Anda di halaman 1dari 13

PANCASILA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH BANGSA

MAKALAH

Disusun dan diajukan untuk memenuhi tugas terstruktur


Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila
Dosen Pengampu : Musmuallim, S.Pd.I., M.Pd.I

Oleh:

1. Amalia Nurrahmah K1A022036


2. Ghani Maulana Abdilah K1A022069
3. Hani Syahidah K1A022060

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2022
PANCASILA DALAM PERSPEKTIF SEJARAH
PEJUANGAN BANGSA INDONESIA

I. Pendahuluan
Indonesia terbentuk melalui proses yang cukup panjang sejak zaman kerajaan
Kutai Kertanegara, Sriwijaya, Majapahit, Mataram hingga datangnya bangsa-bangsa
lain. Beratus-ratus tahun Indonesia berjuang menemukan jati dirinya sebagai suatu
bangsa yang merdeka, mandiri, prinsip yang tersimpul dalam pandangan hidup &
filsafat bangsa yang belakangan disebut Pancasila.
Pancasila merupakan sebuah kesepakatan nilai-nilai luhur bangsa yang
dirumuskan secara formal oleh para pendiri negara yang kemudian dijadikan sebagai
dasar negara Republik Indonesia. Proses perumusan yang dilakukan secara formal
tersebut dimulai pada sidang pertama BPUPKI yaitu pada 29 Mei-1 Juni 1945 dan
disahkan secara yuridis sebagai dasar negara Republik Indonesia. Nilai-nilai luhur
tersebut di antaranya adalah nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, serta
keadilan. Dalam kenyataannya, nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila tersebut
sebenarnya sudah ada dan dihayati dalam kehidupan sehari-hari sebagai pandangan
hidup masyarakat Indonesia. Bukan hanya sebelum disahkan oleh PPKI pada tanggal
18 Agustus 1945, tetapi juga sejak dahulu di masa kerajaan-kerajaan yang pernah
berdiri di Indonesia.
Dasar negara dijadikan landsan atau fondasi dalam membentuk dasar negara
dari segala sumber hukum , sekaligus sebagai pedoman cita-cita. Dasar negara menjadi
sebuah elemen yang penting dan mendasar bagi berdirinya sebuah negara agar dapat
memiliki keberlangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara yang teratur dan
terarah. Lahirnya Pancasila erat hubungannya sebagai sebuah hasil sejarah perjuangan
bangsa Indonesia dalam meraih kemerdekaan.
.
II. Pembahasan
2.1 perkembangan nilai-nilai pancasila
Secara etimologis, kata Pancasila berasal dari Bahasa Sansekerta. Panca
yang berati Lima dan Syila yang berarti batu sendi/dasar atau Syiila yang berarti
peraturan tingkah laku yg penting/baik. Panca-Syila yaitu berbatu sendi/dasar
yang lima. Panca-Syiila yaitu 5 aturan tingkah laku yg penting (Muhammad
Yamin).
Pancasila dalam buku Sansekerta juga mempunyai arti “pelaksanaan
kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama), yaitu :
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh berjiwa dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk minuman keras
Pancasila merupakan dasar negara dan ideologi negara Indonesia. Pancasila
merupakan pedoman warga Indonesia dalam menjalankan hidup
kemasyarakatannya. Diterimanya Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan
hidup bangsa membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila dijadikan
landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan,nilai kemanusiaan, nilai persatuan,
nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Nilai-nilai dasar Pancasila dapat
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Nilai-nilai tersebut tetap dapat
diterapkan dalam berbagai kehidupan bangsa dari masa ke masa. Hal tersebut
dikarenakan Pancasila merupakan ideologi yang bersifat terbuka.
Terdapat beberapa pendapat para pakar yang memberikan definisi ideologi,
di antaranya sebagai berikut:
a) Soerjanto Poespowardoyo, mengemukakan bahwa ideologi merupakan
konsep pengetahuan dan nilai yang secara keseluruhan menjadi landasan
bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi
seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya.
b) Mubyarto, mengemukakan bahwa ideologi adalah sejumlah doktrin
kepercayaan dan simbol-simbol sekelompok masyarakat atau satu bangsa
yang menjadi pegangan dan pedoman kerja atau perjuangan untuk mencapai
tujuan masyarakat atau bangsa.
c) Padmo Wahjono, menyatakan bahwa ideologi merupakan kesatuan yang
bulat dan utuh dari ide-ide dasar sebagai suatu kelanjutan atau konsekuensi
logis dari pandangan hidup bangsa dan akan berupa seperangkat tata nilai
yang dicita-citakan akan direalisasikan di dalam kehidupan berkelompok.
Sebagai ideologi negara, Pancasila merupakan gagasan-gagasan atau ide-
ide yang dijadikan sebagai pedoman atau arah dalam mencapai cita-cita
bangsa.Setiap bangsa memiliki ideologi yang berbeda sesuai dengan nilai-nilai
yang ada dalam kehidupan bangsa. Maka dari itu, Pancasila sebagai ideologi
negara merupakan ciri khas atau identitas bangsa Indonesia yang perlu
dipertahankan dan terus dijadikan sebagai pedoman dalam menentukan arah dan
tujuan yang diwujudkan dalam sikap dan perilaku bangsa Indonesia.
Pancasila berakar pada pandangan hidup bangsa dan falsafah bangsa
sehingga memenuhi prasyarat menjadi ideologi yang terbuka. Keterbukaan
Pancasila, mengandung pengertian bahwa Pancasila senantiasa mampu
berinteraksi secara dinamis. Nilai-nilai Pancasila tidak berubah, namun
pelaksanaannya disesuaikan dengan kebutuhan dan tantangan nyata yang kita
hadapi dalam setiap waktu. Hal ini dimaksudkan untuk menegaskan bahwa
ideologi Pancasila bersifat aktual, dinamis, antisipatif, serta senantiasa mampu
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, teknologi,
serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat.
keterbukaan ideologi Pancasila mengandung nilai-nilai sebagai berikut.
A. Nilai dasar.
Yaitu hakikat kelima sila Pancasila: Ketuhanan Yang Maha Esa;
kemanusiaan yang adil dan beradab; persatuan Indonesia;
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan; keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia. Nilai-nilai dasar tersebut, bersifat universal sehingga di
dalamnya terkandung cita-cita, tujuan, serta nilai-nilai yang baik
dan benar. Nilai dasar ini bersifat tetap dan melekat pada
kelangsungan hidup negara. Nilai dasar Pancasila selanjutnya
dijabarkan dalam pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Adapun perwujudan nilai dasar Pancasila sebagai ideologi
terbuka tersebut adalah sebagai berikut.
 Nilai ketuhanan dalam Pancasila, sebagai ideologi terbuka
merupakan bentuk hubungan warga negara Indonesia
sebagai insan pribadi atau makhluk individu dengan Tuhan
Yang Maha Esa pencipta alam semesta. Bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang religius atau bangsa yang beragama
memiliki keyakinan dan kepercayaan terhadap adanya
Tuhan Yang Maha Esa. Hal tersebut dibuktikan dengan
pemelukan salah satu agama yang diakui negara atau
menganut aliran kepercayaan tertentu terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.
 Nilai kemanusiaan dalam Pancasila, diwujudkan dalam
bentuk hubungan warga negara Indonesia dengan sesama
manusia sebagai insan sosial. Manusia tidak dapat hidup
sendiri senantiasa hidup saling membutuhkan. Oleh karena
itu, harus dijalin sikap kekeluargaan dan tolong menolong
antarsesama manusia tanpa membedakan suku bangsa,
agama, ras, antargolongan, maupun antarbangsa.
 Nilai persatuan dalam Pancasila, diwujudkan dalam bentuk
hubungan warga negara Indonesia dengan bangsa dan
negaranya sebagai insan politik. Setiap warga negara, terikat
oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara
tersebut. Oleh karena itu setiap warga negara dituntut untuk
menaati peraturan itu sebagai wujud rasa cinta tanah air,
mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongannya.
 Nilai kerakyatan dalam Pancasila, diwujudkan dalam bentuk
hubungan warga negara Indonesia dengan kekuasaan dan
pemerintahan sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Setiap
warga negara memiliki hak dan kewajiban untuk ikut serta
dalam pemerintahan.
 Nilai keadilan dalam Pancasila, diwujudkan dalam
hubungan warga negara Indonesia dengan kesejahteraan
serta keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Setiap warga negara, dituntut untuk
meningkatkan taraf hidupnya yang lebih baik dengan
berusaha dan bekerja keras, menerapkan pola hidup
sederhana, berlaku adil, serta menghargai karya orang lain.

B. Nilai instrumental.
Ini sebagai penjabaran dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila
berupa peraturan perundangan dan lembaga pelaksanaannya.
Misalnya; UUD, ketetapan MPR, UU, serta peraturan
perundangundangan lainnya. Dapat disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat berdasarkan nilai-
nilai Pancasila.
C. Nilai praksis
Merupakan realisasi dari nilai-nilai instrumental berupa suatu
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam realisasi praksis
inilah, penjabaran nilai-nilai Pancasila senantiasa berkembang dan
selalu dapat dilakukan perubahan dan perbaikan (reformasi) sesuai
dengan perkembangan zaman dan aspirasi masyarakat, sehingga
Pancasila merupakan ideologi terbuka.

2.2 Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Penjajahan


Pada masa penjajahan, seluruh bangsa di dunia berjuang untuk meraih
kemerdekaan. Semuanya berjuang dengan berbagai macam cara, seperti berjuang
dengan pertempuran bersenjata ataupun berjuang dengan pikiran. Dalam sebagian
besar catatan sejarah dikatakan bahwa tanah Indonesia yang subur dengan hasil
buminya yang melimpah, terutama rempah-rempahnya, melatarbelakangi
kedatangan bangsa asing ke Indonesia. Awal abad ke-16, bangsa Portugis menjadi
bangsa Eropa yang pertama tiba di Indonesia. Kemudian, tak berselang lama
bangsa Spanyol juga datang ke Indonesia. Tujuan utama mendatangi Indonesia
adalah berdagang atau mencari rempah-rempah yang banyak ditemukan di
Maluku. Setelah cukup ramai, datanglah bangsa Belanda pada tahun 1596. Namun
di antara tahun tersebut, datang pula bangsa Inggris pada tahun 1811 hingga 1816.
Awal tujuan mereka datang ke Indonesia ialah untuk berdagang, tetapi perlahan-
lahan mereka justru menjajah seluruh wilayah Indonesia.
Beberapa peristiwa perlawanan bersenjata rakyat indonesia kepada para
penjajah yaitu
 Perlawanan Fatahillah mengusir bangsa Portugis tanggal 22 juni
1527.
 Perlawanan rakyat Minahasa terhadap Spanyol tahun 1644 – 1654.
 Perang pattimura (mei 1827).
 Perang diponegoro (1825 - 1830).
 Perang jagaraga bali (7 – 20 juni 1848)

Perlawanan Belanda yang berlangsung kurang lebih selama 350 tahun di


Indonesia baru dapat berakhir setelah kedatangan Jepang pada tanggal 1 Maret
1942. Karena melemahnya angkatan laut sekutu, akhirnya Belanda menyerah
kepada Jepang. Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang pada tanggal 8
Maret 1942. Jepang di Indonesia berhasil mendarat di tiga tempat yaitu Banten,
Indramayu, dan Bojonegoro. Kedudukan Jepang di Indonesia tidak berlangsung
lama, dan Jepang memberikan suatu perjanjian untuk membentuk suatu Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). BPUPKI
terbentuk pada tanggal 29 April 1945 yang diketuai oleh dr. Rajiman
Wedyodiningrat dengan beranggotakan 60 orang yang dilantik dilantik pada
tanggal 28 Mei 1945 di Jakarta oleh Letjen Kumakichi Harada. Pada tanggal 29
Mei sampai dengan 1 Juni 1945 berlangsung sidang pertama BPUPKI yang
membahas tentang calon Dasar Negara.
Pada sidang BPUPKI yang pertama ini menghasilkan beberapa pokok
pembahasan yaitu
 Muh. Yamin mengusulkan dasar negara berlandaskan dengan peri
kebangsaan, peri kemanusiaan, peri ketuhanan, peri kerakyatan dan
kesejahteraan sosial.
 Soepomo berpendapat bahwa landasannya adalah persatuan,
kekeluargaan, keseimbangan lahir dan batin, musyawarah dan
keadilan rakyat.
 Ir. Soekarno berpendapat yaitu nasionalisme atau Kebangsaan
Indonesia, Internasionalisme atau Peri Kemanusiaan, Mufakat atau
Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, dan Ketuhanan yang
berkebudayaan
Setelah melaksanakan sidang pertama, BPUPKI melaksanakan sidang
keduanya pada tanggal 10-16 Juli 1945 dengan salah satu hasil sidangnya adalah
disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal
dengan nama Piagam Jakarta (di kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD
1945, dengan sejumlah perubahan di dalamnya). Pada alinea keempat Piagam
Jakarta itulah terdapat rumusan Pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluknya.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan indonesia.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan.
5. Dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

2.3 perjuangan mempertahankan dan mengisi kemerdekaan

Setelah merdekanya Indonesia yaitu pada tangggal 17 agustus tahun 1945.


Indonesia juga masih melakukan perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan
nya melalui jalan diplomasi maupun fisik. Yaitu
1. Pertemuan Soekarno-Van Mook.
Pertemuan wakil Belanda dengan para pemimpin Indonesia
ini diprakarsai oleh Panglima AFNEI yaitu Letnan Jenderal Sir
Philip Christison. Pertemuan ini dilaksanakan pada tanggal 23
Oktober 1945 di gambir selatan

2. Pertemuan Syahrir-Van Mook


Perundingan Sjahrir-Van Mook berlangsung pada tanggal 17
Desember 1945 di Jalan Imam Bonjol No.1 Jakarta. Karena Belanda
ingin kembali berkuasa di Indonesia pasca mundurnya Jepang dari
Indonesia dengan mengirimkan pasukan NICA yang dibonceng oleh
sekutu.
3. Perundingan Renville
Dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 1947 hingga 17
Januari 1948 di atas kapal Renville, kapal pengangkut Angkatan
Laut Amerika Serikat yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok
Jakarta. Terjadi karena perundingan linggarjati tidak menyelesaikan
konflik.
4. Perundingan Roem-Royen
Berlangsung pada tanggal 7 Mei 1949. Peristiwa ini
dilatarbelakangi adanya serangan Belanda kepada Indonesia pasca
kemerdekaan yang disebut agresi militer Belanda I dan II.
5. Konferensi Meja Bundar
Berlangsung pada tanggal 23 Agustus hingga 2 November
1949 di Den Haag. Tujuan diselenggarakannya Konferensi Meja
Bundar adalah mengakhiri perselisihan Indonesia dengan Belanda..
Selain tu ada juga beberapa pertempuran yang terjadi demi mempertahankan
kemerdekaan Indonesia yaitu diantaranya.
 Insiden hotel Yamato
 pertempuran 5 hari di Semarang
 Pertempuran Ambarawa
 Pertempuran Medan area
 Bandung lautan api
Untuk mengisi kemerdekaan Indonesia terkhususnya pada jaman sekarang
yang merupakan zaman modern ada beberapa tindakan yang bisa kita lakukan
diantaranya.
 Mengabdi di masyarakat atau jika kita masih ada di lingkungan
sekolah kita bisa juga dengan cara mengikuti organisasi formal
maupun nonformal agar kita bisa ikut serta dalam membangun
institusi itu yg berguna juga untuk perkembangan negara.
 Mendukung produk dalam negeri, karena jika kita mendukung
produk luar kita akan mematikan produk dalam negeri jadi sebagai
warga negara yang baik kita harus bangga dengan produk negeri
sendiri, karena sekarang sudah banyak perusahaan Indonesia yang
mengeluarkan produk yang kualitasnya tidak kalah dengan produk
luar.
 Memajukan dalam sektor pendidikan, karena aset terbesar suatu
bangsa adalah sumber daya manusia maka dari itu mewujudkan
kemerdekaan yg sesungguhnya itu diperlukan perbaikan kualitas
sumber daya manusia Indonesia, terutama dalam hal pendidikan.
 Mengenalkan budaya Indonesia kepada dunia, pengenalan budaya
Indonesia kepada masyarakat dunia juga dapat dijadikan sebagai
wujud untuk mengisi kemerdekaan.
III. Kesimpulan

 Pancasila adalah sebuah pilar ideologis negara Indonesia dan dijadikan dasar
negara yang dapat membina dan membimbing bangsa Indonesia menuju
kehidupan yang lebih baik dengan karakter, nilai nilai luhur dan ciri khas yang
berkualitas.

 Sejarah perjuangan bangsa Indonesia selalu erat hubungannya dengan sejarah


lahirnya Pancasila, karena pada saat itu seluruh rakyat bangsa Indonesia tak
henti-hentinya berusaha dan mengerahkan seluruh kemampuan untuk mencapai
Indonesia merdeka. Perjuangan melalui pemikiran banyak dilakukan oleh para
pendiri bangsa, salah satunya dilakukan dalam perumusan Pancasila.

 Dalam merebut sebuah Kemerdekaan Indonesia, Indonesia melakukan sebuah


Perjuangan Diplomasi dan Fisik kepada para penjajah.

 Awal tercetusnya sebuah rumusan Pancasila yaitu pada saat rapat BPUPKI
pertama yang membahas tentang rancangan Dasar Negara. Pada saat itu ada
tiga tokoh yang mengusulkan tentang rancangan dasar negara yaitu Muh.
Yamin, Soepomo, dan Ir. Soekarno.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Hakim, Suparlan, & dkk. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks


Indonesia. . Malang: Universitas Negeri Malang.
Alim, Muhammad, & Aziiz. (2011). Implementasi nilai-nilai Pancasila Untuk
Menumbuhkan Nasionalisme Bangsa. Yogyakarta: STMIK AMIKOM
YOGYAKARTA.
Anggraini, D., Fathari, F., Anggara, J. W., & Amin, M. D. (2020). PENGAMALAN
NILAI-NILAI PANCASILA BAGI GENERASI MILENIAL. Jurnal inovasi Ilmu
Sosial dan Politik , 11-18.
Asmaroini, A. P. (2016). IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA BAGI SISWA
DI ERA GLOBALISASI. CITIZENSHIP: Jurnal Pancasila dan Kewaganegaraan,
440-450.
Darmawan. (2018). Revitalisasi Pancasila Sebagai Pedoman Hidup Bermasyarakat di Era
Globalisasi. Lampung: Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.
Prayitno, K. P. (2013). Pendidikan Kewarganegaraan. Purwokerto: Universitas Jendral
Soedirman.
Rahayu, A. S. (2015). PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN. Jakarta: PT
Bumi Aksara.
Taufik, M., & dkk. (2018). Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Malang:
Baskara Media.
Yudistira. (2016). Aktualisasi & Implementasi Nilai-Nilai Pancasila dalam Menumbuhkan
Kembangkan Karakter Bangsa. Seminar Nasional Hukum, 421-436.

Anda mungkin juga menyukai