Anda di halaman 1dari 22

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dasar negara adalah suatu hal yang sangat mendasar dan suatu hal yang terpenting
dalam berdirinya dan dalam menjalankan pemerintahan dalam suatu negara. Negara
Indonesia mempunyai dasar Negara yang dinamakan Pancasila. Pancasila ini merupakan
warisan bangsa dari para pendahulu yang wajib dijaga dan diterapkan nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam kehidupan bangsa saat ini. Dengan menganut dan mengamalkan
makna yang terkandung dalam Pancasila, kehidupan bangsa Indonesia akan menjadi
bangsa yang bermoral tinggi, berkeadilan dan persatuan bangsa akan terjaga. Karena
didalam unsur-unsur pembentuk Pancasila berisi tentang pentunjuk berperilaku dalam
kehidupan sehari-hari dan juga mengatur hukum yang berlaku di Negara Indonesia.
Pancasila juga memiliki kedudukan dan fungsi yang  penting bagi bangsa Indonesia,
antara lain sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang mengatur segala tingkah laku
dan tindakan warga negara Indonesia, juga sebagai pemersatu bangsa Indonesia.
Pancasila yang digali dan dirumuskan para pendiri bangsa adalah sebuah rasionalitas kita
sebagai bangsa yang majemuk, multi agama, multi bahasa, multi budaya, dan multi ras
yang tergambar dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika agar menjadi bangsa yang bersatu,
adil dan makmur.
Kaum muda Indonesia adalah masa depan bangsa. Karena itu, setiap pemuda
Indonesia, baik yang masih berstatus sebagai pelajar, mahasiswa, ataupun yang sudah
menyelesaikan pendidikannya adalah aktor-aktor penting yang sangat diandalkan untuk
mewujudkan cita-cita pencerahan kehidupan bangsa kita di masa depan. “The founding
leaders” Indonesia telah meletakkan dasar-dasar dan tujuan kebangsaan sebagaimana
dalam pembukaan UUD 1945.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut.
1. mengidentifikasi sebab dikatakannya mahasiswa sebagai pelopor suatu bangsa.
2. mengidentifikasi peranan mahasiswa dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. mencari hubungan antara pemuda, mahasiswa dan perubahan.
4. mengetahui peranan dan fungsi mahasiswa di era reformasi.

1
1.3. Tujuan Penulisan
1. Membangkitkan kembali rasa cinta tanah air di kalangan para pemuda dan mahasiswa
sebagai bentuk tanggung jawab moral untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan yang
telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
2. Menanamkan jiwa patriotisme dan rela berkorban di antara sesama Warga Negara
Indonesia dalam rangka menjaga keutuhan NKRI.
3. Mengajak para pemuda dan mahasiswa untuk berfikir kritis dalam menanggapi setiap
perubahan yang terjadi di sekeliling kita terutama hal-hal yang berkaitan dengan
keutuhan NKRI dan kelangsungan hidup masyarakat Indonesia.

2
BAB 2 TEORI
2.1. Pengertian Pancasila secara Etimologis, Historis dan Terminologis
Pancasila telah menjadi istilah resmi sebagai dasar falsafah negara Republik
Indonesia, baik ditinjau dari sudut bahasa maupun sudut sejarah. Berikut ini adalah
pengertian Pancasila:
2.1.1. Pengertian Pancasila secara Etimologis
Secara Etimologis istilah ‘Pancasila’ berasal dari sansekerta dari India (Bahasa Kastra
Brahmana). Menurut Muhammad Yamin, dalam bahasa sansekerta kata ‘Pancasila’
memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu: “Panca” artinya lima dan “Syila” (vokal
I pendek) artinya batu sendi, alas atau dasar, sedangkan “Syiila” (vokal I panjang)
artinya peraturan tingkah laku yang baik, yang penting atau yang senonoh.

2.1.2. Pengertian Pancasila secara Historis

Mr. Muhammad Yamin (29 Mei 1945)


Pidato Mr. Muh Yamin yang berisi lima dasar Negara Indonesia Merdeka yang
diidam-idamkan adalah sebagai berikut:

1. Peri Kebangsaan
2. Peri Kemanusiaan
3. Peri Ketuhanan
4. Peri Kerakyatan
5. Kesejahteraan Rakyat
Setelah berpidato beliau menyampaikan usul tertulis mengenai rancangan UUD
Republik Indonesia yang berisi lima asas dasar Negara yang rumusannya sebagai
berikut:

1. Ketuhanan Yang Maha Esa


2. Kebangsaan Persatuan Indonesia
3. Rasa Kemanusiaan yang adil dan beradab
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Ir. Soekarno (Juni 1945)
Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengucapkan pidatonya dihadapan sidang
Badan Penyelidik. Dalam pidato tersebut diajukan oleh Soekarno secara lisan usulan
lima asas sebagai dasar Negara Indonesia yang rumusannya sebagai berikut:

1. Nasionalisme atau Kebangsaan Indonesia

3
2. Internasionalisme atau Peri kemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4. Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang berkebudayaan
Selanjutnya beliau mengusulkan bahwa kelima sila tersebut dapat diperas menjasi ‘Tri
Sila’ yang rumusannya sebagai berikut:

1. Sosio Nasional, yaitu Nasionalisme dan Internasionalisme


2. Sosio Demokrasi, yaitu Demokrasi dengan kesejahteraan rakyat
3. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tri Sila ini bisa diperas lagi menjadi Eka Sila, yaitu Gotong Royong.
Piagam Jakarta (22 Juni 1945)
Panitia sembilan setelah mengadakan sidang berhasil menyusunsebuah naskah piagam
yang dikenal 'Piagam Jakarta' yang di dalamnya memuat Pancasila, sebagai tuah hasil
pertama kali disepakati oleh siding. Yang rumusannya adalah sebagai berikut.
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2.1.3. Pengertian Pancasila secara Terminologis


Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI)
Sidang pada tanggal 18 Agustus 1945 telah berhasil mengesahkan UUD 1945. UUD
1945 tersebut terdiri atas dua bagian, yaitu Pembukaan UUD 1945 dan pasal-pasal
UUD 1945 yang berisi 37 pasal 1. Aturan peralihan yang terdiri atas 4 pasal dan 1.
Aturan Tambahan terdiri atas 2 ayat. Dalam bagian Pembukaan UUD 1945 yang
terdiri atas empat alenia tersebut tercantum rumusan Pancasila.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan
4
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Dalam Konstitusi RIS (Republik Indonesia Serikat)
Dalam Konstitusi RIS yang berlaku tanggal 29 Desember 1949 sampai dengan 17
agustus 1950 tercantum rumusan Pancasila sebagai berikut.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
Dalam Undang - Undang Dasar Semetara 1950
Dalam UUDS 1950 yang berlaku mulai 17 Agustus 1950 sampai tanggal 5 Juli 1959,
terdapat pula rumusan Pancasila seperti rumusan yang tercantum dalam
konstitusi RIS.
Rumusan Pancasila di Kalangan masyarakat
Rumusannya beraneka ragam antara lain.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kedaulatan rakyat
5. Keadilan Sosial

2.2. Fungsi-fungsi Pancasila dalam Kehidupan Bernegara


Fungsi pokok Pancasila adalah sebagai Dasar Negara. Selain fungsi pokok tersebut,
masih ada fungsi lainnya yaitu :
2.2.1 Pancasila Sebagai Dasar Negara
Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu landasan atau pijakan yaitu
Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara, merupakan sumber kaidah
hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di dalamnya seluruh unsur-
unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam kedudukannya seperti
inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan seluruh kehidupan
negara Republik Indonesia.
Pancasila sebagai dasar negara mempunyai arti menjadikan Pancasila sebagai dasar
untuk mengatur penyelenggaraan pemerintahan. Konsekuensinya adalah Pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hukum. Hal ini menempatkan Pancasila sebagai
5
dasar negara yang berarti melaksanakan nilai-nilai Pancasila dalam semua peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Oleh karena itu, sudah seharusnya semua peraturan
perundang-undangan di negara Republik Indonesia bersumber pada Pancasila. Pancasila
sebagai dasar negara Republik Indonesia mempunyai implikasi bahwa Pancasila terikat
oleh suatu kekuatan secara hukum, terikat oleh struktur kekuasaan secara formal, dan
meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai dasar negara (Suhadi,
1998).

2.2.2. Pancasila Sebagai Ideologi Negara.


Ideologi dapat diartikan sebagai Ilmu tentang ide atau gagasan yang bersifat mendasar.
Ideologi ialah seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya oleh suatu bangsa dan
digunakan untuk menata masyarakatnya. Pancasila sebagai ideologi nasional merupakan
kumpulan nilai yang diyakini kebenarannya oleh Bangsa Indonesia dan digunakan untuk
menata masyarakat. Ideologi Negara adalah ideologi dalam pengertian sempit atau
terbatas. Ideologi Negara merupakan ideologi mayoritas waga negara tentang nilai -nilai
dasar Negara yang ingin diwujudkan melalui kehidupan Negara itu. Ideologi Negara
sering disebut sebagai ideologi politik karena terkait dengan penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara yang tidak lain adalah kehidupan politik.
Pancasila adalah ideologi Negara yaitu gagasan fundamental mengenai bagaimana hidup
bernegara milik seluruh bangsa Indonesia bukan ideologi milik negara atau rezim
tertentu.
Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai ikatan budaya( cultural
bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat Indo nesia bukan
secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam
menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu.

Fungsi Pancasila sebagai Ideologi Negara, yaitu :


 Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang
majemuk.
 Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta
membimbing bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.

6
 Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
 Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan
Negara.

2.2.3. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup


Pandangan hidup yang diyakini suatu masyarakat maka akan berkembang secara
dinamis dan menghasilkan sebuah pandangan hidup bangsa. Pandangan hidup bangsa adalah
kristalisasi nilai-nilai yang diyakini kebenarannya maupun manfaatnya oleh suatu bangsa
sehingga darinya mampu menumbuhkan tekad untuk mewujudkannya di dalam sikap hidup
sehari-hari.
Bagi bangsa Indonesia, sikap hdup yang diyakini kebenarannya tersebut bernama
Pancasila. Nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-sila Pancasila tersebut berasal dari
budaya masyarakat bangsa Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Pancasila sebagai inti dari
nilai-nilai budaya Indonesia maka Pancasila dapat disebut sebagai cita-cita moral bangsa
Indonesia. Cita-cita moral inilah yang kemudian memberikan pedoman, pegangan atau
kekuatan rohaniah kepada bangsa Indonesia di dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

2.2.4. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa Indonesia


Menurut Von Savigny bahwa setiap bangsa punya jiwanya masing-masing yang disebut
Volkgeist, artinya Jiwa Rakyat atau Jiwa Bangsa. Pancasila sebagai jiwa Bangsa Indonesia
lahir bersamaan dengan adanya Bangsa Indonesia sendiri yaitu sejak jaman dahulu kala.
Menurut Prof. Mr. A.G. Pringgodigdo bahwa Pancasila itu sendiri telah ada sejak
adanya Bangsa Indonesia. karena Pancasila memberikan corak yang khas kepada bangsa
Indonesia dan tak dapat dipisahkan dari bangsa Indonesia, serta merupakan ciri khas yang
dapat membedakan bangsa Indonesia dari bangsa yang lain. Terdapat kemungkinan bahwa
tiap-tiap sila secara terlepas dari yang lain bersifat universal, yang juga dimiliki oleh bangsa-
bangsa lain di dunia ini, akan tetapi kelima sila yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan itulah yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.

7
2.2.5. Pancasila Sebagai Kepribdian Bangsa
Artinya  Pancasila  lahir bersama dengan lahirnya Bangsa Indonesia dan merupakan ciri
khas Bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun tingkah lakunya sehingga dapat
membedakannya dengan bangsa lain.
Nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat dijadikan dasar dalam motivasi
dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,
untuk mencapai tujuan nasional, yaitu memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan berbangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pancasila sebagai pedoman dan
pegangan dalam pembangunan bangsa dan Negara agar dapat berdiri dengan kokoh. Selain
itu, pancasila sabagai identitas diri bangsa akan terus melekat pada di jiwa bangsa Indonesia.
Pancasila bukan hanya di gali dari masa lampau atau di jadikan kepribadian bangsa waktu itu,
tetatapi juga diidealkan sebagai kepribadian bangsa sepanjang masa.

2.2.6. Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa


Pancasila sebagai dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia telah diterima
secara luas dan telah bersifat final. Hal ini kembali ditegaskan dalam Ketetapan MPR No
XVIII/MPR/1998 tentang Pencabutan Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia No. II/MPR/1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila
(Ekaprasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara
dalam Ketetapan MPR No. I/MPR/2003 tentang Peninjauan Terhadap Materi dan Status
Hukum Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara dan Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Tahun 1960 sampai dengan Tahun 2002. Selain
itu Pancasila sebagai dasar negara merupakan hasil kesepakatan bersama para Pendiri Bangsa
yang kemudian sering disebut sebagai sebuah “Perjanjian Luhur” bangsa Indonesia.

2.2.7. Pancasila Sebagai Sumber Dari Segala Sumber Hukum


Artinya segala peraturan perundang-undangan  yang  berlaku  di  Indonesia  harus
bersumberkan Pancasila atau tidak boleh bertentangan dengan Pancasila. Pancasila tercantum
dalam ketentuan tertinggi yaitu Pembukaan UUD 1945, kemudian dijelmakan atau dijabarkan
lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD 1945,
yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dari UUD1945, serta hukum positif
lainnya.

8
2.2.8. Pancasila Sebagai Cita-cita dan Tujuan yang Ingin Dicapai Bangsa Indonesia
Tujuan bangsa Indonesia adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur
berdasarkan Pancasila. Dalam hal ini hendak diwujudkan oleh bangsa Indonesia adalah
masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila
dalam wadah NKRI yang merdeka, bersatu,berdaulatan rakyat dalam suasana peri-kehidupan
bangsa yang aman, tenteram,tertib dan dinamis,serta dalam lingkungan pergaulan dunia yang
merdeka,bersahabat dan tentram. “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa …” pada kutipan alenia dapat disimpulkan bahwa tujuan dan cita-cita bangsa
Indonesia adalah :

1. Untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi


segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia. Melindungi segenap
bangsa artinya adalah pemerintah berupaya untuk melindungi seluruh bangsanya, dari
segi internal maupun eksternal.
2. Tujuan nasional bangsa yang kedua adalah memajukan kesejateraan umum/bersama.
Negara Indonesia menginginkan situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil,
dan sentosa.
3. Tujuan Indonesia menurut UUD 1945 yang ketiga adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Sebuah bangsa akan maju bila didukung oleh rakyatnya yang memiliki
pengetahuan luas, pintar, dan intelek.
4. Tujuan nasional Indonesia yang terakhir adalah ikut berperan aktif dan ikut serta dalam
melaksanakan ketertiban dunia yang berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
kedilan sosial.

2.3. Sikap manusia yang Pancasilais


Pembentukan Manusia Seutuhnya atau Manusia Pancasila
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
a. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketaqwaannya terhadap
TuhanYang Maha Esa.
b. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara
pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap
Tuhan Yang MahaEsa.
9
c. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaanterhadap Tuhan Yang Maha Esa.
d. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah
yangmenyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
e. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
a. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnyasebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengakui persamaan derajad, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia,tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin,kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
c. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
d. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
e. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
f. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
g. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
3. Persatuan Indonesia
a. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dangolongan.
b. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabiladiperlukan.
c. Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
d. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
e. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
f. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
g. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalamPermusyawaratan/Perwakilan
a. Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama.
b. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

10
c. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
d. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
e. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
f. Dengan i’tikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan
hasilkeputusan musyawarah.
g. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
h. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang
luhur.
i. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral
kepadaTuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia,
nilai-nilaikebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama.
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
a. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan kegotongroyongan.
b. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
c. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
d. Menghormati hak orang lain.
e. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan
terhadap orang lain.
f. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan
gayahidup mewah.
g. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum.
h. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
i. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.

11
BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. Pemuda, Mahasiswa dan Kesadaran Berkonstitusi


Sekarang ini kita berada dalam suasana memperingati semangat sumpah pemuda yang
dikumandangkan pada tahun 1928, delapan puluh tahun yang silam. Sebagai anak bangsa kita
telah bersumpah setia untuk bersatu nusa, bersatu bangsa, dan berbahasa persatuan bahasa
Indonesia. Ada kekeliruan dalam kita memahami makna persatuan itu, yaitu seakan-akan
bersatu dalam uniformitas, termasuk dalam soal bahasa. Salah paham itu tercermin antara lain
dalam lagu yang biasa kita nyanyikan, yaitu “satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa kita”.
Akibatnya, sumpah pemuda kita maknai hanya mengenal satu bahasa saja, yaitu bahasa
Indonesia, dengan mengabaikan dan menafikan bahasa-bahasa daerah yang demikian banyak
jumlahnya. Padahal, teks asli sumpah pemuda itu menyatakan bahwa kita “menjunjung
bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan”. Artinya, bahasa Indonesia itu adalah bahasa
persatuan, bukan satu-satunya bahasa yang diakui oleh bangsa dan negara.
Kita koreksi kesalahpahaman itu dengan menegaskan kembali bahwa kita harus
bersatu sebagai bangsa dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan semboyan
“bhineka-tunggal-ika”. Keanekaragaman bahasa, kemajemukan anutan agama, etnis dan
bahkan perbedaan rasial, merupakan kekayaan budaya bangsa kita yang tidak ternilai. Akan
tetapi di tengah keanekaan itu, kita telah bertekad untuk bersatu seperti tercermin dalam sila
ketiga Pancasila, yaitu “Persatuan Indonesia”. Kita bersatu dalam keragaman, “unity in
diversity”, “bhinneka tunggal ika”. Dalam semangat persatuan itu, kita beraneka ragam. Kita
beraneka, tetapi tetap kokoh bersatu.
Setelah masa reformasi dan terjadinya perubahan UUD 1945, semangat persatuan
dalam keragaman itu kembali dipertegas dalam rumusan pasal-pasal konstitusi kita. Prinsip
otonomi daerah yang sangat luas kita terapkan. Bahkan satuan-satuan pemerintahan daerah
yang bersifat istimewa seperti Papua, Aceh, dan Yogaykarta, atau pemerintahan daerah yang
bersifat khusus seperti DKI Jakarta, diberi ruang untuk tidak seragam atau diberi kesempatan
untuk mempunyai ciri-ciri yang khusus atau istimewa, yang berbeda dari daerah-daerah lain
pada umumnya. Demikian pula, kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat di seluruh
nusantara diperkenankan untuk hidup sesuai dengan keasliannya masing-masing. Pasal 18B
ayat (2) UUD 1945 menegaskan, “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya, sepanjang masih hidup dan sesuai
dengan perkembangan masyarakat dan prinsip NKRI, yang diatur dalam undang-undang”.

12
Di samping itu, diadakan pula penegasan mengenai status bahasa daerah dalam
hubungannya dengan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan semangat untuk
menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan, tidak berarti bahwa bahasa
daerah diabaikan. Karena itu, dalam Pasal 32 ayat (2) UUD 1945 ditegaskan, “Negara
menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional”. Dengan
perkataan lain, semangat keanekaan atau kemajemukan kembali diberi tekanan dalam rangka
pembinaan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam wujudnya yang paling konkrit, prinsip kebersatuan dan persatuan itu juga kita
materialisasikan dalam konsepsi tentang negara konstitusional yang berdasarkan Pancasila
dan UUD 1945. UUD 1945 yang di dalamnya terkandung roh Pancasila itu merupakan
piagam pemersatu kita sebagai satu bangsa yang hidup dalam kesatuan wadah NKRI. Di
dalam UUD 1945 itu, segala hak dan kewajiban kita sebagai warga negara dipersamakan satu
dengan yang lain antar sesama warga negara. Sebagai warga masyarakat, kita beraneka, tetapi
sebagai warga negara segala hak dan kewajiban kita sama satu dengan yang lain.
Karena itu, kaum muda Indonesia saya harapkan dapat membangun kesadaran hidup
berkonstitusi. Konstitusi adalah pemersatu kita dalam peri kehidupan bersama dalam wadah
NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 ini. Konstitusi negara itulah yang menjadi
sumber referensi tertinggi dalam kita membangun sistim aturan dalam kehidupan bernegara
dan berpemerintahan. Para pemimpin dan pejabat adalah tokoh-tokoh atau orang-orang yang
datang dan pergi. Kita taati keputusannya sepanjang ia mengikuti dan menaati sistim aturan
yang telah kita sepakati bersama berdasarkan UUD 1945. Oleh sebab itu, marilah kita
membangun dan melembagakan sistim aturan dalam kehidupan kolektif kita dalam
kehidupan bernegara dan berpemerintahan.
Pemuda dan mahasiswa adalah harapan bagi masa depan bangsa. Tugas anda semua
adalah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk mengambil peran dalam proses
pembangunan untuk kemajuan bangsa kita di masa depan. Estafet kepemimpinan di semua
lapisan, baik di lingkungan supra struktur negara maupun di lingkup infra struktur
masyarakat, terbuka luas untuk kaum muda Indonesia masa kini. Namun, dengan tertatannya
sistim aturan yang kita bangun, proses regenerasi itu tentu akan berlangsung mulus dan lancar
dalam rangka pencapaian tujuan bernegara. Oleh karena itu, orientasi pembenahan sistim
politik, sistim ekonomi, dan sistiim sosial budaya yang tercermin dalam sistim hukum yang
berlaku saat ini sangatlah penting untuk dilakukan agar kita dapat menyediakan ruang
pengabdian yang sebaik-baiknya bagi generasi bangsa kita di masa depan guna mewujudkan
cita-cita bangsa yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta guna
13
mencapai empat tujuan nasional kita, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh
tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa,
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.

3.2. Pemuda, Mahasiswa Dan Perubahan


Pemuda dan mahasiswa sama-sama diidentikkan dengan “agent of change”. Kata-kata
perubahan selalunya menempel dengan erat sekali sebagai identitas para mahasiswa yang
juga dikenal sebagai kaum intelektualitas muda. Dari mahasiswalah ditumpukan besarnya
harapan, harapan untuk perubahan dan pembaharuan dalam berbagai bidang yang ada di
negeri ini. Tugasnyalah melaksanakan dan merealisasikan perubahan positif, sehingga
kemajuan di dalam sebuah negeri bisa tercapai dengan membanggakan.
Peran sentral perjuanganya sebagai kaum intelektualitas muda memberi secercah sinar
harapan untuk bisa memperbaiki dan memberi perubahan-perubahan positif di negeri ini.
Tidak dipungkiri, bahwa perubahan memang tidak bisa dipisahkan dan telah menjadi
sinkronisasi yang mendarah daging dari tubuh dan jiwa para mahasiswa.
Dari mahasiswa dan pemudalah selaku pewaris peradaban munculnya berbagai
gerakan-gerakan perubahan positif yang luar biasa dalam lembar sejarah kemajuan sebuah
bangsa dan negara.
Sejarah telah menorehkan dengan tinta emas, bahwa pemuda khususnya mahasiswa
selalu berperan dalam perubahan di negeri kita, berbagai peristiwa besar di dunia selalu
identik dengan peran mahasiswa didalamnya.
Berawal dari gerakan organisasi mahasiswa Indonesia di tahun 1908, Boedi Oetomo.
Gerakan yang telah menetapkan tujuannya yaitu “kemajuan yang selaras buat negeri dan
bangsa” ini telah lahir dan mampu memberikan warna perubahan yang luar biasa positif
terhadap perkembangan gerakan kemahasiswaan untuk kemajuan bangsa Indonesia.Gerakan
kemahasiswaan lainnya pun terbentuk, Mohammad Hatta mempelopori terbentuknya
organisasi kemahasiwaan yang beranggotakan mahasiswa-mahasiswa yang sedang belajar di
Belanda yaitu Indische Vereeninging (yang selanjutnya berubah menjadi Perhimpunan
Indonesia). Kelahiran organisasi tersebut membuka lembaran sejarah baru kaum terpelajar
dan mahasiswa di garda depan sebuah bangsa dengan misi utamanya “menumbuhkan
kesadaran kebangsaan dan hak-hak kemanusiaan dikalangan rakyat Indonesia untuk
memperoleh kemerdekaan”.

14
Gerakan mahasiswa tidak berhenti sampai disitu, gerakannya berkembang semakin
subur, angkatan 1928 yang dimotori oleh beberapa tokoh mahasiswa diantaranya Soetomo
(Indonesische Studie-club),Soekarno (Algemeene Studie-club), hingga terbentuknya juga
Persatuan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) yang merupakan prototipe organisasi telah
menghimpun seluruh gerakan mahasiswa ditahun 1928, gerakan mahasiswa angkatan 1928
memunculkan sebuah idieologi dan semangat persatuan dan kesatuan diseluruh pelosok
Indonesia untuk meneriakkan dengan lantang dan menyimpannya didalam jiwa seluruh
komponen bangsa, kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu yaitu tumpah
darah Indonesia, berbangsa satu yaitu bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa satu yaitu
bahasa Indonesia dan hingga kini kita kenal sebagai sumpah pemuda.
Gerakan perjuangan mahasiswa sebagai kontrol pemerintahan dan kontrol sosial terus
tumbuh dan berkembang, hinggalah gerakan perjuangan mahasiswa sampai pada terjadinya
peristiwa 10 tahun yang lalu yaitu tragedi trisakti mei 1998.
Lagi-lagi mahasiswa menjadi garda terdepan didalam perubahan terhadap negeri ini,
gerakan perjuangan ini menuntut reformasi perubahan untuk mengganti rezim orde baru yang
korupsi, kolusi, dan nepotisme serta tidak berpihak kepada rakyat dan memaksa turun
presiden soeharto dari kursi kekuasaannya yang telah digenggamnya selama hampir 32 tahun.
Gerakan perjuangan mahasiswa tidak semudah yang kita bayangkan, perubahan ini
harus dibayar mahal dengan meninggalnya empat mahasiswa universitas trisakti oleh timah
petugas aparat yang tidak mengharapkan perubahan itu terjadi.
Sejarah panjang gerakan mahasiswa merupakan salah satu bukti, kontribusinya,
eksistensinya, dan peran serta tanggungjawabnya mahasiswa dalam memberikan perubahan
dan memperjuangkan kepentingan rakyat.
Peran mahasiswa terhadap bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja
dan dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya
dalam melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai
generasi penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum,
sebagai generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan
perilakunya, dan juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui
kerusakan dan penyimpangan negatif yang ada pada suatu kaum.
Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan terpartri didalam dada mahasiswa
Indonesia baik yang ada didalam negeri maupun mahasiswa yang sedang belajar diluar
negeri. Apabila peran ini bisa dijadikan sebagai sebuah pegangan bagi seluruh mahasiswa

15
Indonesia, “ruh perubahan” itu tetap akan bisa terus bersemayam dalam diri seluruh
mahasiswa Indonesia.
Gerakan perjuangan Mahasiswa Indonesia tidak boleh berhenti sampai kapanpun
,gerakan perjuangan mahasiswa saat ini tidak hanya dengan bergerak bersama-sama untuk
berdemonstrasi dan berorasi dijalan-jalan saja, akan tetapi wahai para “agent of change”,
cobalah untuk bertindak bijak dengan intelektualisme, idealisme, dan keberanian mu untuk
bisa senantiasa menanamkan ruh perubahan yang ada dalam dirimu untuk bisa memberi
kebaikan dan berperan besar serta bertanggung jawab untuk memberikan kemajuan bangsa
dan Negara Indonesia, sehingga seperti Hasan al Banna katakan “goreskanlah catatan
membanggakan bagi umat manusia”.

3.3. Mahasiswa Pelopor Sejarah Bangsa


Mahasiswa telah terbukti selalu menjadi pelopor dalam sejarah suatu Bangsa. Pada
konteks Indonesia, pengalaman empirik juga membenarkan sekaligus mempertegas realitas
tersebut. Catatan sejarah memperlihatkan bahwa dengan kemahirannya dalam menjalankan
fungsi sebagai Intellectual Organic, mahasiswa telah berhasil menumbangkan rezim Orde
Baru dan menghantarkan Indonesia kedalam suatu era yang saat ini sedang bergulir, yakni:
“Orde Reformasi“.
Namun pada sisi yang lain, fakta juga membuktikan bahwa sampai dengan saat ini,
mahasiswa Indonesia belum mampu untuk mendongkel antek-antek Orde Baru dari jajaran
elite kekuasaan. Padahal sudah menjadi rahasia umum, bahwa kehadiran mereka di situ untuk
menutupi segala kebobrokan kolektif yang telah mereka lakukan di masa lalu.
Dengan kenyataan yang demikian, maka tidaklah mengherankan apabila proses
reformasi masih tersendat-sendat dan belum dapat berjalan secara linear. Menurut Sebastian
de Grazia (1966 : 72-74), kondisi seperti ini secara cepat atau lambat, otomatis akan
menimbulkan suatu situasi anomie yang kuat di dalam kehidupan ber-Masyarakat, ber-
Bangsa dan ber-Negara, yang pada akhirnya akan berdampak buruk bagi kesejahteraan rakyat
Indonesia.
Bertolak dari argumen di atas, maka mahasiswa dituntut/diharapkan dapat terjun ke
arena politik dalam rangka mengawal seluruh agenda reformasi, demi terwujudnya
masyarakat Indonesia yang adil di dalam kemakmuran dan makmur di dalam keadilan secara
demokratis.Akan tetapi, yang menjadi persoalannya adalah bagaimanakah seharusnya
mahasiswa berpolitik….??? dan aksi politik yang bagaimanakah yang harus dilakukan oleh
mahasiswa….?
16
Sebelum menjawab kedua pertanyaan di atas, perlu diketahui terlebih dahulu bahwa
istilah politik dalam tulisan ini dipahami sesuai dengan konsep berpikirnya Antonio Gramsci,
sehingga di sini politik didefinisikan sebagai aktivitas pokok manusia dimana manusia dapat
mengembangkan kapasitas dan potensi dirinya. (Roger Simon, 1999 : 136).
Jika definisi di atas diejawantahkan dalam bentuk aksi, maka mahasiswa dapat
berpolitik dalam dua pengertian, yakni : Pertama, berpolitik dalam arti konsep (Concept).
Disini mahasiswa secara individual maupun kelompok, harus mengajukan gagasan, pikiran,
solusi atau interpretasi mengenai apa yang menjadi kehendak dari mayoritas rakyat. Kedua,
berpolitik dalam arti kebijakan (Belied). Di sini mahasiswa sebagai kelompok harus menjadi
Pressure Groups yang memperjuangkan aspirasi rakyat, dengan cara mempengaruhi orang-
orang yang memegang kebijakan ataupun yang menjalankan kekuasaan, dari luar sistem
kekuasaan.
Apabila mahasiswa berpolitik dalam artian yang pertama, maka mahasiswa dituntut
untuk benar-benar memahami cara berpikir ilmiah, yaitu teratur dan sistematik. Sedangkan
apabila mahasiswa berpolitik dalam arti kebijakan (Belied), maka mahasiswa harus betul-
betul mengetahui posisi individu dalam kehidupan ber-Negara, posisi konstitusi dalam
kehidupan ber-Negara, posisi Negara dalam menjalin relasi dengan warganya, konstelasi
politik terkini dan menguasai manajemen aksi. Pada tataran ideal, mahasiswa seharusnya
berpolitik dalam arti konsep (Concept) maupun dalam arti kebijakan (Belied) secara
bersamaan. Ini berarti, mahasiswa harus berpolitik sebagai politisi ekstra perlementer.

3.4. Peranan Mahasiswa Dalam Kehidupan Berbangsa Dan Bernegara


Apa yang terlintas dibenak kita ketika kita mendengar kata”mahasiswa”, mungkin
tidak hanya satu jawaban yag akan terucap dari banyak orang dengan beranekaragam latar
belakang pendidikan. Mahasiswa merupakan sebuah status yang disandang seseorang ketika
ia menjalani pendidikan formal pada sebuah perguruan tinggi. Seseorang dapat dikatakan
sebagai seorang mahasiswa apabila ia tercatat sebagai mahasiswa secara administrasi sebuah
perguruan tinggi yang tentunya mengikuti kegiatan belajar dan mengajar serta kegiatan
lainnya. Status ini menjadi mutlak apabila kita berbicara dalam konteks pendidikan formal.
Ternyata dbalik statusnya itu, masih banyak sekali peranan seorang yang menyandang status
mahasiswa untuk menunjukkan peranannya pada kehidupan masyarakat terlebih lagi pada
tingkat kehidupan berbangsa dan bernegara.
Sejarah membuktikan bagaimana kekuatan mahasiswa dalam pergantian rezim yang
diktator menuju perubahan kearah lebih baik, sebagai contoh gerakan mahasiswa bersama
17
komponen bangsa lainnya yang ketika itu masyarakat,parpol dan ABRI dalam menyuarakan
TriTura(Tiga Tuntutan Rakyat) yang berhasil menggantikan rezim kekuasaan saat itu yang
dinilai cenderung terlau berpihak pada haluan kiri. Kemudian bagaimana peristiwa
Malari(Petaka Lima Belas Januari) yang dimotori oleh Hariman Siregar yang notabene
sebagai mahasiswa kedokteran Universitas Indonesia, dan masih membekas diingatan kita
ketika kekuatan mahasiswa untuk menggulingkan rezim orde baru yang otoriter yang telah
berkuasa selama 32 tahun. Itu merupakan bukti-bukti nyata dimana mahasiswa menunjukkan
peranannya dikancah perpolitikan nasional yang tentunya untuk menciptakan keselarasan
menuju masyarakat yang makmur sentosa, meskipun sampai sekarang buah tangan dari
perjuangan mahsiswa tersebut masih jauh panggang dari api. Sehinnga dapat disimpulkan
bahwa kekuatan mahasiswa dalam kancah perpolitikan nasional menjadi patut diperhitungkan
sebagai gerakan yang murni membela kepentingan rakyat semata.
Sekarang mari kita tengok aktivitas mahasiswa zaman sekarang, Amien Rais pernah
mengutarakan intensitas dan kualitas dari gerakan kemahasiswaan cenderung mengalami
penurunan seiring datangya era globalisasi ke negeri kita tercinta ini, kebanyakan dari
mahasiswa lebih banyak menghabiskan waktunya dengan kegiatan yang kurang jelas
manfaatnya, forum-forum diskusi mengenai hal-hal yang berhubungan dengan kenegaraan
tidak pernah dijejali oleh mahasiswa sebaliknya tempat-tempat hiburan malah disesaki para
mahasiswa. Penulis tidak melarang tentunya sebatas itu tidak melanggar syariat, karena
sebagai manusia tentunya kita juga butuh yang namanya hiburan. Tetapi hal itu juga harus
disaring dengan kekuatan iman kita. Kembali kepada kualitas gerakan kemahsiswaan masa
sekarang yang cenderung menurun, maka sadar atupun tidak itu merupakan efek dari
masuknya era globalisasi ke indonesia tanpa diharmonisasi dengan manajemen waktu dan
diri yang baik. Untuk membangun citra mahasiswa sebagai agen pembaharu ataupun kaum
intelektual yang mana dipundaknya ada masa depan bangsa ini yang akan dilabuhkan
dimana, maka kita harus memupuk rasa persaudaraan dan senantiasa meningkatkan keimanan
dan ketakwaan kita. Selain itu tentunya kita perlu membangun konsep intelektual dalam
gerakan yang sinergi dan terarah menuju masyarakat yang adil dan makmur. Sehingga
kedepan mahasiswa tidak hanya dikenal lewat aktivitasnya ketika menjalani perkuliahan
saja,tetapi sebagai elemen bangsa yang peka terhadap kondisi permasalahan disekitarnya
.Semoga.

18
3.5. Peranan Dan Fungsi Mahasiswa Dalam Era Reformasi
Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para
mahasiswa. Suara-suara mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita
sosial yang terjadi di masyarakat. Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk
memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa, dengan cara mereka sendiri.
Dalam hal ini, secara umum mahasiswa menyandang tiga fungsi strategis, yaitu :
 sebagai penyampai kebenaran (agent of social control)
 sebagai agen perubahan (agent of change)
 sebagai generasi penerus masa depan (iron stock)
Mahasiswa dituntut untuk berperan lebih, tidak hanya bertanggung jawab sebagai
kaum akademis, tetapi diluar itu wajib memikirkan dan mengembang tujuan bangsa. Dalam
hal ini keterpaduan nilai-nilai moralitas dan intelektualitas sangat diperlukan demi
berjalannya peran mahasiswa dalam dunia kampusnya untuk dapat menciptakan sebuah
kondisi kehidupan kampus yang harmonis serta juga kehidupan diluar kampus.
Peran dan fungsi mahasiswa dapat ditunjukkan :
 Secara santun tanpa mengurangi esensi dan agenda yang diperjuangkan.
 Semangat mengawal dan mengawasi jalannya reformasi, harus tetap tertanam dalam
jiwa setiap mahasiswa.
 Sikap kritis harus tetap ada dalam diri mahasiswa, sebagai agen pengendali untuk
mencegah berbagai penyelewengan yang terjadi terhadap perubahan yang telah
mereka perjuangkan.
Dengan begitu, mahasiswa tetap menebarkan bau harum keadilan sosial dan
solidaritas kerakyatan.
Menurut Arbi Sanit ada empat faktor pendorong bagi peningkatan peranan mahasiswa
dalam kehidupan politik.
a. sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa
mempunyai horison yang luas diantara masyarakat.
b. sebagai kelompok masyarakat yang paling lama menduduki bangku sekolah, sampai
di universitas mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik yang terpanjang
diantara angkatan muda.
c. kehidupan kampus membentuk gaya hidup yang unik di kalangan mahasiswa. Di
Universitas, mahasiswa yang berasal dari berbagai daerah, suku, bahasa dan agama
terjalin dalam kegiatan kampus sehari-hari.

19
d. mahasiswa sebagai kelompok yang akan memasuki lapisan atas dari susunan
kekuasaan, struktur perekonomian dan prestise dalam masyarakat dengan sendirinya
merupakan elit di dalam kalangan angkatan muda.
Pada saat generasi yang memmipin bangsa ini sudah mulai berguguran pada saat
itulah kita yang akan melanjutkan tongkat estafet perjuangan bangsa ini. Namun apabila hari
ini ternyata kita tidak berusaha mambangun diri kita sendiri apakah mungkin kita kan
membangun bangsa ini suatu saat nanti?

20
BAB 4 PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pancasila pada intinya adalah dasar Negara Indonesia. Pancasila pun dapat diberikan
beberapa pengertian secara Etimologis, Historis dan Terminologis. Selain fungsi Pancasila itu
sebagai dasar negara, juga dapat sebagai ideologi negara, sebagai pandangan hidup bangsa,
sebagai kepribadian bangsa, sebagai perjanjian luhur bangsa, sebagai sumber dari segala
sumber hukum yang ada di Indonesia dan juga sebagai tujuan dan cita-cita bangsa. Melihat
besarnya fungsi Pancasila, maka sebagai generasi muda yang akan meneruskan perjuangan
bangsa Indonesia kelak, perlu memelihara dan melestarikannya dengan menghayati dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Peran mahasiswa bagi bangsa dan negeri ini bukan hanya duduk di depan meja dan
dengarkan dosen berbicara, akan tetapi mahasiswa juga mempunyai berbagai perannya dalam
melaksanakan perubahan untuk bangsa Indonesia, peran tersebut adalah sebagai generasi
penerus yang melanjutkan dan menyampaikan nilai-nilai kebaikan pada suatu kaum, sebagai
generasi pengganti yang menggantikan kaum yang sudah rusak moral dan perilakunya, dan
juga sebagai generasi pembaharu yang memperbaiki dan memperbaharui kerusakan dan
penyimpangan negatif yang ada pada suatu kaum.
Peran ini senantiasa harus terus terjaga dan terpartri didalam dada mahasiswa Indonesia baik
yang ada didalam negeri maupun mahasiswa yang sedang belajar diluar negeri. Apabila peran
ini bisa dijadikan sebagai sebuah pegangan bagi seluruh mahasiswa Indonesia, “ruh
perubahan” itu tetap akan bisa terus bersemayam dalam diri seluruh mahasiswa Indonesia.

4.2. Saran

Pada bagian ini penyusun ingin mengajak yang dalam hal ini ditujukan kepada para generasi
muda pelajar dan mahasiswa, para Dosen dan Guru, seluruh elemen pemerintah baik yang
ada di daerah maupun yang ada di pusat serta seluruh lapisan masyarakt Indonesia secara luas
agar tetap bersatu demi mempertahankan keutuhan NKRI. Terkadang masalah sepele akan
menjadi kompleks jika tidak ada solidaritas di antara sesama kita. Penyusun berharap tak
akan ada lagi perselisihan di negeri kita tercinta sehingga cita-cita bangsa Indonesia akan
tercapai.
Pepatah dalam bahasa Inggris mengatakan Student Today, Leader Tomorrow. Penyusun

21
meyakini bahwa kunci tercapainya cita-cita itu ada di tangan para generasi muda. Oleh
karena itu, tetaplah semangat dalam meraih apa yang telah menjadi tujuan hidup kita.

22

Anda mungkin juga menyukai