DIGANTI?
Kode Jurnal : L
Riskiyanto Mohamad
riskimohamad2405@gmail.com
CABANG MANADO
1443 H/2023 M
ABSTRAK
Sila kelima didasari dan dijiwai oleh sila-sila yang mendahuluinya,
yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab,
persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan. Namun faktanya
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia belum terwujud dimana
tercermin dari kesenjangan masyarakat miskin dalam memperoleh
keadilan dalam hukum, kesehatan, pendidikan dan ekonomi, hal
tersebut yang menjadi pertanyaan tentang relevansi Pancasila pada saat
ini. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bermaksud
mencari fakta sebanyak-banyaknya untuk diambil suatu kesimpulan.
Penulis menguraikan tulisan ini dengan penelitian deskriptif yaitu
metode penelitian yang menggambarkan keadaan secara objektif
dilapangan tetapi tidak melakukan hipotesa, kemudian dilanjutkan
dengan interpretasi data agar dapat menjelaskan atau menganalisa
masalah serta dapat memberikan jawaban terhadap analisis. Tujuan dari
penelitian deskriptif ini adalah membuat deksripsi, gambaran, lukisan
secara sistematis, actual dan akurat mengenai fakta-fakta secara
berhubungan antara fenomena yang dihadapi. Perwujudan keadilan
sosial dalam Negara Indonesia merupakan unsur utama, mendasar,
sekaligus unsur yang paling rumit dan luas dimensinya. Keadilan
sebagai kemauan yang bersifat tetap dan terus-menerus untuk
memberikan kepada setiap orang, apa yang seharusnya diterima. Untuk
itu semua tindakan yang cenderung untuk memproduksi dan
mempertahankan kebahagiaan kesejahtaraan masyarakat adalah adil.
1
Dwi Sulisworo, Pancasila Sebagai Sistem Filsafat dan Implikasinya. 2012
dan bangsa Indonesia terhadap pribadi (jiwa) sendiri, terhadap sesama
manusia dan bangsa, terhadap Tuhan yang Maha Esa, terhadap
kemilikan material (benda dan semesta), (5) Penggerak realisasi dari
dalam untuk mewujudkan hidup kenegaraan dan kepribadian bangsa
Indonesia, yang mengandung dan penjelmaan kebangsaan, perdamaian
dan kekeluargaan dunia, musyawarah serta mufakat, keadilan sosial dan
Ke-Tuhanan yang Maha Esa, (6) Doktrin (ajaran) Pancasila supaya
mendarah dan mendaging, harus disertai pengertian dan pengetahuan
dan filsafat, dengan lain perkataan perlu adanya ilmu Pancasila dan
filsafat Pancasila yang harus diajarkan.2
2
Abdul Mutholib, Pancasila Kumpulan Tulisan Surabaya: PT Bina Ilmu, 1984
3
Daman, Rozikin. Pancasila Dasar Falsafah Negara, Jakarta: PT Grafindo Persada, 1995.
dengan sila-sila yang lainnya. Persatuan dan kesatuan dalam sila kelima
dengan sila yang lain senantiasa merupakan satu kesatuan. Sehingga sila
kelima dengan sila yang lain (keempat sila yang mendahuluinya) saling
memiliki keterkaitan. Surip, Ngadino dkk (2016: 218), menjelaskan
perumusan persatuan dan kesatuan sila kelima, yaitu: keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia yang Berketuhanan Yang Maha Esa, yang
berkemanusiaan yang adil dan beradap, bersatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan.4
4
Surip, Ngadino, Pancasila dalam Makna dan Aktualisasi, Yogyakarta, 2016
Kesatuan dan persatuan suatu bangsa adalah hal yang patut
diperjuangkan dengan gigih terutama di Indonesia mengingat keadaan
masyarakat Indonesia memiliki latar belakang dan tingkat kepelbagaian
yang sangat tinggi berdasarkan strata ekonomi, budaya, sosial, dan
sebagainya. Kelompok-kelompok sosial di Indonesia, baik berdasarkan
tempat tinggal, suku, kepentingan, dan yang lainnya, hendaknya mampu
mewujudkan cita-cita integralistik bangsa Indonesia. Cita-cita
integralistik ini tertuang dalam Pancasila, khususnya pada sila ke-3,
yakni “Persatuan Indonesia”.5
5
Christian Siregar, Pancasila, Keadilan Sosial, dan Persatuan Indonesia, Character Building
Development Center, BINUS University, 2015.
B. Rumusan Masalah
6
Kaelan, Filsafat Pancasila, Yogyakarta: Paradigma, 2002.
menganalisa masalah serta dapat memberikan jawaban terhadap
analisis. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah membuat deksripsi,
gambaran, lukisan secara sistematis, actual dan akurat mengenai fakta-
fakta secara berhubungan antara fenomena yang dihadapi.7
2. Pembahasan
Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Bagi rakyat Indonesia keadilan adalah hal yang sangat penting,
dalam sila kelima menjelaskan keadilan social merupakan keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materill
maupun spiritual. Masyarakat Indonesia mendapatkan perlakuan adil dalam
berbagai bidang antara lain bidang ekonomi, hukum, politik, pendidikan,
kebudayaan dan sosial. Keadilan sosial mengandung arti tercapainya
keseimbangan antara kehidupan pribadi dan masyarakat. Kehidupan yang
dimaksud adalah kehidupan jasmani dan rohani, maka keadilan itu pun
meliputi keadilan memenuhi tuntutan kehidupan rohani secara seimbang.
Haikat sila kelima terdapat pada pembukaan UUD 1945 pada alenia kedua
yang berbunyi “Dan perjuangan kebangsaan Indonesia telah sampailah
kepada saat yang berbahagia dengan selamat setausa menghantarkan rakyat
Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia, yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur”. Selanjutnya pada
pembahasan kali ini peneliti lebih fokus pada sila kelima, nilai-nilai yang
terkandung didalamnya memiliki arti yang sangat penting dalam
pembelajaran,
Sila kelima ini mangandung nilai kesamaan derajat maupun
kewajiban dan hak, pada dasarnya manusia memiliki hak dan kewajiban
yang sesuai dengan porsinya masing-masing, selain itu masyarakat
diberikan kebebasan mengutarakan pendapatnya. Selanjutnya cinta dan
mencintai, manusia ditakdirkan untuk memiliki suatu rasa selain bisa peka
terhadap sesuatu tetapi juga bisa mengerti bagaimana cara kita bersyukur.
7
Hariwijaya M., Triton P.B., Pedoman Penulisan Proposal dan Skripsi (Landasan Teori, Hipotesis,
Analisis Statistik, Pedoman Teknis, Bahasa Ilmiah, Pendadaran dan Yudisium).
Rasa hormat menghormati antar manusia, keberanian membela kebenaran
dan keadilan dengan tetap pada perlindungan hukum, toleransi dan gotong
royong, yang hakekatnya manusia sebagai mahluk yang berbudaya dan
beradab serta harus adil. Sehingga dari beberapa teori diatas dapat
disimpulkan bahwa makna dari nilai-nilai Pancasila adalah sikap saling
menghargai dalam hal kepercayaan, Indonesia memiliki beberapa agama
yang patut kita hormati dan hargai, yang kedua sikap yang berkaitan dengan
norma-norma dan keadilan, pada umumnya keadilan patut ditegakkan
dengan baik dan tegas, selanjutnya adalah persatuan Indonesia, diketahui
bahwa indonesia memiliki suku, bahasa, agama, dan adat istiadat, maka dari
itu masyarakat Indonesia harus mampu menjaga rasa persatuan yang baik,
selanjutnya Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan yang berarti kekuasaan tertinggi ditangan
rakyat, dan yang terakhir adalah Keadilan social bagi seluruh rakyat
Indonesia, rasa hormat menghormati antar manusia, keberanian membela
kebenaran dan keadilan yang tentunya tetap pada perlindungan hukum.8
Konsep keadilan sosial telah menjadi salah satu pemikiran filosofis
presiden Soekarno, “Keadilan sosial ialah suatu masyarakat atau sifat
suatu masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat semua orang, tidak
ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada penindasan, tidak ada
penghisapan”.
Pemikiran filosofis tersebut mengandung pemahaman bahwa
Soekarno sangat memprioritaskan nilai keadilan dan menjunjung tinggi
nilai hak-hak asasi manusia dalam konsep hidup berbangsa dan bernegara.
Lahirnya gagasan tentang definisi keadilan sosial merupakan hasil refleksi
Soekarno tentang masa gelap sejarah bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia
telah mengalami penderitaan, penindasan, penghinaan dan penghisapan
oleh penjajahan Belanda dan Jepang. Pemikiran tersebut di atas
membuktikan bahwa Soekarno ingin mencanangkan keadilan sosial sebagai
8
Puji Lestari, Sunarto, Hadi Cahyono, Implementasi Nilai-Nilai Pancasila pada Sila Kelima dalam
Pembelajaran, Sosial Horizon : Jurnal Pendidikan Ssosial, Vol. 7, No. 2, Desember 2020
warisan dan etika bangsa Indonesia yang harus diraih. Kita hendak
mendirikan suatu negara “semua buat semua”. Bukan buat satu orang,
bukan buat satu golongan, baik golongan bangsawan, maupun golongan
yang kaya, tetapi “semua buat semua”.
Draft pertama dari filosofi Pancasila dirumuskan oleh Sukarno pada
tanggal 1 Juni 1945. Sukarno selalu menyatakan bahwa Pancasila adalah
filosofi asli asal Indonesia, yang ditemukan dari tradisi filsafat mengambil
akar dalam sejarah Indonesia, termasuk tradisi adat filosofis, India - Hindu
, Barat - Kristen , dan tradisi Arab - Islam . “Ketuhanan “ , awalnya adat,
sedangkan “Kemanusiaan” terinspirasi oleh konsep Hindu TatTwam Asi ,
konsep Islam fardhukifayah, dan konsep Kristen Hebs Unaasten lief gelijk
U Zelve , Allah boven alles . Sebenarnya “Sila” yang pertama Soekarno
adalah “Negara Kebangsaan” (“Negara Nasional” / Nasionalisme”) yang
kemudian menjadi “Sila” ketiga , “Persatuan”, “Sila” ketiga dari Sukarno
menjadi Sila keempat Piagam Jakarta / Pembukaan Konstitusi Indonesia dan
Sila kelima Sukarno menjadi Sila pertama Piagam Jakarta dan Pembukaan
Konstitusi
Akhirnya menjelaskan bahwa ‘Keadilan sosial’ terinspirasi oleh
konsep Jawa Ratu Adil (The Lord Hanya), seorang penguasa Jawa mesianis
yang membebaskan orang- orang dari segala macam penindasan. Konsep
keadilan sosial telah menjadi salah satu pemikiran filosofis presiden
Soekarno, seperti apa yang beliau katakan “Keadilan sosial ialah suatu
masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur, berbahagia buat
semua orang, tidak ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada
penindasan, tidak ada penghisapan”.9
Dalam perwujudan nyata, keadilan memiliki dua bentuk penerapan
secara umum, yaitu jaminan agar berbagai hak maupun kebebasan setiap
orang tidak dilanggar oleh siapapun (termasuk oleh pemerintah), dan
perlakuan yang sama terhadap orang sesuai dengan jasa dan
9
Yunie Herawati, Konsep Keadilan Sosial dalam Bingkai Sila Kelima Pancasila, Prodi Teknik
Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral UPN “Veteran” Yogyakarta
kemampuannya. Keadilan dapat terwujud jika tidak ada pelanggaran atas
hak/ kebebasan seseorang dan perlakuan yang sama terhadap setiap orang.
Seseorang berlaku adil jika memberikan kepada setiap orang apa yang
semestinya diberikan, tidak melanggar hak dan kebebasan orang lain,
memandang setiap orang sama harkat dan martabatnya, dan
memperlakukan setiap orang secara layak dalam semua tugas dan
kewajibannya baik dalam perdagangan maupun kehidupan sosial
kemasyarakatan.10 Keadilan sosial dalam konteks Sila Kelima Pancasila
adalah kesejahteraan sosial dan pemerataan ekonomi dalam semangat
kegotong royongan. Di mana semua masyarakat Indonesia hidup sejahtera
karena berdaya secara ekonomi serta sumber-sumber penghidupan secara
ekonomi tidak dikuasai oleh segelintir orang tetapi oleh negara dan sebesar-
besarnya untuk kemakmuran rakyat.11
Menurut ‘Abd Al-Baqiy, begitu pentingnya nilai-nilai keadilan
dalam Islam, bahkan al-Qur’an menyebut nilai keadilan sebanyak 78 kali.
Dengan ragam ungkapan di dalam al-Qur’an antara lain dengan kata-kata
al-‘adl, al-qisth, dan al-mizan. Al-‘adl yang disebutkan sebanyak 28 kali, al-
qisth disebut 27 kali, al-mizan yang disebutkan sebanyak 23 kali. Prinsip
nilai keadilan merupakan perhatian penting islam dalam tatanan kehidupan
umat manusia, islam memberikan suatu aturan yang dapat dilaksanakan
oleh semua orang yang beriman.12
Keadilan sosial dalam al-Qur’an ditegaskan dalam firman Allah
seperti yang dinyatakan dalam QS. An-Nahl ayat 90 :
10
Yunie, Yogyakarta
11
Thian Rope, Ruth Judica Siahaan , Alvin Koswanto, Tugas dan Peran Sosial Gereja sebagai
Perwujudan Pengamalan Sila Kelima Pancasila, Sekolah Tinggi Teologi Ekumene Jakarta,
Indonesia, Vol 1, No. 2, Desember 2021 (181-185)
12
Roro Fathikin, Keadilan Sosial Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Pancasila, Jurnal Penelitian
Agama dan Masyarakat, Vol. 1, No. 2, Desember 2017, 294.
Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang
(melakukan) perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi
pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”13
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa nilai ajaran keagamaan tidak
hanya bersifat vertikal, bagaimana seseorang dengan Tuhannya saja, tetapi
kita harus memperbaiki pola hubungan dengan sesama. Hal ini juga
ditegaskan oleh ayat Allah yang lain ditegaskan dalam QS. Al-Maidah ayat
8:
13
Al-Qur’an 16:90
14
Al-Qur’an 5:8
Pembukaan UUD 1945. Hal ini dijelaskan dalam kalimat terakhir dalam
paragraf yaitu: ”dan juga dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia” yang mewakili prinsip kelima dari Pancasila sebagai
prinsip dasar Negara Indonesia. Selain itu, perumusan tentang pentingnya
mewujudkan keadilan sosial dapat dilihat pada Pasal 33 Pasal 4 keempat
Amandemen dari UUD 1945 menegaskan bahwa ”ekonomi nasional
dilakukan berdasarkan pada demokrasi ekonomi”. Selain itu, dalam Pasal
34 Pasal 2 keempat Amandemen dari UUD 1945 mengatakan bahwa
”Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan
bertenaga (dari) masyarakat lemah dan tidak mampu sesuai dengan
martabat manusia”. Bahkan sistem ekonomi praktis nasional belum
mengalami proses demokratisasi ekonomi dan sistem jaminan sosial tidak
terikat dengan sempurna.
15
Suri Indriani, Hadi Rianto, Analisis Nilai Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia untuk
Mengembangkan Sikap Keadilan di Desa Pusat Damai Kecamatan Parindu Kabupaten Sanggau,
Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 3, No. 2,Pontianak, 2019.
dimiliki oleh anak-anak berduit, pejabat, penguasa, dan berkedudukan
sosial tinggi atau sering kita dengar istilah kapitalisasi pendidikan.
Kesehatan seolah-olah hanya disediakan dan ditujukan bagi orang-orang
kaya. Tidak sedikit rakyat miskin menderita sengsara karena tidak mampu
membayar pelayanan seorang dokter ahli, sehingga masyarakat terpaksa
pasrah meregang nyawa tanpa pengobatan. Fenomena ini menggambarkan
kemampuan ekonomi rakyat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang
ekonomis. 16
Yunie Herawati, Konsep Keadilan Sosial dalam Bingkai Sila Kelima Pancasila,
16
17
Septian, Doni. Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Dalam Memperkuat Kerukunan Umat,
TANJAK: Journal of Education and Teaching 1, no. 2, 2020: 155–168.
Islam merupakan agama besar, agama peradaban, dan agama untuk
kemanusiaan. Ajaran Islam memahami kemanusiaan tidak secara pasif dan
eksklusif, tetapi Islam memandang kemanusiaan secara egaliter. Manusia
sebagai kerangka yang satu dari Tuhan, maka hendaknya berbagai bentuk
kehendak manusia juga sesuai dengan norma-norma yang baik dan benar.
Sikap tersebut merupakan bentuk fitrah. Nurcholish Madjid juga
menjelaskan bahwa peran dan fungsi Islam untuk mendorong pemikiran-
pemikiran yang kontekstual dan universal, utamanya terkait dengan prinsip
kemanusiaan secara universal. Hal tersebut menunjukkan bahwa ajaran-
ajaran Islam senantiasa menghargai berbagai bentuk perbedaan.18
18
Muammar Munir, Nurcholish Madjid Dan Harun Nasation Serta Pengaruh Pemikiran Filsafatnya
Pelita, Vol. 2, No. 2, November, 2017
manusia yang hendaknya diapreasiasi. Kemajuan peradaban barat juga ikut
memberi sumbangsih besar yang bermanfaat bagi manusia dan peradaban
lain, termasuk umat Islam itu sendiri. Nurcholish Madjid tidak ingin Islam
menjadi ideologi yang sangat tertutup, melainkan ingin mendorong Islam
menjadi ideologi yang cenderung terbuka sehingga mampu melihat dan
memahami permasalahan-permasalahan abad modern ini.19 Seperti halnya
Pancasila sebagai suatu ideologi modern, yang kemodernannya bagi
Nurcholish Madjid karena sifatnya yang Inklusif, sejalan dengan cita-cita
kemanusiaan dan cita- cita Islam yang universal.
19
Ngainun Naim, Islam Dan Pancasila Rekonstruksi Nurcholish Madjid Episteme, Vol. 10, No. 2,
Desember 2015
20
Sulbi, Islam Kemodernan dan Keadilan Sosial dalam Pandangan Nurcholish Madjid, Palita:
Journal of Social Religion Research, Vol.6, No.1, 2021
21
Muhamad Wahyuni Nafis, Cak Nur, Sang Guru Bangsa, Jakarta: Kompas, 2014
masyarakat yang adil dan beradab. Kepentingan umum hendaknya lebih
diutamakan dari kepentingan pribadi demi mewujudkan nilai kemanusiaan
yang universal. Umat muslim yang mencintai bangsa ini dengan pemikiran-
pemikiran yang dinamis, jujur, ikhlas, sikap terbuka, rasa optimis pada
setiap gagasan hendaknya terus diupayakan agar mampu menegakkan asas-
asas keadilan dalam jati diri bangsa. Setiap manusia akan selalu memiliki
kecenderungan pada jalan kebenaran. Hal tersebut merupakan fitrah
manusia yang tercerminkan dalam perilakunya. Seandainya dalam Al-
Qur’an ada perintah pesimis, maka menurut Buya Syafi’I ialah orang yang
pertama yang akan melakukanya.22
22
Sulbi, 2021
lapisan masyarakat. Keadilan yang rasional mengambil sumber
pemikirannya dari prinsip-prinsip umum dari rasionalitas tentang keadilan.
Keadilan yang rasional pada dasarnya mencoba menjawab perihal keadilan
dengan cara menjelaskannya secara ilmiah, atau setidak-tidaknya kuasi-
ilmiah, dan itu semua harus didasarkan pada alasan-alasan yang rasional
Sementara keadilan yang metafisik, mempercayai eksistensi keadilan
sebagai sebuah kualitas atau suatu fungsi di atas dan di luar mahkluk hidup,
dan oleh sebab itu tidak dapat dipahami menurut kesadaran manusia
berakal.23
23
Maryanto, Refleksi dan Relevansi Pemikiran Filsafat Hukum Bagi Pengembangan Ilmu Hukum,
Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung Semarang, Vol. 13, Tahun 2003
24
Frans Magnis Suseno, Etika Politik: Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern,
Gramedia Pustaka Utama, 2012
penyebabnya adalah struktur sosial yang tidak adil. Mengusahakan keadilan
sosial pun berarti harus dilakukan melalui perjuangan memperbaiki
struktur-struktur sosial yang tidak adil. Keadilan sosial berarti keadilan yang
berlaku dalam masyarakat di segala bidang kehidupan, baik materil maupun
spiritual. Hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi orang kaya
saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat,
tetapi untuk rakyat biasa pula, dengan kata lain seluruh rakyat Indonesia
baik yang berada di wilayah kekuasaan Republik Indonesia maupun bagi
Warga Negara Indonesia yang berada di negara lain.
25
Satjipto Rahardjo, Hukum Dalam Jagat Ketertiban, UKI Press, Jakarta, 2006
26
Satjipto, 2006
untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan beradab, Ketiga,
Ketentraman Masyarakat, Ketentraman dalam bermasyarakat merupakan
tanda bahwa lingkungan masyarakat tersebut masyarakatnya saling
menghargai dan menghormati. Ketika masyarakat sudah bisa saling
menghargai dan menghormati, maka masyarakat di lingkungan tersebut
tidak akan saling mengganggu.