidak boleh bertindak dengan kekerasan kepada siswanya. Usaha
ketiga melalui bidang pendidikan. Pendidikan memegang peranan penting untuk
mempertahankan Pancasila. Dalam setiap jenjang pendidikan perlu diajarkan
Pancasila. Perlu dicamkan kepada anak didik pentingnya Pancasila sebagai ideologi
negara dan dasar negara. Dalam kehidupan di sekolah misalnya, pembelajaran
Pancasila di sekolah harus dilakukan dengan wujud perbuatan yang sesuai nilai-nilai
Pancasila dan tidak hanya hafalan pada materi pembelajaran Pancasila. Materi
pembelajaran Pancasila harus dapat menyentuh dan berpengaruh pada sikap dan
perbuatan nyata dari siswa.

C. Menggali Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila


Sebagai Ideologi Pancasila

Apakah pentingnya ideologi untuk suatu negara? Ideologi bermakna sebagai semua
pandangan, nilai, cita-cita, dan keyakinan yang ingin diwujudkan dalam kehidupan
nyata. Ideologi dalam hal ini amat diperlukan, sebab dianggap bisa membangkitkan
kesadaran terhadap kemerdekaan.
Fungsi ideologi sendiri yaitu membentuk identitas/ciri kelompok atau bangsa.
Ideologi mempunyai kecenderungan untuk “memisahkan” kita dari mereka. Ideologi
berfungsi mempersatukan “sesama” kita.
Ideologi Pancasila merupakan nilai-nilai luhur budaya dan religius bangsa Indonesia.
Pancasila berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi negara. Jadi, Ideologi
pancasila adalah kumpulan nilai-nilai atau norma yang berdasarkan sila-sila pancasila.
Selain kita memahami apa itu ideologi pancasila kita juga harus Menggali Sumber
Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Sebagai Ideologi Pancasila.

1. Sumber Historis Pancasila sebagai Ideologi Negara


Sejarah adalah kejadian yang terjadi pada masa lampau yang disusun
berdasarkan peninggalan-peninggalan berbagai peristiwa. Peninggalan peninggalan
itu disebut sumber sejarah. Dalam bahasa Inggris, kata sejarah disebut history, artinya
masa lampau; masa lampau umat manusia. Dalam bahasa Arab, sejarah disebut
sajaratun (syajaroh), artinya pohon dan keturunan. Jika kita membaca silsilah raja-raja
akan tampak seperti gambar pohon dari sederhana dan berkembang menjadi besar,
maka sejarah dapat diartikan silsilah keturunan raja-raja yang berarti peristiwa
pemerintahan keluarga raja pada masa lampau.
Ada tiga aspek dalam sejarah, yaitu masa lampau, masa kini, dan masa yang akan
datang. Masa lampau dijadikan titik tolak untuk masa yang akan datang sehingga
sejarah mengandung pelajaran tentang nilai dan moral. Pada masa kini, sejarah akan
dapat dipahami oleh generasi penerus dari masyarakat yang terdahulu sebagai suatu
cermin untuk menuju kemajuan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara. Peristiwa yang terjadi pada masa lampau akan memberi kita gambaran
tentang kehidupan manusia dan kebudayaannya di masa lampau sehingga dapat
merumuskan hubungan sebab akibat mengapa suatu peristiwa dapat terjadi dalam
kehidupan tersebut, walaupun belum tentu setiap peristiwa atau kejadian akan tercatat
dalam sejarah. Sejarah terus berkesinambungan sehingga merupakan rentang
peristiwa yang panjang. Oleh karena itu, sejarah mencakup masa lalu yang dilukiskan
berdasarkan urutan waktu (kronologis), ada hubungannya dengan sebab akibat,
kebenarannya bersifat subjektif sebab masih perladanya penelitian lebih lanjut untuk
mencari kebenaran yang hakiki, peristiwa sejarah menyangkut masa lampau, masakini,
dan masa yang akan datang.
Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama dr.
Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas pada
sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar negara
Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga orang
pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato secara lisan
(tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia. Kemudian untuk
memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini menurut Soekarno atas
saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa yang tidak disebutkan
namanya. Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945 disahkannya
Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di mana didalamnya
termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu dasar negara yang
diberi nama Pancasila.
Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan merupakan istilah
umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak termuat istilah
“Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik Indonesia adalah
disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas interpretasi historis
terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar negara, yang secara
spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.
2. Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Ideologi Negara

Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku
bangsa yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah mempraktikan
Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya merupakan
kenyataan-kenyataan (materil, formal, dan fungsional) yang ada dalam masyarakat
Indonesia. Kenyataan objektif ini menjadikan Pancasila sebagai dasar yang mengikat
setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang berupa norma atau
hukum tertulis (peraturan perundang-undangan, yurisprudensi, dan traktat) maupun
yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan atau kesepahaman, dan konvensi.
Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi, dimana
agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan ideologi
Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah menunjukan bahwa
setiap kali ada upaya perpecahan atau pemberontakan oleh beberapa kelompok
masyarakat, maka nilai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan sebagai solusi untuk
menyatukan kembali. Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan Pancasila sebagai
kekuatan pemersatu, maka kegagalan upaya pemberontakan yang terakhir (G30S/PKI)
pada 1 Oktober 1965 untuk seterusnya hari tersebut dijadikan sebagai Hari Kesaktian
Pancasila.
Bangsa Indonesia yang plural secara sosiologis membutuhkan ideologi pemersatu
Pancasila. Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari generasi ke
generasi untuk menjaga keutuhan masyarakat bangsa. Pelestarian nilai-nilai Pancasila
dilakukan khususnya lewat proses pendidikan formal, karena lewat pendidikan
berbagai butir nilai Pancasila tersebut dapat disemaikan dan dikembangkan secara
terencana dan terpadu.

3. Sumber Politis Pancasila sebagai Ideologi Negara

 Nilai Ketuhanan (Realigiusitas)


Nilai religius adalah nilai yang berkaitan dengan keterkaitan individu dengan sesuatu
yang dianggapnya memiliki kekuatan sakral, suci, agung dan mulia. Memahami
Ketuhahan sebagai pandangan hidup adalah mewujudkan masyarakat yang
beketuhanan, yakni membangun masyarakat Indonesia yang memiliki jiwa maupun
semangat untuk mencapai ridlo Tuhan dalam setiap perbuatan baik yang dilakukan.
 Nilai Kemanusiaan (Moralitas)
Kemanusiaan yang adil dan beradab, adalah pembentukan suatu kesadaran tentang
keteraturan, sebagai asas kehidupan, setiap manusia mempunyai potensi untuk
menjadi manusia sempurna, yaitu manusia yang beradab.
 Nilai Persatuan (kebangsaan) Indonesia.
Persatuan adalah gabungan yang terdiri atas beberapa bagian, kehadiran Indonesia
dan bangsanya di muka bumi ini bukan untuk bersengketa. Bangsa Indonesia hadir
untuk mewujudkan kasih sayang kepada segenap suku bangsa dari Sabang sampai
Marauke.
 Nilai Permusyawaratan dan Perwakilan
Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hidup berdampingan dengan orang
lain, dalam interaksi itu biasanya terjadi kesepakatan, dan saling menghargai satu
sama lain atas dasar tujuan dan kepentingan bersama. Prinsip kerakyatan yang
menjadi cita-cita utama untuk membangkitkanbangsa Indonesia, mengerahkan potensi
mereka dalam dunia modern.

 Nilai Keadilan Sosial


Nilai keadilan adalah nilai menjunjung norma berdasarkan ketidak berpihakkan,
keseimbangan, serta pemerataan terhadap suatu hal. Mewujudkan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan cita-cita bernegara dan berbangsa. bermakna
mewujudkan keadaan masyarakat yang bersatu secara organik, dimana mempunyai
kesempatan yang sama untuk tumbuh dan berkembang serta belajar.
Perkembangan Pancasila Sebagai Ideologi Politik Sampai Sekarang
Memang dalam kondisi kehidupan politik kita sekarang ini banyak diantara kita,
antara lain dikalangan mereka yang memegang kekuasaan, yang tidak berkenan untuk
mengakui kesenjangan antara nilai-nilai dasar ideologi kita dengan praktek kehidupan
perpolitikan sehari-hari. Secara empiris di lapangan praktek kehidupan perpolitikan
masih jauh dari, dan kadang-kadang mungkin ada yang bertentangan dengan
nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945. Keinginan agar
kehidupan politik kita lebih terbuka dan lebih demokratis merupakan salah satu
ukuran yang dapat kita pakai buat mengetahui kehadiran kesenjangan tersebut.
Soalnya sekarang ialah apakah kita semua, termasuk yang berkuasa, memiliki
kemauan politik yang kuat untuk memperbaiki kesenjangan itu.
Contoh Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka Dalam Bidang Politik
Dalam bidang politik, kita harus mewujudkan perilaku, antara lain:
menghindari sikap dan perilaku yang memaksakan pendapat dan ingin menang sendiri,
penyelenggara negara dan warga negara mewujudkan nilai ke tuhanan, kemanusiaan,
kebangsaan, serta kerakyatan dan ke adilan dalam kehidupan sehari-hari, menghindari
sikap menghalang-halangi orang yang akan ber partisipai dalam kehidupan demokrasi,
meyakini bahwa nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 sebagai nilai yang ter baik dan
sesuai untuk bangsa Indonesia serta tidak meleceh kannya.

D. Membangun Argumen tentang Dinamika dan Tantangan


Pancasila sebagai Ideologi Negara

1. Argumen tentang Dinamika Pancasila sebagai Ideologi Negara


Dinamika Pancasila sebagai ideologi negara dalam sejarah bangsa Indonesia
memperlihatkan adanya pasang surut dalam pelaksanaan nilai-nilai Pancasila.
Pancasila sebagai ideologi negara dalam masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Soekarno termasuk salah seorang perumus Pancasila, bahkan penggali dan memberi
nama untuk dasar negara. Dalam hal ini, Soekarno memahami kedudukan Pancasila
sebagai ideologi negara. Namun dalam perjalanan pemerintahannya, ideologi
Pancasila mengalami pasang surut karena dicampur dengan ideologi komunisme
dalam konsep Nasakom.Pancasila sebagai ideologi dalam masa pemerintahan
Presiden Soeharto diletakkan pada kedudukan yang sangat kuat melalui TAP MPR
No. II/1978 tentang pemasayarakatan P-4. Pada masa Soeharto ini pula, ideology
Pancasila menjadi asas tunggal bagi semua organisasi politik dan organisasi
masyarakat.Pada masa era reformasi, Pancasila sebagai ideologi negara mengalami
pasang surut dengan ditandai beberapa hal, seperti: enggannya para penyelenggara
negara mewacanakan tentang Pancasila, bahkan berujung pada hilangnya Pancasila
dari kurikulum nasional, meskipun pada akhirnya timbul kesadaran penyelenggara
negara tentang pentingnya pendidikan Pancasila di perguruan tinggi.

2. Argumen tentang Tantangan terhadap Pancasila sebagai Ideologi Negara

Unsur-unsur yang memengaruhi tantangan terhadap Pancasila sebagai ideologi


negara meliputi faktor eksternal dan internal. Adapun faktor eksternal meliputi
hal-halberikut:
1. Pertarungan ideologis antara negara-negara super power antara Amerika Serikat
dan Uni Soviet antara 1945 sampai 1990 yang berakhir dengan bubarnya negara
Soviet sehingga Amerika menjadi satu-satunya negara super power.

2 .Menguatnya isu kebudayaan global yang ditandai dengan masuknya berbagai


ideologi asing dalam kehidupan berbangsa dan bernegara karena keterbukaan
informasi.3.Meningkatnya kebutuhan dunia sebagai akibat pertambahan penduduk
dan kemajuan teknologi sehingga terjadi eksploitasi terhadap sumber daya alam
secara masif. Dampak konkritnya adalah kerusakan lingkungan, seperti
banjir,kebakaran hutan.Adapun faktor internal meliputi hal-hal sebagai
berikut:1.Pergantian rezim yang berkuasa melahirkan kebijakan politik yang
berorientasi pada kepentingan kelompok atau partai sehingga ideologi Pancasila
sering terabaikan.2.Penyalahgunaan kekuasaan (korupsi) mengakibatkan rendahnya
kepercayaan masyarakat terhadap rezim yang berkuasa sehingga kepercayaan
terhadap ideologi menurun drastis

E. Mendeskripsikan Esensi dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi


Negara

1. Hakikat Pancasila sebagai Ideologi Negara


Pada bagian ini, akan di pahami hakikat Pancasila sebagai ideologi negara
memiliki tiga dimensi sebagai berikut:
a. Dimensi realitas; mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung
dalam dirinya bersumber dari nilai-nilai real yang hidup dalam masyarakatnya. Hal ini
mengandung arti bahwa nilai-nilai Pancasila bersumber dari nilai-nilai kehidupan
bangsa Indonesia sekaligus juga berarti bahwa nilai-nilai Pancasila harus dijabarkan
dalam kehidupan nyata sehari-hari baik dalam kaitannya dengan kehidupan
bermasyarakat maupun dalam segala aspek penyelenggaraan negara.
b. Dimensi idealitas; mengandung cita-cita yang ingin dicapai dalam berbagai bidang
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Hal ini berarti bahwa nilai-nilai
dasar Pancasila mengandung adanya tujuan yang dicapai sehingga menimbulkan
harapan dan optimisme serta mampu menggugah motivasi untuk mewujudkan
cita-cita.
c. Dimensi fleksibilitas; mengandung relevansi atau kekuatan yang merangsang
masyarakat untuk mengembangkan pemikiran-pemikiran baru tentang nilai-nilai dasar
yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, Pancasila sebagai ideologi bersifat
terbuka karena bersifat demokratis dan mengandung dinamika internal yang
mengundang dan merangsang warga negara yang meyakininya untuk
mengembangkan pemikiran baru, tanpa khawatir kehilangan hakikat dirinya (Alfian,
1991: 192 – 195).
2. Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara
Pada bagian ini, mahasiswa perlu menyadari bahwa peran ideologi negara itu bukan
hanya terletak pada aspek legal formal, melainkan juga harus hadir dalam kehidupan
konkret masyarakat itu sendiri. Beberapa peran konkret Pancasila sebagai ideologi
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Ideologi negara sebagai penuntun warga negara, artinya setiap perilaku warga
negara harus didasarkan pada preskripsi moral. Contohnya, kasus narkoba yang
merebak di kalangan generasi muda menunjukkan bahwa preskripsi moral ideologis
belum disadari kehadirannya. Oleh karena itu, diperlukan norma-norma penuntun
yang lebih jelas, baik dalam bentuk persuasif, imbauan maupun penjabaran nilai-nilai
Pancasila ke dalam produk hukum yang memberikan rambu yang jelas dan hukuman
yang setimpal bagi pelanggarnya.
b. Ideologi negara sebagai penolakan terhadap nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
sila-sila Pancasila. Contohnya, kasus terorisme yang terjadi dalam bentuk pemaksaan
kehendak melalui kekerasan. Hal ini bertentangan nilai toleransi berkeyakinan,
hak-hak asasi manusia, dan semangat persatuan.
DAFTAR PUSTAKA
Buku Pancasila DIKTI 2016
Jurnal.stt.web.id-Pentingnya-Pendidikan-Pancasila-Sebagai-Materi-Pembelajaran-di-
Perguruan-Tinggi
http://yulitaip.blogspot.com/2018/05/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html
http://sugengrusmiwari.blogspot.co.id/2015/03/mk-pancasila-dasar-sosiologis.html
https://jakarta45.wordpress.com/2012/02/12/ideologi-menggagas-sosiologi-pancasila/
https://malindaa68.wordpress.com/dasar-pendidikan-pancasila/
https://citadastmikpringsewu.wordpress.com/mata-kuliah/pancasila/pengertian-pancas
ila-secara-etimologis-historis-terminologis-hakikat-pancasila/
http://www.portalsejarah.com/sejarah-lahirnya-pancasila-sebagai-ideologi-dan-dasar-
negara-indonesia.html
http://pangeran-tinta.blogspot.co.id/2013/06/pancasila-sebagai-ideologi-politik.html
http://noncw.blogspot.co.id/2016/12/contoh-pancasila-sebagai-ideologi-dalam-bidang
-politik-ekonomi-hukum-kebudayaan-pertahanan-dan-keamanan.html
http://sejarah10-jt.blogspot.co.id/2012/09/pengertian-sejarah.html
http://www.kompasiana.com/riskaariana/apa-arti-sosiologi-itu_54f980d6a33311fa728
b46d3
https://id.wikipedia.org/wiki/Politik
http://endrapurnai.blogspot.co.id/2016/04/pancasila-sebagai-ideologi-politik.html
https://malvaspalette.wordpress.com/2017/11/13/mendeskripsikan-esensi-dan-urgensi
-pancasila-sebagai-ideologinegara/

Anda mungkin juga menyukai